"Gak tau Bik. Tolong buka pintu, saya akan langsung ke rumah sakit," jelas Ferdi.
"Baik pak," jawab Bik Mun.
"Bik, tolong ambilkan jilbab istri saya. Terserah mau yang mana aja." Ferdi baru ingat bahwa saat ini istrinya tidak berhijab.
"Ya Allah, Bibik bingung sampai lupa pak," ucap Bik Mun yang kemudian berlari menuju ke ruang pakaian yang berada di kamar belakang. Setelah mengambil jilbab yang asal dapat, bik Mun mempercepat langkah kakinya ke arah majikannya yang saat ini sedang menunggu. "Ini pak," ucap Bik Mun dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Tolong pasangkan bik," pinta Ferdi.
"Iya pak," jawab Bik Mun yang memakaikan jilbab langsung Azahra. "Sudah pak," ucap Bik Mun.
Ferdi mempercepat langkah kakinya menuju ke pintu yang saat ini sudah dibuka bik Mun. Ia memasukkan istrinya ke dalam mobil dengan sangat berhati-hati. Ia kemudian masuk ke dalam mobil dan duduk di samping istrinya.
"Apa kita langsung ke rumah sakit
Azahra membuka matanya dan melihat ke sekeliling kamarnya yang sudah dalam keadaan sepi. Aroma wangi parfum suaminya masih tercium oleh indera penciumannya. Dirabanya nakas yang ada di samping tempat tidurnya dan mengambil kertas yang berada di atas nakas tersebut.Azahra memandang isi dari kertas kecil yang ada di atas nakasnya dan tersenyum. Setiap pagi suaminya akan meninggalkan kertas kecil yang berisi pesan untuknya, setiap pagi isi dari kertas kecil itu selalu saja berbeda-beda. Azahra sudah tidak sabar untuk membaca isi kertas kecil yang saat ini ada di tangannya."Bangun tidur, jangan lupa mandi dan gosok gigi. Kemudian sarapan, dan jangan lupa susunya di minum. Telpon Abang kalau sudah cantik. (^ _^)”“Muuuaaahhh" Azahra tersenyum saat membaca kertas kecil yang berisi pesan dari suaminya. Diciumnya kertas yang beraroma wangi tersebut."Sebenarnya Rara malas bangun, tidur di dalam selimut sepertinya lebih enak." Ia begitu sangat
"Bik Mina, tolong bawa teman Rara ke kamar tamu dan kasih pinjam baju Rara," perintah Azahra."Baik nyonya," jawab Bik Mina.Azahra duduk di kursi ruang tamu, dirinya tidak mengerti dengan apa yang terjadi terhadap sahabatnya tersebut."Bi tolong buatkan minuman hangat dan juga sarapan." Azahra berkata ketika bik Mina kembali ke ruang tamu bersama dengan Dina."Baik nyonya." Bila Mina meninggalkan ruang tamu tersebut.Dina sedikit tersenyum dan duduk di kursi sofa yang ada di depan Azahra.Azahra memandang sahabatnya yang begitu sangat pucat."Maaf ya Ra aku datangnya nggak ngasih tahu dulu." Dina menundukkan kepalanya. Ia merasakan telapak kakinya yang terasa sakit dan berdenyut-denyut."Iya enggak apa-apa, kenapa nggak naik go-jek atau taksi online aja kalau mau ke sini. Bila gak bawa uang, Rara bisa bayarkan di rumah." Azahra memulai pembicaraan."Aku nggak bawa ponsel." Dina sedikit tersenyum. Ia keluar dari ru
"Ya ampun non, kalau gitu bibik ambil obat dulu," ucap bik Mina."Makasih bik," jawab Dina yang tersenyum."Iya non," jawab Bim Mina yang kemudian keluar dari dalam kamarDina duduk di atas tempat tidur dan melihat telapak kakinya yang koyak cukup besar. "Sakit sekali." Dina Sedikit menepuk-nepuk bagian tepi dari kakinya yang terbuka tersebut guna menghilangkan rasa sakit di kakinya. Dina mengingat ketika kakinya yang tersobek karena pecahan kaca. Bersyukur kaca itu tidak menancap di kakinya. Namun rasa sakit yang dirasakannya sehingga membuat dirinya tidak mampu untuk berjalan, dan memilih untuk duduk di tepi jalan hingga kakinya sedikit membaik. Setelah sakit dikakinya berkurang sedikit, Dina kembali berjalan dengan perlahan-lahan dan menahan rasa sakit. "Anak mama sangat kuat, padahal tadi mama jalan kaki sangat jauh, tapi Adek di sini baik-baik saja. Bahkan mama gak ngerasa perut mama yang sakit, karena lelah saat berjalan. Kita harus kuat untuk menghadapi i
Ferdi tersenyum saat melihat istrinya yang duduk di taman depan rumahnya dengan memandang ke arah bunga. Ia mendekati istrinya dan memeluknya dari belakang. "Abang pulang bukannya disambut, malah asik lihat bunga di sini." Ferdi tersenyum. Ia diam ketika mencium aroma tubuh wanita yang saat ini dipeluknya tidak seperti aroma tubuh istrinya. Ferdi semakin melonggarkan dekapan nya ketika menyadari bahwa yang saat ini dipeluknya bukanlah istrinya. Istrinya tidak mungkin keluar rumah tanpa memakai hijabnya. Dengan sangat cepat Ferdi melepaskan pelukannya."Maaf bang." Dina berkata dengan sangat gugup. Jantungnya berdegup dengan sama hebatnya saat ini wajahnya terlihat sangat pucat. Dina tidak menduga adegan salah paham ini akan terjadi.Ferdi hanya diam dengan wajah yang begitu merah. Ia kemudian pergi meninggalkan teman istrinya tanpa berkata apa-apa."Mengapa bisa terjadi seperti ini, aku tidak ingin Azahra salah paham." Dina berkata dalam hatinya. Ia begitu
"Sini dek," Ferdi menepuk Pahanya.Azahra tersenyum menggelengkan kepalanya. "Rara gak mau." Azahra menutup wajahnya dengan telapak tangannya."Kenapa gak mau?" Tanya Ferdi yang mengulum senyumnya.Azahra diam tanpa berkata apa-apa. Melihat sikap suaminya yang seperti ini Azahra memahami apa yang diinginkan oleh suami."Cepat Dek, adek sudah gosok punggung Abang, sekarang gantian." Ferdi mengedipkan sebelah matanya."Abang pasti pengen macam-macam." Azahra berkata dengan sangat malu-malu.Ferdi tertawa ketika mendengar ucapan istrinya. "Yang nyuruh datang ke sini tadi siapa, sekarang tanggung jawab," ucapnya yang menarik tangan istrinya."Rara datang ke sini niatnya untuk rayu Abang, biar abang jangan marah lagi," jawab Azahra dengan sangat polosnya."Kalau nggak mau, Abang marah lagi nih, Abang merajuk lagi nih," ucap Ferdi.Azahra diam dan menelan air ludahnya."Sini." Ferdi kembali menepuk pah
"Tapi ini uangnya sangat banyak Ra." Dina memandang uang yang diberikan Azahra. Ia tidak enak untuk menerima uang yang memiliki nominal besar tersebut. Bagi Dina sudah diberi tempat tinggal sementara dan diberi makan saja sudah sangat membuatnya merasa sangat bersyukur."Iya gak apa, Dina beli aja baju dan semua kebutuhan Dina. Sudah ayo cepat itu mas Anto sudah menunggu." Azahra tersenyum."Tapi temenin aku ke depan ya Ra, aku segan sama orangnya, soalnya belum kenal," ucap Dina.Azahra tersenyum dan memasukkan uang yang di tangannya ke dalam dompet berwarna hitam. "Ini uangnya banyak, kalau nggak dimasukin ke dalam dompet takutnya nanti malah hilang." Azahra memberikan dompet bertali yang berisi uang tersebut ke tangan Dina."Terima kasih ya Ra, aku gak tahu bagaimana caranya untuk membalas jasa kamu," ucap Dina."Cukup jadi lebih baik saja. Apalagi Dina sebentar lagi akan menjadi ibu, jadi Dina harus bisa menjadi ibu yang baik untuk anak D
