Dina begitu senang ketika bermain di rumah Azahra. Begitu banyak yang mereka bicarakan mengenai kehamilannya masing-masing. Menikmati makan rujak berdua, kemudian makan es krim, menonton film dan masih banyak lagi keseruan-keseruan yang mereka lakukan berdua.
"Aku benar-benar senang bisa ketemu sama mama Indah dan papa Andi." Dina berkata ketika memasukkan potongan buah mangga ke dalam mulutnya.
"Mama dan papa itu orang yang sangat baik." Azahra tersenyum dan menggigit buah strawberry di tangannya.
"Itu strawberry pasti rasanya asam sekali.” Dina memperhatikan Azahra yang memakan buah strawberry dengan sangat enak.
"Iya sih asem, tapi Rara suka "Azahra tersenyum dan kembali menggigit buah berwarna merah yang berukuran kecil tersebut.
"Aku pengen coba." Dina mengambil buah strawberry yang ada di piring Azahra. "Asem, tapi enak juga." Dina kembali menggigit buah tersebut dan memejamkan matanya.
"Rara sering rasain pinggang sa
Ferdi yang berada di atas tempat tidur bersama dengan istrinya sudah tampak begitu sangat gelisah. Hari ini sikap istrinya begitu sangat manja, bahkan ia tidak diperbolehkan pergi kemana-mana, meskipun hanya Kamar mandi saja. Azahra hanya ingin memeluknya dan mencium aroma tubuhnya."Sayang Abang sudah nggak tahan ini," keluh Ferdi."Iya," jawab Azahra yang tidak ingin melepaskan pelukannya."Adek kalau abang buang air kecil di atas tempat tidur pasti repot dek." Sudah berulang kali pria itu memberi tahu istrinya, namun istrinya tidak menghiraukan ucapannya. Azahra hanya sibuk dengan kesenangannya."Abang harus tahan, sebentar lagi." Azahra tersenyum dan menempel hidungnya di leher suaminya."Sudah nggak bisa tahan sayang, ini sudah benar-benar pengen keluar. Anak Daddy yang super ganteng dan pintar, tolong bujuk mommy, biar kasih Daddy ke kamar mandi sebentar saja." Ferdi berkata dengan mengusap perut istrinya. Pria itu sudah kehabisan kata-kata u
"Aku tidak ingin melihat anak itu lagi. Dasar anak haram, aku benar-benar menyesal sudah membesarkan." Suara itu terdengar sangat keras di telinga Dina. Jantung Dina berdegup dengan sangat hebatnya ketika mendengar apanya berkata seperti ini. Hingga sampai sekarang Dina tidak mengerti apa tujuan papanya berbicara seperti ini. Kakinya terasa gemetar ketika mendengar hal tersebut. Ia masuk ke dalam rumah dan berjalan semakin mendekati pintu kamar mama serta papanya, yang berada di bagian depan. Saat ini pintu kamar itu sedang terbuka. Dina bersembunyi di dinding yang berada di samping pintu, agar mama dan papanya tidak melihat kehadirannya."Apa papa yakin tidak mau menjemput Dina?" ucap Mama Dina yang bernama Mala."Untuk apa kita jemput dia?" Tanya Pendi."Jadi menurut papa kita biarkan saja?" tanya Mala."Apa Mama mau menjemput anak itu, kemudian mengeluarkan uang untuk biaya persalinan, dan setelah itu merawat dia setelah melahirkan. Apa usaha kita sela
"Aku minta maaf, ma, pa. Aku tidak bisa membalas jasa kalian, aku tidak bisa membahagiakan kalian. Aku sungguh minta maaf, aku sudah membuat kalian malu karena perbuatan yang telah aku lakukan." Dina menangis dan bersujud di hadapan kedua orang tuanya. Hanya kalimat ini yang mampu diucapkannya, dan berharap mama dan papanya mau memberikan maaf untuknya."Pergilah jangan pernah kembali lagi ke sini," perintah Pendi.Dina menganggukkan kepalanya. “Aku hanya ingin mengambil ijazah aku saja, setelah ini, aku mungkin tidak pernah datang ke sini lagi. Aku mohon maafkan aku," ucapnya yang berusaha berdiri dengan memegang perutnya yang terasa sakit."Ambillah barang mu, kemudian pergi," ucap Pendi.Dina menganggukkan kepalanya dan masuk ke kamarnya untuk mengambil ijazahnya. Dina masuk ke dalam kamarnya yang begitu sangat sederhana. Di kamar ini hanya ada spring bed untuk satu orang, Lemari kecil dan meja belajar. Kamar yang sederhana namun begi
"Si mommy sama anaknya sangat asyik sekali ngobrolnya, sampai nggak tahu kalau kami pulang." Attar tersenyum dan mengusap Kepala istrinya."Hubby sudah pulang ya," Alisa tersenyum memandang suaminya. Ia beranjak dari kursi santai yang didudukinya, Alisa mengambil tangan Attar dan menciumnya. Sejak tadi Alisa begitu asik bercerita dengan Putri kesayangannya, hingga tidak menyadari bahwa ternyata suaminya sudah pulang."Iya sayang, Hubby sudah pulang," ucapnya sambil menarik hidung istrinya. Meskipun mereka menikah sudah lebih 20 tahun, namun sikap dan juga perilaku Attar tidak pernah berubah terhadap Alisa."Kenapa cepat, biasanya belum pulang di jam-jam segini?" Alisa bertanya dengan memandang wajah suaminya."Ngapain juga lama-lama di kantor? nggak enak, nggak ada kawan ngobrol." Pria itu merasa begitu sangat kesepian di kantor sendiri tanpa ada istrinya. Selama ini istrinya akan selalu menemaninya di kantor dan dirinya akan mengobrol dan bercanda dengan
Indah memandang Dina yang saat ini sedang duduk di meja makan terlebih dahulu. "Mau ke mana?" Indah melihat Dina yang begitu cantik dengan gaun berwarna merah dan lengkap dengan jilbab Syar'inya."Dina rindu sama Azahra, Dina mau main ke rumah Azahra, ma." Dina tersenyum lebar hingga matanya menjadi sangat kecil."Iya, Bagus itu, jangan dikamar aja. Kalau banyak melamun nanti pikirannya melayang kemana-mana, apalagi sekarang sudah dekat melahirkan," ucap Andi."Iya pa, dari kemarin Dina keasikan belajar ngaji. Jadinya betah di kamar." Dina menjawab dengan tersenyum."Alhamdulillah," ucap Andi.Indah dan Andi begitu sangat senang ketika melihat Dina yang pagi ini terlihat sangat ceria.Pagi ini Dina sarapan dengan sangat banyak, tidak seperti biasanya. Melihat perubahan yang terjadi terhadap Dina, membuat Indah sangat senang. Dari raut wajah Dina, terlihat tidak sedang menanggung beban."Ma, Pa, Dina ke rumah Azahra ya," pamit Dina set
Pagi ini Ferdi begitu sangat sibuk mengurusi istrinya yang ikut datang ke kantornya di jam pagi. Ia mengambil bantal di dalam kamar dan meletakkan bantal di sandaran kursi sofa, agar posisi duduk Azahra semakin nyaman. Kaki Azahra dinaikkannya ke atas meja sehingga dalam keadaan lurus. "Seperti ini apa sudah nyaman?" tanya Ferdi.Azahra tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia duduk dengan mengusap-usap perutnya."Anak sayang Daddy, Daddy mau kerja dulu ya. Ingat tadi sudah janji untuk tidak rewel." Ferdi berkata dengan mengusap perut istrinya. Ia juga mencium perut yang bulat dan besar tersebut.Azahra tersenyum saat mendengar ucapan suaminya. Apa yang diucapkan oleh suaminya sudah pasti untuk mengingatkan dirinya bukan untuk anak yang dikandungnya."Ini si mommy juga jangan rewel, ingat tadi di rumah sudah janji nggak gangguin." Ferdi menarik hidung istrinya.Dengan cepat Azahra menganggukkan kepalanya.Ferdi mengusap kepala i
Setelah selesai sholat di mushola Ferdi dan juga Andi berencana ke ruang operasi Dina."Apa orang tuanya sudah dikasih tahu Pa?" tanya Ferdi ketika keluar dari mushola."Orang tuanya sudah diberitahu tapi nggak mau datang katanya. Orang tuanya gak mau tahu dengan kondisi Dina, jadi ya sudah kita yang urus semuanya," jelas Andi."Kenapa bisa seperti itu ya pa, orang punya anak, padahal mau seperti apapun perbuatan anaknya seharusnya dia tidak bisa lepas tangan begitu saja," ucap Ferdi."Kita selaku orang tua bertanggung jawab kepada anak hingga kita tutup usia, jadi namanya orang tua itu tanggung jawabnya baru selesai setelah dia tiada. Begitu juga dengan tanggung jawab anak terhadap orang tua. Ia bertanggung jawab mengurus dan merawat orang tuanya, hingga orang tuanya tutup usia. Jadi sebenarnya anak dan orang tua itu saling bergantung jawab," jelas Andi."Apabila semua orang tua bertanggung jawab terhadap anaknya seperti ini, pasti tidak akan ada
"Apa namanya sudah ada?" Tanya Azahra."Sudah namanya Haziqa Zikra. Haziqa artinya cerdik dan cerdas. Zikra, selalu mengingat Allah." Dina tersenyum."Namanya sangat cantik," ucap Azahra."Aku ingin anak aku nanti selalu mengingat Allah, aku juga ingin dia menjadi seorang gadis yang pintar dan cerdas bila sudah dewasa kelak. Aku coba cari nama yang memiliki arti seperti yang aku mau. Alhamdulillah, aku menemukannya." Dina tersenyum lebar."Nama adalah doa, Rara yakin, dia akan menjadi anak yang sholehah, cerdas, pintar dan cantik." Azahra tersenyum memegang tangan Dina."Aku sangat ingin melihat Zikra, aku ingin memeluknya. Apa boleh dia di bawa ke sini?" Tanya Dina yang begitu sangat ingin memeluk putri kecilnya dan menatap wajah anaknya."Saat ini Zikra sedang di kamar perawatan bayi. Dokter sedang melakukan perawatan untuknya, dan nanti bila kondisinya sudah mulai stabil baru boleh dibawa ke ke ibunya." Azahra sudah mendengarkan kon
"Iya habis dari ketemu orang banyak, nggak enak kalau langsung magang cucuk," jawab Andi. Meskipun sangat ingin sekali memegang cucunya, namun Andi menahan diri. Mengingat dirinya yang baru saja pulang dari acara pesta pernikahan."Itu sepertinya ART yang di rumah sudah datang." Indah tersenyum ketika mendengar suara ketukan di pintu."Assalamualaikum Bu," ucap pekerja di rumah Indah, yang datang mengantarkan pakaian yang diminta Indah untuk diantarkan ke rumah sakit."Waalaikumsalam, terima kasih ya bik min." Indah tersenyum mengambil tas yang diberikan oleh bik min."Iya Bu, Mbak Azahra ternyata sudah lahiran ya," ucap bik min yang berdiri di ambang pintu."Iya ya bik min, Alhamdulillah." Azahra tersenyum."Saya mau lihat dulu, sebelum pulang." Bik min kemudian masuk ke dalam kamar. "Yang ini wajahnya mirip sekali sama Mbak Azahra, sedangkan abangnya mirip sama mas Ferdi," komentar bik min itu ketika melihat wajah bayi yang ada di tangan A
"Zavier, jangan ke sana sini." Attar memanggil cucunya yang pergi ke lain arah. Zavier berlari berlawanan arah dengan jalan yang akan dilewatinya."Zikra, kamar mommy Lewat sini." Alisa sedikit mengeraskan suaranya memanggil Zikra yang ikut berlari mengejar Zavier.Attar berlari mengejar Zavier, yang dengan sengaja mengajak bermain.Zavier tertawa ngakak, ketika opa nya berhasil menangkapnya."Dapat." Attar berkata dengan nafas ngos-ngosan. Ia tersenyum ketika berhasil menangkap cucunya. Agar cucunya, tidak berlari kesana kemari, Attar menggendong Zavier yang saat ini tertawa ngakak. Pria itu juga menggendong Zikra yang berhenti di dekat kakinya. "Katanya mau ikut lihat mommy dan adik bayi, tapi kenapa malah lari-lari nggak jelas seperti ini." Walaupun dirinya sedang tidak ingin bermain dengan kedua cucunya, namun pria itu tetap tertawa dan mencium pipi cucunya kiri dan kanan secara bergantian.Alisa yang melihat suaminya yang dikerjain oleh
Ferdi berada di ruangan persalinan istrinya. Mendengar rintihan istrinya yang kesakitan, membuat dirinya sungguh tidak tega. Berulang kali, ia mencoba menenangkan Azahra."Bang sakit." Azahra menangis."Iya dek, ditahan sayang, sakitnya." Ferdi mengusap keringat yang menempel di pelipis kening Azahra."Ini sakit bener bang." Azahra meremas tangan suaminya. Keringat bercucuran di pelipis keningnya ketika harus menahan rasa sakit yang seperti ini.Ferdi hanya diam, ia tidak tahu harus berkata apa. Dipeluknya Azahra dan di ciumannya kening milik Azahra, berulang-ulang kali. Melihat Azahra yang menangis menahan rasa sakit, sungguh membuat dirinya sangat tidak tega. "Adek harus kuat. Ingat anak-anak, demi Abang dan anak-anak kita sayang." Ferdi meneteskan air matanya. Awalnya dirinya yakin, bahwa persalinan kedua Azahra, akan membuat dirinya lebih tenang, namun ternyata tetap saja membuat dirinya cemas dan gugup seperti ini. Baju kemeja yang dipakainya kini su
Ferdi turun dari dalam mobil dan berlari masuk ke rumahnya.Zikra dan Zavier yang sedang asik-asiknya bermain, menjerit memanggil Daddy nya. Mereka tidak menyangka, bahwa Daddy nya akan pulang di jam seperti ini. Kedua anak itu meninggalkan mainannya dan berlari mengejar Ferdi."Dad, sudah pulang?" Zavier memeluk kakinya di sebelah kanan."Dad gendong." Zikra memeluk kakinya sebelah kiri."Iya sayang, Abang main ya sama Zikra."Ferdi mencium pipi putranya."Kakak jangan berantem ya sama abang mainnya, yang akur ya nak, Daddy mau ke kamar dulu." Ferdi mencium pipi Zikra kiri dan kanan. Ia kemudian pergi meninggalkan kedua anaknya.Ferdi melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia berlari menaiki anak tangga. Saat ini dirinya sangat mencemaskan istrinya. Ia ingin melihat kondisi istrinya secara langsung."Dek." Ferdi berkata ketika membuka pintu kamarnya. Ia masuk kedalam kamar dan melihat Azahra yang sedang berbaring di atas
Hari ini suasana di dalam kamar ini sangatlah berbeda. Tidak ada suara teriakan anak-anaknya. Tidak ada suara tangis dan tertawa kedua anaknya.Ferdi memandang Azahra yang saat ini duduk diatas tempat tidur sambil memandang ponselnya. Wajah istrinya tampak tersenyum sendiri ketika melihat layar di ponsel tersebut."Hai, mommy lagi apa?" Ferdi duduk di samping istrinya dan memberikan susu coklat di tangannya."Ini lihat video Zikra sama Zavier," jawab Azahra dengan tersenyum.Ferdi mengambil ponsel dari tangan istrinya. Pria itu melihat video yang saat ini sedang ditonton oleh Azahra."Padahal baru satu hari, anak-anak pergi ikut opa, Om, nenek serta Atuk nya ke Singapura. Tapi kenapa rasanya sudah sepi sekali ya dek." Ferdi memandang layar ponsel istrinya."Iya bang, biasanya ada yang gangguin Rara kalau lagi tidur. Tapi hari ini Rara tidur enggak ada yang gangguin, gitu bangun langsung terkejut cariin Zavier dan juga Zikra. Rara baru ingat
"Assalamualaikum." Ferdi membuka pintu dan berdiri di ambang pintu."Waalaikumsalam." Jawab Azahra. Yang berbaring di atas tempat tidur. Azahra hanya tersenyum tanpa menyambut suaminya seperti biasa.Pria itu hanya berdiri di ambang pintu sambil mengembangkan tangannya. Ferdi sudah sangat memahami seperti apa tingkah lucu kedua anaknya, bila melihat dirinya pulang seperti ini. Ferdi tertawa ketika kedua anaknya berlari dan mengejarnya. Kedua anak itu berhamburan ke dalam pelukannya. "Anak-anak Dedi lagi apa ini." Ferdi menggendong kedua anaknya di tangannya yang kiri dan juga kanan. Ia masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya yang hanya berbaring di atas tempat tidur sambil menjaga kedua anaknya bermain."Main Lobot." Jawab Zavier."Atu juga," ucap Zikra."Ini anak gadis gak mau kalah." Ferdi mencium pipi bulat gadis kecil yang berambut pendek dan berponi tersebut.Ferdi juga mencium pipi bulat Zavier berulang-ulang kali."Anak
Ferdi yang duduk di kursi kerjanya, hanya diam ketika ruangannya dibuat berantakan oleh kedua anaknya. Kedua anaknya berlari kesana-kemari sambil berteriak-teriak dan saling kejar mengejar sambil mengelilingiruangannya yang berukuran besar.Bukan hanya sekedar berlari saja, kedua anak itu terkadang berkelahi merebutkan mainan dan berakhir dengan menangis bagi yang kalah. Ferdi sudah sangat terbiasa dengan kondisi seperti ini. Bila istri dan anak-anaknya datang ke kantornya, maka ruangannya akan menjadi berantakan, suara jeritan anak-anaknya, suara menangis dan suara tertawa, memenuhi ruangannya. Namun semua ini membuat dirinya bahagia ketika mendengar suara tangis, suara ketawa dan juga jeritan kedua anaknya."Dad, Piel at," Zikra mengadu kepada Daddy nya."Oh sayang Daddy, anak gadis main boneka, bukan robot." Ferdi mengusap air mata yang mengalir di pipi bulat gadis kecil yang bermata lebar, dengan bulu mata yang lentik dan bola mata yang hitam dan bes
Ferdi baru saja kembali dari shalat subuh di masjid. Pria itu masuk kedalam kamarnya dan melihat istrinya yang duduk di atas sajadah sambil membaca Alquran. "Sudah sholat ternyata." Ferdi tersenyum. Ia melihat kedua anaknya yang tidak ada di dalam kamar. Dengan cepat ia membuka kain sarung, peci serta baju Koko yang dipakainya. Hingga yang tersisa celana pendek.Begitu mendengar Azahra menyudahi membaca Al Quran Nya, pria itu diam-diam mengangkat tubuh istrinya."Abang mau apa?" Azahra terkejut ketika melihat suaminya yang sudah tidak berpakaian dan hanya memakai celana pendek saja."Kenapa nggak ngasih tahu dek." Ferdi tersenyum dan mendaratkan tubuh istrinya di atas tempat tidur."Kasih tahu apa?" tanya Azahra yang tidak memahami maksud suaminya."Kalau sudah selesai." Ferdi tersenyum dan membuka mukenah yang dipakai istrinya."Abang ini mau apa?" Azahra membesarkan matanya."Mau apalagi, subuh ini penuh berkah sayang. Anak-anak sud
Berulang kali Azahra memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ini adalah kuliah terakhirnya dan dirinya sudah sangat tidak sabar menunggu dosen menutup perkuliahannya. Saat ini yang terbayang dipandangnya hanyalah kedua anaknya. Tingkah lucu Zavier dan Zikra selalu dirindukannya, meskipun hanya meninggalkan kedua anaknya sebentar saja."Alhamdulillah akhirnya selesai juga." Azahra tersenyum lebar ketika dosennya sudah mengakhiri perkuliahannya."Pasti sudah nggak sabar pengen ketemu Zavier dan juga Zikra," ucap Dewi yang duduk di samping Azahra"Iya dong, itu anak-anak sudah pada pintar-pintar semua. Setiap hari ada aja kepandaian barunya." Azahra tersenyum menceritakan kedua anaknya."Sudah pinter apa aja Zikra dan juga Zavier?" tanya Dewi. Dewi tidak pernah bosan-bosannya ingin mengetahui perkembangan kedua bayi yang begitu sangat menggemaskan tersebut."Zavier dan juga Zikra itu sudah pandai jalan sekarang. Ke mana-mana nggak mau l