“Ma, malam sebelum mama sakit, Om Arsan mendapatkan telepon. Aku mendengarnya bahwa dia menyebut snag penelpon adalah Steve. Apa mama tahu rencana Om Arsan?” Zahwa menggeleng dengan pertanyaan Keano tersebut. Keano melepaskan napasnya sedikit lelah. “Aku tidak meyangka, bahwa dia ingin membunuh Om Damian. Saya tahu, Om Damian pernah jahat tapi bukan berarti dengan mudah nyawanya dihilangkan.” Zahwa mendengarkan dengan seksama.
“Apa kau yakin tidak salah paham?” Zahwa tidak ingin putranya tersebut menyimpan dendam yang belum tentu kebenarannya.
“Aku mendengar dengan jelas, Ma.” Zahwa juga nampak terkejut. Memang Damian tidak adil karena membuangnya ke Bandung dan tentu membuatnya sakit hati. Tapi bukan berarti dapat dengan mudah menghilangkan nyawa seseorang.
“Lupakan itu, Boy. Kita fokus ke hidup kita. Bagaimana kita bisa pergi dari sini.” Zahwa memegang kedua l
Seharian Keano hanya bermain vidio game saja. Sedangkan Zahwa mondar-mandir memikirkan bagaimana caranya bisa keluar dari rumah itu. Damian memang sengaja memutus akses internet dan sinyal saat dia pergi. Baru setelah dirinya kembali akan dinyalakan lagi.Suara mobil terdengar memasuki pekarangan. Jangan bertanya bagaimana marahnya Zahwa. Dia keluar dari kamar itu dan menyambut Damian. “Kau nampak lebih cantik, Sayang. Aku merasa sangat spesial disambut kekasihku saat pulang kerja.” Tidak terbendung kemarahan Zahwa. Dia menyorotkan api permusushan di matanya. Damian terkekeh melihatnya. Mungkin baginya sangat lucu. Tapi tidak dengan Zahwa. Dia sangat marah sekarang.“Sebenarnya, apa maumu?” tanya Zahwa.“Kau tidak akan menyesal, menanyakan mauku?” Damian maju ke arah Zahwa, sehingga wanita itu mundur, mundur dan akhirnya mentok ke dinding. Damian mengungkung tubuh Zahwa dengan kedua ta
Zahwa melemas di atas ranjang. Pikirannya pergi entah ke mana. Kenapa ini terjadi lagi? Damian menodainya lagi. Kesalahan itu terulang lagi. Dia sangat membenci Damian. Sangat! Kenapa lelaki itu begitu jahat padanya. Mungkin Arsan memang jahat seperti yang dikatakannya, tapi Arsan tidak pernah memaksanya untuk melayaninya. Air matanya luruh.“Jangan menangis, kita menikah besok. Maafkan aku!” Damian menggendong Zahwa ke kamar mandi super mewahnya. Dia meletakkan tubuh sang kekasih untuk di mandikan. Zahwa seperti manekin yang menurut saja. Ada rasa sesal dalam dada Damian. Seharusnya dia bisa mengendalikan diri. Setelah selesai memandikannya, Damian menyelimuti Zahwa dengan handuk, kemudian menggendongnya kembali keluar.Damian meletakkan tubuh Zahwa di ranjang dan bangkit untuk mengambil baju Zahwa. Dia memakaian baju setelahnya. Lelaki tinggi tegap itu kemudian mandi. Dia mengguyur tubuhnya di bawah shower. Dia mendapatka
“Aku kalap. Aku memaksanya. Dia ada di rumahku bersama anakku. Ada di vila. Aku mencurinya dari Arsan.” Nathan mengerutkan keningnya.“Arsan? Apa hubungannya?” ucap Nathan. Dia bangkit dan mengambil camilan. Dia membuka kaleng itu. Ada camilan kesukaannya yaitu kacang atom dan satu kaleng lagi keripik.“Dia akan menikah tadi siang. aku menculiknya kemarin malam.” Nathan mengangguk.“Kau memang pantas disebut bajingan, saudara lo sendiri kamu hianati.” Nathan terkekeh.“Bukan aku tapi dia. Anak buahku menemukan fakta bahwa dia masih ebrhubungan dengan Cassandra. Kamu tahu akal dia? Dia akan menghancurkanku lewat seorang yang tidak beralah yaitu kekasihku Rara.” Nathan masih tidak mengerti dengan ucapannya Damian.“Aku masih tidak maksud dengan yang kau jabarkan. Coba pelan-pelan.” Damian bangkit kemudian meman
Damian sudah sampai di rumah. Dia lengsung menuju kamarnya. Lelaki itu masih melihat Zahwa meringkuk tanpa selimut. Pahanya terekspose keluar. Damian cepat-cepat menutup paha itu dengan selimut. Dia tidak mau kelepasan lagi. Damian masuk ke kamar mandi hanya untuk mencuci wajahnya. Ini sudah sangat pagi tapi udara malah semakin dingin. Zahwa pura-pura tidur. Sebenarnya dia sudah bangun karena mendengar Damian membuka pintu. Kini ranjang terasa bergoyang berarti Damian sudah mulai naik. Dada Zahwa bergemuruh. Damian memeluknya dari belakang dalam keadaan miring berbaring.“Aku tahu kamu sudah bangun. Terima kasih tidak pindah. Terima kasih sudah membantuku pelepasan. Maaf jika caraku tidak sopan memaksamu.” Damian memeluk pinggangnya erat. Zahwa masih saja terdiam. Kepalanya penuh dengan seluruh pertimbangan antara baik dan buruknya.“Jawab aku, Sayang. baiklah, aku anggap setuju kita menikah besok.” Damian sudah mempe