"Tapi gak mesti harus uangnya dihabisin untuk beli baju Ra, aku masih butuh banyak uang, apalagi aku mau cari rumah." Dina tersenyum memandang Azahra yang duduk di atas tempat tidurnya.Azahra hanya tersenyum ketika mendengar ucapan sahabatnya."He...he... Daripada dihabiskan untuk beli baju, sayang Ra." Dina tersenyum cengengesan."Dihabisin semua untuk beli juga nggak apa-apa," jawab Azahra."Aku gak enak Ra, ini aja aku sudah belanja banyak. Ini uang lebih dari beli baju." Dina memberikan sisa uang yang dimilikinya kepada Azahra."Uangnya diambil aja," ucap Azahra."Apa ini beneran Ra, uangnya boleh aku ambil sisanya?" tanya Dina. Ia merasa sangat senang ketika mendengar ucapan sahabatnya tersebut.Azahra menganggukkan kepalanya."Alhamdulillah, Aku sudah punya uang sekarang. Aku bisa pakai uangnya untuk bayar uang kontrakan rumah. Aku nggak enak tinggal di sini sama kamu Ra. Jadi aku pengen secepatnya bisa kontrak rum
"Kita duduk dulu," ajak Indah. Begitu banyak yang ingin ditanyakan Indah saat ini. Ia duduk di kursi sofa yang ada di ruang tamu."Iya ma," jawab Azahra yang duduk di sofa yang ada di depan Indah."Abang Ferdi mana?" Tanya Indah memandang Azahra."Ada di kamar ma, Rara panggil dulu," jawab Azahra."Nggak usah, papa telepon saja." Andi menghubungi no ponsel putranya.Azahra menganggukkan kepalanya."Halo Fer, papa lagi di rumah kamu, kamu cepat turun ke bawah ya," perintah Andi."Iya pa aku akan turun, kenapa gak ngasih tahu kalau mau datang?" tanya Ferdi."Nanti kita cerita. papa tunggu kamu," jelas Andi."Iya pa," jawab Ferdi yang kemudian memutuskan sambungan telepon."Apa dia sudah menikah?" tanyain Indah.Azahra menggelengkan kepalanya."Dia sedang hamil?" tanya Indah. Indah yang berprofesi sebagai bidan bisa membedakan ciri-ciri wanita yang hamil dengan yang tidak.Azahra begitu bin
"Iya habis dari ketemu orang banyak, nggak enak kalau langsung magang cucuk," jawab Andi. Meskipun sangat ingin sekali memegang cucunya, namun Andi menahan diri. Mengingat dirinya yang baru saja pulang dari acara pesta pernikahan."Itu sepertinya ART yang di rumah sudah datang." Indah tersenyum ketika mendengar suara ketukan di pintu."Assalamualaikum Bu," ucap pekerja di rumah Indah, yang datang mengantarkan pakaian yang diminta Indah untuk diantarkan ke rumah sakit."Waalaikumsalam, terima kasih ya bik min." Indah tersenyum mengambil tas yang diberikan oleh bik min."Iya Bu, Mbak Azahra ternyata sudah lahiran ya," ucap bik min yang berdiri di ambang pintu."Iya ya bik min, Alhamdulillah." Azahra tersenyum."Saya mau lihat dulu, sebelum pulang." Bik min kemudian masuk ke dalam kamar. "Yang ini wajahnya mirip sekali sama Mbak Azahra, sedangkan abangnya mirip sama mas Ferdi," komentar bik min itu ketika melihat wajah bayi yang ada di tangan A
"Zavier, jangan ke sana sini." Attar memanggil cucunya yang pergi ke lain arah. Zavier berlari berlawanan arah dengan jalan yang akan dilewatinya."Zikra, kamar mommy Lewat sini." Alisa sedikit mengeraskan suaranya memanggil Zikra yang ikut berlari mengejar Zavier.Attar berlari mengejar Zavier, yang dengan sengaja mengajak bermain.Zavier tertawa ngakak, ketika opa nya berhasil menangkapnya."Dapat." Attar berkata dengan nafas ngos-ngosan. Ia tersenyum ketika berhasil menangkap cucunya. Agar cucunya, tidak berlari kesana kemari, Attar menggendong Zavier yang saat ini tertawa ngakak. Pria itu juga menggendong Zikra yang berhenti di dekat kakinya. "Katanya mau ikut lihat mommy dan adik bayi, tapi kenapa malah lari-lari nggak jelas seperti ini." Walaupun dirinya sedang tidak ingin bermain dengan kedua cucunya, namun pria itu tetap tertawa dan mencium pipi cucunya kiri dan kanan secara bergantian.Alisa yang melihat suaminya yang dikerjain oleh
