Apa yang akan Farid lakukan?
Percuma saja aku meminta Farid untuk berhenti membaca curahan hatiku di buku harian itu. Lebih baik aku memberikan saran kepada laki-laki itu untuk mengetahui apa saja yang tertulis dalam benda tersebut. Aku sudah tahu pasti seperti apa sifat Farid. 🏵️🏵️🏵️ Siang ini, matahari sangat terik. Aku mengintip pancaran cahayanya dari jendela kamar yang sengaja tidak dibuka. Walaupun pendingin ruangan sedang menyala, tetapi aku merasa gerah melihat sikap Farid yang tiba-tiba tidak memedulikan diriku setelah membaca buku harian tadi pagi. Dia justru menyibukkan dirinya di depan laptop. Laki-laki itu sama sekali tidak memberikan perhatian sedikit pun kepadaku. Dia tidak memikirkan apakah aku sudah lapar atau belum. Farid kini kembali menjadi sosok yang menyebalkan. “Farid!” Tiba-tiba aku mendengar suara mami mertua sambil mengetuk pintu kamar. “Masuk aja, Mih. Pintunya nggak ditutup, kok.” Farid memberikan sahutan kepada maminya. Wanita paruh baya itu pun membuka pintu lalu melangkah k
🏵️🏵️🏵️ “Hanya karena buku harian itu, kamu tega bersikap dingin padaku? Ini yang kamu sebut cinta? Kamu itu tetap sama seperti dulu, tidak tahu arti cinta. Aku yang salah karena percaya dengan ucapanmu. Kalau kamu ingin kembali seperti dulu, silakan. Tapi jangan pernah mengatur-atur hidupku. Aku bukan lagi karyawatimu. Kita tetap di kamar yang sama hanya karena status, bukan karena cinta. Menjauhlah dariku.” Aku sangat sedih karena Farid masih tetap menunjukkan sifat egoisnya. “Sayang, kenapa kamu ngomong seperti itu? Kamu salah paham.” Farid mendekatiku. “Salah paham? Nggak sama sekali. Itulah sifatmu yang sebenarnya. Keegoisanmu tidak akan pernah hilang. Kamu hanya merasa selalu benar. Aku udah jelasin kalau buku harian itu tidak berarti lagi untukku, tapi kamu tetap nggak percaya. Terserah kamu mau berpikir seperti apa.” Aku tidak ingin kembali menjadi Keyra yang dulu. Istri yang selalu mengalah dalam menghadapi keegoisan dan keras kepala Farid. “Sayang ….” Dia berusaha m
🏵️🏵️🏵️ Saat ini, aku sedang berada di kamar. Aku kembali mengetik lanjutan dari hobi yang telah memberikan hasil memuaskan untukku dalam beberapa bulan ini. Sementara Farid tetap dengan kegiatan rutinitasnya, berangkat ke kantor sejak tadi. “Kak, aku boleh masuk?” Terdengar suara Nayla sambil mengetuk pintu. “Buka aja, Nay. Nggak dikunci, kok.” Pintu pun terbuka, aku segera menghentikan kegiatanku karena tidak ingin Nayla ketahui. Saat ini, gadis itu tidak perlu tahu apa yang kulakukan selama ini. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menceritakan yang sebenarnya kepada Nayla. “Kak ….” Nayla langsung duduk di sampingku sambil menangis. “Ada apa, Nay? Kenapa kamu nangis?” Aku tidak mengerti kenapa Nayla tiba-tiba menangis. Untung saja dia tidak lupa menutup pintu kamar, aku takut jika seseorang mendengar tangisannya. “Hidupku udah hancur, Kak.” Dia menggenggam tanganku. “Maksudnya apa, Nay?” Aku makin bingung. “Pacarku ninggalin aku, Kak. Udah dua minggu ini dia nggak ke k
