Tempat itu di dominasi oleh warna pink dan biru dengan beberapa dekorasi yang semakin membuat tempat itu bernuansa feminim, juga terlihat dari sebagian pengunjung yang di dominasi oleh kaum wanita. Itu karena tempat ini yang menyediakan berbagai macam jenis makanan manis, khususnya ice cream dengan berbagai macam rasa dan penyajian yang begitu menarik. Jadi tidak heran jika tempat ini menjadi salah satu tempat yang paling di gandrungi saat ini.Dan di antara banyaknya pengujung wanita, terlihat Keira yang sedang duduk pada salah satu meja yang ada di dalam sana sambil menopang dagunya. Namun kali ini sesuatu sepertinya telah berhasil menarik perhatian para pengunjung wanita yang ada di sana, terlihat dari beberapa wanita yang berusaha menahan teriakan mereka dan kerusuhan yang terjadi di beberapa meja.Itu semua terjadi tentunya bukan tanpa alasan, melainkan karena pria dengan kemeja hijau gelap yang sedang berada di kasir untuk memesan beberapa makanan yang ada di dalam menu itu. Men
Wanita dengan rambut ikat satu itu sedang menopang dagunya, memperhatikan rekan kerjanya yang sedang membereskan barang-barangnya. Ia sudah berada di sana sejak 10 menit yang lalu. “Keiraaaa…” panggil Yeeun.“Sabar, sedikit lagi aku akan selesai,” sahut Keira. Ia mempercepat gerakan tangan memasukkan setiap barang miliknya ke dalam tas hitam itu.Merasa sedikit bosan, Yeeun melihat ke arah meja kosong yang berada di tengah-tengah ruangan yanag sangat luas itu. Ia dapat melihat barang-barang yang ada di sana tertata dengan sangat rapi, termasuk beberapa tumpukan laporan yang berada di sisi kiri meja itu.“Keira…” panggil Yeeun untuk yang kedua kalinya.Keira menghela nafas. “Hmmm,” sahut Keira.“Kemana Tuan Walsh? Biasanya jam segini dia masih belum pulang,” tanya Yeeun.Benar, saat ini Yeeun berada di ruangan Navier karena hari ini ia akan pulang bersama Keira. Dan seperti yang ia katakan, meja Navier saat ini terlihat kosong yang mana hal itu merupakan hal yang cukup jarang terjadi.
Pria dengan kemeja merah gelap itu duduk pada salah satu kursi yang ada di meja makan yang cukup panjang itu. Kedua matanya masih belum puas melihat sekelilingnya yang terlihat begitu luar biasa khususnya ornament bergaya Eropa yang begitu indah, membuat ruang makan ini menjadi semakin mewah. Entah sudah berapa lama ia memperhatikan setiap sisi ruangan itu, ia tetap merasa tidak bosan.Tidak lama kemudian seorang wanita dengan pakaian pelayan dan pria dengan pakaian koki berjalan keluar dari dapur. Mereka membawa sebuah kereta kecil yang berisikan berbagai macam hidangan, mereka meletakkan satu persatu setiap makanan itu dengan hati-hati. Dan sebagai penyentuh yaitu sebotol wine merah yang di masukkan di dalam sebuah wadah berisikan es batu.“Tuan Peter, perkenalkan ini koki pribadi saya,” ucap Navier memperkenalkan pria itu.Pria itu menghadap Peter lalu membungkukkan badanya. “Perkenalkan Tuan, saya Castor. Dan malam mini saya menyajikan beberapa jenis makanan Italia dan Perancis. S
KLING!Lonceng kecil yang ada di samping pintu kaca itu berbunyi, menandakan seorang pelanggan yang baru saja masuk ke dalam tempat itu. Aroma kopi dan roti tercium dengan kuat dari dalam sana, membuat siapa saja yang masuk ke sana tergiur. Begitupun dengan pria yang saat ini menjadi pusat perhatian pegawai cafe itu.“Selamat datang Tuan!” sambut mereka secara bersamaan kepada pelanggan pertama mereka.Mereka saat ini sedang berbisik-bisik, melihat pelanggan mereka yang sedang melihat daftar menu yang mereka sajikan. Bagaimana tidak, kalau saat ini mereka mendapatkan pelanggan pertama yang begitu tampan. Terlebih lagi wajah tampan itu yang selama ini hanya dapat mereka lihat dari layar televisi maupun majalah saja. “Saya ingin memesan sepuluh ice coffee dan sepuluh macaron,” pesan Navier.“Baik Tuan, totalnya lima puluh Dollar.”Navier mengeluarkan ponselnya dan melakukan pembayaran via elektronik. Ia terlalu malas mengeluarkan uangnya dari dalam dompet.“Pembayaran anda sudah kami
Tukk... tukk… tukk…Pria dengan baju kaos hitam itu mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja kayu itu. Terdapat beberapa tumpukkan laporan yang menghiasi meja miliknya namun tak satupun dari laporan itu yang berhasil menarik perhatiannya. Mata birunya bahkan tidak tertarik untuk melihat ke arah kertas-kertas itu, sebab pikirannya yang saat ini benar-benar kacau.Selama ini baginya pekerjaan adalah hal yang paling penting di dalam kehidupnya hingga membuatnya mampu untuk berkutat dengan pekerjaan selama berjam-jamnya lamanya. Dan karena hal itu orang-orang menyebutnya sebagai workaholic, gila kerjaNamun saat ini julukan itu seakan-akan telah menghilang darinya dan itu karena satu orang wanita yang telah berhasil mengacaukan pikirannya. Tidak pernah di dalam hidupnya ia merasa seperti ini, ini yang pertama kalinya.Keira Asher.Yah, itulah nama wanita yang telah berhasil mengacaukan dan membuyarkan pikirannya. Tidak pernah sekalipun terlintas kalau wanita itu dapat mempengaruhi pikirinnya
Wanita itu terbaring di atas lantai beralaskan sebuah kardus, mata hazel-nya menatap debu-debu yang berterbangan. Sorot mata itu terlihat begitu kosong, tidak terlihat kehidupan disana seolah-olah jiwanya telah di renggut untuk selamanya. Ia bahkan sudah tidak memperdulikan luka yang menghiasi setiap tubuhnya, begitupun dengan kondisi tempat itu yang begitu kotor dan jauh dari kata layak.Ia bahkan sudah tidak sanggup untuk mengatakan apapun, sudah terlalu banyak kesedihan yang ia simpan di dalam hati hingga membuatnya mulai terbiasa dengan semua kesedihan yang ia rasakan.‘Nanti juga terbiasa.’Dulu ia sama selalu mengelak kata itu, namun sekarang ia telah membuktikan maksud dari kata itu sendiri. Membuktikan jika seberapa menyedihkan dan sakit suatu hal yang kita rasakan dapat menjadi hal yang ‘biasa’ saat kalian sering menghadapi hal tersebut. Hingga sampai ke titik dimana kalian tidak lagi merasakan apapun bahkan kesedihan.Layaknya Keira.BRAK!Pintu itu terbuka dengan keras, nam
BRAK!Navier menendang pintu itu dengan sekuat tenaga, membuat kunci pintu itu hancur dan terbuka dalam sekejap. Ia segera berlari masuk ke dalam rumah itu. “KEIRAAAAAAAA!” teriaknya dengan lantang.Mata birunya melihat ke sekeliling rumah itu. “KEIRAAAA!” teriaknya untuk yang kedua kalinya.Hingga tidak lama kemudian matanya melihat seorang pria paruh baya yang berjalan ke arahnya. Pria itu menatapnya dengan tatapan membunuh, tatapan yang begitu mengerikan. Merasakan bahaya, ia mundur beberapa langkah berusaha menjaga jaraknya dari pria itu.“Siapa kau? Beraninya kau masuk ke dalam rumahku tanpa meminta izin,” ucap Dylan dengan dingin.Navier menatap pria yang berada di hadapannya dari ujung kepala hingga ujung kaki, sebelum sebuah senyuman samar terukir pada bibirnya. “Tuan Asher?”Dylan mengerutkan kedua alisnya saat itu juga. “B-Bagaimana kau bisa tahu namaku?” bingungnya.Perasaan bingung saat ini menyelimuti hatinya. Tidak pernah terpikirkan kalau orang asing yang baru saja mene
