Hari ini Keano akan masuk ke SMA. Tentu saja, melanjutkan ke SMA yang sama saat dia masuk SMP dulu. Hanya saja, mamanya tidak mengijinkan dia untuk tinggal di asrama. Langkahnya kian pasti menuju ke kelasnya. Keano dan kedua temannya yang sama-sama super ganteng, menjadi pusat perhatian.
Bug … seorang wanita terpental karena menabraknya.
“Kamu punya mata?” Terlihat wajah Keano sudah merah padam, karena marah.
“Maaf, saya tidak sengaja. Lagian tadi kamu berhenti mendadak. Membuat saya juga hilang keseimbangan,” bela wanita itu.
Keano memandang wanita itu dari atas ke bawah. “Aku belum pernah melihatmu? Kamu baru?” Maksud baru yaitu, baru masuk ke SMA itu. Sebab, kebanyakan dari mereka melanjutkan dari SMP di kompleks itu. Sudah dipastikan, memang mereka saling kenal. Hanya beberapa gelintir saja, yang daei sekolah lain.
&ldquo
Awalnya, wanita itu melepas kaca matanya. Wanita itu nampak ragu, lalu kemudian dia melakukan gerakan yang cukup terorganisir dan cukup fantastik. Keano untuk kesekian kalinya melongo. Sepertinya, ada jelmaan seorang dewi dalam gerakan dari wanita itu. Namun dasar Keano, maka masih penasaran. Dia melakukan gerakan lagi, kali ini sedikit lebih rumit. Tidak disangkan juga, siswa itu dapat melakukannyaCetek … cetek … cetek wanita itu masih dengan napas yang ngos-ngosan menjentikkan jari di depan wajah Keano.“Apa yang nampak dari matamu, tidak mesti sama. Jangan menilai buku dari covernya.” Wanita itu pergi meninggalkan Keano yang masih terbengong.“Keano, cewek itu boleh juga. Lihat seragamnya, meskipun nampak kuno, tapi lumayan. Mungkin dia jelmaan dari Dewi Helena? Gerakannya sempurna, Bro. Sebelas dua belas dengamu.” Kenan yang mengatakannya. Mereka berbicara sambil berjalan ke kel
“Siap, Pak. Saya akan melakukan tugas dengan baik.” Kelas berjalan dengan baik. Mereka melakukan pembelajaran sampai akhir. Keano tidak lagi berinteraksi dengan wanita di sampingnya. Namun dia sangat penasaran dengan gadis itu. Bagaimana, kehidupan gadis itu. Namanya cukup meyakinkan sebagai gadis rumahan, tapi ternyata saat melakukan break dance, bahkan mendekati kesempurnaan.Hafiza hanya tertidur saat pembelajaran dimulai. Keano menggeleng. Dia melihat wanita itu kelelahan. “Sudah bangun?” Hafiza hanya menoleh saja. Dia merasa tidak mau memandang ke arah Keano. Ini kesekian kalinya, Hafiza ganti sekolah. Dia sangat pemberontak sejak abahnya menikah lagi. Uminya sudah berkata berkali-kali, didukung dengan pengetahuannya tentang Islam, sebenarnya dia tahu hukumnya poligami. Namun nuraninya menolak. Abahnya memang adil secara waktu, perlakuan dan materi. Namun tetap saja Hafizah tidak suka.Hafizah kembali memej
“Hafizah, kau tidak mendengarkan Bu guru bicara?” pekik guru.“Dengar! Aku belum selesai, Bu. Bisakah bersabar? Kalau ibu belum masuk kelas juga kami bersabar.” Guru tersebut mengembuskan napasnya lelah.Hafiza akhirnya selesai dan membuang bungkus makanan itu. Guru tidak lagi memperingatkannya. Rasanya memang lelah memperingatkan anak-anak sebandel Hafizah. “Sekolah punya aturan, harusnya kamu tadi keluar saja minta ijin. Makan di dalam kelas memang bukan aturannya.” Hafizah menoleh dan memutar bola matanya jengah.“Kau memberikan makan siang padaku untuk mengaturku? Besok aku ganti. Bokap gue yang memberi makan dari orok saja, tidak kupeduliin omong kosongnya, apa lagi lo?” Keano mengernyit sebentar, kemudian kembali fokus pada pelajaran. Tapi kalimat terakhir Hafizah menjadi sebuah petunjuk. Sepertinya, ada kekecewaan di mata Hafizah mengenai ayah
“Kamu siswa berprestasi. Jangan mengikuti langkahku, kalau tidak mau ancur.” Keano hanya tersenyum.“Guru tidak hanya di kelas ‘kan? Di sini juga banyak guru. Bahkan mungkin lebih pandai dari pada guru di kelas.” Hafizah hanya menggeleng. Temannya ini sungguh aneh, hingga saat bel pulang terdengar, Keano dan Hafizah barulah ketemu dengan salah satu temannya dan di suruh ke kantor.Dua anak manusia berjalan beriringan menuju ke ruang kantor. Terlihat kantor tersebut masih ramai hiruk-pikuk para guru, yang kemungkinan baru selesai mengajar. Keano mengetuk pintu ruangan BK. “Assalamualaikum,” tukas Keano.“Waalaikumsalam, Masuk Key dan Hafizah.” Keano berjalan masuk, didikuti dengan Hafizah di belakangnya. Keduanya duduk di bangku depan Pak Hendry sang guru konselor. Pak Hendry terdengar menarik napas dalam dan memandang lekat kearah keduanya bergantian.&nb
“Lo depan muka gue, gimana gue nggak lihat?” Hafizah memutar bola matanya.“Merem.”“Sinting!” Hafizah menghentikan taksi, begitu pula Kiano masuk ke dalam taksi tersebut. Hafizah memutar bola matanya malas. Sekarang juga, dia ingin teleportasi agar Keano tidak ada di sampingnya. Sungguh menyebalkan lelaki satu itu. Hafizah memang cenderung menarik dari pergaulan di sekolah, sebab selalu jadi bahan olok-olok oleh teman-temannya. Dia memilih sendiri dan tidak menggubris segala bentuk persahabatan atau sosial.Kiano mengikuti Hafizah, mereka tidak saling bicara. Hafizah mengabaikan Keano. Wanita itu mengulur tali head phone, kemudian menyumpal telinganya dengan ear phone. Sedangkan Keano hanya tersenyum saja. Anak laki-laki itu punya misi untuk menyelamatkan Hafizah.Taksi itu kemudian berhenti di sebuah danau. Keano mengerutkan keningnya, Danau? Sepertinya Hafizah memang meny
Nah, itu ‘kan kamu yang bilang sendiri, kalau kita teman.” Hafizah tidak lagi dapat berdebat dengan Keano.“Serah kamu, deh.” Keano tersenyum melihat kepasrahan dari Hafizah. Wanita itu bangkit dan meninggalkan Keano, duduk lesehan di salah satu batu buatan di tepian Danau.Sedang mengawasi Hafizah, Keano mendapatkan telepon dari sang mama. Keano mengerutkan kening, kemudian melihat ke arah pergelangan tangannya. Pantas saja, sekarang sudah waktunya pulang.“Ya, Ma,” ucap Keano.“Kamu ada di mana, Sayang. Mama lihat sudah pada pulang. Kok kamu nggak ada?” Keano berpikir sebentar.“Keano pulang sendiri nanti, mama nggak usah nunggu Keano.” Mama Keano, Zahwa akhirnya menyerah membuat Keano merasa lega.“Kenapa? Dasar anak manja!” Keano tersenyum.“Siapa pun
“Ke, Ke, tahan … Ya Tuhan … mana nomor orang tuamu? Biar aku hubungi!” Hafizah gemetar melihat Keano yang sangat kesakitan. Keano menggeleng, membuat Hafizah semakin bingung. Akhirnya mereka sampai ke rumah sakit. Tim medis menghampiri mereka, saat Hafizah berteriak minta tolong untuk Keano.Keano sudah ditangani medis. Namun Hafizah bingung harus menghubungi orang tuanya. Dia mondar-mandir ingin memberi tahu orang tuanya, namun bingung yang mana nomor orang tuanya? Dia membuka ponsel Keano. Terlihat panggilan keluar dari Nyonya Presiden, dia tersenyum. Mungkinkah itu? Gadis itu duduk dan mencoba menghubungi nomor tersebut.“Halo, Sayang. Kok kamu belum pulang?” Hafizah menelan ludahnya, mendengar suara lembut dari mamanya Keano.“Anu, Tante. Saya temannya Keano, dia masuk rumah sakit.” Hafizah dengan perasaan takut menyampaikan berita itu.&ldq
“Oh, nggak apa-apa,” tukas Zahwa.“Tante tidak marah?” Zahwa tersenyum.“Tidak, tapi ….” Zahwa menjeda kalimatnya. Dia memandang lekat ke arah gadis itu.“Namamu siapa, Sayang?” Hafizah memandang lurus ke arah wanita denga gaya rambut di blow itu. Rambut pendek rapi, dengan gaya elegan khas orang kaya.“Saya Hafizah, Tante. Mohon maaf sekali lagi.” Hafizah masih menundukkan kepalanya. Jantungnya rasa berdetak bersisihan dengan mamanya Keano.“Tidak, kau sudah benar. Biar Keano rasain. Kadang lelaki itu suka usil. Tante malah bersyukur kalau kamu berhasil ngerjain Keano. Hafizah kaget, kenapa mama Keano malah mendukungnya? Padahal dia jelas-jelas salah.“Anu, Tante. Sebenarnya memang saya yang salah.” Zahwa menggeleng.“Ada satu rahasia. Kenao
“Kamu yakin dengan keputusanmu? Brenda, tolong jangan memutuskan sambungan. Tetap hubungi aku,” tutur Keano.“Dari dulu, kamu memang baik. Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Brenda pergi dari ruangan Keano setelah pamit. Keano masih tidak menyangka, jika saudaranya berubah sedrastis itu.***Meyyis***Hafiza masuk ke ruangan suaminya, mendengar Brenda sudah meminta maaf dan akan melepaskan semua tentang perusahaan. Mendengar hal itu, Hafiza memeluk sang suami karena merasakan senang yang teramat. Kali ini, tujuan yang dilakukan suaminya untuk membawa Brenda kembali ke jalan yang benar, sudah tercapai. Memang seharusnya begitu sebagai seorang kakak memperlakukan adiknya.“Baiklah, karena aku sedang bahagia, dedek bayi mau minta apa dari papa?” tanya Keano sambil memeluk sang istri dari belakang.“Aku pingin nasi megono,” ucap Hafiza.“Nasi megono? Siap!” Keano bangkit, mencari se
“Aku akan mandi dulu.” Brenda meninggalkan ruangan itu, kemudian mandi di kamarnya. Air matanya luruh bersama air yang mengalir. Belum pernah ada, seseorang yang memperhatikannya seperti itu. Kehadiran Andy malam ini membuatnya menyadari bahwa jalan selalu akan terbuka lebar. Bahwa Tuahan masih ada untuknya.Brenda keluar dari kamar untuk berganti baju. Wanita itu keluar kembali untuk mencari Andy. Lelaki itu tidur di kursi yang dihimpitkan, dijajar. Brenda membangunkannya.“Ada kamar tamu di sana. Kamu bisa menggunakannya.” Bagaimana lelaki itu bisa meluluhkan hati Brenda, bahkan membuatnya percaya pada lelaki itu. padahal, baru saja mengenalnya. Wanita itu tidak lagi berprasangka buruk pada orang asing, ada apa dengan Brenda? Mungkinkah … ah, tidak mungkin jatuh cinta dengan pria asing yang baru setengah jam dikenalnya.***Meyyis***Brenda sudah bisa tidru, wanita itu bahkan tidur sudah beberapa jam
“Kenapa menolongku?” tanya Brenda.“Karena melihatmu.” Brenda memejamkan mata. Untuk sesaat wanita itu merasakan ketenangan batin. lelaki itu membuka matanya untuk mempercayai hidup.***Meyyis***Lelaki itu menuntun Brenda masuk ke dalam rumah. Di sebuah meja, ada air putih juga gelas. Lelaki dengan jaket jeans itu menuangkan air tersebut. “Minumlah agar lebih tenang.” Brenda menenggak air putih itu hingga tandas. Keringatnya membanjiri kening hingga ke leher. Wanita itu duduk lemas di kursi tersebut.“Masih banyak yang membutuhkan kita,” ucap lelaki itu.“Kamu bukan aku, bagaimana bisa berkomentar?” ketus Brenda.“Baiklah, kamu tahu kaki ini?” Lelaki itu menunjukkan kaki kanannya yang sudah tersambung dengan … mungkinkah kaki robot? Brenda menoleh ke arah lain setelah melihatnya.“Aku putus ada karenanya. Namun, kaki ini yang menuntunku ke arah kesuk
Mereka kembali memberikan kenyamanan pada masing-masing di kamar mandi itu. Aura romantic semakin terasa ketika membilas di bawah pancuran shower. Keduanya saling melepaskan lagi rasa cinta.***Meyyis***Brenda duduk termenung di balkonnya. Jika tidak diselamatkan, mungkin saja perusahaan kali ini jadi benar-benar hancur. Tidak ada lagi yang dapat dimintai tolong. Semua kenalannya sudah tidak ada lagi yang dapat dihubungi. Brenda menjadi frustasi. Wanita itu belum pernah mengalami krisis seperti ini.“Brenda, gunakan otakmu seperti biasa,” ucap Cassandra datang dengan minuman di tangannya.“Tidak ada yang bisa kulakukan, Ma. Semuanya tidak bisa melawan Keano. Masih sama, semua perusahaan yang aku hubungi di bawahnya,” tutur Brenda.“Kamu tidak bisa memikat Keano? Tidak ada pria yang menolak kesenangan,” tutur Cassandra.“Ma, apakah mama baru mengenal Keano? Bahkan seluruh dunia sudah berada di sampin
“Kamu benar, tapi anak kita lelaki yang kuat seperti sang papa. Dirinya tetap ingin membantu orang tuanya, bukankah itu seksi?” Keano tidak lagi berdebat dengan sang istri, karena semuanya akan percuma jika wanita itu sudah berkeinginan.***Meyyis***Langkah kecil Keano membuat perusahan Arsan kalang kabut. Keputusannya untuk menarik dana suplay perusahaan miliknya tersebut, terbukti ampuh. Arsan sudah lupa, bahwa dibalik berdirinya perusahaan miliknya tersebut, ada andil Damian, pastilah lelaki itu tidak bersih melepaskan. Hal itu diketahui Keano juga lewat arus bank dan finansial papanya, tidak butuh penjelasan dari lelaki yang berjuluk macan bisnis tersebut.“Tenang, Sayang. Kita akan melihat pertunjukan sebentar lagi. Jika mama dan papa berhati lembut selama ini, tidak dengan Keano. Aku bisa jadi singa daratan yang menyeramkan. Bukankah begitu?” Keano menarik tangan sang istri agar berada di depannya. Kedua pahanya mengapit kaki
Brenda duduk termenung ketika sang papa sudah pulang. Hatinya bingung harus menerima tugas tersebut. Papanya memang berkata benar, akan tetapi membujuk Direktur berhati batu macam direktur DAC sangat membuatnya sakit kepala. Tangannya menjambak rambut sendiri.***Meyyis***Mendengar kesulitan yang dihadapi oleh sang istri, Keano tidak bisa tinggal diam, hari ini, ellaki itu akan datang ke kantor dan sibuk menyelesaikan beberapa kesepakatan. Keano menjadi sangat marah, kali ini akan bertarung bahkan menghabisi Brenda dan Arsan. Sudah cukup, selam ini diam dan tidak melakukan hal yang semestinya.Dirinya bukan sang ibu yang memiliki hati selembut sutra. Keano akan menjadi seorang singa ganas jika sudah diusik. Lelaki bermata colakat itu masih dengan bantuan tongkatnya, siang ini menemui Arsan dan akan mengintimidasinya.“Siang, Om. Masih ingat saya.” Keano sudah sampai di perusahaan milik Arsan.“Maaf, Tuan. Bapak ini menerobos masu
Keano tersenyum mendengarnya. Mereka melanjutkan makan dengan lahap. Sesekali, Keano mengusap bibir sang istri yang terkena saos barbeque. Mereka tersenyum bersama, hingga makanan tandas tidak tersisa. Malam ini, rasa tidak nyaman yang sudah dipendam beberapa saat lepas sudah.***Meyyis***Brenda tiba di kantor dengan wajah yang sudah dipenuhi dengan amarah. Sampai mejanya, wanita itu mengamuk dan menyisir mejanya hingga bersih, akan tetapi benda yang ada di mejanya berantakan ke lantai. Wanita itu sangat marah bahwa dirinya dikalahkan oleh Hafiza yang notabennya hanya pimpinan pengganti.“Bodoh kalian semua! Untuk apa aku bayar mahal kalau berakhir gagal. Enyah kalian! Enyah! Perbaiki semuanya. Jangan muncul di hadapanku kalau belum benar.” Brenda melempar barang yang tersisa ke arah beberapa pegawainya.“Aku sungguh tidak tahan lagi.” Pegawainya berbisik pada temannya, setelah keluar dari ruangan Brenda.“Sama,
“Mari makan,” ajak Keano.“Aku sudah makan dengan klien dan Rani. Aku akan menemanimu makan,” ucap Hafiza.“Lupakan.” Keano berbalik dan meninggalkan ruang makan itu. Perutnya tidak lagi lapar. Hafiza merasa sangat bersalah, karena suaminya mempersiapkan semuanya.***Meyyis***Hafiza masuk ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju. Sedangkan Keano masih berdiri di depan jendela kamar mereka. Lelaki itu memandang ke arah luar jendela itu. sedangkan Hafiza baru saja selesai mandi, bahkan masih mengenakan handuk kimononya.“Kita makan sekarang?” Hafiza memeluknya dari belakang.“Aku sudah tidak lapar.” Keano hanya diam memandang ke arah luar jendela.“Tidak bisa, harus makan. Aku ganti baju dulu. Nanti kusuapi. Maafkan aku.” Hafiza mencium puncak kepala sang suami. Wanita itu berganti pakaian untuk menemani suaminya makan malam. Meskipun sekarang sudah tengah malam,
“Malam ini, mau makan mi bareng? Kita makan mi ayam sepuasnya, begadang dan makan sosis.” Hafiza tertawa mendengarnya.“Aku ingin, tapi Keano masih membutuhkanku. Oke, aku pamit. Besok kutunggu. Aku akan segera revisi kalau ada yang Kurang pas.” Rani mengacungkan jempolnya dan memeluk sang sahabatn***Meyyis***Hafiza mengembuskan napas berat, wanita itu harus presentasi menyampaikan proposalnya di depan banyak orang untuk memenangkan tender ini. Gilang sebenranya sudah menawarkan diri, akan tetapi wanita itu menolak sebab, menurutnya jika presentasinya berhasil kali ini berarti dirinya memiliki nilai lebih karena CEO pengganti sementara saminya sedang memulihkan diri di rumah. Sebagai pemimpin, tentu para dewan direksi akan percaya padanya, meskipun Keano tidak ada.Sorot lampu mulai hanya fokus kepada dirinya. Hafiza mengembuskan napas panjang. Setelah salam dan mengatakan pembuka, wanita itu mulai presentasi dengan peralat