"Kenapa lama sekali buka pintunya?" Alisa bertanya dengan memandang wajah putrinya.
"Tadi Rara pakai jilbab dulu My," jawab Azahra yang mencium punggung tangan Mommynya.
"Ooo," jawab Alisa. Alisa tersenyum memandang wajah cantik Putrinya dan mencium pipi putrinya.
"Kita itu harus pengertian kalau pengen cepat-cepat punya cucu," Indah tersenyum dan mengusap kepala menantunya saat Azahra menyalami tangannya.
Azahra hanya diam ketika mendengar ucapan mama mertuanya. Dirinya seakan tidak bisa untuk membela dirinya, hanya wajahnya yang bersemu merah saat ini yang menandakan bahwa dirinya sangat malu.
Indah tersenyum memandang wajah menantunya yang bersemu merah. Diciumnya pipi menantunya kiri dan juga kanan.
"Kurang pengertian apa coba papa sama menantu dan juga anak. Selama beberapa hari ini dibiarin menikmati bulan madu berdua biar cepat dapat cucu." Andi tersenyum memandang Azahra. Andi bersama dengan istrinya sudah tidak sabar ingin sec
Setelah semuanya pulang kondisi kamar mulai sepi. Hanya ada Ferdi, Azahra dan juga Akbar di dalam kamar ini.Akbar diam memandang Ferdi. Sejak awal berjumpa dengan Ferdi, anak berusia 6 tahun itu selalu memperhatikannya dan memandangnya dari atas hingga ke bawah."Ada apa?" tanya Ferdi yang begitu sangat menyadari tatapan mata Akbar."Aku sungguh tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Sebenarnya ini ada apa? Abang sakit apa? Aku tidak melihat ada apa pun ataupun wajah abang yang terlihat seperti lemas." Akbar bertanya karena dirinya mengetahui bahwa orang sakit pasti wajahnya terlihat pucat, tubuh lemas atau mungkin kondisi lainnya yang terlihat di bagian tubuh tertentu.Azahra tersenyum ketika mendengar adiknya bertanya."Sebenarnya Abang itu sakitnya beda," jawab Ferdi."Apa bisa menceritakan kepada aku bedanya seperti apa?" tanya Akbar.Ferdi bingung untuk menyampaikan kepada anak laki-laki itu mengingat usianya yang masih k
"Apa adek gak mau pulang?" Ferdi bertanya kepada anak laki-laki yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil menonton televisi. Sedangkan Ferdi duduk di sofa bersama dengan istrinya."Aku akan di sini menjaga dan menemani Abang. Aku tau bahwa abang pasti sangat kesepian berada di sini." Akbar tersenyum memandang Abang iparnya. Pria kecil itu kembali fokus dengan film kartun yang di tontonnya.Azahra mengulum senyumnya saat mendengar suaminya yang sedang berusaha membujuk adiknya.Ferdi cukup pusing ketika adik iparnya tidak mau pulang. Adik iparnya bahkan tidak mau meninggalkan kamarnya walaupun hanya sekedar ke cafe rumah sakit. Keberadaan adik iparnya di sini, membuat pria itu begitu sangat sulit untuknya bisa bermesraan dengan istrinya."Dek, sepulang dari rumah sakit kita ke rumah mama aja ya," ajak Ferdi."Kita sudah janji sama Daddy dan mommy untuk di rumah dulu selama 1 Minggu terus baru ke rumah mama," ucap Azahra.Ferdi menyandarka
Azahra membuka pintu kamarnya. Ia berdiri di depan kamarnya tanpa masuk ke dalam. Ia diam ketika melihat kamar yang sudah lebih dari seminggu tidak dilihatnya. Saat ini kamarnya sudah tidak seperti kamar yang dulu di tinggalkannya. Semua isi di dalam kamar ini sudah berbeda. Nuansanya juga tidak seperti kamar gadis yang berwarna pink.Ferdi memandang istrinya yang tampak kaged ketika memandang ke dalam kamarnya sendiri. "Kok kaget gitu?" tanya Ferdi."Kamar Rara biasanya nggak seperti ini," ucap Azahra."Apa ada barang penting yang hilang?" tanya Ferdi.Azahra belum bisa menjawab pertanyaan suaminya karena dirinya belum memeriksa barang-barang miliknya, namun selama ini Azahra tidak memiliki barang-barang penting. "Rara nggak punya barang-barang penting sih bang, cuman biasanya kamar Rara tidak seperti ini." Azahra seakan tidak yakin ketika masuk ke dalam kamarnya. Azahra tersenyum ketika memandang dinding kamarnya, ternyata sudah terpasang foto akad nika