POV KENZO 🏵️🏵️🏵️ Duniaku terasa gelap saat mengetahui wanita yang selama ini aku cintai sudah menikah dengan laki-laki lain. Aku juga mengetahui kebenaran itu tanpa disengaja. Alea—teman saat masih duduk di bangku sekolah, yang mengungkapkan kenyataan pahit itu. Keyra Larasati merupakan sahabat lama, juga cinta pertamaku. Kami saling mengenal saat masih SMP hingga kelas satu SMA. Penyesalan yang membuat dadaku terasa sesak sekarang adalah pernyataan cinta yang tidak terungkap hingga dia berstatus sebagai seorang istri. Aku sangat bahagia kala itu setelah bertemu dengan Keyra di perusahaan klien baruku. Aku sempat berbincang dengannya untuk menanyakan kabar dan meminta nomor kontaknya. Namun, banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Keyra tidak bersedia memberikan nomor ponselnya kepadaku, bahkan dirinya bersikap seolah-olah ingin menghindar. Aku akhirnya mendapatkan nomor kontak sang pujaan hati dari Alea. Setelah beberapa minggu berlalu, aku pun mengetahui kenyataan yang s
🏵️🏵️🏵️ Sore ini, aku kembali membuka tulisan Keyra. Judul cerita yang dia tulis sudah makin banyak. Ternyata dia benar-benar menyalurkan hobinya yang belum tersalurkan dulu. Aku masih mengingat harapan yang pernah dia ucapkan. “Suatu saat nanti, aku berharap agar apa yang kuinginkan dapat terkabul.” Keyra mengucapkan harapan itu kesekian kalinya di depanku kala itu. “Semoga kamu menjadi penulis hebat nanti, Key.” Aku selalu berusaha memberikan dukungan kepadanya. Jika mengingat apa yang telah kami jalani di masa lalu, hati ini benar-benar sakit. Aku kembali menyesali kesalahan yang telah membuat diriku kehilangan Keyra. Seandainya kata cinta itu keluar dari bibir ini untuknya, mungkin sekarang Keyra akan bersama denganku. Akan tetapi, kenyataan tidak selamanya seindah harapan. Saat ini, Keyra justru memilih hidup dengan laki-laki lain. Cinta yang aku pendam selama ini berakhir dengan penyesalan dan kekecewaan. Keyra telah pergi dari sisiku. “Apa yang kamu rasakan saat bersamak
🏵️🏵️🏵️ Sore ini, aku sengaja tidak langsung pulang ke rumah setelah keluar dari kantor. Aku memilih menuju taman di Gedung Gonggong Tanjungpinang. Tempat itu sangat asri karena pemandangannya, kita juga dapat langsung melihat keindahan laut. Setelah tiba di tempat tujuan, aku pun duduk di salah satu bangku taman sambil menikmati udara sore. Tidak pernah kuharapkan sama sekali, tiba-tiba mata ini melihat sosok yang telah membuat hatiku kecewa. Tidak jauh dari tempat dudukku, tampak sepasang suami istri sedang tertawa. Kenapa aku harus menyaksikan kemesraan yang mereka tunjukkan? Aku tidak sanggup melihat wanita itu bersandar di bahu si pria. Perutnya juga kini telah membesar. Keyra, wanita yang sudah lama menghiasi relung hatiku, kini di depan mata tampak sangat bahagia bersama laki-laki yang sudah resmi menjadi suaminya. Seandainya dulu kata cinta terucap dari mulut ini untuk dirinya, mungkin aku yang akan berada di posisi pria tersebut. Mungkin akan lebih baik jika aku pergi d
🏵️🏵️🏵️ Pemandangan di taman Gedung Gonggong tadi sore tidak seindah biasanya. Semua ini terjadi karena Kenzo. Entah kenapa aku harus bertemu dengan laki-laki itu di sana, padahal beberapa hari yang lalu, dia juga menghubungiku melalui sosmed. Aku dengan tegas mengirim pesan kepadanya agar menjauhiku. Aku tidak ingin terjadi kesalahpahaman lagi dengan Farid hanya karena perbuatan Kenzo. Bagiku sekarang, dia hanya masa lalu, tidak lebih. Aku telah memantapkan hati untuk mencintai laki-laki yang kini berada di sampingku. Aku sudah ikhlas memberikan segalanya untuknya. Aku yakin kalau Farid suami idaman. Akan tetapi, ada satu hal yang tidak dapat kupahami atas apa yang Farid katakan tadi sore di taman. Dia mengaku bertemu dengan penulis yang bernama Rafa setiap hari. Apa dia tahu kalau Rafa itu aku? Kenapa dia menyembunyikan hal ini? “Kok, diam aja, Sayang? Jangan bilang lagi mikirin orang yang baru ketemu dengan kita tadi di taman.” Bukan Farid namanya kalau tidak membuatku kesal.
