Saat itu Vina sungguh sangat ketakutan dan luar biasa cemas ketika menunggu jawaban dari Alan. Dia takut bila pria yang dia cintai itu akan mematahkan janjinya sendiri dan malah mengatakan hal-hal yang mungkin membuat keluarga besarnya curiga terhadap hubungan mereka yang sesungguhnya.Akan tetapi, dia kemudain malah melihat Alan berdiri dari kursinya dan merangkul pundaknya lalu berkata, "Nenek Alma, ini tidak seperti yang Nenek duga. Bagaimana mungkin aku tidak suka dengan kehamilan istriku sendiri yang telah aku nantikan sejak lama?"Johan dan Belinda terlihat menghela napas lega begitu mendengar pengakuan menantunya tersebut. Vina sendiri juga benar-benar sangat lega luar biasa, apalagi tangan kokoh suaminya sedang bertengger di pundaknya seakan Alan benar-benar sedang merasakan kebahagiaan atas kehamilan palsunya itu.Wanita itu pun merasa bila caranya menipu Alan dan keluarganya sudah benar."Nenek salah paham. Aku hanya terlalu terkejut karena Vina tidak memberitahu aku terle
Vina tentunya tak ingin memperburuk citra dirinya sendiri di depan Alan.Saat ini wanita cantik itu sedang mencoba untuk memperbaiki cara pandang Alan terhadap dirinya sehingga dia harus bersikap layaknya seseorang wanita baik di depan suami tampannya itu.Wanita yang sedang berpura-pura hamil itu pun kemudian menghela napas panjang, "Kamu tidak perlu melakukan apapun, Alan. Hanya saja ....""Hanya saja apa?" tanya Alan yang kini mulai tidak sabar mendengar lanjutan ucapan istrinya tersebut."Aku tidak ingin melihatmu marah-marah di rumah. Itu saja." Wanita itu berkata dengan nada pelan yang memang dibuat sengaja agar Alan terenyuh mendengar pengakuannya.Dan benar saja, ucapan itu sungguh berhasil membuat Alan Samudera merasa begitu sangat bersalah pada Vina. Segala hal buruk yang pernah dia lakukan pada Vina tiba-tiba saja muncul di dalam kepalanya itu.Selama beberapa tahun mereka menikah, hubungannya dengan Vina memanglah tidak pernah baik. Dia tidak bisa menampik fakta itu sama s
Pada akhirnya Mikael tetap memaksa istri cantiknya itu untuk membawa mobil baru yang telah disiapkan untuk sang istri dan juga putra kesayangannya itu.Ananta juga diberikan seorang sopir yang bernama Daniel yang masih merupakan saudara jauh Andrew. Dia tidak hanya tetapi juga seorang pengawal handal setelah Andrew.Pria itu juga berasal dari negara yang sama dengan Mikael dan Andrew, namun penguasaan bahasa Indonesianya jelas sekali jauh lebih baik daripada dua orang itu.Pasti banyak sekali yang mengira bila Daniel merupakan orang blasteran, yang walaupun sebenarnya tidak."Apa kau lebih lama tinggal di sini?" tanya Ananta ketika dia sudah masuk di dalam mobil bersama dengan putranya.Daniel yang usianya sepantaran dengan dirinya itu pun berkata, "Tidak, Madam.""Saya tiba di Indonesia di waktu yang sama seperti dengan Sir Mikael dan yang lain."Ananta seketika mengerutkan keningnya karena bingung, "Tapi bagaimana bisa kamu bisa berbahasa Indonesia lebih baik daripada mereka berdua?
Namun, sebelum Mikael Alexander menjawab pertanyaan kakaknya itu, sang kakak malah tiba-tiba berujar kembali dengan tidak sabar, "Tunggu dulu, Mikael! Sepertinya aku pernah bertemu dengan anak itu."Mikael seketika meringis ketika mendengar ucapan sang kakak. Terlihat Helen sedang mencoba untuk mengingat-ingat.Astaga, untuk saat ini dia sangat kesal atas kemampuan otak kakaknya yang sanggup mengingat hal-hal kecil yang sudah terjadi beberapa waktu yang lalu.Tetapi, mungkin memang Helen harus diberitahu saat ini sehingga dia pun hanya menunggu kemarahan kakaknya meledak kembali."Ah, sial. Aku baru ingat. Itu anak yang aku temuin dengan tidak sengaja di resort di Indonesia waktu itu kan? Iya kan, Mikael? Itu anak kecil yang kau bilang kau tidak tahu informasi mengenai ibunya itu kan? Kau hanya tahu ibunya bekerja di sana dan kau bermain dengan anak kecil itu untuk menghabiskan waktumu," ucap Helen.Helen hampir saja akan meledak lagi. Ternyata firasatnya saat itu memang benar adanya.
Ananta hanya bisa menjawabnya dengan sebuah senyuman.Bagaimana mungkin dirinya tidak akan datang? Sementara dirinyalah adalah pengantin dari bos mereka itu?"Wah! Aku jadi penasaran tentang siapa calon pengantin Pak Mikael?" ucap Sarah, salah satu karyawan yang terlihat begitu senang sekali bergosip tentang bos mereka yang super tampan itu.Namun, pada dasarnya begitu banyak orang yang suka menggosipkan tentang bos mereka dikarenakan Mikael Alexander yang begitu misterius.Seseorang lainnya menjawab, "Sudah pasti orangnya cantik luar biasa karena tidak mungkin Pak Mikael yang jelas-jelas ketampanannya di luar batas pikiran manusia itu akan memilih perempuan yang biasa-biasa saja." Handi menggelengkan kepalanya, tidak setuju, "Aku sama sekali tidak setuju tentang hal. Well, sebagai seorang laki-laki kita itu tidak hanya melihat orang dari fisiknya aja.""Halah, itu kan kalau kamu. Kalau Pak Mikael sudah jelas pasti milihnya yang cantik lah," sahut yang lain, menolak gagasan Handi.Sa
Ananta memukul bahu suaminya dan Mikael pun hanya tertawa pelan."Apa yang sedang kamu bicarakan? Aku sama sekali belum ingin memiliki anak lagi," ucap Ananta, tak ingin menatap sang suami yang dia tahu pasti sedang menggodanya habis-habisan.Mikael lalu menganggukkan kepalanya, seakan langsung mengerti apa yang dimaksud istrinya. "Aku tahu, Anantaku Sayang. Lagi pula, Sean baru saja memiliki orang tua lengkap. Aku juga ingin dia merasakan kasih sayang kita lebih lama." Dia berkata sembari menatap ke arah istrinya walaupun Ananta sama sekali tak melihatnya karena cukup malu."Tapi, bukan berarti aku tidak ingin memiliki anak lagi ya Sayang. Aku mau, Nanta. Hanya saja, mungkin tidak untuk sekarang ini," tambah Mikael.Ananta sungguh bersyukur Mikael ternyata juga berpikir seperti dirinya. Dia awalnya sempat khawatir bila Mikael segera menginginkan seorang anak. Sudah tentu hal ini akan berat bagi Sean. "Itulah yang juga aku pikirkan. Dan jika suatu saat nanti ternyata aku diberi kese
"Hentikan, Mikael! Berhenti bercanda dan cepatlah tidur sana!" ucap Ananta yang kemudian berpura-pura melihat sekelilingnya daripada harus bertatapan dengan suaminya.Wanita itu hanya tak ingin terlihat begitu sangat malu di depan sang suami sehingga dia memilih untuk segera menarik selimutnya untuk menyelimuti seluruh tubuhnya.Dia bahkan berbaring miring dan memunggungi Mikael agar pria itu tidak bisa melihat wajahnya yang telah memerah.Mikael malah berpikir bila istrinya itu sangatlah menggemaskan. "Nanta, apa kamu sedang menggodaku, Sayangku?"Ananta terkejut mendengar ucapan suaminya itu sehingga dia pun terpaksa menoleh dan mendapati suaminya sedang menatapnya dengan senyuman nakalnya.Sebelum sempat membalas ucapan Mikael, pria itu sudah mengunci bibir Ananta dengan bibirnya dan tidak membiarkan wanita itu lolos darinya.Ananta tidak menolak tetapi terkadang mendorong suaminya itu untuk sedikit lebih menjauh dikarenakan dia har
Mikael pun tersenyum mengejek, "Kurasa dia memang sedang menggali lubang kuburnya sendiri."Arsen menganggukkan kepalanya, "Aku setuju. Tapi, tidakkah kamu pikirkan sebenarnya wanita itu eh maksud aku Vina sedang sangat tertekan sekarang?""Bayangin aja nih, dia sudah nikah selama bertahun-tahun sama Alan Samudera itu dan belum juga hamil. Gimana enggak stres itu dia?" tambah Arsen."Apa peduliku? Dia sudah membuat istriku menderita dalam waktu yang cukup lama, buat apa aku memiliki rasa kasihan terhadap orang yang bahkan tidak memikirkan saudaranya sama sekali?" balas Mikael, terdengar kejam tapi dia memang benar-benar tak peduli sedikit pun.Arsen membalas, "Tapi, Mike. Kalau saja Ananta tidak diusir dari rumahnya, bukankah kamu belum tentu juga bertemu dengan dia?"Mikael terdiam. Sungguh sebal jika dikaitkan dengan hal itu."Pertemuanku dengan Ananta tidak ada hubungannya dengan apa yang sudah dilakukan oleh Vina. Dia dan keluarganya harus segera membayar apa yang sudah mereka lak
Justin pun segera menjelaskan lebih lanjut perihal cara menelepon Alan Samudera. Keesokan harinya, di hadapan sama orang, kecuali putranya, Sean, Ananta melakukan sebuah panggilan pada Alan. Terlihat Mikael awalnya tidak suka melihat istrinya menelepon mantan pacarnya dulu tetapi dia tidak bisa memprotesnya. "Alan, ini aku ... maaf, aku harus melakukan ini," kata Ananta mengawali panggilan itu. Tentu saja dalam layar itu Alan terlihat begitu sangat terkejut. Tetapi, laki-laki itu malah langsung bertanya, "Vina. Bagaimana keadaan Vina, Nanta?" Anehnya wajah laki-laki itu terlihat begitu sangat sedih sehingga Ananta cepat-cepat menceritakan masalah tentang Vina. Betapa terkejutnya pria itu kalau mendengar kondisi mantan istrinya itu, tanpa menunda-nunda lagi dia berkata, "Aku akan segera pergi ke Indonesia dan menjenguk dia." Tak disangka-sangka oleh keluarga Wiriyo, Alan Samudera tampak tak menghindar dari mereka dan bahkan telah memutuskan untuk membantu mereka. "Aku tidak meny
Ananta memejamkan matanya seolah mencoba untuk tetap kuat. Dia tak boleh terlihat lemah di depan suaminya itu, meskipun kenyataannya dia saat ini memang sedang melemah.Wanita itu tak membalas sepatah kata pun perkataan suaminya hingga kemudian Mikael Alexander menghentikan ucapannya sendiri. Dia tak lagi melanjutkan perkataan kejamnya.Ketika dia melihat istrinya sedang menutup matanya dan bahkan dia bisa melihat bagaimana tubuh Ananta sedikit bergetar karena mendengarkan perkataannya itu, Mikael segera mundur ke belakang dan memegang kepalanya dengan rasa frustrasi yang sangat mengganggunya."Astaga, apa yang sudah aku lakukan?" gumam Mikael yang kini menatap istrinya dengan penuh penyesalan.Ananta bahkan belum berani membuka mata sehingga Mikael kini kembali melangkah ke depan lalu mendekati istrinya dengan perlahan. Dia ingin merengkuh istri tercintanya itu dan menenangkannya."Sayang, maafkan aku. Aku-""Tidak apa-apa," ucap Ananta yang langsung mundur ke belakang setelah dia ta
"Begini, Madam. Kami bisa membantu Anda dengan membuat sebuah tawaran kerjasama dengan perusahaan beliau," kata Justin.Ananta segera mengerutkan keningnya, "Maksud Anda? Anda berniat untuk menawarkan sebuah kerjasama palsu pada Alan?"Justin berdeham kecil saat idenya itu dikatakan demikian, tetapi dia tidak memiliki hak untuk tersinggung karena memang sebutan itu memang tepat."Ini demi menjaga kerahasiaan tujuan Anda, Madam," ucap Justin dengan nada yang terdengar sedikit agak malu.Sebagai seorang detektif, sudah menggunakan berbagai cara dan bahkan dengan cara yang kotor sekalipun untuk menuntaskan kasus-kasusnya.Tidak sekali hanya dua kali dia kerap melakukan sebuah tipu daya agar dia bisa menjebak orang yang dia incar. Akan tetapi, baru sekarang ini dia merasa begitu sangat malu dan tidak nyaman setelah mendengar ucapan dari Ananta Alexander.Dia tidak mengerti. Yang dia ketahui pendapat wanita itu seakan langsung mudah membuatnya goyah.Ada apa denganmu sebenarnya, Justin? Ka
"Luar negeri. Aku yakin dia tidak mungkin berada di Indonesia. Jadi, memang satu-satunya tebakan yang mungkin paling benar adalah dia berada di luar negeri selama ini," kata Alma. "Itu masuk akal. Kalau hanya di dalam negeri tak mungkin informan kita sampai tak berhasil melacak keberadaannya walaupun hanya sedikit," kata Johan. Belinda menganggukkan kepalanya setelah dia memahami semua itu. "Kalau begitu detektif swasta yang disewa oleh Ananta sangatlah bagus karena mereka bisa menemukan keberadaan Alan hanya dalam waktu yang cukup singkat." Sementara itu Ananta yang masih di tengah jalan mengemudikan mobilnya dengan tidak sabar. Dia ingin segera mengetahui informasi tentang Alan dan ingin melakukan apa yang dia inginkan. Begitu sampai di kantor detektif swasta tersebut yang tak terlalu jauh dari rumahnya atau hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan mobil tanpa kemacetan, Ananta melihat Vincent yang sedang duduk di depan seolah sedang bersantai. Vincent segera berdiri ketik
Dari panggilan itu Mikael menjelaskan, "Maafkan aku, Sayang. Aku sedang begitu sangat sibuk.""Sampai kamu lupa mengabari istri dan anakmu? Yang padahal sedang jauh dari jangkauanmu?" ucap Ananta sinis.Mikael terdiam selama beberapa saat hingga kemudian pria itu kembali berkata, "Maaf, Nanta. Aku benar-benar sedang tidak bisa menghubungi kamu kemarin dan baru sekarang aku bisa menghubungimu."Ananta menghela napas panjang. Kali ini dia benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya itu.Dia pun juga tak bisa mencari tahu lebih banyak karena keterbatasan yang dia miliki. Dia sudah tidak memiliki Helen dan juga dia pun tak memiliki orang lain yang bisa dia tanyai mengenai sang suami.Menurutnya sangat percuma untuk mendesak Mikael berkata yang sebenarnya."Hm, lalu apa kau akan pergi ke Indonesia atau tidak?" tanya Ananta."Aku tentu saja akan pergi. Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu dan Sean sendirian di sana?" ucap Mikael.Nyatanya kamu bahkan lepas kami
Haruka menatap sahabatnya itu dengan seksama, "Boleh. Kamu boleh melakukan apa saja jika itu bisa membantumu, asalkan jangan lupakan satu hal, Nanta."Wanita itu tentu saja tak mau jika sahabatnya itu sampai salah melangkah sehingga dia mencoba untuk memberikan beberapa saran agar masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu bisa terselesaikan tanpa adanya penyesalan ataupun kesalahan lain yang mungkin dia perbuat.Ananta cepat-cepat membalas, "Apa, Haruka?"Haruka menahan napas dan kemudian menghembuskannya secara perlahan, "Ketika kamu sudah mendapatkan bukti yang kamu inginkan itu, kamu tidak boleh goyah. Jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk mundur jika semuanya sudah tersaji di depan mata."Haruka mengamati perubahan ekspresi Ananta dan kini dia yakin bila kali ini sarannya sudah tepat sasaran.Ananta menelan ludahnya dengan gugup ketika dia teringat bagaimana dia membatalkan penyelidikannya kala itu.Padahal hanya satu langkah saja dia pasti sudah tahu apakah suaminya itu mem
Namun, Alan tahu percuma saja dia berpikir karena nyatanya semua yang ada di dalam kepalanya itu tak pernah bisa dia lakukan.Dia lalu memutuskan untuk lanjut berjalan melihat-lihat pemandangan sekitar dan larut dalam dunia yang menurutnya tak sedikitpun bisa menyembuhkan hatinya itu.Sementara itu, Ananta masih menunggu kabar dari sang detektif muda untuk informasi selanjutnya. Pagi itu, Ananta memilih untuk berkunjung ke kediaman Haruka bersama dengan Sean serta seorang sopir keluarga besarnya."Kamu yakin hanya pergi dengan sopir saja, Nanta? Nggak apa-apa, Nanta?" tanya Johan dengan wajah terlihat tidak tenang.Ananta tersenyum pada sang ayah, "Papa nggak perlu khawatir. Ananta bisa sendiri kok. Sama sopir udah cukup. Lagipula, sekarang jarak ke kota itu bisa ditempuh lebih cepat kan?"Johan pun akhirnya melepaskan putri sulungnya itu untuk pergi ke kota di mana Haruka tinggal.Perjalanan itu tak memakan waktu lama dan hanya ditempuh sekitar satu jam lebih saja."Tante," seru Sea
Justin mendengus keras sebelum kemudian menanggapi perkataan Vincent, "Takdir? Takdir yang bagaimana maksudmu?"Tatapannya penuh dengan kebingungan sehingga Vincent pun tak tahan untuk segera menjelaskan."Hm, takdir di antara sepasang muda mudi yang bertemu karena ketidaksengajaan dan-""Jangan gila! Dia sudah memiliki seorang suami dan bahkan anak," sambar Justin cepat agar temannya itu tak lagi berpikir macam-macam.Dia tak mau bila Vincent membayangkan hal yang bukan-bukan.Vincent terlihat terkejut dengan ucapan Justin dan langsung saja dia melihat file yang diisi oleh Ananta tadi."Ah, kau benar. Dia memang sudah menikah dan memiliki seorang anak. Hm, sungguh aku pikir dia itu masih single," kata Vincent masih terlihat sulit percaya.Justin menaikkan alis kanannya lalu menatap Vincent dengan tatapan aneh.Vincent terkikik geli lalu berkata, "Ayolah, dia memang terlihat masih begitu sangat muda kan? Sangat cantik dan tidak terlihat seperti seorang wanita yang telah memiliki seora
"Iya, Pa. Bagaimana menurut Papa?" tanya Ananta tanpa sedikitpun ragu.Johan menggelengkan kepalanya, "Entahlah. Papa belum pernah menggunakan detektif swasta. Jadi, Papa tidak bisa memberikan kamu pendapat."Ananta mengangguk mengerti, "Nanta pernah menyewa detektif swasta di London dan mereka sangat membantu Ananta."Tetapi, Johan terlihat sanksi. "Nanta, kamu tidak bisa membandingkan negara yang pernah kamu tinggali itu dengan Indonesia. Kamu tahu juga kan kalau di sini masih sangat jarang orang yang menggunakan jasa detektif swasta?" Ananta bukannya tidak tahu tetapi justru karena itulah dia sangat ingin menggunakan jasa detektif swasta."Tidak masalah, kita bisa mencobanya walaupun kita masih belum tahu bagaimana cara kerja detektif swasta di sini," kata Ananta.Johan pun hanya bisa mendesah dan berkata, "Baiklah, kalau memang itu yang kamu inginkan, Papa hanya bisa memberikanmu informasi mengenai beberapa kantor detektif swasta yang mungkin bisa kamu pilih."Ananta mengangguk s