Damian mendengar Keano mengintrogasi sang mama sehingga dia bangkit. Dia masih telanjang dada karena memang tidak suka memakai baju saat tidur. “Keano jadi sarapan? Mari kita sarapan bersama,” ucap Damian. Padahal dia sangat mengantuk. Tapi memilih untuk menemani mereka berdua sarapan. “Damian, pakai bajumu!” Zahwa mendorong Damian masuk ke dalam lagi. Keano menganga meliaht ulah dua insan yang sudah dewasa tersebut. Keano kemudian menautkan alisnya dan menaikkan alisnya sebelah kanan. Dia sudah bisa mengerti bahwa sebenarnya mereka saling mengharapkan.Keano memilih untuk berjalan ke meja makan. Sudah ada tiga porsi sandwich. Keano yang membuatnya. Damian sudah datang dengan menggandeng Zahwa. Dia mengancam wanita itu, kalau tidak nurut maka akan mememisahkan dirinya dengan Keano. Maka Zahwa menurut saja.“Kamu yang bikin, Boy?” ucap Damian. Keano hanya mengangguk saja. Damian duduk setelah menarikk
Damian melepaskan Zahwa. Dia ingin berbuat lebih jauh, tapi tidak jadi. Dia akan menghabisi kekasihnya itu saat mereka sudah menikah. Sebagai lelaki normal, ingin rasanya bersatu dengan tubuh molek sang ekkasih. Tapi tidak bisa. “Kau mau menemani aku tidur, nggak?”“Ada Keano. Aku harus membujuknya.” Damian mengangguk dan melepaskan pelukannya. Zahwa bangkit dan menyisir rambutnya, kemudian keluar. Sedangkan Damian mapan untuk jalan-jalan ke alam mimpi.“Keano, mama boleh masuk?” Hening ... Keano tidak menjawabnya. “Mama masuk, ya?” Terlihat dia memakai head set untuk mendengarkan musik dan memainkan stik vidio games. Zahwa duduk di sampingnya dan menyingkirkan head set itu.“Ada apa , sih, Ma. Jangan menggangguku saat main games!” Keano terlihat sangat marah.“Kamu marah sama mama? Kita butuh bicara.” Zahwa meraih tangan sang pu
“Begitu? Kalau memang benar, mengapa tidak menikah dengan mama? Kenapa malah dia membiarkan kita terlunta-lunta.” Putranya sangat cerdas. Zahwa memejamkan matanya mencari kata-kata yang pas untuk memberi tahu sang anak.“Begini, Sayang. Ada spark yang tidak kamu mengerti dari kehidupan orang dewasa.” Zahwa menjeda perkataannya. Dia mencari sela yang pas untuk membuat anaknya itu mengerti. “Saat itu, papamu dan mama tidak mungkin bersatu. Sekarang mungkin kesempatannya.” Keano mengerutkan keningnya tajam. Dia menggunakan logikanya untuk menelaah perkataan sang mama. Apa bedanya sekarang dan sebelumnya atau setelahynya.“Aku masih belum mengerti, Ma. Penjelasan Mama begitu rumit untuk aku terima.” Keano memandang siluet gunung yang mulai terlihat pudar mengkilat karena panas menyapunya.“Sederhana saja, Sayang. Dulu masih banyak halangan untuk mama menikah dengan
Arsan pontang-panting mencari Damian dan juga Zahwa kemana-mana tapi tidak ketemu. Anak buahnya juga tidak bisa menemukannya. Dua hari ini Damian memang memilih tinggal di rumah setelah menyerahkan segala urusannya kepada sekretarisnya. Arsan menjadi sangat frustrasi. Dia gagal menikah karena Damian.Sedangkan Damian sendiri tengah bahagia. Sebentar lagi dia akan menjadi suami Zahwa dan tidak akan ada yang dapat memisahkannya. Papanya mau membuangnya dari perusahaan, tidak masalah. Dia memiliki tiga perusahaan yang cukup jika untuk menghidupi anak dan istrinya. Zahwa melihat dirinya di cermin. Dia masih terlihat cantik walau sudah kepala tiga. Dadanya bergemuruh. Dia mau menikah? Yang dulu hanya dalam khayalan kini terjadi walau menikah dengan kekasih yang terlihat sangat brengsek selama dua belas tahun ini. “Mama sangat cantik.” Keano masuk ke kamarnya.“Terima kasih, Sayang.” Keano memeluk sang mama dari belakang.
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat