"Selamat pagi, Sir," ucap kedua staf tersebut tergagap.Mikael membalas dengan sebuah anggukan dan segera saja dia berjalan lebih cepat menuju ke ruangannya.Di sana dia sudah melihat Ananta yang sedang menata mejanya."Selamat pagi, Sir!" sapa Ananta seperti biasa tetapi laki-laki itu anehnya tak membalas ucapannya.Ananta pun mengerutkan dahi dan mulai sedikit agak bingung tapi dia mencoba untuk bersikap biasa saja seolah Mikael tidak mengacuhkannya."Apa Anda ingin disiapkan kopi sekarang, Sir?" tawar Ananta.Mikael menjawab, "Tidak."Dia berjalan ke arah mejanya dan kemudian duduk selama beberapa menit tapi akhirnya dia kembali berdiri.Ananta mengamati dengan heran."Andrew, siapkan mobil!" Mikael memerintah.Ananta tentu saja terkejut dengan perintah itu tetapi dia melihat Andrew tak mengatakan apapun dan hanya melakukan apa yang diperintahkan kepadanya.Apa yang terjadi?Namun, begitu Andrew keluar dari ruangan itu, Ananta dengan cepat segera bertanya, "Sir, apa Anda mau pergi?"
Melihat cara Ananta menatap dirinya dengan tidak nyaman itu membuat Mikael malah semakin kesal. "Memang tidak ada di dalam kontrak kerja, tapi kamu tidak bisa seenaknya," ucap Mikael.Ananta tentu saja semakin kebingungan tetapi kemudian Michael yang sudah terlanjur berkata hal yang seharusnya tidak dia katakan itu pun berkata lagi, "Ingat kamu masih memiliki tanggungan yang belum kamu selesaikan dengan masalah keuangan."Ananta terkejut ketika masalah itu dibawa-bawa tetapi karena dirinya tidak ingin menambah masalah lagi dia pun kemudian hanya bisa berujar, "Baik, Sir. Soal itu akan segera saya selesaikan."Dia pun kemudian undur diri dan bergegas ke ruangan Sherly."Ada apa denganmu?" tanya Shirley, mantan bosnya yang sebenarnya memang cukup bersahabat dengannya."Bu, apa saya tidak bisa kembali ke pekerjaan saya yang semula saja?" Sherly pun terbelalak kaget, "Apa maksudmu? Kamu mau menjadi Asisten manager lagi?""Iya, Bu."Sherly mendecak lidah dan menatap Ananta dengan tatapan
Malam itu juga Vina meminta barang yang dia pesan itu dikirimkan langsung ke alamat apartemen yang dia tinggali bersama dengan Alan.Dia dan Alan meman sudah tinggal terpisah dari kedua orang tuanya semenjak mereka menikah. Keputusan itu dipilih oleh Alan dikarenakan tak ingin diganggu rumah tangganya yang hanya pura-puraan itu oleh keluarga Wiriyo.Vina saat ini sedang menunggu suaminya pulang sambil meminum cokelat panasnya yang baru saja dia buat. Wanita itu melihat ke arah jam dinding dan menghitung mundur hingga kemudian dia mendengar pintu apartemen mereka terbuka yang menandakan Alan sudah pulang.Vina tetap berada di dapur sembari menyesap minumannya dan hal itu membuat Alan terkejut saat melihat istrinya masih terjaga di sana."Kamu belum tidur?" tanya Alan.Vina menggelengkan kepala dan mengangkat gelasnya, secara tidak langsung sedang memberitahu Alan tentang kegiatannya.Aroma cokelat panas segera sampai di hidung Alan dan hal itu juga sudah diperkirakan oleh Vina. Alan ju
Desta cepat-cepat turun dari mobil itu dengan Ananta yang menatap bosnya dengan tatapan heran."Ada apa, Sir?" tanya Ananta.Mikael tidak menjawab pertanyaan Ananta dan malah menatap Desta dengan tatapan tidak suka."Apa ada masalah?" Kini Desta yang sedang bertanya pada Mikael.Laki-laki berusia 27 tahun itu juga berpenampilan rapi dan tidak kalah keren dari Mikael. Selain penampilan Desta yang menawan, wajah Desta pun juga sangat tampan. Di samping itu, pekerjaannya pun sangat bagus. Hal itu juga bisa Mikael lihat dari sekali tatap sehingga Mikael semakin kesal karenanya.Mikael tersenyum miring pada pria itu dan kemudian berbicara, "Ini bukan area tempat naik turun orang luar.""Hah?" Ananta terkejut.Desta masih menunggu orang yang dia tebak adalah bos Ananta itu berbicara lebih lanjut agar dia bisa tahu bagaimana bisa bersikap."Mulai sekarang kendaraan yang bukan tamu dari resort ini dilarang masuk ke area ini." Mikael berkata dengan nada dingin dan menatap tajam ke arah Desta.