Ferdi berada di ruangan persalinan istrinya. Mendengar rintihan istrinya yang kesakitan, membuat dirinya sungguh tidak tega. Berulang kali, ia mencoba menenangkan Azahra."Bang sakit." Azahra menangis."Iya dek, ditahan sayang, sakitnya." Ferdi mengusap keringat yang menempel di pelipis kening Azahra."Ini sakit bener bang." Azahra meremas tangan suaminya. Keringat bercucuran di pelipis keningnya ketika harus menahan rasa sakit yang seperti ini.Ferdi hanya diam, ia tidak tahu harus berkata apa. Dipeluknya Azahra dan di ciumannya kening milik Azahra, berulang-ulang kali. Melihat Azahra yang menangis menahan rasa sakit, sungguh membuat dirinya sangat tidak tega. "Adek harus kuat. Ingat anak-anak, demi Abang dan anak-anak kita sayang." Ferdi meneteskan air matanya. Awalnya dirinya yakin, bahwa persalinan kedua Azahra, akan membuat dirinya lebih tenang, namun ternyata tetap saja membuat dirinya cemas dan gugup seperti ini. Baju kemeja yang dipakainya kini su
Ferdi turun dari dalam mobil dan berlari masuk ke rumahnya.Zikra dan Zavier yang sedang asik-asiknya bermain, menjerit memanggil Daddy nya. Mereka tidak menyangka, bahwa Daddy nya akan pulang di jam seperti ini. Kedua anak itu meninggalkan mainannya dan berlari mengejar Ferdi."Dad, sudah pulang?" Zavier memeluk kakinya di sebelah kanan."Dad gendong." Zikra memeluk kakinya sebelah kiri."Iya sayang, Abang main ya sama Zikra."Ferdi mencium pipi putranya."Kakak jangan berantem ya sama abang mainnya, yang akur ya nak, Daddy mau ke kamar dulu." Ferdi mencium pipi Zikra kiri dan kanan. Ia kemudian pergi meninggalkan kedua anaknya.Ferdi melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia berlari menaiki anak tangga. Saat ini dirinya sangat mencemaskan istrinya. Ia ingin melihat kondisi istrinya secara langsung."Dek." Ferdi berkata ketika membuka pintu kamarnya. Ia masuk kedalam kamar dan melihat Azahra yang sedang berbaring di atas
Hari ini suasana di dalam kamar ini sangatlah berbeda. Tidak ada suara teriakan anak-anaknya. Tidak ada suara tangis dan tertawa kedua anaknya.Ferdi memandang Azahra yang saat ini duduk diatas tempat tidur sambil memandang ponselnya. Wajah istrinya tampak tersenyum sendiri ketika melihat layar di ponsel tersebut."Hai, mommy lagi apa?" Ferdi duduk di samping istrinya dan memberikan susu coklat di tangannya."Ini lihat video Zikra sama Zavier," jawab Azahra dengan tersenyum.Ferdi mengambil ponsel dari tangan istrinya. Pria itu melihat video yang saat ini sedang ditonton oleh Azahra."Padahal baru satu hari, anak-anak pergi ikut opa, Om, nenek serta Atuk nya ke Singapura. Tapi kenapa rasanya sudah sepi sekali ya dek." Ferdi memandang layar ponsel istrinya."Iya bang, biasanya ada yang gangguin Rara kalau lagi tidur. Tapi hari ini Rara tidur enggak ada yang gangguin, gitu bangun langsung terkejut cariin Zavier dan juga Zikra. Rara baru ingat