Terlihat keramaian yang sedang mengelilingi rumah sederhana itu, juga terdapat beberapa mobil polisi yang tentunya hal itu berhasil merebut perhatian dan mengundnag rasa penasaran tetangga lainnya yang juga tinggal disana. Mereka mulai berbisik antar satu sama lain, mengira-ngira hal mengerikan apa yang telah terjadi di dalam rumah itu. Dan rasa penasaran mereka terjawab saat seorang pria paruh baya dengan baju yang berlumuran darah keluar dari rumah itu dengan kedua tangan yang di borgol bersama dua orang polisi yang berada di sisinya.Melihat hal itu sungguh membuat mereka terkejut bukan main, tidak meyangka kalau pria yang selama ini sangat ramah dan mereka kenal dengan baik merupakan pelaku utama dari kejadian mengerikan ini. Kehebohan pun semakin menjadi-jadi karena tidak melihat anak dari sang pelaku.“P-Permisi… boleh kami tau apa yang terjadi?” tanya salah satu warga kepada polisi.Polisi itu berbalik ke belakang. “Ah, tentu Nyonya. Pelaku telah menyiksa dan mengurung anak kan
Semuanya telah kembali seperti semula, begitupun dengan Keira yang kembali melakukan tugasnya sebagai sekertaris pribadi Navier. Seperti sebelumnya, ia mengatur semua jadwal Navier untuk beberapa bulan kedepan yang jauh lebih padat dari beberapa bulan yang lalu, yang mana merupakan akibat dari hilangnya Navier secara tiba-tiba.Tidak, bukan hanya Navier saja Keira pun harus mengerjakan beberapa laporan yang sudah terbengkalai selama beberapa hari. Mau bagaimana lagi, ia tidak memiliki pilihan lain selain mengerjakan semua hal tersebut karena sudah menjadi tugasnya sebagai sekertaris pribadi Navier. Namun ada yang aneh dan keanehan itu membuat Keira tidak dapat berkonsentrasi melakukan tugasnya.Keira menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Tidak… fokuskan dirimu Keira,” gumam Keira.Mata hazelnya perlahan melihat ke arah Navier hyang sedang duduk di seberang sana dari balik laptopnya. Ia memperhatikan kacamata yang bertengger pada hidung mancung itu, kedua mata biru di balik kacamata i
Keira dan Navier saling menatap antar satu sama lain, kebingungan menyelimuti mereka melihat Yeeun saat ini yang sedang membungkukkan badan di hadapan Navier. Dan yang semakin membuat bingung hal tersebut ialah ucapan Yeeun beberapa detik yang lalu.“Nyonya Yeeun, tegakkan badan anda,” ucap Navier.Sesuai dengan ucapan Navier, Yeeun perlahan menegakkan badannya menjadi berdiri di hadapan Navier yang saat ini sedang menatapnya.“Yeeun, ada apa? Apa kau baik-baik saja?” tanya Yeeun sedikit merasa khawatir.Yeeun menatap Navier dan Keira secara bergantian, lalu menghela nafas. “Tuan Walsh, maafkan saya. Saya telah berbohong pada rekan-rekan kerja saya yang lainnya tentang anda dan Keira,” jelas Yeeun merasa tidak enak.Sudah ia katakan sebelumnya bukan? Kalau ia akan meminta maaf dan memberitahukan kepada Navier juga Keira atas kebohongan yang telah ia lakukan kepada rekan-rekan kerjanya. Dan itulah yang sedang ia lakukan saat ini.“Apa yang telah anda katakan pada mereka?” tanya Navier
Heboh.Hanya satu kata itu saja yang dapat menggambarkan situasi di dalam gedung pencakar langit itu saat ini. Terdengar berbagai macam pembicaraan yang membuat orang-orang di dalam sana menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda. Dan yang menjadi penyebab kehebohan mereka saat ini adalah atasan mereka bersama sang sekertaris pribadi.“Hey! Hey! Apa kau lihat mereka?!”“God! Bukankah mereka terlihat begitu dekat?!”“Kenapa mereka datang bersama?”“Apa mereka melakukan perjalanan bisnis bersama?!”Yeeun membalikkan badannya. Ia bahkan berusaha untuk menutupi wajahnya dari balik komputer miliknya, ingin rasanya ia menghilang dari kerumunan rekan-rekannya yang sedang membicarakan Keira dan Navier. Bukan tanpa alasan, itu karena ia tidak ingin di serbu dengan berbagai macam pertanyaan oleh rekan-rekannya.Ia tahu kalau hari ini Keira dan Navier akan kembali masuk bekerja, namun ia sama sekali tidak tahu kalau keduanya akan datang bersama!Kacau, ini benar-benar kacau!Yeeun mengumpat dalam ha
Hari telah berganti dengan sang surya yang kembali menyinari seluruh makhluk hidup di muka bumi. Hal itupun menjadi pertanda bagi manusia yang ada di bumi untuk kembali memulai hari dan aktivitas yang telah menunggu mereka. Begitupun dengan wanita dengan kemeja biru muda yang sedang melihat penatulan dirinya di depan cermin, ia sibuk mengatur rambut panjang selembut sutra miliknya.Ia sedikit berputar agar dapat melihat penampilannya secara keseluruhan, memastikan jika penampilannya telah sempurna. Dan sebagai sentuhan akhir ia memoleskan sebuah lipstick merah muda pada bibirnya. “Perfect!” senyum Keira.Setelah merasa puas dengan penampilannya, ia duduk di pinggir ranjang itu. Kali ini ia akan menggunakan high heels hitam senada dengan tas yang akan ia gunakan untuk melengkapi penampilannya.Keira memegang dadanya. Ia dapat merasakan jantungnya yang berdetak dengan cukup kencang. “Gosh… aku sangat gugup,” gumam Keira.Yah, ia merasa gugup saat ini. Bukan tanpa alasan, melainkan karen
Navier berjalan menuruni tangga itu dengan membawa ponsel miliknya. Kedua kakinya berjalan menyusuri mansion miliknya melewati ruang makan, ruang tamu, hingga akhirnya ia berada di taman belakang. Kaki telanjangnya menginjak lantai pinggir kolom renang yang basah itu dengan hati-hati, ia tidak ingin terpeleset apalagi sampai jatuh karena dirinya pasti akan terlihat konyol jika itu terjadi.Mata birunya lalu melihat seorang wanita yang duduk di salah satu kursi tamannya, sepertinya wanita itu sedang menikmati pemandangan taman pribadinya. Ia pun memutuskan untuk berjalan menghampiri wanita itu lalu duduk di samping sang wanita.“Apakah indah?” tanya Navier.Keira menoleh cukup terkejut mendapati Navier yang sedang duduk di sampingnya dengan jarak yang cukup dekat. “Sangat indah. Apa kau sendiri yang menanamnya?”Begitu banyak berbagai macam jenis bunga di taman ini yang di tanam dengan begitu rapi juga terawat dengan baik. Hampir seluruh bunga kesukaannya ada di taman ini, hal itu memb
Mata hazel itu melihat setiap sisi kamar berukuran luas yang di dominasi oleh warna coklat itu, kamar itu bergaya klasik khas Eropa dengan perabotan yang sebagian besar terbuat dari kayu. Matanya tak dapat berpaling sedikitpun dari setiap sisi kamar yang menurutnya sangat luar biasa itu. ia benar-benar seperti sedang berada di dalam kamar seorang ratu yang selama ini selalu ia lihat di dalam film yang ia tonton.Indah.Hanya itu satu-satunya kata yang dapat ia gunakan untuk mendeskripsikan kamar yang telah menjadi miliknya itu. Saat ini Dewi Fortuna sedang berpihak kepadanya namun ia tak tahu harus merasa senang atau tidak, mengingat kebenaran yang baru saja ia ketahui kemarin malam, saat itu dunianya benar-benar akan runtuh.Keira menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Tidak… sekarang tenangkan pikiranmu Keira,” gumamnya.Ia hanya ingin melupakan sejenak kebenaran memalukan yang baru ia ketahui setelah sekian lama. Sebentar saja, ia ingin menjernihkan pikirannya dan menikmati kamar
Wanita dengan rambut hitam yang tergerai itu terlihat gelisah, ia tidak dapat duduk dengan tenang sejak beberapa menit yang lalu atau mungkin lebih tepatnya sejak ia menaiki mobil dengan harga fantastis itu. Kegelisahan itu terlihat darinya yang sedang menggigit kukunya saat ini, yang mana merupakan salah satu kebiasan yang ia lakukan saat sedang merasa gelisah maupun gugup.Mata hazel-nye melirik ke arah pria yang sedang duduk di sampingnya dengan kedua mata yang terpejam. Pria itu terlihat begitu tenang sangat jauh berbeda dengannya yang terlihat seperti cacing kepanasan, sebab pria itulah penyebab dari kegelisahannya saat ini.Selain penyebab lain ialah karena dirinya yang di paksa untuk ikut masuk ke dalam mobil ini beberapa menit yang lalu hingga membuatnya tidak memiliki kekuatan untuk menolak. Untuk kesekian kalinya ia mengutuk dirinya karena tidak dapat menolak permintaan atasannya itu.“Aku benar-benar bodoh!” gumam Keira memukul kepalanya dengan pelan.Tidak lama kemudian mo
Keira melihat jam yang tertera pada layar ponselnya. Entah sudah berapa lama ia duduk di halte itu, ia sedang menunggu bus yang ingin ia tumpangi sejak setengah jam yang lalu namun hingga detik ini bus yang ia tunggu tak kunjung datang. Ia melihat sisi kanan dan kirinya tidak ada siapapun di halte itu selain dirinya.Keira menghela nafas. “Hah… kenapa lama sekali?” gumam Keira merasa bosan.Karena tidak ingin rasa bosan membunuhnya ia memutuskan untuk pergi ke salah satu kedai kecil yang tidak jauh berada dari halte itu. Tangan kirinya terangkat mendorong pintu kaca itu sebab tangan kanannya saat ini sedang memegang tas miliknya yang cukup berat.“Selamat datang!” sapa seorang wanita paruh baya dengan ramah.Keira membalas sapaan tersebut dengan senyuman sebelum duduk pada salah satu meja yang ada di dalam sana. Sama saat ia berada di halte, di kedai ini juga tidak ada siapapun selain dirinya mungkin karena hari sudah malam.Ia meletakkan tas miliknya pada kursi kosong yang tepat bera
Seorang wanita terlihat berdiri di depan sebuah rumah yang begitu gelap dengan garis kuning yang masih mengelilimgi rumah tersebut. Ia tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini melihat rumah yang selama ini menjadi tempatnya berteduh menjadi sebuah tempat yang menyeramkan. Rumah itu terasa begitu asing baginya.Ia menelan ludahnya dengan susah payah dan dengan berat hati ia melangkahkan kedua kakinya berjalan masuk ke dalam rumah itu. Polisi yang berada di sana untuk menjaga rumah tersebut tidak sedikitpun menghambat langkahnya. Hingga kini ia sudah berada di depan pintu, tangan kanannya meraih gagang pintu itu dan membukanya dengan perlahan.Gelap.Tidak ada sedikitpun cahaya yang menjadi penerang. Dengan hati-hati ia berjalan menyusuri rumah itu berusaha agar tidak menyetuh apapun yang ada di dalam sana. Tangan kanannya ia gunakan untuk meraba tembok, hingga akhirnya menemukan sebuah saklar lampu.KLIK!Hanya dalam hitungan detik rumah yang sebelumnya gelap gulita menjad