Mood Hafiza sudah hancur. Lebih baik, kembali ke rumah masak dan makan. Sebelumnya, belanja sayuran ke pasar tradisional lebih menyenangkan. Hafiza tersenyum sendiri, menaiki ojek online yang sudah dipesan. Salah dirinya juga, jika orang-orang menyangka dia orang miskin. Pakaiannya juga sangat sederhana, hanya long dres yang dibelinya saat mampir ke pasar. Sebenarnya, bukan tidak punya pakaian bagus. Tapi lebih nyaman jika dianggap orang biasa. Hafiza sudah sampai di pasar.
***Meyyis***
“Ah, saatnya masak.” Hafiza memasaka banyak makanan. Dia melakukannya mirip orang kesetanan. Semua yang dibeli di pasar, dimasak hingga tandas. Sampai Keano pulang kerja, wanita itu masih menguasai dapurnya. Sekarang tinggal bersih-bersih saja.
“Sayang, ada pesta apa? Mejanya penuh.” Keano mengabsen satu-satu masakan itu.
“Tidak ada, maaf. Boros, ya? Aku tadi hanya niat masak rendang. Tap
“Baiklah, terserah kamu saja,” pungkas Hafiza. Mereka menyelesaikan makan hingga tandas. Setelahnya, mencuci piring bersama. Seperti biasa, bukan hanya mencuci piring saja, tapi kebanyakan adegan lain, yang menjadikan mencuci piring yang seharusnya hanya sepuluh menit menjadi satu jam. Mereka bercumbu di depan wastafel dengan air yang masih menyala.***Meyyis***Pagi ini, tidak seperti biasanya. Hafiza mengikuti suaminya sampai ke depan lobi. Semua orang memandangnya, karena Hafiza turun dari mobil Keano. “Ha? Dia bareng Big Bos, nggak salah?” tanya salah satu temannya.“Sudah kubilang, Pak Keano itu baik. Bahkan staf saja diajak bareng sama dia. Lelaki paket sempurna pokoknya.” Salah satu wanita memegang pipinya sendiri dengan manja.“Kamu tidak lihat? Sepertinya bukan sekedar staf dan bawahan. Mereka pacarana!” pekik salah satu, sehingga Keano berhent
“Berarti dia membuka tabirnya sendiri. Kamu kenal dia? Sepertinya memang … pakaiannya seksi ….” Hafisa menghibur sahabatnya itu.“Berarti dia wanita seperti itu? Maksudmu begitu?” Rani bertanya maksud Hafiza.“Lupakan, kembali bekerja. Aku juga akan kembali bekerja. Hari ini harus memiliki tenaga ekstra, karena pindahan ke kantor sekretaris.”***Meyyis***Hafizah sudah ada di ruangannya. Keano tersenyum kepadanya. Dia menutup pintu ruangan Hafiza yang ada di depan ruangannya, menguncinya dari dalam. “Ini sangat bahaya jika aku yang jadi sekretarismu. Kamu nggak akan kerja hanya mengusiliku saja,” tukas Hafiza.“Sekali saja,” pinta Keano.“No, aku sekarang karyawan. Jadi, Pak Keano tidak boleh mencampurkan hubungan pribadi dengan hubungan professional, oke?” Keano tidak mengg
“Kamu istriku, seluruh dunia juga tidak akan menyalahkannya.” Keano memegang dagu sang istri dan menciumnya singkat. “Nggak usah khawatir. salah satu tujuanku menjadikan kamu sekretaris adalah itu.” Hafiza mendelik mendengarnya, sekaligus mencubit pinggang sang suami. ***Meyyis*** Rapat kali ini di luar bersama beberapa investor. Rapat membahas tentang bagaimana meningkatkan pendapatan dengan lebih mengedepnkan iklan. Rapat hanya butuh waktu satu jam. Tapi mereka mengajak mengibrol. Salah satu investor tidak lekang memandang Hafiza. Keano tidak menyukainya. Dia sangat cemburu dengan itu. “Sekretaris Anda sangat cantik. Bolehkah aku mengenalnya?” tanya lelaki tersebut. “Maaf, sepertinya tidak. Saya permisi kalau tidak ada lagi,” tutur Keano berdiri. “Nona, bolehkah aku mengenalmu?” Lelaki itu tidak memahami kemarahan Keano. “Maaf, Tuan. Tidak
“Belum.” Keano mencium sangat dalam, sehingga suara decakan terdengar di telinga masing-masing. Keano semakin menggila dengan kedua tangannya sudah menyusup ke dalam dada sang istri.“Kita lanjutkan di rumah. Kalau ketahuan sama orang lain malu. Apalagi sampai di bawa ke security,” bisik Hafiza.***Meyyis***Keano dan Hafiza sudah sampai di rumah. Mereka melanjutkan sesi yang tertunda. Tanpa basa-basi, melumat bibir manis tersebut tepat di depan pintu. Bahkan sampai menekan sandi pintu saja salah beberapa kali. “Lepaskan dulu,” bisik Hafiza. Keano melepaskan ciumannya, sehingga Hafiza bisa menekan tombol dan pintu terbuka. Tapi Keano tetap tidak melepaskan sang istri. Dia menciumi leher belakang sang istri tersebut. Saat pintu terbuka, lelaki itu sudah tidak sabar menyerang sang istri dengan kecupan-kecupan.Hafiza menjambak rambut suaminya tersebut,
“Sayang, kalian baru bercinta? Ck, bikin iri. Papamu nggak pulang. Baru besok dia pulang. Mama pulang saja, ah. Ngeganggu kalian,” tutur Zahwa.“Kami sudah selesai, Ma. Ada apa?” Keano memunguti pakaiannya yang tercecer.***Meyyis***“Tidak apa-apa, mama pulang saja. Ini makanan untuk kalian. Sampaikan salam mama sama menantu mama kalau dia sudah selsai.” Mama Zahwa pamit pulang. Dia terlihat bingung mau ke mana? Damian pergi ke luar negeri. Dia tidak memiliki aktivitas lain. Mau kumpul bareng sosialita, dia tidak suka. Lagi pula, agak malas ketemu dengan Cassandra. Zahwa masih ingat saat terakhir ketemu dia di salah satu pesta.“Oh, Nyonya besar Damian? Ck ck ck ….” Cassandra mendekati Zahwa.“Kalian lihat wanita ini?” Cassandra memukul gelas cristal yang dia bawa, untuk mencari perhatian orang-orang. Semua yang
“Boleh, Pak. Kita masuk.” Zahwa dan supinya menuju ke bagian bahan pokok kebutuhan sehari-hari. Seperti dugaan sang supir, nyonyanya memasukan banyak bahan masakan ke dalam keranjang. Keranjang satu, sudah penuh dengan berbagai macam sayuran segar. Semua jenis yang ada di sana masuk keranjang. Keranjang dua berisi daging dan ikan. Semua jenis ikan masuk dalam keranjang. Keranjang tiga, keranjang empat sampai keranjang lima. Selain supir, ada pelayan juga yang ikut melayaninya. Pak supir sampai geleng-geleng kepala. Tapi hanya sekejap, setelahnya memilih nurut. Dia sudah terbiasa dengan nyonyanya tersebut kalau lagi kesepian. Tapi, hari ini super duper lebih.“Kalian antar ke alamat ini, ya? Ayo Pak Supir. Kita tunggu saja di rumah. Tenang, nanti akan saya masakkan yang enak untuk bawa pulang juga.” Pak Supir mengikuti langkah majikannya.***Meyyis***Mama Zahwa seperti kesetanan memasak tidak hent
“Nya, Saya buatkan minuman. Saya masuk, ya?”“Bi, aku lemes banget. Terima kasih.” Bi Siti keluar dari ruangan tersebut. Dia mengembuskan napas panjang, melihat majikannya tidak punya tenaga.“Sepertinya, Nyonya merindukan Tuan. Selalu kalau ditinggal dinas sedih sampai begitu.” Bi Siti terkekeh kecil.***Meyyis***Pagi hari Damian sudah mendarat. Dia menunggu agak siang agar dapat menemukan toko bunga yang buka. Dia tersenyum waktu istrinya menelepon. Dia tidak mengangkatnya. Biar menjadi kejutan nanti. Dia hampir saja tertidur di ruang tunggu bandara, setelah menyadari sudah pukul delapan. Lelaki itu menelepon supir untuk menjemputnya.“Berhenti di toko bunga, Pak. Aku ingin memberikan istriku bunga.” Pak Yanto mengangguk. Mereka melaju dengan sedikit cepat, karena kebetulan lalu lintas sudah lancar. 
“Tangkap aku!” Zahwa berlari menuju kamar mandi masih dengan badan polosnya. Damian menyusul masih dalam keadaan yang sama. Mereka bercinta sekali lagi di dalam kamar mandi. Memang tidak akan cukuo sekali jika mereka baru berpisah berhari-hari. Mereka melakukannya hingga puas di bawah pancuran shower.***Meyyis***Keano sudah besiap dengan kemeja yang baru saja dimasukkan lengannya. Zahwa datang masih dengan handuk kimononya. “Aku akan melayanimu. Sebagai sekretaris maupun istrimu.” Keano tersenyum. Lelaki itu mengalah dan membiarkan sang istri melayaninya. Hafiza mengancingkan baju sang suami. Setelah baju rapi, giliran mengenakan dasi. Hafiza berjinjit, sedangkan Keano yang sangat tinggi menunduk. Dengan cekatan, wanita itu mengikatkan dasi.“Kamu tahu, aku latihan beberapa waktu sebelum praktek di lehermu. Aku tidak bisa mengikatkan dasi, tiba-tiba suamiku menyuruh mengikatkan dasi
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat