“Tangkap aku!” Zahwa berlari menuju kamar mandi masih dengan badan polosnya. Damian menyusul masih dalam keadaan yang sama. Mereka bercinta sekali lagi di dalam kamar mandi. Memang tidak akan cukuo sekali jika mereka baru berpisah berhari-hari. Mereka melakukannya hingga puas di bawah pancuran shower.
***Meyyis***
Keano sudah besiap dengan kemeja yang baru saja dimasukkan lengannya. Zahwa datang masih dengan handuk kimononya. “Aku akan melayanimu. Sebagai sekretaris maupun istrimu.” Keano tersenyum. Lelaki itu mengalah dan membiarkan sang istri melayaninya. Hafiza mengancingkan baju sang suami. Setelah baju rapi, giliran mengenakan dasi. Hafiza berjinjit, sedangkan Keano yang sangat tinggi menunduk. Dengan cekatan, wanita itu mengikatkan dasi.
“Kamu tahu, aku latihan beberapa waktu sebelum praktek di lehermu. Aku tidak bisa mengikatkan dasi, tiba-tiba suamiku menyuruh mengikatkan dasi
“Tidak ada, aku ke ruangan dulu. Sudah jangan membuang waktu lagi, oke?” Hafiza mencium pipi suaminya, sehingga dia bisa lepas dengan pertanyaan suaminya. Hafiza menarik napas panjang, setelah lepas dari suaminya. Dia mulai duduk dan mengerjakan pekerjaannya. Dia membuka komputernya dan memeriksa dokumen-dokumen yang sudah dikirim lewat surel. Dia tersenyum menyaksikan suaminya juga serius mengerjakan tugasnya.“Kamu sangat tampan kalau sedang serius.” Wanita itu tersenyum melihat suaminya dari kaca yang tirainya terbuka. Keano menyadari istrinya memandangnya lekat.***Meyyis***“Hmmm, Bu bos, bikin kopi untuk Pak Bos, ya?” goda Rani sahabat Hafiza.“Ish, bagaimana posisi administrasi? Bukankah harusnya aku dapat teraktiran?” Hafiza melirik kea rah sahabatnya itu.“Aish, Bu Bos, tanggal
“Dasar mesum, idiot, tidak masuk akal!” Rani berlari ke ruangannya. Gilang hanya tersenyum, sepertinya sangat menarik mengerjai karyawan ceroboh seperti Rani. Dia mengantongi tangannya berjalan menuju ke ruangan Keano untuk memberikan beberapa berkas yang sudah disusunnya rapi.“Sepertinya, menggoda wanita itu akan menjadi kesenangan baru. Bukankah dia terlalu polos?”***Meyyis***Rani menggetok meja hingga tangnnya sendiri merasakan sakit. Dia mengangkat tinjunya seakan Gilang ada di depan matanya. Dia sangat kesal sekarang. Wanita berambut lurus itu berlari ke ruangannya untuk menenangkan diri. Bagaimana bisa memiliki bos yanf sangat mesum seperti Gilang?“Kenapa?” tanya salah satu temannya yang ada di ruangan itu.“Tidak apa-apa,” ucap Rani. Dia mengenbuskn napas panjang, kemudian memilih melanjutkan pekerjaanya, atau akan lembur malam i
“Pak, restoran ini pasti sangat mahal. Boleh aku tidak makan?” Gilang menyorot tajam ke arah Rani tidak menyukai kalimat itu. Rani hany dapat pasrah, jika tengah bulan gajinya sudah habis karena makan di restoran mahal.***Meyyis***Gilang mengantar Rani setelahnya. Wanita itu menurut saja, karena sedikit takut dengan atasannya tersebut. “Di mana rumahmu?” tanya Gilang.“Hmmm, depan belok kanan, Pak.” Rani mengatakannya sedikit takut.“Oke, bisa nggak saat hanya berdua jangan panggil pak? Kelihatan tua banget.” Rani menganga dengan permintaan bosnya itu.“Tapi ….” Gilang menekan mulut Rani dengan telunjuknya. Membuat wanita itu gelagapan. “Baiklah akan saya coba.” Gilang tersenyum melihat Rani yang gugup. Dia menghentikan mobilnya saat sudah berada di depan rumah Rani. Tepatnya, kos-kosan.
“Iya, dia datang. Makanya aku bisa lanjutin ngobrol sama kamu. Tadi sampai mana?” Rani tertawa karena dia membayangkan hal yang porno terjadi pada sahabarnya itu.“Enak nggak kalau begituan?” Hafiza nyngir sendiri.“Masa aku harus cerita. Nanti rasakan sendiri saja, entar kamu pingin?” Hafiza malah menggoda Rani.“Aish … kita lajutin ngobrolin si bos?” Rani mengalihkan topik.***Meyyis***Di kantor, Rani masih kebingungan dengan perilaku Gilang yang di luar kebiasaan. Dia kopi instan dan memberikannya pada Rani langsung. “Untukmu.” Rani yang sedang serius melihat ke arahnya. Matanya memandang hingga Gilang masuk ke ruangannya. Temannya satu ruangan tidak kalah bengong. Gilang yang biasanya melihat Rani bagai kucing lihat tikus, kini berubah jadi baik. Tapi, Rani malah merasa ngeri sendiri. Dia mengguncangkan
“Ada apa?” tanya Keano.Gilang meletakkan berkas yang baru dibawanya di atas meja sedikit membanting. “Weh, kamu baru makan apa? Marah begitu?” Keano memeriksa dokumen yang baru saja diletakkan oleh Gilang. Tidak ada masalah. Tapi mengapa Gilang sensi? Keano mengerutkan kening.***Meyyis***“Bagaimana aku nggak kesel. Dia? sudah baik-baik aku membelikan kopi untunya, jalan ke kantin. Dia menolak. Kesel nggak, tuh?” Keano menutup mulitnya agar tidak tertawa. “Kamu malah senyum-senyum? Kamu merasa empati nggak, sih?”“Tuan Gilang, kamu tahu dia suka nggak? Bisa jadi karena nggak suka.” Krik-krik … krik-krik.“Jadi?” Gilang kembali duduk yang sebelumnya pecicilan mencak-mencak.“Ya cari tahu kesukaannya. Gitu aja diajarin?” Keano bangkit dan mengambil minuman di dala
“Ini, Pak.” Gilang memeriksa berkas tersebut.“Duduklah.” Rani menganga. “Ada sedikit kesalahan. Aku akan tunjukkan.” Rani semakin bingung.ari“Pak Gilang salah minum obat?” batin Rani. ***Meyyis***Rani menurut saja. Gilang membantunya menyelesaikan pekerjaaannya. Saat salah tadi, Gilang menyuruh Rani mengambil laptopnya dan mengerjakan pekerjaan itu di depannya. Dari belakang, lelaki itu mencoba membimbingnya. Sesekali, aroma wangi jasmin yang menghiasi rambut Rambut Rani, membuat lelaki itu memajamkan mata karena merasakan wangi itu menenangkan.“Ini bagian ini ….” Mereka kompak saling menoleh karena menyadari betapa sangat dekatnya mereka. “Kita lanjut ….” Gilang mengarahkan kursor ke bagian yang akan diedit. Suara ketukan pintu membuat keduanya saling menjauh.
Hafiza membukakan pintu untuk sang bos, berakting totalitas. Mereka ketemu dengan klien dari luar negeri. Setelah berjabat tangan dan saling menyapa, mereka lantas melanjutkan perbincangan di meja. Hafiza sudah menyiapkan segalanya. Makanan juga sudah terhidang dengan wine sebagai jamuan. Sedangkan untuk Keano sendiri non alcohol, sebagian orang akan menghormati karena tahu bahwa mereka berdua seorang muslim.Pembicaraan mereka cukup singkat sudah sepakat. Hanya perubahan sedikit saja, berkas kostrak sudah dapat lolos ditanda tangani. Selanjutnya hanya acara ramah tamah saja.***Meyyis***Setelah acara ramah tamah, Keano memutuskan untuk tinggal di hotel tersebut, demikian juga dengan tamunya. Dasar dia, tidak sabar menunggu sampai masuk ke dalam kamaar, sudah langsung mencium panas bibir sang istri di depan pintu kamar. Hal itu dikerahui oleh tamunya tersebut, membuat sang tamu salah paham. Dia tersenyum miring. K
“Terima kasih, kau juga puas?” Hafiza menepuk dada berotot itu, yang selalu membuatnya rindu untuk bersentuhan seperti ini. “Kenapa? Masih malu? Nggak usah malu,” Dia mencium rambut berkeringat yang membuatnya selalu menggila jiga sudah melohatnya terurai. Keano tersenyum puas, dan semakin lama meremang karena kelelahan. Akhirnya mereka dapat tidur lelap karena kelelahan setelah berktivitas panas tersebut. ***Meyyis***Gilang mondar-mandir di rumahnya. Dia berada di ruang tamu sekarang. Lelaki itu ingin bertemu dengan Rani malam ini. Padahal, seharian ini sudah bertemu, hanya saja lelaki itu seharian sedikit menghindari Rani atas saran dari Hafiza. Tapi yang terjadi justru malam ini dia sangat merindukannya.“Tidak bisa seperti ini. Aku harus ketemu dengannya.” GIlang mengambil jaket dan kunci mobilnya. Dia menuju ke apartemen milik Rani, yang sebenarnya adalah apart
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat