“Ran, aku senang walau sudah menikah ternyata suami kita juga bersahabat. Bisa melakukan hal sehebat ini bersama, tertawa bersama, aku bahagia,” ungkap Hafiza. Dia sudah ngos-ngosan duduk di lantai yang agak jauh dari dapur.
“Aku juga, minumlah!” Rani membawakan secangkir air putih.
“Terima kasih,” pungkas Hafiza.
***Meyyis***
Keano dan Gilang siap pulang ke rumah setelah urusan sudah dapat ditangani. Keduanya sudah berada di bandara untuk bertolak kembali ke Jakarta. Keano sengaja tidak memberi tahu istrinya. Dia akan memberikan kejutan pada wanita berusia dua puluh enam tahun itu.
“Kamu yakin tidak mau memberi tahu istri kita? Dia aja kemarin ngambek karena aku kecapean,” ucap Gilang.
“Biar buat kejutan.” Keano sudah masuk ke dalam pesawat diikuti dengan Gilang. Setelah pe
“Mereka sudah pulang? Ada apa ini? Formal banget,” ucap Hafiza.“Iya, aku jadi deg-degan. Jangan-jangan ada apa-apa ini?” kata Rani.Keano dan Gilang mendekat kemudian mengulurkan tangan untuk menyambut keduanya.***Meyyis***“Ada … a-cara apa? Jangan membuatku takut,” ucap Hafiza.“Masuklah,” tawar Keano. Hafiza mengangguk. Kaki mereka melangkah menapaki lembaran mawar yang sengaja disebar sepajang Lorong lilin-lilin kecil itu. Mendung yang menyeru membuat lilin-lilin itu tampak cantik menerangi. Senyum kedua wanita itu tidak lekang dari bibir merah yang mulai memucat karena pudarnya pemerah.Keano menghentikan laju mereka, berhenti tepat di depan pintu. Hal itu diikuti oleh Gilang. Keduanya saling berhadapan dengan kekasih halal mereka.“Mungkin agak be
“Aku menahannya selama tiga hari, kali ini kamu milikku,” bisik Keano, masih dengan napas yang saling terengah karena menahan hasrat yang sudah memuncak. Mereka menyatukan gairah yang sudah menyentuh ubun-ubun. Akhirnya pekikan bahagia menandakan puncak asmara sudah menjadi milik mereka. Petualangan belum berakhir sampai di sini. Akan ada babak-babak tambahan setelah pencapaian tersebut.***Meyyis***Tim investigasi sudah menemukan titik terang. Beberapa tersangka sudah dikumpulkan untuk membantu penyidik menemkan jejak kejahatan dalm kasus robohnya pabrik itu. Saat kaki tangannya di tangkap, Brenda merasa gelisah. Wanita itu mondar-mandir di rumahnya.“Kamu bisa cooling down? Kenapa terlihat panik, sih?” ucap Cassandra mamanya.“Ma, orang kita sudah tertangkap dua, bagaimana nggak panik? Mama hanya menerima uang tidak kerja, kalau ada begini? Siapa yang sibu
Malam ini gerimis bahkan tak henti mengguyur. Cassandra menuju ke rumah lelaki yang sudah bersepakat di telepon.“Masuklah, Nyonya. Tuan sudah menunggu,” ucap pelayan membukakan pintu.“Baiklah,” singkat Cassandra.Wanita berhak tinggi warna merah itu langsung masuk ke bagian belakang untuk memberikan hak sang tuan yang sudah dijanjikannya.***Meyyis***Seperti sudah mengetahui yang diinginkan tuannya, Cassandra langsung duduk di pangkuan lelaki bernama Ronald itu. Dia meraba dada lelaki berbadan kurus itu. Lelaki itu memandang Casandra dengan penuh gairah. Yang ada di bawah pangkuan wanita paruh baya yang masih cantik itu mulai bergerak mendongkarak.“Apa aku membangkitkan gairahmu?” manja Cassandra.“Kamu selalu membuatku gila, Cassandra.” Tangan lelaki itu sudah piknik mengarungi dada wan
“Berapa pun kamu menginginkan malam ini, sampai tepar juga aku ladenin,” tutur Cassandra.Betapa menjijikkannya mereka. Demi sebuah janji, melanggar norma. Jika memang ada sebuah permasalahan, seharusnya dapat dicapai mufakat dengan sebuah prestasi. Bukan menjual diri untuk memuluskan hasrat.***Meyyis***Pagi ini Keano dan juga Gilang memnajakan istrinya masing-masing setelah semalaman sudah bercumbu rayu. Keano membuatkan sarapan untuk sang istri, sedangkan Gilang memanjakan dengan cara melayaninya mandi. Keduanya seakan saling berlomba.“Sudah siap?” tanya Keano saat sang istri turun untuk sarapan.“Tumben, ada apa?” tanya Hafiza.“Aku mencintaimu,” tutur Keano. Bibirnya sudah menyapu bersih bibir Hafiza yang baru saja dipoles dengan pemanis bibir.“Oke, setelah semalem dengan makam
“Berjanjilah tidak akan meninggalkanku apa pun yang terjadi. Aku tidak mau ditinggal lagi. Tolong!” pinta Gilang. Seandainya itu seorang wanita, mungkin saja sudah menangis. Gilang memang penuh misteri. Dia bahkan tidak ingin sedetik pun jauh dari sang istri. Ketika harus berpisah sejenak, ketika ada waktu pasti akan menghubungi sang istri. Makanya, saat kemarin tugas di luar kota dan beberapa jam tidak mengabari, merasa sangat bersalah sehingga saat pulang membuat makan malam romantic untuk menebusnya.***Meyyis***Wajah Gilang sudah penuh dengan harapan. Rani memeluk dengan erat sang suami yang kini sedang frustrasi. “Katakan agar lebih lega, apa yang terjadi?” tanya Rani.“Wanita setan itu akan memisahkan kita, dia bilang akan … akan mengobrak-abrik panti asuhan tempat masa kecil kamu. Aku takut, kamu akan meninggalkanku,” ucap Gilang.“Lang, kamu l
“Jangan, aku saja,” utas lelaki berkemeja putih.“Oke, teman-teman … biasa saja. Aku sama dengan kalian, seorang karyawan. Jangan istimewakan aku, karena menjadi istrinya Keano. Oke?” ucap Hafiza sambil mengaduk kopinya.***Meyyis***Siska mengintip di balik dinding. Dia memiliki rencana untuk Rani, mumpung Hafiza sebagai pembela masih sibuk dengan urusan sendiri. Dia menyuruh antek-anteknya untuk mengganggu Rani.“Oh, ini cewek yang menggoda Pak Gilang? Wajahnya biasa saja. Apa yang kamu berikan sehingga Pak Gilang bisa tunduk kepadamu?” tutur Ani salah satu pegawai yang sudah terbakar iri dengan Rani.“Pasti sudah tidur bareng. Eh, Ran … kamu nggak takut? Bos seperti itu punya banyak wanita. Asal kamu tahu aja, ya? Kamu adalah salah satu yang tidak diperhitungkan. Jadi, jangan kegeeran,” tukas Lala.&nbs
“Apa rencana lainnya itu?” tanya Siska.“Masih abu-abu, Bos. Namun, jangan panik. Rencana besok pasti akan lebih hot dari hari ini. sekarang hanya sedikit rencana untuk mengganggunya. Besok pangkalnya, untuk membuat dia malu. Setidaknya, Pak Gilang akan merasa malu,” tutur Ani.***Meyyis***“Ran, kamu harus antarkan ini ke bagian property,” titah Siska pada Rani. Wanita itu memberikan setumpuk kertas untuk diberikan pada bagian property yang berarti ke bagian gudang.Rani patuh membawa kertas-kertas itu untuk di berikan ke bagian yang ditunjuk. Wanita yang kini mengenakan kacamata untuk melindungi penglihatannya dari radiasi computer itu, melangkah pasti menuju ke area gudang yang ada di belakang.Gudang itu sebenarnya kosong hanya berisi barang-barang saja. Gedung itu akan dibuka ketika ada keperluan. Siska memberi tahu pada Ani dan Lala bahwa Rani su
Gilang sudah sampai ke ruang security. Dia menyuruh dua lelaki yang berjaga di ruang itu untuk membuka rekaman hari ini. gilang memperhatikan langkah kaki istrinya dari saat datang bersamanya, bergandeng tangan, sampai pada satu titik yang membuatnya mengerutkan kening.“Tolong yang bagian ini diulang, Pak,” pinta Gilang.“Apa?” Gilang memekik sehingga membuat kedua security itu berjingkat karena kaget.***Meyyis***“Cepat ambil kunci cadangan gudang itu! Istriku trauma gelap. Cepat!” Gilang berteriak membuat para satpam itu bengong karena tidak menyangka jika wanita yang ada di CCTV itu adalah istrinya. Setahu mereka, Gilang masih bujangan.“Tunggu apa! Kalian tidak dengar!” bentak Gilang.Security tersebut berbagi tugas. Yang satu jaga CCTV, sedangkan yang lain mengikuti Gilang untuk menyelam
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat