"Apa suka?" Tanya Ferdi.
Azahra tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Kita ambil?" Ferdi memeluk istrinya dari belakang.
"Iya," jawab Azahra yang memutar kepalanya kebelakang dan mencium bibir suaminya. "Abang, makasih," ucapnya.
Ferdi tersenyum dan membalas kecupan bibir istrinya.
Matanya memandang ke seluruh sudut rumah yang akan dibeli oleh suaminya. "Rumah ini sesuai dengan keinginan Rara. Dekat juga dengan rumah mommy. Bila bosan di rumah, Rara bisa main ke rumah mommy," Azahra tersenyum memandang rumah mewah yang akan menjadi tempat tinggalnya bersama dengan suaminya nanti.
Setelah pulang dari bulan madunya di Bali, Ferdi dan Azahra memutuskan untuk membeli rumah, dan mencoba untuk tinggal di rumah sendiri. Meskipun Daddy nya menawarkan memberikan sebuah rumah, namun Ferdi tidak menerimanya. Ia lebih memilih membeli rumah dari uangnya sendiri.
"Kita lihat kamar kita?" ajak Ferdi.
Azahra menganggukkan kepalanya. Ia
"Gak tau Bik. Tolong buka pintu, saya akan langsung ke rumah sakit," jelas Ferdi."Baik pak," jawab Bik Mun."Bik, tolong ambilkan jilbab istri saya. Terserah mau yang mana aja." Ferdi baru ingat bahwa saat ini istrinya tidak berhijab."Ya Allah, Bibik bingung sampai lupa pak," ucap Bik Mun yang kemudian berlari menuju ke ruang pakaian yang berada di kamar belakang. Setelah mengambil jilbab yang asal dapat, bik Mun mempercepat langkah kakinya ke arah majikannya yang saat ini sedang menunggu. "Ini pak," ucap Bik Mun dengan nafas yang tersengal-sengal."Tolong pasangkan bik," pinta Ferdi."Iya pak," jawab Bik Mun yang memakaikan jilbab langsung Azahra. "Sudah pak," ucap Bik Mun.Ferdi mempercepat langkah kakinya menuju ke pintu yang saat ini sudah dibuka bik Mun. Ia memasukkan istrinya ke dalam mobil dengan sangat berhati-hati. Ia kemudian masuk ke dalam mobil dan duduk di samping istrinya."Apa kita langsung ke rumah sakit
Azahra membuka matanya dan melihat ke sekeliling kamarnya yang sudah dalam keadaan sepi. Aroma wangi parfum suaminya masih tercium oleh indera penciumannya. Dirabanya nakas yang ada di samping tempat tidurnya dan mengambil kertas yang berada di atas nakas tersebut.Azahra memandang isi dari kertas kecil yang ada di atas nakasnya dan tersenyum. Setiap pagi suaminya akan meninggalkan kertas kecil yang berisi pesan untuknya, setiap pagi isi dari kertas kecil itu selalu saja berbeda-beda. Azahra sudah tidak sabar untuk membaca isi kertas kecil yang saat ini ada di tangannya."Bangun tidur, jangan lupa mandi dan gosok gigi. Kemudian sarapan, dan jangan lupa susunya di minum. Telpon Abang kalau sudah cantik. (^ _^)”“Muuuaaahhh" Azahra tersenyum saat membaca kertas kecil yang berisi pesan dari suaminya. Diciumnya kertas yang beraroma wangi tersebut."Sebenarnya Rara malas bangun, tidur di dalam selimut sepertinya lebih enak." Ia begitu sangat
"Bik Mina, tolong bawa teman Rara ke kamar tamu dan kasih pinjam baju Rara," perintah Azahra."Baik nyonya," jawab Bik Mina.Azahra duduk di kursi ruang tamu, dirinya tidak mengerti dengan apa yang terjadi terhadap sahabatnya tersebut."Bi tolong buatkan minuman hangat dan juga sarapan." Azahra berkata ketika bik Mina kembali ke ruang tamu bersama dengan Dina."Baik nyonya." Bila Mina meninggalkan ruang tamu tersebut.Dina sedikit tersenyum dan duduk di kursi sofa yang ada di depan Azahra.Azahra memandang sahabatnya yang begitu sangat pucat."Maaf ya Ra aku datangnya nggak ngasih tahu dulu." Dina menundukkan kepalanya. Ia merasakan telapak kakinya yang terasa sakit dan berdenyut-denyut."Iya enggak apa-apa, kenapa nggak naik go-jek atau taksi online aja kalau mau ke sini. Bila gak bawa uang, Rara bisa bayarkan di rumah." Azahra memulai pembicaraan."Aku nggak bawa ponsel." Dina sedikit tersenyum. Ia keluar dari ru
"Ya ampun non, kalau gitu bibik ambil obat dulu," ucap bik Mina."Makasih bik," jawab Dina yang tersenyum."Iya non," jawab Bim Mina yang kemudian keluar dari dalam kamarDina duduk di atas tempat tidur dan melihat telapak kakinya yang koyak cukup besar. "Sakit sekali." Dina Sedikit menepuk-nepuk bagian tepi dari kakinya yang terbuka tersebut guna menghilangkan rasa sakit di kakinya. Dina mengingat ketika kakinya yang tersobek karena pecahan kaca. Bersyukur kaca itu tidak menancap di kakinya. Namun rasa sakit yang dirasakannya sehingga membuat dirinya tidak mampu untuk berjalan, dan memilih untuk duduk di tepi jalan hingga kakinya sedikit membaik. Setelah sakit dikakinya berkurang sedikit, Dina kembali berjalan dengan perlahan-lahan dan menahan rasa sakit. "Anak mama sangat kuat, padahal tadi mama jalan kaki sangat jauh, tapi Adek di sini baik-baik saja. Bahkan mama gak ngerasa perut mama yang sakit, karena lelah saat berjalan. Kita harus kuat untuk menghadapi i
Ferdi tersenyum saat melihat istrinya yang duduk di taman depan rumahnya dengan memandang ke arah bunga. Ia mendekati istrinya dan memeluknya dari belakang. "Abang pulang bukannya disambut, malah asik lihat bunga di sini." Ferdi tersenyum. Ia diam ketika mencium aroma tubuh wanita yang saat ini dipeluknya tidak seperti aroma tubuh istrinya. Ferdi semakin melonggarkan dekapan nya ketika menyadari bahwa yang saat ini dipeluknya bukanlah istrinya. Istrinya tidak mungkin keluar rumah tanpa memakai hijabnya. Dengan sangat cepat Ferdi melepaskan pelukannya."Maaf bang." Dina berkata dengan sangat gugup. Jantungnya berdegup dengan sama hebatnya saat ini wajahnya terlihat sangat pucat. Dina tidak menduga adegan salah paham ini akan terjadi.Ferdi hanya diam dengan wajah yang begitu merah. Ia kemudian pergi meninggalkan teman istrinya tanpa berkata apa-apa."Mengapa bisa terjadi seperti ini, aku tidak ingin Azahra salah paham." Dina berkata dalam hatinya. Ia begitu
"Sini dek," Ferdi menepuk Pahanya.Azahra tersenyum menggelengkan kepalanya. "Rara gak mau." Azahra menutup wajahnya dengan telapak tangannya."Kenapa gak mau?" Tanya Ferdi yang mengulum senyumnya.Azahra diam tanpa berkata apa-apa. Melihat sikap suaminya yang seperti ini Azahra memahami apa yang diinginkan oleh suami."Cepat Dek, adek sudah gosok punggung Abang, sekarang gantian." Ferdi mengedipkan sebelah matanya."Abang pasti pengen macam-macam." Azahra berkata dengan sangat malu-malu.Ferdi tertawa ketika mendengar ucapan istrinya. "Yang nyuruh datang ke sini tadi siapa, sekarang tanggung jawab," ucapnya yang menarik tangan istrinya."Rara datang ke sini niatnya untuk rayu Abang, biar abang jangan marah lagi," jawab Azahra dengan sangat polosnya."Kalau nggak mau, Abang marah lagi nih, Abang merajuk lagi nih," ucap Ferdi.Azahra diam dan menelan air ludahnya."Sini." Ferdi kembali menepuk pah
"Tapi ini uangnya sangat banyak Ra." Dina memandang uang yang diberikan Azahra. Ia tidak enak untuk menerima uang yang memiliki nominal besar tersebut. Bagi Dina sudah diberi tempat tinggal sementara dan diberi makan saja sudah sangat membuatnya merasa sangat bersyukur."Iya gak apa, Dina beli aja baju dan semua kebutuhan Dina. Sudah ayo cepat itu mas Anto sudah menunggu." Azahra tersenyum."Tapi temenin aku ke depan ya Ra, aku segan sama orangnya, soalnya belum kenal," ucap Dina.Azahra tersenyum dan memasukkan uang yang di tangannya ke dalam dompet berwarna hitam. "Ini uangnya banyak, kalau nggak dimasukin ke dalam dompet takutnya nanti malah hilang." Azahra memberikan dompet bertali yang berisi uang tersebut ke tangan Dina."Terima kasih ya Ra, aku gak tahu bagaimana caranya untuk membalas jasa kamu," ucap Dina."Cukup jadi lebih baik saja. Apalagi Dina sebentar lagi akan menjadi ibu, jadi Dina harus bisa menjadi ibu yang baik untuk anak D
"Tapi gak mesti harus uangnya dihabisin untuk beli baju Ra, aku masih butuh banyak uang, apalagi aku mau cari rumah." Dina tersenyum memandang Azahra yang duduk di atas tempat tidurnya.Azahra hanya tersenyum ketika mendengar ucapan sahabatnya."He...he... Daripada dihabiskan untuk beli baju, sayang Ra." Dina tersenyum cengengesan."Dihabisin semua untuk beli juga nggak apa-apa," jawab Azahra."Aku gak enak Ra, ini aja aku sudah belanja banyak. Ini uang lebih dari beli baju." Dina memberikan sisa uang yang dimilikinya kepada Azahra."Uangnya diambil aja," ucap Azahra."Apa ini beneran Ra, uangnya boleh aku ambil sisanya?" tanya Dina. Ia merasa sangat senang ketika mendengar ucapan sahabatnya tersebut.Azahra menganggukkan kepalanya."Alhamdulillah, Aku sudah punya uang sekarang. Aku bisa pakai uangnya untuk bayar uang kontrakan rumah. Aku nggak enak tinggal di sini sama kamu Ra. Jadi aku pengen secepatnya bisa kontrak rum