"Apa masih mau main di sini?" tanya Ferdi yang memandang Azahra.
Azahra tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dirinya masih ingin menikmati kebersamaan bersama dengan pria yang saat ini sedang memegang tangannya. "Kalau Daddy tahu pasti marah. Tapi ini ceritanya beda." Azahra berkata dalam hatinya. “Anggap saja dirinya saat ini mencari kesempatan yang ada." Pikirnya. Ia seakan tidak ingin pria itu melepaskan tangannya. Pria itu memegang kedua tangannya dengan posisi pria itu berada di depannya, sehingga azzahra bisa melihat wajah tampan pria itu dengan sangat dekat seperti ini. Senyum pria itu mampu menyejukkan hatinya.
“Abang ajarin ya biar bisa seluncuran seperti Akbar. Lihat tuh Akbar sudah pandai seluncurannya." Ferdi berkata dengan memandang ke arah arah Akbar yang berada di depannya. "Lihat itu dek, Akbar udah dapat cewek.”
Ferdi tersenyum ketika melihat anak laki-laki itu sudah menemukan teman perempuan, dan sekarang Akbar sedang
“Enggak udah beda, kamar yang sekarang di samping kamar yang lama,” jawab Attar.“Kalau gitu nggak usah dianterin, biar abang yang bawa Akbar sendiri. Masih ingat kamarnya,” ucap Ferdi.“Nanti nggak bisa buka pintu,” ucap Azahra.“Bisa,” jawab Ferdi yang kemudian pergi meninggalkan ruang tamu tersebut."Daddy,” Azahra tersenyum dan duduk disamping Daddynya. Tangannya melingkar di pinggang Daddynya."Anak Deddy kelihatannya terlalu senang ya,” Attar tersenyum dan mengusap kepala putrinya.Azahra hanya tersenyum malu mendengar ucapan Daddynya.“Jadi anak gadis nggak boleh genit,” Attar berucap dengan sedikit menarik hidung putranya.“Gak Genit kok dad,” jawab Azahra.“Gak genit, cuman ya seperti itulah,” ucap Alisa.Azahra hanya memajukan bibirnya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Daddy dan juga mommyny
Sejak pulang dari mall Azahra tidak ada henti-hentinya tersenyum. Wajahnya bersemu merah ketika mengingat wajah pria yang begitu sangat dicintainya. Diletakkannya tangannya di atas dadanya dan memejamkan matanya. Ia merasakan degup jantungnya yang saat ini masih terasa berdebar. "Cinta itu tidak memandang usia. Banyak kok gadis usia muda cinta dengan laki-laki yang usia mapan. Bahkan mommy juga seperti itu." Azahra tersenyum lebar ketika mengingat hal tersebut. Dirinya berencana untuk mencari informasi tentang masa lalu mommynya. Bagaimana ceritanya mommynya bisa menikah dengan Dedinya. Hal ini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. "Jangan-jangan mommy juga sama seperti Rara yang ngejar-ngejar Daddy lebih dulu." Azahra mengambil kesimpulan.Azahra memandang wajahnya di depan cermin, hijab yang tadi dipakainya sudah dilepasnya. Rambutnya yang berwarna kecoklatan lurus dan juga panjang sudah di gerainya. "Ternyata Rara itu memang sama seperti mommy. Rambutnya sama
"Assalamu’alaikum uncle," ucap Ferdi yang masuk ke dalam ruangan om nya. Setelah 2 minggu sibuk mengurus segala urusannya, akhirnya pria itu menyelesaikan urusan di kesatuannya, dan sekarang ia akan fokus dengan jabatan barunya di perusahaan yang sudah disiapkan oleh om nya tersebut.Attar tersenyum memandang keponakannya yang begitu sangat tampan dan juga gagah, dengan memakai setelan jas berwarna abu-abu pekat. “Wa’alaikumsalam, silahkan duduk." Attar berbicara dengan gaya yang formal.Ferdi tersenyum dan duduk di depan om nya. Pria yang duduk di depannya berstatus om nya. Ferdi sudah begitu sangat dekat dengan om nya sejak lahir hingga sekarang. Namun saat ini semuanya terasa berbeda, dirinya merasa begitu sangat gugup ketika berhadapan dengan om nya sendiri. "Jadi apa yang aku kerjakan uncle?" Ferdi masih tidak paham dengan pekerjaan barunya.Attar mengeluarkan berbagai macam laporan dan menunjukkan kepada keponakannya tersebut. "Ini
Azahra duduk di depan jendela kamarnya, tatapan matanya tertuju ke gerbang rumahnya. "Apa dia nggak rindu Rara ya."Sudah hampir dua minggu Azahra tidak berjumpa dengan Ferdi. Pria itu juga juga tidak ada menghubunginya. Pesan Whatsapp yang dikirim Azahra sekarang, akan dibalas pria itu 3 jam lagi. Hal ini membuat Azahra begitu sangat bosan menunggu.Tanpa sadar air matanya menetes dengan sendirinya. "Mencintai itu ternyata begitu sangat sakit. Apa Rara aja yang cinta sama Bang Ferdi, sedangkan bang Ferdi nggak cinta sama Rara.”Azahra mengusap air matanya. Sikap pria itu begitu sangat dingin, sehingga membuat dirinya begitu amat gemas dan terkadang tidak sabaran.“Sesibuk-sibuknya Bang Ferdi atau emang nggak punya waktu untuk kirim pesan ke Rara. Pokoknya Rara tidak suka sama Bang Ferdi, mulai dari sekarang enggak mau lagi ngomongin dia terlebih dahulu, biarin aja dia hubungi Rara,” Azahra bertekad di dalam hatinya.Namun Azahra
Ferdi memandang jam yang melingkar di tangannya. "Sudah jam 4 lewat 15 menit. Pasti Azahra sudah lama menunggu" Ferdi begitu sangat cemas ketika mengingat gadis itu sedang lama menunggunya. Ferdi baru selesai berjumpa dengan klien pertamanya untuk membahas tentang perjanjian kerjasama yang akan mereka lakukan. Pria itu sudah banyak belajar dari sekretaris Vian yang ditunjuk om nya. Sehingga Ferdi sudah memahami bagaimana cara Ia menangani kliennya. Ferdi begitu lega ketika berhasil meyakinkan kliennya itu untuk mau bekerjasama dengan perusahaan yang baru saja dipegangnya."Semoga saja Azahra nggak marah." Ferdi berkata dengan mengambil ponsel yang ada di atas mejanya. Pria itu melakukan sambungan video call kepada gadis yang saat ini sedang menunggunya."Halo assalamulaikum." Azahra menjawab sambungan Panggilan video call itu dengan raut wajah kesal."Wa’alaikumsalam masih di kampus?" Ferdi memandang wajah gadis cantik di layar ponsel.
Azahra melihat wajah pria yang saat ini berjalan di sampingnya. Melihat wajah pria itu membuat jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya. Azahra merasa begitu sangat senang. Rasa rindu yang dirasakannya kini lepas sudah. Jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya."Maaf ya lama.”Azzahra berjalan bersama dengan Ferdi menuju ke parkiran kampusnya.“Iya gak apa.” Jawab Azahra.“Adek, Coba telepon mommy dulu. Kasih tahu mommy kalau Adek pulang dari kampusnya abang jemput. Sekalian mau jalan dulu, kalau dibolehkan kita jalan kalau nggak dibolehkan Abang antar pulang,” jelas Ferdi.Azahra menganggukkan kepalanya dan mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.“Halo assalamu’alaikum mom,” ucap azzahra yang melakukan sambungan video call dengan mommynya.“Wa’alaikumsalam,” jawab Alisa.“Mom Rara pulangnya sama abang Ferdi, ini Abang Ferdi jemput Rara.” Aza
“Mau langsung nonton atau makan dulu,” tanya Ferdi yang memandang gadis cantik yang berjalan di sampingnya.“Rara mau langsung nonton,” jawab Azahra yang tersenyum. Azahra sudah tidak sabar ingin menonton film favoritnya.“Ya sudah ayo kita nonton. Nontonnya mau pakai cemilan atau enggak,” Ferdi menawarkan.“Pakai cemilan,” jawab Azahra.“Kirain udah nggak mau pakai cemilan lagi,” Ferdi tersenyum memandang gadis tersebut.“Nonton enggak pakai cemilan itu seperti sayur tanpa garam,” jawab Azahra.Ferdi tersenyum mendengar jawaban Azahra. “Ya mana tahu diet,” jawab Ferdi.Ia masuk bersama azahra ke dalam mall. Ferdi memilih mall yang lokasinya paling dekat dengan kampus Azahra mengingat Waktu mereka tidak lama.“Kalau lagi nonton dietnya ditunda. Dietnya nyambung lagi sehabis nonton.” Azahra tersenyum mengutarakan ren
Selama 2 jam menonton film di dalam stadion, Ferdi hanya fokus dengan gadis cantik yang duduk di sampingnya. Bagi pria itu memandangi wajah cantik gadis itu lebih menarik daripada menonton film yang saat ini sedang diputar. Pria itu begitu sangat bebas untuk memandangi wajah gadis cantik tersebut. Gadis itu begitu fokus dengan film yang ditontonnya sehingga ia tidak menghiraukan pria yang saat ini dengan leluasa menatap wajahnya."Ya habis," Azahra terlihat masih belum puas. Dirinya merasa belum puas menonton film tersebut."Kalau habis mau di apakan?" Tanya Ferdi.“Ya gak bisa di apa-apakan. Rara gak puas nontonnya, filmnya sangat bagus.” Jelas Azahra.“Yaudah sekarang kita keluar?" Tanya Ferdi.Azahra menganggukkan kepalanya. Mereka sudah berencana untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.“Mau makan di mana,” tanya Ferdi ketika sudah keluar dari dalam bioskop.“Rara pengen makan seafoo
"Iya habis dari ketemu orang banyak, nggak enak kalau langsung magang cucuk," jawab Andi. Meskipun sangat ingin sekali memegang cucunya, namun Andi menahan diri. Mengingat dirinya yang baru saja pulang dari acara pesta pernikahan."Itu sepertinya ART yang di rumah sudah datang." Indah tersenyum ketika mendengar suara ketukan di pintu."Assalamualaikum Bu," ucap pekerja di rumah Indah, yang datang mengantarkan pakaian yang diminta Indah untuk diantarkan ke rumah sakit."Waalaikumsalam, terima kasih ya bik min." Indah tersenyum mengambil tas yang diberikan oleh bik min."Iya Bu, Mbak Azahra ternyata sudah lahiran ya," ucap bik min yang berdiri di ambang pintu."Iya ya bik min, Alhamdulillah." Azahra tersenyum."Saya mau lihat dulu, sebelum pulang." Bik min kemudian masuk ke dalam kamar. "Yang ini wajahnya mirip sekali sama Mbak Azahra, sedangkan abangnya mirip sama mas Ferdi," komentar bik min itu ketika melihat wajah bayi yang ada di tangan A
"Zavier, jangan ke sana sini." Attar memanggil cucunya yang pergi ke lain arah. Zavier berlari berlawanan arah dengan jalan yang akan dilewatinya."Zikra, kamar mommy Lewat sini." Alisa sedikit mengeraskan suaranya memanggil Zikra yang ikut berlari mengejar Zavier.Attar berlari mengejar Zavier, yang dengan sengaja mengajak bermain.Zavier tertawa ngakak, ketika opa nya berhasil menangkapnya."Dapat." Attar berkata dengan nafas ngos-ngosan. Ia tersenyum ketika berhasil menangkap cucunya. Agar cucunya, tidak berlari kesana kemari, Attar menggendong Zavier yang saat ini tertawa ngakak. Pria itu juga menggendong Zikra yang berhenti di dekat kakinya. "Katanya mau ikut lihat mommy dan adik bayi, tapi kenapa malah lari-lari nggak jelas seperti ini." Walaupun dirinya sedang tidak ingin bermain dengan kedua cucunya, namun pria itu tetap tertawa dan mencium pipi cucunya kiri dan kanan secara bergantian.Alisa yang melihat suaminya yang dikerjain oleh
Ferdi berada di ruangan persalinan istrinya. Mendengar rintihan istrinya yang kesakitan, membuat dirinya sungguh tidak tega. Berulang kali, ia mencoba menenangkan Azahra."Bang sakit." Azahra menangis."Iya dek, ditahan sayang, sakitnya." Ferdi mengusap keringat yang menempel di pelipis kening Azahra."Ini sakit bener bang." Azahra meremas tangan suaminya. Keringat bercucuran di pelipis keningnya ketika harus menahan rasa sakit yang seperti ini.Ferdi hanya diam, ia tidak tahu harus berkata apa. Dipeluknya Azahra dan di ciumannya kening milik Azahra, berulang-ulang kali. Melihat Azahra yang menangis menahan rasa sakit, sungguh membuat dirinya sangat tidak tega. "Adek harus kuat. Ingat anak-anak, demi Abang dan anak-anak kita sayang." Ferdi meneteskan air matanya. Awalnya dirinya yakin, bahwa persalinan kedua Azahra, akan membuat dirinya lebih tenang, namun ternyata tetap saja membuat dirinya cemas dan gugup seperti ini. Baju kemeja yang dipakainya kini su
Ferdi turun dari dalam mobil dan berlari masuk ke rumahnya.Zikra dan Zavier yang sedang asik-asiknya bermain, menjerit memanggil Daddy nya. Mereka tidak menyangka, bahwa Daddy nya akan pulang di jam seperti ini. Kedua anak itu meninggalkan mainannya dan berlari mengejar Ferdi."Dad, sudah pulang?" Zavier memeluk kakinya di sebelah kanan."Dad gendong." Zikra memeluk kakinya sebelah kiri."Iya sayang, Abang main ya sama Zikra."Ferdi mencium pipi putranya."Kakak jangan berantem ya sama abang mainnya, yang akur ya nak, Daddy mau ke kamar dulu." Ferdi mencium pipi Zikra kiri dan kanan. Ia kemudian pergi meninggalkan kedua anaknya.Ferdi melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia berlari menaiki anak tangga. Saat ini dirinya sangat mencemaskan istrinya. Ia ingin melihat kondisi istrinya secara langsung."Dek." Ferdi berkata ketika membuka pintu kamarnya. Ia masuk kedalam kamar dan melihat Azahra yang sedang berbaring di atas
Hari ini suasana di dalam kamar ini sangatlah berbeda. Tidak ada suara teriakan anak-anaknya. Tidak ada suara tangis dan tertawa kedua anaknya.Ferdi memandang Azahra yang saat ini duduk diatas tempat tidur sambil memandang ponselnya. Wajah istrinya tampak tersenyum sendiri ketika melihat layar di ponsel tersebut."Hai, mommy lagi apa?" Ferdi duduk di samping istrinya dan memberikan susu coklat di tangannya."Ini lihat video Zikra sama Zavier," jawab Azahra dengan tersenyum.Ferdi mengambil ponsel dari tangan istrinya. Pria itu melihat video yang saat ini sedang ditonton oleh Azahra."Padahal baru satu hari, anak-anak pergi ikut opa, Om, nenek serta Atuk nya ke Singapura. Tapi kenapa rasanya sudah sepi sekali ya dek." Ferdi memandang layar ponsel istrinya."Iya bang, biasanya ada yang gangguin Rara kalau lagi tidur. Tapi hari ini Rara tidur enggak ada yang gangguin, gitu bangun langsung terkejut cariin Zavier dan juga Zikra. Rara baru ingat
"Assalamualaikum." Ferdi membuka pintu dan berdiri di ambang pintu."Waalaikumsalam." Jawab Azahra. Yang berbaring di atas tempat tidur. Azahra hanya tersenyum tanpa menyambut suaminya seperti biasa.Pria itu hanya berdiri di ambang pintu sambil mengembangkan tangannya. Ferdi sudah sangat memahami seperti apa tingkah lucu kedua anaknya, bila melihat dirinya pulang seperti ini. Ferdi tertawa ketika kedua anaknya berlari dan mengejarnya. Kedua anak itu berhamburan ke dalam pelukannya. "Anak-anak Dedi lagi apa ini." Ferdi menggendong kedua anaknya di tangannya yang kiri dan juga kanan. Ia masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya yang hanya berbaring di atas tempat tidur sambil menjaga kedua anaknya bermain."Main Lobot." Jawab Zavier."Atu juga," ucap Zikra."Ini anak gadis gak mau kalah." Ferdi mencium pipi bulat gadis kecil yang berambut pendek dan berponi tersebut.Ferdi juga mencium pipi bulat Zavier berulang-ulang kali."Anak
Ferdi yang duduk di kursi kerjanya, hanya diam ketika ruangannya dibuat berantakan oleh kedua anaknya. Kedua anaknya berlari kesana-kemari sambil berteriak-teriak dan saling kejar mengejar sambil mengelilingiruangannya yang berukuran besar.Bukan hanya sekedar berlari saja, kedua anak itu terkadang berkelahi merebutkan mainan dan berakhir dengan menangis bagi yang kalah. Ferdi sudah sangat terbiasa dengan kondisi seperti ini. Bila istri dan anak-anaknya datang ke kantornya, maka ruangannya akan menjadi berantakan, suara jeritan anak-anaknya, suara menangis dan suara tertawa, memenuhi ruangannya. Namun semua ini membuat dirinya bahagia ketika mendengar suara tangis, suara ketawa dan juga jeritan kedua anaknya."Dad, Piel at," Zikra mengadu kepada Daddy nya."Oh sayang Daddy, anak gadis main boneka, bukan robot." Ferdi mengusap air mata yang mengalir di pipi bulat gadis kecil yang bermata lebar, dengan bulu mata yang lentik dan bola mata yang hitam dan bes
Ferdi baru saja kembali dari shalat subuh di masjid. Pria itu masuk kedalam kamarnya dan melihat istrinya yang duduk di atas sajadah sambil membaca Alquran. "Sudah sholat ternyata." Ferdi tersenyum. Ia melihat kedua anaknya yang tidak ada di dalam kamar. Dengan cepat ia membuka kain sarung, peci serta baju Koko yang dipakainya. Hingga yang tersisa celana pendek.Begitu mendengar Azahra menyudahi membaca Al Quran Nya, pria itu diam-diam mengangkat tubuh istrinya."Abang mau apa?" Azahra terkejut ketika melihat suaminya yang sudah tidak berpakaian dan hanya memakai celana pendek saja."Kenapa nggak ngasih tahu dek." Ferdi tersenyum dan mendaratkan tubuh istrinya di atas tempat tidur."Kasih tahu apa?" tanya Azahra yang tidak memahami maksud suaminya."Kalau sudah selesai." Ferdi tersenyum dan membuka mukenah yang dipakai istrinya."Abang ini mau apa?" Azahra membesarkan matanya."Mau apalagi, subuh ini penuh berkah sayang. Anak-anak sud
Berulang kali Azahra memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ini adalah kuliah terakhirnya dan dirinya sudah sangat tidak sabar menunggu dosen menutup perkuliahannya. Saat ini yang terbayang dipandangnya hanyalah kedua anaknya. Tingkah lucu Zavier dan Zikra selalu dirindukannya, meskipun hanya meninggalkan kedua anaknya sebentar saja."Alhamdulillah akhirnya selesai juga." Azahra tersenyum lebar ketika dosennya sudah mengakhiri perkuliahannya."Pasti sudah nggak sabar pengen ketemu Zavier dan juga Zikra," ucap Dewi yang duduk di samping Azahra"Iya dong, itu anak-anak sudah pada pintar-pintar semua. Setiap hari ada aja kepandaian barunya." Azahra tersenyum menceritakan kedua anaknya."Sudah pinter apa aja Zikra dan juga Zavier?" tanya Dewi. Dewi tidak pernah bosan-bosannya ingin mengetahui perkembangan kedua bayi yang begitu sangat menggemaskan tersebut."Zavier dan juga Zikra itu sudah pandai jalan sekarang. Ke mana-mana nggak mau l