"Lo dari tadi gue teleponin gak di angkat! Sialan lo! Gue jantungan denger Kay masuk rumah sakit!"
"Gue tanya, tadi Chayyara ke sini?" Armor menggeram marah, mencoba menahan dirinya agar tetap tenang.
Fredy memutar bola matanya, "Masa lo gak tahu? Tadi habis jam makan siang gue papasan sama Kay di lift, dia bilangnya mau ketemu sama lo, ya udah gue suruh aja dia langsung ke ruangan lo karena emang lo ada di sana," jelas Fredy.
Armor membulatkan matanya, jika Chayyara benar-benar ke ruangannya di saat jam makan siang, besar kemungkinan Chayyara melihat—
"SIALAN!" Armor langsung berlari keluar lift setelah pintu itu terbuka, meninggalkan Fredy yang terbengong mendengar umpatan bosnya itu.
Armor berlari ke arah mobilnya, menyalakan mesin, dan mulai melajukannya dengan kecepatan tinggi. Mobil Aventador itu melaju kencang membelah jalanan kota. Tak butuh waktu lama, pria itu sudah sampai di rumah sakit tujuan.
Armor benar-benar terkejut saa
Chayyara menggelengkan kepalanya cepat. Chayyara bisa melihat ada kilat amarah di sorot mata suaminya itu."JAWAB CHAYYARA! SAYA BUTUH JAWABAN! BUKAN GELENGAN KEPALA!"Tubuh Chayyara langsung menegang, air mata Chayyara juga langsung menetes membasahi pipinya.Armor yang melihat reaksi istri kecilnya itu langsung menyadari sikapnya."Saya—""Kak Armor jahat… " ujar Chayyara pelan."Chayyara… ""KAK ARMOR JAHAT!" teriak Chayyara dengan emosi yang meledak. Sudahlah, Chayyara membiarkan pertahanannya runtuh begitu saja. Chayyara langsung menangis dengan suara kerasnya. Menutup wajahnya dengan sebelah tangannya. Tidakkah Armor mengerti bahwa ia sudah sangat tertekan? Tidakkah Armor mengerti bahwa ia juga mengalami kesulitan?***Keesokan harinya, Chayyara bisa melihat jika suaminya itu tidak bekerja. Perempuan itu memperhatikan Armor yang tengah membereskan nampan sarapannya. Terbesit rasa ber
Armor memasuki mansion keluarganya yang langsung di sambut oleh para penjaga dan pelayan di sana. Armor melepas jasnya lalu memberikannya kepada Yoshua, kemudian pria itu mengarahkan pandangannya pada pintu menuju ruang perpustakaan, namun seorang pelayan tiba-tiba bertanya membuatnya menoleh."Apa Tuan Muda Armor mencari Nona Kay?" tanya salah satu pelayan itu.Armor terdiam untuk sesaat, lalu setelahnya ia pun mengangguk."Nona Kay sedang berada di Taman Rahasia, Tuan… "Armor mengerutkan keningnya, "Taman Rahasia?"Para pelayan pun mengangguk.Sudah lama sekali ia tidak mengunjungi Taman Rahasia itu. Terakhir kali Armor ke sana saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Hampir sepuluh tahun lebih ia melupakan tempat dimana dulu ia sangat senang menghabiskan waktu sendirinya di sana. Dan saat ini, Chayyara menjadi alasan ia mengunjungi kembali tempat itu.Armor menoleh ke arah Yoshua, "Katakan pada Fredy, bata
Chayyara yang merasa terkejut berusaha melepaskan dirinya dari Armor, namun suaminya itu menarik dirinya semakin merapat. Semakin lama, ciuman Armor semakin menuntut hingga membuat Chayyara kesulitan bernafas.Chayyara memukul dada suaminya itu. Armor pun langsung melepas ciumannya dan membiarkan istri kecilnya itu menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Armor memangku tubuh Chayyara, meletakan kedua tangannya itu di pinggang Chayyara, Armor menempelkan dahinya ke dahi Chayyara, dan menatap dalam netra cokelat istri kecilnya itu.Armor mengarahnya ibu jarinya ke pipi Chayyara dan menghapus sisa air mata yang masih mengalir di pipi istri kecilnya itu. Armor mendekatkan wajahnya, mengecup kedua kelopak mata Chayyara secara bergantian."Apa… apa Kak Armor mendengar semua yang Kay ucapkan?" tanya Chayyara terdengar khawatir."Hm," jawab Armor singkat."Ta… tapi… tadi Kak Armor sedang tidur… " ujar Chayyara dengan wajah m
Armor menyerahkan iPadnya kepada Fredy, pria berambut ikal itu pun menerimanya dan membaca informasi yang tersaji di sana. Fredy menutup mulutnya, tidak percaya dengan informasi yang baru di bacanya. "Delfon punya gangguan jiwa?" tanya Fredy ketika melihat wajah Armor yang tampak biasa saja. Armor hanya mengangguk tanda mengi-yakan.Fredy membaca ulang informasi yang menjelaskan secara mendetail mengenai Delfon yang sering datang ke rumah salah satu psikiater yang terkenal di kota mereka. Terbukti dari catatan di sana bahwa Delfon memang sering berkonsultasi mengenai kondisi kejiwaannya.Entah bagaimana bosnya itu bisa mendapatkan informasi sepribadi ini. Setahunya, tidak semudah itu mengoreksi informasi langsung dari seorang psikiater, karena mereka wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya mengenai pasien mereka sendiri.Armor pasti tidak sembarangan memilih orang untuk menyamar dan mendapatkan informa
Armor menarik selimut untuk menutupi tubuh Chayyara dan dirinya, pria itu memeluk istri kecilnya itu, mencium puncak kepala Chayyara berulang kali. Armor mengelus punggung Chayyara dengan jari-jarinya, memperhatikan wajah damai Chayyara yang telah terlelap berbantalkan lengannya.Armor mengingat kembali ucapan Chayyara beberapa hari lalu yang mengatakan jika istri kecilnya itu merasa cemburu. Pikiran Armor kembali melayang pada kejadian dimana Feranda datang ke kantornya dengan keadaan yang sangat kacau. Perempuan itu menangis dan langsung berlari memeluk dirinya."Katakan jika semua yang aku ketahui itu bohong, Ar… " ujar Feranda.Armor sengaja mengirimkan bukti-bukti yang ia dapatkan kepada Feranda, memberikan perempuan itu alasan yang sebenarnya. Pada akhirnya, Armor memutuskan untuk memberitahu Feranda kebenaran mengenai Delfon."Jadi…Papa itu mengidap gangguan jiwa? Tapi kenapa Papa tidak memberitahuku? Kenap
TokTokTok"Pesanan datang…"Chayyara langsung bangun dari posisi tidurnya, merasa tidak enak saat ibu mertuanya itu memergoki dirinya tengah bermalas-malasan di ranjang."Buah naganya baru saja Mama kupas dan sengaja ingin membawakannya untuk kamu," ujar Silva tersenyum ke arah Chayyara."Mama…" Chayyara memelas karena lagi-lagi mertuanya itu bersikap terlalu baik padanya."Sttttttt… pokoknya kamu harus makan ya, jangan merasa tidak enak. Sudah berapa kali Mama bilang? Mama tidak pernah merasa direpotkan. Justru Mama senang memperlakukan kamu seperti ini…"Chayyara pun memeluk ibu mertuanya dengan perasaan terharu. Chayyara merasa sangat beruntung karena memiliki ibu mertua seperti Silva yang sangat baik padanya.Begitu pun dengan Silva, wanita paruh baya itu sudah sangat menyayangi Chayyara, bahkan dia sudah menganggap Chayyara sebagai putrinya sendiri.Sil