"Assalamualaikum." Ferdi membuka pintu dan berdiri di ambang pintu."Waalaikumsalam." Jawab Azahra. Yang berbaring di atas tempat tidur. Azahra hanya tersenyum tanpa menyambut suaminya seperti biasa.Pria itu hanya berdiri di ambang pintu sambil mengembangkan tangannya. Ferdi sudah sangat memahami seperti apa tingkah lucu kedua anaknya, bila melihat dirinya pulang seperti ini. Ferdi tertawa ketika kedua anaknya berlari dan mengejarnya. Kedua anak itu berhamburan ke dalam pelukannya. "Anak-anak Dedi lagi apa ini." Ferdi menggendong kedua anaknya di tangannya yang kiri dan juga kanan. Ia masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya yang hanya berbaring di atas tempat tidur sambil menjaga kedua anaknya bermain."Main Lobot." Jawab Zavier."Atu juga," ucap Zikra."Ini anak gadis gak mau kalah." Ferdi mencium pipi bulat gadis kecil yang berambut pendek dan berponi tersebut.Ferdi juga mencium pipi bulat Zavier berulang-ulang kali."Anak
Ferdi yang duduk di kursi kerjanya, hanya diam ketika ruangannya dibuat berantakan oleh kedua anaknya. Kedua anaknya berlari kesana-kemari sambil berteriak-teriak dan saling kejar mengejar sambil mengelilingiruangannya yang berukuran besar.Bukan hanya sekedar berlari saja, kedua anak itu terkadang berkelahi merebutkan mainan dan berakhir dengan menangis bagi yang kalah. Ferdi sudah sangat terbiasa dengan kondisi seperti ini. Bila istri dan anak-anaknya datang ke kantornya, maka ruangannya akan menjadi berantakan, suara jeritan anak-anaknya, suara menangis dan suara tertawa, memenuhi ruangannya. Namun semua ini membuat dirinya bahagia ketika mendengar suara tangis, suara ketawa dan juga jeritan kedua anaknya."Dad, Piel at," Zikra mengadu kepada Daddy nya."Oh sayang Daddy, anak gadis main boneka, bukan robot." Ferdi mengusap air mata yang mengalir di pipi bulat gadis kecil yang bermata lebar, dengan bulu mata yang lentik dan bola mata yang hitam dan bes
Ferdi baru saja kembali dari shalat subuh di masjid. Pria itu masuk kedalam kamarnya dan melihat istrinya yang duduk di atas sajadah sambil membaca Alquran. "Sudah sholat ternyata." Ferdi tersenyum. Ia melihat kedua anaknya yang tidak ada di dalam kamar. Dengan cepat ia membuka kain sarung, peci serta baju Koko yang dipakainya. Hingga yang tersisa celana pendek.Begitu mendengar Azahra menyudahi membaca Al Quran Nya, pria itu diam-diam mengangkat tubuh istrinya."Abang mau apa?" Azahra terkejut ketika melihat suaminya yang sudah tidak berpakaian dan hanya memakai celana pendek saja."Kenapa nggak ngasih tahu dek." Ferdi tersenyum dan mendaratkan tubuh istrinya di atas tempat tidur."Kasih tahu apa?" tanya Azahra yang tidak memahami maksud suaminya."Kalau sudah selesai." Ferdi tersenyum dan membuka mukenah yang dipakai istrinya."Abang ini mau apa?" Azahra membesarkan matanya."Mau apalagi, subuh ini penuh berkah sayang. Anak-anak sud
Berulang kali Azahra memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ini adalah kuliah terakhirnya dan dirinya sudah sangat tidak sabar menunggu dosen menutup perkuliahannya. Saat ini yang terbayang dipandangnya hanyalah kedua anaknya. Tingkah lucu Zavier dan Zikra selalu dirindukannya, meskipun hanya meninggalkan kedua anaknya sebentar saja."Alhamdulillah akhirnya selesai juga." Azahra tersenyum lebar ketika dosennya sudah mengakhiri perkuliahannya."Pasti sudah nggak sabar pengen ketemu Zavier dan juga Zikra," ucap Dewi yang duduk di samping Azahra"Iya dong, itu anak-anak sudah pada pintar-pintar semua. Setiap hari ada aja kepandaian barunya." Azahra tersenyum menceritakan kedua anaknya."Sudah pinter apa aja Zikra dan juga Zavier?" tanya Dewi. Dewi tidak pernah bosan-bosannya ingin mengetahui perkembangan kedua bayi yang begitu sangat menggemaskan tersebut."Zavier dan juga Zikra itu sudah pandai jalan sekarang. Ke mana-mana nggak mau l