Dan sepanjang hari itu, Alan benar-benar merasa tak dapat berkonsentrasi di perusahaannya sendiri dikarenakan otaknya yang sedang melanglang buana tak tentu arah.Dia pun tak bisa berfokus pada beberapa project yang sedang dia tangani hingga akhirnya dia menutup kembali file yang telah dibukanya. Daripada semakin kacau, Alan memilih untuk menunda mengerjakannya saja."Sial, Lan. Lan. Kemarin ngapain sih kamu pakai hilang kendali?" gumamnya penuh penyesalan terdalam.Alan Samudera bukanlah pria yang sangat suci sampai tidak pernah melakukan hubungan badan. Dia tak seperti itu.Sebelum berpacaran dengan Ananta, Alan pernah beberapa kali melakukan hubungan satu malam dengan beberapa wanita dan hal itu selalu berakhir tanpa masalah.Namun, kebiasaannya itu menghilang ketika dia mulai menyukai Ananta dan berpikir untuk selalu setia kepada wanita itu. Ananta membuatnya jatuh cinta dan tak bisa berpaling. Dia juga yakin memperistri wanita cantik itu.Dia tidak pernah menyentuh wanita lain sam
Mikael Alexander seperti sedang melihat hantu. Laki-laki itu sungguh kesulitan untuk mempercayai apa yang sedang dia lihat. Tetapi anehnya dia malah semakin tertarik dengan pemandangan di depannya itu dan akhirnya berkonsentrasi penuh mengamati keduanya dari jarak yang agak jauh.Meskipun berseberangan dia merasa sangat beruntung sekali karena bisa melihat dari tempatnya duduk lewat kaca jernih yang menghadap langsung ke arah seberang.Kaca itu memang bisa melihat ke arah luar tetapi lain tidak bisa melihat ke arah dalam sehingga hal itu sangat menguntungkan bagi Mikael.Dilihatnya Ananta begitu telaten membersihkan mulut sang bocah dan beberapa kali berbincang riang dengan Sean."Tidak bisa dipercaya," gumam Mikael pelan."Sean anak Ananta? Tapi bagaimana mungkin dia bisa memiliki anak?" ujarnya semakin tidak mengerti.Kepalanya tiba-tiba saja berdenyut dan dia pun semakin kebingungan dengan satu informasi yang baru saja dia dapatkan saat ini.Informasi itu bukanlah sebuah informasi d
Andrew hanya bisa terdiam dan tak berani mengucapkan sepatah kata pun ketika mendengar umpatan sang tuan.Mikael rasanya ingin segera keluar dari mobilnya dan kemudian meminta penjelasan atas kebohongan yang telah dilakukan oleh Ananta.Namun, Andrew yang seperti mengetahui niat sang tuan pun segera berujar cepat, "Sir, Anda tidak bisa ke sana, karena jika mereka tahu Anda sedang mengikuti mereka, itu tidak akan bagus untuk reputasi Anda."Mikael pun berusaha keras menahan diri dan dengan menghembuskan napasnya secara berulang. Dia pun akhirnya bisa mendapatkan kembali ketenangannya setelah berkali-kali mencoba."Lalu, kenapa Sean berkata kalau dia tidak pernah bertemu dengan ayahnya? Apa mungkin anak kecil itu juga telah berbohong padaku?" Belum sempat Andrew mengatakan pendapatnya, dia sudah mendengar Mikael berkata lagi, "Wah! Apa jangan-jangan Ananta juga mengajarinya berbohong? Luar biasa!"Mikael bertepuk tangan karena jengkel."Inilah yang membuatku malas sekali berurusan denga