🏵️🏵️🏵️ “Waktu itu kamu nggak ikut makan malam. Dia dengan semangat membawakan makanan untuk kamu ke kamar. Dia tampak khawatir karena merasa bersalah. Dia cerita di meja makan kalau dia sudah membuatmu sedih.” Aku sangat terharu mendengar penuturan mami mertua. Aku masih sangat ingat kalau saat itu Farid telah membuatku kesal hingga tidak bersedia makan malam bersama, padahal selama ini aku berpikir kalau perhatian yang Farid lakukan malam itu merupakan ide mami mertua, ternyata salah. “Sore, Mih, Sayang.” Tiba-tiba terdengar suara Farid. Dia langsung duduk di sampingku. “Lagi ngomongin apa, nih?” tanya laki-laki itu lalu mencium perutku. “Ngomongin kamu,” jawabku sekenanya. “Hebat, ya, ngomongin suami di belakang.” “Ngomonginnya, kan, yang baik-baik.” Mami turut menimpali. “Oh, ya ... Mami tinggal dulu, ya. Mau mandi.” Wanita paruh baya itu pun beranjak meninggalkan aku dan Farid di ruang TV. “Kamu mandi, gih.” Aku menangkupkan kedua tanganku ke wajah Farid. “Tumben romant
🏵️🏵️🏵️Akhirnya, Kenzo dan Nayla resmi menyandang status sebagai pasangan suami istri hari ini. Aku melihat kebahagiaan terpancar di wajah adik iparku tersebut. Aku berharap agar pernikahannya dengan Kenzo langgeng hingga ke akhir hayat.Setelah acara resepsi selesai, aku dan Farid langsung menuju kamar, sedangkan Rafa sudah tertidur pulas digendongan papanya. Farid pun merebahkan sang buah hati kami ke tempat tidur. Sementara aku dan laki-laki tampan itu membersihkan badan secara bergantian ke kamar mandi. Sekarang giliran dia, dan aku memilih berbaring di tempat tidur.Aku kembali mengingat apa yang Kenzo ucapkan dua minggu yang lalu. Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Ucapannya menggambarkan seolah-olah dia ingin mengikutiku hingga akhirnya menikahi Nayla. Apa mungkin ini hanya perasaanku saja?Kenzo tidak tahu kalau Farid sudah percaya kepada dirinya untuk membahagiakan Nayla. Farid menganggap Kenzo sebagai laki-laki yang mampu bertanggung jawab karena bersedia menerim
🏵️🏵️🏵️ Di satu sisi, aku mengerti bagaimana perasaan Farid saat kesalahpahaman di antara kami terjadi dulu hingga mengakibatkan perpisahan. Namun di sisi lain, aku juga tidak suka jika dirinya selalu mengungkit masa lalu. Aku ingin menjalani kehidupan rumah tangga kami tanpa adanya bayang-bayang masa lalu. Aku berharap agar Farid memercayai istri yang telah memberikan cinta kepadanya. Dia harus tahu kalau aku sangat bangga memiliki suami seperti dirinya. “Sayang, kamu tahu, nggak?” Aku memainkan rambut Farid. “Apa, Sayang?” Dia mengusap-usap pipiku. “Aku bangga memiliki suami seperti dirimu. Jadi, aku harap kamu tidak akan cemburu lagi mengingat masa laluku.” “Iya, Sayang. Aku juga merasa menjadi pria paling beruntung memiliki istri sepertimu. Jangan ada rahasia di antara kita. Aku janji akan selalu mencintaimu.” Aku sangat bahagia melihat perubahan Farid yang jauh berbeda dari yang dulu. Kini, dia berubah menjadi sosok yang sangat perhatian dan penyayang. Dia tidak pernah la
🏵️🏵️🏵️ “Iya, Sayang. Memangnya kenapa?” Farid justru bertanya. “Aku, sih, senang. Tapi aku heran lihat perbahanmu. Bukankah selama ini kamu benci banget sama Kenzo?” “Aku akan mengubur kebencian itu demi Nay, Sayang. Semoga dia yang terbaik untuk Nay.” “Syukur, deh, kalau kamu akhirnya mikirin apa yang terbaik untuk Nay.” “Sebenarnya ada sesuatu yang membuatku ingin marah padamu, tapi aku nggak kuasa.” “Kok, marahnya ke aku?” Aku tidak mengerti apa yang Farid pikirkan. “Kamu menutupi rahasia besar dari suamimu.” Wajah Farid tampak serius. “Rahasia besar? Maksudnya?” Aku tidak mengerti apa maksud laki-laki itu. “Hubungan Nay dan pria masa lalunya.” Aku berpikir, apa mungkin Nayla telah menceritakan kebenaran kepada kakaknya tersebut? “Hubungan yang seperti apa?” Aku bersikap seolah-olah tidak mengetahui apa yang terjadi terhadap Nayla. “Kenapa kamu masih berpura-pura, Sayang?” “Jadi, aku harus bilang apa? Aku nggak berani cerita tentang duka yang Nay rasakan. Aku nggak ma
🏵️🏵️🏵️ Dua minggu berlalu setelah aku melahirkan. Aku benar-benar merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena memiliki buah hati tercinta. Pun dengan Farid yang tidak ingin jauh dari Rafa apabila sudah pulang kantor. Seperti saat ini, Farid dengan bangganya memangku putra kami di taman belakang setelah dirinya kembali dari aktivitas rutin di kantor. Aku juga turut duduk di sampingnya. Dia makin menunjukkan perhatiannya sebagai seorang suami terhadap diriku. Dia mengaku sangat bangga memiliki istri yang telah melahirkan anaknya. Aku benar-benar tidak melihat lagi sifat egois dan sikap dingin yang dulu dia tunjukkan kepadaku. Kini, dia berubah menjadi sosok yang selalu lembut dan mengalah terhadap istri. “Gantengnya anak Papa.” Farid mengusap pipi Rafa sambil berbicara. “Siapa dulu, dong, yang ngelahirin.” Aku mencoba menggodanya. “Iya, dong. Mamanya cantik.” Dia membelai rambutku. “Wanita terbaik yang bersedia mendampingi hidupku.” Aku tidak kuasa memandang tatapan sendunya.
🏵️🏵️🏵️ Aku tidak mengerti kenapa perutku tiba-tiba sakit, padahal sebelumnya tidak pernah mengalami hal seperti ini. Apa mungkin aku akan segera melahirkan? Rasa sakit itu makin sering muncul. “Aku panggilin Mami, ya, Kak.” Nayla pun keluar dari kamarku. Tidak sampai lima menit, mami mertua dan Nayla akhirnya memasuki kamar. Wanita paruh baya itu memintaku untuk bertahan karena beliau akan menghubungi Farid. Dia pun berbicara dengan putranya tersebut di telepon. “Rid, kamu pulang sekarang. Sepertinya Key akan melahirkan.” Setelah menyampaikan kalimat tersebut, beliau pun menutup telepon. Sekarang tidak hanya perutku yang sakit, tetapi pinggang juga. Nayla mengusap-usapnya, ternyata cara itu dapat mengurangi sedikit rasa sakit. Sementara mami mertua mengelus-elus perutku. “Key gimana, Mih?” Farid pun akhirnya tiba di rumah. Dia langsung menghampiriku. “Kita ke rumah sakit aja sekarang, Rid.” Mami mertua tampak panik. “Iya, Mih.” Farid memapahku keluar kamar menuju mobilnya ya
🏵️🏵️🏵️ “Iya, Sayang. Dia udah nggak sabar untuk keluar. Dia juga harus tahu kalau papanya juga udah pengen banget gendong dia.” Dia mengusap-usap perutku. “Mamanya juga, dong.” Aku turut menimpali. “Iya, deh. Nggak mau kalah. Padahal dulu paling penurut sama suami.” Dia menjauhkan tangannya dari perutku lalu mengusap pipiku. Aku berharap dia sudah lupa dengan kedatangan Kenzo ke rumah ini. “Dulu kamu galak, sering marahin aku. Aku takut, dong.” “Kasihan. Tapi sekarang udah mulai ngelawan.” “Bukan ngelawan, tapi kasih pendapat.” “Tapi aku bahagia dengan perubahan sikap kamu, Sayang. Aku merasa kalau cintaku benar-benar udah sempurna karena dapat balasan darimu.” “Pintar lebay sekarang. Cuek dan egoisnya ke mana?” “Berubah jadi sayang sejak dicintai istri.” “Nggak nyangka, ya, ternyata cowok dingin bisa hangat juga.” “Kamu yang hangatin, Sayang.” Dia memainkan mata kirinya lalu mendekatkan wajahnya. “Mulai lagi, deh.” Aku sangat tahu apa yang Farid inginkan. Tidak masalah
🏵️🏵️🏵️ Malam ini suasana tampak indah, bulan dan bintang telah menunjukkan sinarnya yang terang. Namun, setelah melihat kehadiran Kenzo, aku tiba-tiba tidak menikmati keindahan itu lagi. Saat ini, aku justru khawatir jika Farid menunjukkan sikap egoisnya. Entah kenapa Farid tidak mencoba membuka diri untuk melupakan kejadian di masa lalu, padahal aku sudah berusaha meyakinkan dirinya kalau Kenzo tidak berarti lagi untukku. Dia tidak lebih dari seorang teman lama. Aku ingin mengatakan kepada Farid agar dirinya memberikan kesempatan kepada Kenzo untuk mencintai wanita lain. Kebetulan sekarang Kenzo dekat dengan Nayla. Setiap orang berhak untuk memiliki pilihan. Itu yang aku tahu. Jika aku memberikan saran kepada Farid, aku tidak yakin kalau dia akan menerimanya begitu saja. Apalagi ini berkaitan dengan Kenzo, lelaki yang pernah istrinya cintai. Farid pria yang sulit menerima pendapat orang lain. “Ada perlu apa ke sini, Bro?” Farid pun mengeluarkan suara khasnya, tegas. “Aku ingi
🏵️🏵️🏵️ “Bunga! Kamu sama siapa?” Aku langsung berdiri, lalu menghampiri adikku satu-satunya tersebut. Kami pun berpelukan. Saat hati ini terluka melihat sikap sang adik ipar, tiba-tiba adik kandung datang untuk mengobati. Bunga segera menyalami kedua mertuaku dan Farid. Aku memintanya sarapan, tetapi dia menolak karena akhir-akhir ini selera makannya berkurang. Aku berpamitan lalu beranjak menuju kamar bersama Bunga. Kami memilih duduk di sofa agar dapat melihat keluar dan merasakan hangatnya sinar mentari pagi. Kami pun mulai berbincang dan tertawa. “Hamil Kakak udah gede, ya. Kita udah beberapa bulan nggak ketemu. Kalau video call, Kakak nggak pernah nunjukin perutnya.” Bunga mengusap perutku. “Delapan bulan. Kakak gemukan, nggak?” “Biasanya aja, sih, menurutku. Gemuk perutnya aja.” “Nggak nyangka, ya, awalnya nikah dengan laki-laki bukan pilihan, tapi sekarang justru mengandung anaknya.” “Tapi sekarang udah pilihan, dong.” Bunga memainkan alisnya sambil tersenyum. “Iya.
🏵️🏵️🏵️ Jika ada yang bertanya saat ini seperti apa wajah yang Farid tunjukkan, aku akan menjawab mirip udang rebus. Entah kenapa tiba-tiba dia menunjukkan reaksi seperti orang yang sedang menahan amarah melihatku. “Kamu kenapa?” tanyaku kepada laki-laki itu. Aku pun bangun dari rebahan lalu bersandar ke sandaran ranjang. “Sepertinya kamu sengaja ingin tetap membuatku cemburu. Kenapa, Sayang?” Entah tuduhan apa lagi yang dia tujukan kepadaku. “Maksud kamu apa, sih?” Aku tidak mengerti dengan apa yang Farid katakan. “Lihat ini.” Dia pun memberikan ponselku. Aku membaca pesan masuk di benda pipih tersebut, terdapat nama Kenzo di layar. Dari mana pria itu mendapatkan nomor kontak baruku? Padahal aku sudah menggantinya sejak kejadian Farid mengusirku dari rumah. [Entah kenapa takdir kembali mempertemukan kita. Padahal sebelumnya, aku nggak tahu kalau Nay adik iparmu. Tapi kamu jangan salah sangka, aku sama sekali nggak punya maksud lain. Aku benar-benar tertarik pada Nay setela