"Abang, lihat ini." Azahra menangis ketika memperlihatkan warna merah di lehernya yang berwarna putih.Ferdi melihat apa yang ditunjukkan oleh istrinya."Abang, ini juga, banyak bang," ucap Azahra. Ia baru menyadari bahwa ternyata di leher dan juga di bagian dadanya begitu banyak warna merah. Azahra baru mengetahui kondisinya seperti ini setelah selesai mandi dan memandang pantulan wajahnya di depan cermin sebelum memakai pakaian.Ferdi yang masih memakai handuk di pinggangnya hanya diam ketika mendengar ucapan istrinya. Dirinya seakan serba salah untuk menjawab."Abang Rara mau ke dokter sekarang." Azahra berkata dengan menangis, ia mengusap air matanya."Ngapain ke dokter? Adek tidak sakit kok?" ucap Ferdi yang meletakkan punggung tangannya di kening istrinya."Tapi ini bang, lihat Bang leher Rara, lihat ini dada Rara. Rara harus secepatnya ke dokter, sebelum Kondisi Rara semakin sakit." Azahra benar-benar sangat bingung ketika
"Gimana apa dada Ferdi masih sakit?" tanya Attar. Meskipun kondisi menantunya terlihat sudah baik namun Attar masih sangat mencemaskan menantunya tersebut. Walau bagaimanapun ia sudah menganggap Ferdi sama seperti dengan anak kandungnya."Sudah enggak sakit Dad," jawab Ferdi yang tersenyum."Baru aja mau sehat udah nggak bisa nahan diri." Azahra berkata di dalam hatinya sambil memandang wajah suaminya. Azahra masih mengingat adegan sore tadi yang dilakukan bersama dengan suaminya.Ferdi yang menyadari tatapan mata istrinya, hanya tersenyum memandang istrinya."Senang ya, bisa pulang ke rumah," ucap Andi."Iya dong pa, di rumah sakit bosan." Jawab Ferdi."Apa lagi ada pak polis." Indah tersenyum memandang Akbar yang meminum susunya.Ferdi hanya tertawa mendengar ucapan mamanya."Untungnya ada Akbar, jadi di rumah sakit gak bosan. Kami itu terus ketawa kalau dengerin dia cerita." Azahra tersenyum memandang adik laki-lakinya
"Adek bangun." Ferdi membangunkan istrinya. Sudah berulang kali pria itu mencoba membangunkan istrinya. Namun mata istrinya tidak terbuka sedikitpun."Sayang, bangun, ini sudah subuh." Ferdi tersenyum saat istrinya tidak terbangun ketika dirinya sudah berulang kali memanggilnya. Dirapikannya rambut istrinya yang berserak menutupi wajah nan cantik tersebut. Tatapan matanya tertuju pada bibir kecil nan berwarna pink yang membuatnya tergoda. Ditatapnya wajah cantik nan polos milik istrinya. Ferdi mencium bibir istrinya sekilas. Pria itu tidak ingin mencium bibir istrinya dengan durasi waktu yang lama. Ia takut bila keinginannya kembali naik."Adek, bangun," panggil Ferdi.Azahra menggelengkan kepalanya, tubuhnya terasa begitu amat lemas. Hingga pagi seperti ini, dirinya masih begitu amat lemas dengan tubuh yang terasa tidak mau digerakkan. "Bang Rara beneran lemas," keluh Azahra. Ia tidak membuka matanya dan hanya memeluk suaminya.Ferdi diam ketika me
Setelah istrinya tidur, Ferdi turun ke bawah. Ia tahu bahwa mama dan mommynya akan berada di belakang menyiapkan sarapan pagi. Ferdi mencari keberadaan papa dan Daddynya. Senyum mengembang di bibirnya saat melihat papa dan Daddynya yang duduk di ruang keluarga dan mengobrol."Sudah bangun?" Tanya Attar saat Ferdi duduk di sofa yang ada di sampingnya."Sudah dad," jawab Ferdi."Azahra mana?" Tanya Attar."Azahra, masih di kamar," jawab Ferdi."Apa Azahra gak turun?" Attar tidak enak hati saat putrinya tidak turun kebawah, berhubung saat ini ada keluarga besannya. Walau bagaimanapun dekatnya mereka yang memang sudah layaknya saudara kandung, namun sekarang putrinya sudah menjadi istri dan menantu dari Abang angkatnya. Attar ingin putrinya bisa bersikap dewasa.Ferdi diam mendengar pertanyaan Daddy nya."Apa Azahra sakit?" Andi tampak sangat mencemaskan menantu kesayangannya."Gak pa, Azahar kecapean. Selama berada di rumah sakit,
Ferdi masuk ke rumah kedua orang tuanya. Di jam seperti ini, kondisi rumah sangat sepi karena kedua orang tuanya yang sudah berangkat dinas."Aden, Alhamdulillah akhirnya den Ferdi pulang juga. Jujur den, Bibik sangat cemas sekali saat mengetahui keadaan Aden Ferdi. Bibik ingin ke rumah sakit melihat kondisi Aden. Bibik ingin merawat Aden, karena bibik tahu bapak dan ibu dinas. Namun ibu dan bapak malah melarang Bibik den. Katanya kami yang orang tuanya saja nggak mau nemenin dia di sana. Jadi Bibik nggak usah temani Ferdi," curhat bik Mimi. Wanita berusia 45 tahun itu tampak begitu sangat senang ketika melihat Ferdi pulang ke rumahnya."Iya bik, untung aja bibik nggak datang." Ferdi tersenyum."Iya den, setelah bibik tahu ternyata Aden itu menikah dengan non Azahra. Bibik jadi harus membatalkan niat Bibik untuk menjaga den Ferdi di rumah sakit. Ini namanya sakit membawa nikmat den." Bik Mimi tersenyum dengan mengangkat-angkat alisnya."Iya bik, Alh