"Temen-temen Sean di day care." Bocah itu menjawab dengan begitu sangat polos sehingga Ananta malah semakin kesal pada bocah-bocah yang telah mengatakan hal itu kepada putranya.Bagaimana bisa anak-anak seusia Sean berpikir seperti itu?Di dalam hatinya dia mengumpat pada orang tua yang tidak bisa di putra-putri mereka agar memiliki kesopanan sehingga tidak mengatakan hal-hal yang menyakiti hati orang lain seperti yang baru saja terjadi itu.Tak mau membuat putranya semakin berkecil hati, Ananta pun mencoba untuk membesarkan hati sang putra dengan berkata, "Sayang, itu sama sekali tidak benar. Papa Sean itu sama sekali tidak meninggalkan Sean. Dia ... dia hanya pergi karena memiliki urusan di tempat yang sangat jauh."Akhirnya penjelasan seperti itulah yang dipilih oleh Ananta dengan harapan putranya akan dengan mudah memahaminya."Ke mana, Ma?" tanya Sean lagi.Desta yang melihat adegan itu pun semakin merasa begitu bersalah karena dirinyalah yang tadi memulai topik itu sehingga malah
Justin pun segera menjelaskan lebih lanjut perihal cara menelepon Alan Samudera. Keesokan harinya, di hadapan sama orang, kecuali putranya, Sean, Ananta melakukan sebuah panggilan pada Alan. Terlihat Mikael awalnya tidak suka melihat istrinya menelepon mantan pacarnya dulu tetapi dia tidak bisa memprotesnya. "Alan, ini aku ... maaf, aku harus melakukan ini," kata Ananta mengawali panggilan itu. Tentu saja dalam layar itu Alan terlihat begitu sangat terkejut. Tetapi, laki-laki itu malah langsung bertanya, "Vina. Bagaimana keadaan Vina, Nanta?" Anehnya wajah laki-laki itu terlihat begitu sangat sedih sehingga Ananta cepat-cepat menceritakan masalah tentang Vina. Betapa terkejutnya pria itu kalau mendengar kondisi mantan istrinya itu, tanpa menunda-nunda lagi dia berkata, "Aku akan segera pergi ke Indonesia dan menjenguk dia." Tak disangka-sangka oleh keluarga Wiriyo, Alan Samudera tampak tak menghindar dari mereka dan bahkan telah memutuskan untuk membantu mereka. "Aku tidak meny
Ananta memejamkan matanya seolah mencoba untuk tetap kuat. Dia tak boleh terlihat lemah di depan suaminya itu, meskipun kenyataannya dia saat ini memang sedang melemah.Wanita itu tak membalas sepatah kata pun perkataan suaminya hingga kemudian Mikael Alexander menghentikan ucapannya sendiri. Dia tak lagi melanjutkan perkataan kejamnya.Ketika dia melihat istrinya sedang menutup matanya dan bahkan dia bisa melihat bagaimana tubuh Ananta sedikit bergetar karena mendengarkan perkataannya itu, Mikael segera mundur ke belakang dan memegang kepalanya dengan rasa frustrasi yang sangat mengganggunya."Astaga, apa yang sudah aku lakukan?" gumam Mikael yang kini menatap istrinya dengan penuh penyesalan.Ananta bahkan belum berani membuka mata sehingga Mikael kini kembali melangkah ke depan lalu mendekati istrinya dengan perlahan. Dia ingin merengkuh istri tercintanya itu dan menenangkannya."Sayang, maafkan aku. Aku-""Tidak apa-apa," ucap Ananta yang langsung mundur ke belakang setelah dia ta
"Begini, Madam. Kami bisa membantu Anda dengan membuat sebuah tawaran kerjasama dengan perusahaan beliau," kata Justin.Ananta segera mengerutkan keningnya, "Maksud Anda? Anda berniat untuk menawarkan sebuah kerjasama palsu pada Alan?"Justin berdeham kecil saat idenya itu dikatakan demikian, tetapi dia tidak memiliki hak untuk tersinggung karena memang sebutan itu memang tepat."Ini demi menjaga kerahasiaan tujuan Anda, Madam," ucap Justin dengan nada yang terdengar sedikit agak malu.Sebagai seorang detektif, sudah menggunakan berbagai cara dan bahkan dengan cara yang kotor sekalipun untuk menuntaskan kasus-kasusnya.Tidak sekali hanya dua kali dia kerap melakukan sebuah tipu daya agar dia bisa menjebak orang yang dia incar. Akan tetapi, baru sekarang ini dia merasa begitu sangat malu dan tidak nyaman setelah mendengar ucapan dari Ananta Alexander.Dia tidak mengerti. Yang dia ketahui pendapat wanita itu seakan langsung mudah membuatnya goyah.Ada apa denganmu sebenarnya, Justin? Ka