Chayyara menggeliat dalam tidurnya saat merasakan benda basah menyusuri area tekuknya dengan kecupan-kecupan yang membuat dirinya terusik. Seseorang tengah mendekap tubuhnya dari belakang. Ia juga merasakan lengan kekar seseorang mengelus perutnya yang besar.Mata Chayyara masih asyik terpejam, menganggap apa yang ia rasakan mungkin hanyalah mimpi. Belum lagi Chayyara mencium wangi tubuh suaminya yang membuat Chayyara semakin yakin bahwa ini hanya halusinasinya saja karena terlalu merindukan Armor. Namun lama-kelamaan kecupan-kecupan di lehernya berubah menjadi gigitan-gigitan kecil yang membuat Chayyara mendesah pelan.Perempuan itu langsung melebarkan matanya ketika tangan besar menyikap dress tidurnya sehingga menampilkan perutnya. Chayyara langsung menolehkan kepalanya ke belakang, dan tanpa diduga, ia mendapat serangan di bibirnya."Kak Armor… " lirih Chayyara."Hm?" Armor menatap tepat di manik mata Chayyara, mengelus pelan pipi istri kecilny
"Kak Armor… bangun… "Chayyara membangunkan Armor yang masih tertidur dengan nyamannya. Menarik tangan suaminya itu yang tumben sekali masih bergelung di dalam selimut, padahal waktu sudah menunjukan jam delapan pagi."Morning kiss." Armor berujar serak."Kak!""Morning kiss, Chayyara."Chayyara mengerucutkan bibirnya, meski kesal Chayyara tetap mendekatkan wajahnya pada wajah suaminya itu lalu mengecup bibir Armor dengan cepat."Kurang, sekali lagi."Chayyara mengecup lagi."Sekali lagi.""Kak Armor!" protes Chayyara dengan wajah memelasnya."Sekali lagi, Chayyara."Chayyara mendekatkan kembali wajahnya, mengecup kembali bibir Armor. Benar saja, suaminya itu langsung bangun dari tidurnya. Dengan posisi Chayyara yang berdiri dan Armor yang duduk, Chayyara bisa merasakan jika suaminya itu mulai mengangkat dressnya yang langsung menunjukan perut besar Chayyara.Armor mem
Chayyara menghirup bau lembaran kertas yang sudah menjadi favoritnya. Matanya berbinar saat mulai memperhatikan rak-rak menjulang tinggi di depannya. Armor berdiri di sebelahnya sambil menggendong Valerio. Mereka sengaja mendatangi perpustakaan ibu kota untuk meminjam buku-buku yang dibutuhkan Chayyara. Sebenarnya Armor sudah memaksa Chayyara untuk membeli saja buku-buku yang dibutuhkannya, tetapi istrinya itu menolak dengan alasan bahwa Chayyara ingin melihat dulu isi dari buku-buku yang ada di perpustakaan. Armor pun hanya bisa mengiyakan. "Sayang, aku ke rak yang di sana ya." Chayyara menunjuk jajaran rak di sebelah kanan.Armor mengangguk. Pria itu menepuk-nepuk pelan punggung putranya yang tertidur, terdengar suara Valerio yang tengah mendengkur halus. Seharian ini mereka telah menghabiskan banyak waktu bersama, dari mulai piknik di taman, bermain sepeda, dan membacakan cerita anak untuk Valerio sambil bersantai. Langit sudah menunjukan warna senja, yang berarti siap menjemput
"Kak Armor," panggil Chayyara.Armor tidak menjawab."Kak."Tetap tidak ada jawaban."Kak Armor! Kay panggil-panggil!" Chayyara mengerucutkan bibirnya melihat Armor yang tidak meresponnya sama sekali. Pria itu tampak sibuk dengan iPadnya di meja kerja.Chayyara beranjak dari ranjang menghampiri Armor. Perempuan itu merebut iPad Armor, lantas ia mendudukkan dirinya di pangkuan Armor. Chayyara menyimpan iPad suaminya itu di atas meja kerja."Kay panggil-panggil, tidak dengar?" tanya Chayyara dengan raut wajah kesal."Panggil apa?" tanya Armor terlihat santai."Tadi Kay panggil. Kak Armor? Kak? Tapi Kakak cuek," ujar Chayyara. Kini tangan Chayyara sudah menangkup wajah suaminya itu. Menatap serius ke arah Armor, "Kak Armor marah?"Armor diam."Kay sudah bikin Kak Armor kesal?"Hening diantara keduanya. Chayyara berdecak setelah menunggu lama Armor untuk menjawab pertanyaannya."Kay sudah bikin Kakak kesal kan? Coba jelaskan, Kay akan bertanggung jawab. Kay janji." Chayyara mengangguk-ang
Setelah obrolan mereka semalam, Chayyara jadi tahu dunia perkuliahan. Armor mengizinkannya untuk kuliah. Suaminya itu juga sengaja menanyakan hal apa saja yang diminatinya selain memasak dan membaca. Chayyara sempat kebingungan, seperti remaja yang baru lulus SMA yang tidak tahu arah tujuannya akan kemana. Chayyara meminta waktu kepada Armor untuk mempertimbangkan jurusan yang akan dirinya pilih karena Chayyara tidak mau salah jurusan dan menyesal di akhir tahun, seperti pengalaman orang-orang di sosial media yang bercerita bahwa penyesalan datang di akhir karena lebih memilih jurusan yang tidak selaras dengan minat dan bakarnya hanya karena agar bisa masuk kampus impian. Begitu banyak hal yang Chayyara tanyakan kepada Armor dan syukurnya suaminya itu sangat sabar dalam menjawab segala pertanyaan-pertanyaannya. Chayyara juga terlihat antusias mendengar penjelasan Armor. Terlihat sekali jika suaminya itu pintar dan berwawasan luas. Ah, semoga Valerio memiliki kepintaran yang sama
Armor berjalan memasuki perpustakaan. Terlihat di sofa, Chayyara tengah tertidur dengan Valerio yang terlelap di dadanya. Armor berdecak melihat putranya itu yang semakin hari semakin menguasai istrinya.Armor melepas jasnya, melampirkannya di lengan sofa. Pria itu menggulung lengan kemejanya hingga siku. Pandangannya terarah ke arah meja kecil di samping sofa. Armor melihat formulir pendaftaran Universitas di sana. Satu alisnya terangkat, lalu beralih menatap istrinya yang masih nyenyak tertidur di sofa.Setelah permasalahan mereka mengenai Hyunjae mereda, Armor dibuat tanda tanya dengan tingkah laku Chayyara akhir-akhir ini. Armor menghampiri Chayyara, mengangkat pelan Valerio dari pelukan Chayyara. Chayyara yang menyadari Valerio diambil dari pelukannya pun terbangun. "Kak?""Tidur lagi saja. Aku akan memindahkan Valerio ke kamar.""Sekarang sudah jam berapa?""Jam delapan."Chayyara membulatkan matanya, "Kay belum memasak apapun!"Armor tersenyum, "Kita makan di luar. Aku sudah b
Chayyara menggembungkan pipinya. Menatap Armor dengan mata berkaca-kaca. Sedangkan Armor tengah duduk di lengan sofa yang tersedia di kamar mereka. Armor tersenyum sinis, "Hanya karena meminjamkan sebuah payung?" Chayyara mengangguk. "Kamu pasti pernah menyukainya kan?" Chayyara membelalakan matanya, lantas menggeleng cepat, "Tidak! Kay tidak pernah menyukainya!" "Lalu kenapa dia sering menyapamu?" "Kay tidak tahu." "Siapa namanya?" Chayyara diam. "Chayyara..." Armor mencoba bersabar. "Hyun...Hyunjae," jawab Chayyara pelan. Armor melangkahkan kakinya perlahan ke arah ranjang. Ia membuka kemeja kerja yang dikenakannya. Menjatuhkan kepalanya di paha Chayyara. Armor tahu jika istrinya itu mulai ketakutan, maka cara yang paling ampuh, Armor harus meredamkan amarahnya. Armor tidak mau sampai mulutnya mengatakan hal yang menyakitkan kepada Chayyara. "Kak Armor masih marah?" tanya Chayyara pelan. Armor tidak menjawab. Pria itu justru memilih memejamkan matanya. Tida
Chayyara dan Armor masih menikmati liburan mereka di Gangwon, banyak tempat-tempat yang mereka kunjungi, salah satunya museum. Chayyara sudah menduga jika Pangeran tidak terlalu menyukai tempat yang memiliki khas ala rumah tradisional di Korea. Anak kecil itu sudah jelas lebih menyukai taman bermain. Sebenarnya ini juga salahnya yang terlalu memikirkan keinginan dirinya karena meski sebelumnya Chayyara pernah tinggal di Korea Selatan, tetapi Chayyara jarang mengunjungi tempat-tempat wisata.Armor yang menyadari sikap Chayyara pun langsung mencium kepala istrinya itu. “Pangeran akan terbiasa.”Chayyara menatap ragu, namun Chayyara tetapmengangguk, melihat Valerio yang terlihat nyenyak di dalam di gendongannya. Pangeran sedari tadi hanya diam di gendongan Armor. Itu cukup membuat Chayyara merasa bersalah.***Chayyara baru selesai dari toilet, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil namanya. “Yara!”“Sunbae,” ujar Chayyara pelan saat melihat seseorang tengah melambaikan tangan k
Armor mencium puncak kepala Chayyara yang terlihat sibuk mengganti pakaian Valerio. Chayyara tersenyum, “Pangeran sudah siap-siap, Kak?”Armor mengangguk, “Dia lagi sarapan roti sambil nonton youtube.”Chayyara menoleh ke arah Armor lantas melotot tajam, “Kakak sudah bilang batas waktunya kan?”Armor tersenyum, pria itu langsung menyambar bibir istrinya. “Kak!” tegur Chayyara, “Jawab dulu!”“Iya, Sayang. Sudah.” Chayyara menghela nafas lega. Pasalnya Pangeran pernah menangis hebat karena tidak ada satu pun anggota keluarga yang mengizinkannya bermain gadget. Bukannya Chayyara tega membiarkan Pangeran hidup tanpa benda-benda elektronik itu, tetapi Chayyara mendapatkan pesan dari orangtua Pangeran bahwa anak itu sudah mulai ditahap keras kepala dan sedikit susah diberitahu jika berkaitan dengan gadget. Oleh sebab itu, Chayyara dan Armor diamanahkan untuk lebih memberi batasan kepada Pangeran dalam memakai gadget. “Tampan sekali anak Mommy!” Chayyara berujar seraya mencium pipi kanan d
“Aunty Kay?” panggil suara anak kecil yang sangat Chayyara kenali.“Pangeran?” tanya Chayyara memastikan suara itu. Chayyara keluar dari walk-in closet kamarnya, dan benar saja. Chayyara melihat sosok yang dulunya masih kecil kini terlihat lebih tinggi dan pastinya dengan wajahnya yang lebih tampan.“Kamu kapan ke sini?” Chayyara bertanya seraya menghampiri Pangeran, Chayyara merendahkan tubuhnya yang membuat Pangeran langsung memeluk Chayyara erat.“Pangeran rindu Aunty Kay…”Chayyara tersenyum saat mendengar tutur kata Pangeran yang sudah tidak cadel lagi. Tidak terasa, sosok kecil ini sudah tumbuh besar.“Aunty juga… Bagaimana sekolahmu di Sydney?”Pangeran menggeleng, “Selesai lebih cepat,” ujar Pangeran dengan wajah sumringah.“Kamu akan lanjut sekolah di sana lagi?”Pangeran menggeleng, “Tentu saja tidak, Aunty,” ujar Pangeran mendelik, “Sesuai perjanjian Pangeran dengan Mama Papa, kalau Pangeran bisa mengontrol emosi dan tidak selalu merengek meminta sesuatu, Pangeran akan lanj
Setelah menemani Valerio tidur siang, Chayyara memutuskan untuk keluar dari kamar, pandangannya tak sengaja melihat ke arah balkon yang menunjukan taman belakang. Ya. Saat ini Chayyara tengah berada di rumah mertuanya karena sudah menjadi rutinitas mereka akan menginap setiap akhir pekan di sini. Meski pada awalnya, Armor, suaminya itu merasa keberatan, tetapi setelah mengetahui bahwa Silva dan Javier meminta agar Valerio tidur bersama kedua orangtuanya itu, membuat Armor pun berubah pikiran. Armor melihat itu sebagai kesempatan.Chayyara tersenyum, mengikat rambutnya lantas berjalan menuruni tangga. Mansion keluarga suaminya itu memang masih menggunakan tangga, berbeda dengan mansion yang mereka tempati yang sudah ada lift di dalamnya.***“Kay dimana?” tanya Silva kepada para pelayan.“Tadi saya melihat Nona Chayyara mengajak Tuan Kecil Valerio untuk tidur siang, Nyonya.”Silva mengerutkan keningnya. “Tadi saya habis