"Luar negeri. Aku yakin dia tidak mungkin berada di Indonesia. Jadi, memang satu-satunya tebakan yang mungkin paling benar adalah dia berada di luar negeri selama ini," kata Alma. "Itu masuk akal. Kalau hanya di dalam negeri tak mungkin informan kita sampai tak berhasil melacak keberadaannya walaupun hanya sedikit," kata Johan. Belinda menganggukkan kepalanya setelah dia memahami semua itu. "Kalau begitu detektif swasta yang disewa oleh Ananta sangatlah bagus karena mereka bisa menemukan keberadaan Alan hanya dalam waktu yang cukup singkat." Sementara itu Ananta yang masih di tengah jalan mengemudikan mobilnya dengan tidak sabar. Dia ingin segera mengetahui informasi tentang Alan dan ingin melakukan apa yang dia inginkan. Begitu sampai di kantor detektif swasta tersebut yang tak terlalu jauh dari rumahnya atau hanya sekitar 15 menit perjalanan menggunakan mobil tanpa kemacetan, Ananta melihat Vincent yang sedang duduk di depan seolah sedang bersantai. Vincent segera berdiri ketik
Dari panggilan itu Mikael menjelaskan, "Maafkan aku, Sayang. Aku sedang begitu sangat sibuk.""Sampai kamu lupa mengabari istri dan anakmu? Yang padahal sedang jauh dari jangkauanmu?" ucap Ananta sinis.Mikael terdiam selama beberapa saat hingga kemudian pria itu kembali berkata, "Maaf, Nanta. Aku benar-benar sedang tidak bisa menghubungi kamu kemarin dan baru sekarang aku bisa menghubungimu."Ananta menghela napas panjang. Kali ini dia benar-benar tidak bisa memahami apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya itu.Dia pun juga tak bisa mencari tahu lebih banyak karena keterbatasan yang dia miliki. Dia sudah tidak memiliki Helen dan juga dia pun tak memiliki orang lain yang bisa dia tanyai mengenai sang suami.Menurutnya sangat percuma untuk mendesak Mikael berkata yang sebenarnya."Hm, lalu apa kau akan pergi ke Indonesia atau tidak?" tanya Ananta."Aku tentu saja akan pergi. Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu dan Sean sendirian di sana?" ucap Mikael.Nyatanya kamu bahkan lepas kami
Haruka menatap sahabatnya itu dengan seksama, "Boleh. Kamu boleh melakukan apa saja jika itu bisa membantumu, asalkan jangan lupakan satu hal, Nanta."Wanita itu tentu saja tak mau jika sahabatnya itu sampai salah melangkah sehingga dia mencoba untuk memberikan beberapa saran agar masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu bisa terselesaikan tanpa adanya penyesalan ataupun kesalahan lain yang mungkin dia perbuat.Ananta cepat-cepat membalas, "Apa, Haruka?"Haruka menahan napas dan kemudian menghembuskannya secara perlahan, "Ketika kamu sudah mendapatkan bukti yang kamu inginkan itu, kamu tidak boleh goyah. Jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk mundur jika semuanya sudah tersaji di depan mata."Haruka mengamati perubahan ekspresi Ananta dan kini dia yakin bila kali ini sarannya sudah tepat sasaran.Ananta menelan ludahnya dengan gugup ketika dia teringat bagaimana dia membatalkan penyelidikannya kala itu.Padahal hanya satu langkah saja dia pasti sudah tahu apakah suaminya itu mem
Namun, Alan tahu percuma saja dia berpikir karena nyatanya semua yang ada di dalam kepalanya itu tak pernah bisa dia lakukan.Dia lalu memutuskan untuk lanjut berjalan melihat-lihat pemandangan sekitar dan larut dalam dunia yang menurutnya tak sedikitpun bisa menyembuhkan hatinya itu.Sementara itu, Ananta masih menunggu kabar dari sang detektif muda untuk informasi selanjutnya. Pagi itu, Ananta memilih untuk berkunjung ke kediaman Haruka bersama dengan Sean serta seorang sopir keluarga besarnya."Kamu yakin hanya pergi dengan sopir saja, Nanta? Nggak apa-apa, Nanta?" tanya Johan dengan wajah terlihat tidak tenang.Ananta tersenyum pada sang ayah, "Papa nggak perlu khawatir. Ananta bisa sendiri kok. Sama sopir udah cukup. Lagipula, sekarang jarak ke kota itu bisa ditempuh lebih cepat kan?"Johan pun akhirnya melepaskan putri sulungnya itu untuk pergi ke kota di mana Haruka tinggal.Perjalanan itu tak memakan waktu lama dan hanya ditempuh sekitar satu jam lebih saja."Tante," seru Sea
Justin mendengus keras sebelum kemudian menanggapi perkataan Vincent, "Takdir? Takdir yang bagaimana maksudmu?"Tatapannya penuh dengan kebingungan sehingga Vincent pun tak tahan untuk segera menjelaskan."Hm, takdir di antara sepasang muda mudi yang bertemu karena ketidaksengajaan dan-""Jangan gila! Dia sudah memiliki seorang suami dan bahkan anak," sambar Justin cepat agar temannya itu tak lagi berpikir macam-macam.Dia tak mau bila Vincent membayangkan hal yang bukan-bukan.Vincent terlihat terkejut dengan ucapan Justin dan langsung saja dia melihat file yang diisi oleh Ananta tadi."Ah, kau benar. Dia memang sudah menikah dan memiliki seorang anak. Hm, sungguh aku pikir dia itu masih single," kata Vincent masih terlihat sulit percaya.Justin menaikkan alis kanannya lalu menatap Vincent dengan tatapan aneh.Vincent terkikik geli lalu berkata, "Ayolah, dia memang terlihat masih begitu sangat muda kan? Sangat cantik dan tidak terlihat seperti seorang wanita yang telah memiliki seora
"Iya, Pa. Bagaimana menurut Papa?" tanya Ananta tanpa sedikitpun ragu.Johan menggelengkan kepalanya, "Entahlah. Papa belum pernah menggunakan detektif swasta. Jadi, Papa tidak bisa memberikan kamu pendapat."Ananta mengangguk mengerti, "Nanta pernah menyewa detektif swasta di London dan mereka sangat membantu Ananta."Tetapi, Johan terlihat sanksi. "Nanta, kamu tidak bisa membandingkan negara yang pernah kamu tinggali itu dengan Indonesia. Kamu tahu juga kan kalau di sini masih sangat jarang orang yang menggunakan jasa detektif swasta?" Ananta bukannya tidak tahu tetapi justru karena itulah dia sangat ingin menggunakan jasa detektif swasta."Tidak masalah, kita bisa mencobanya walaupun kita masih belum tahu bagaimana cara kerja detektif swasta di sini," kata Ananta.Johan pun hanya bisa mendesah dan berkata, "Baiklah, kalau memang itu yang kamu inginkan, Papa hanya bisa memberikanmu informasi mengenai beberapa kantor detektif swasta yang mungkin bisa kamu pilih."Ananta mengangguk s