Keira menatap langit-langit ruangan yang di dominasi oleh warna putih itu. Pikirannya melayang entah pergi kemana, dengan kedua tangan yang memegang selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Ia lalu mengangkat tangan kanannya ke udara, melihat tangannya yang di hiasi oleh beberapa perban.Sungguh sulit di percaya.Ia tidak menyangka hingga detik ini dirinya masih bertahan, melewati perilaku kejam yang di lakukan oleh ayah kandungnya sendiri. Bahkan kemarin ia baru saja memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, namun siapa sangka? Kalau saat ini ia sedang bernafas dan terbaring di atas ranjang rumah sakit ini.Perlahan Keira menoleh ke samping kanannya, ia membalik tubuhnya dengan perlahan berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun. Ia melihat Navier yang sedang tidur lelap, ia dapat mendengar nafas Navier yang begitu lembut dan teratur.Yah, ia memang berada di kamar rawat inap yang sama dengan Navier. Yang mana ranjangnya tepat berada di samping ranjang Navier. Tidak pernah terbaya
Terdengar nafas yang tidak beraturan, yang mana nafas itu berasal dari seorang wanita yang sedang berlari di atas aspal itu. Kedua kakinya terus berlari, mengabaikan tatapan orang-orang yang tertuju kepadanya dengan pandangan aneh. Bahkan tak jarang ia menyambar pejalan kaki yang lainnya, itu semua karena pikirannya saat ini yang hanya tertuju pada satu orang saja.Ia bahkan sudah tidak peduli akan penampilannya yang terlihat berantakan begitupun dengan keringat yang membanjiri pelipisnya. Setelah berlari cukup jauh akhirnya ia melihat sebuah rumah yang menjadi tempat tujuannya dari kejauhan membuatnya semakin memepercepat langkahnya.Ia menghentikan langkahnya dengan nafas yang terengah-engah. Ia berusaha meraup oksigen yang ada di sekitarnya, berusaha untuk menormalkan nafas dan detak jantungnya. Kedua matanya melihat garis kuning yang mengelilingi rumah itu. Yang mana menandakan tidak boleh seorang pun masuk ke dalam sana.“T-Tidak… ini tidak mungkin…” guman Yeeun berusaha untuk me
Hening.Tidak ada sedikitpun suara yang terdengar di dalam ruangan yang di dominasi oleh warna putih itu. Tidak satupun dari mereka yang berada di dalam sana mengeluarkan suara mereka, membiarkan mereka larut akan pikiran masing-masing. Dan itu telah terjadi sejak beberapa menit yang lalu.Keira perlahan mengalihkan pandangannya, mata hazelnya melihat ke arah wanita yang sedang duduk di sampingnya namun saling berjauhan menyisakan sedikit jarak di antara mereka. “Yeeun… apa sekarang kau ingin mendengarkan penjelasanku?”Beberapa menit telah berlalu namun ia sama sekali belum memberikan penjelasan kepada Yeeun. Itu karena ia ingin Yeeun menenangkan diri terlebih dahulu, mengingat amarah yang sempat menyelimuti hati sahabatnya itu beberapa menit yang lalu.Yeeun memainkan kedua tangannya di atas paha. Ia mengusap pipinya, menghapus sisa jejak air mata yang masih tertinggal di pipinya. Perlahan ia mengangkat kepalanya yang tertunduk dan menganggukkan kepalanya.Melihat respon yang Yeeun
Suara tetesan air menggema di dalam kamar mandi itu, membuat wanita yang berada di dalam sana seakan-akan telah terhipnotis hingga semakin larut dengan pikirannya sendiri. Ia sudah berada di dalam sana cukup lama, hanya diam menatap pantulan dirinya pada cermin itu dengan kedua tangan yang bertumpu pada wastafel keramik itu.Ia berusaha untuk menenangkan dirinya dengan menarik nafas berulang-ulang kali. Namun sepertinya hal itu sama sekali tidak membantunya sebab detak jantungnya yang tak kunjung memelan. Bahkan saat ini ia dapat melihat dengan jelas raut kegelisahan dan ketakutan pada wajahnya.“Hah… ayolah Keira, tenangkan dirimu,” gumam Keira berbicara pada pantulan dirinya pada cermin itu.Kiera sudah tidak tahu berapa lama ia berada di dalam sana. Namun itu bukanlah hal yang penting baginya sebab hal yang jauh lebih penting saat ini adalah dirinya yang sebentar lagi harus menghadapi ketakutan terbesarnya.Seingatnya ia adalah sosok wanita yang pemberani yang tidak takut pada hal
Keira meletakkan kedua tangannya di atas paha. Saat ini ia sedikit lebih santai di bandingkan beberapa menit yang lalu meskipun jantungnya masih berdetak dengan cepat. Namun ia berusaha untuk dapat menjawab semua pertanyaan yang akan di berikan kepadanya. Penyebab utama dari rasa kegugupan yang ia rasakan saat ini ialah sebab ini yang pertama kalinya ia memberitahukan hal yang selama ini ia sembunyikan kepada orang lain.Tentu Navier dan Yeeun tidak termasuk sebab mereka berdua bukanlah orang asing baginya.Pria itu mengetik setiap jawaban yang Keira berikan kepadanya pada laptop miliknya tanpa melewatkan satu kata pun.Pria itu kemudian mengalihkan pandangannya dari layar laptop. Ia menatap sang lawan bicara yang saat ini berada di hadapannya. “Ibu? Bisa ceritakan apa yang telah terjadi?”Mendengar pertanyaan itu membuat Keira menelan ludah dengan susah payah. Pertanyaan itu seakan-akan memaksanya untuk kembali membuka lembaran lama yang begitu ingin ia lupakan selama ini. Bahkan ia
Terlihat wanita dengan rambut panjang yang sedang duduk di koridor itu. Ia duduk dengan tenang di sana tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, namun terlukis dengan jelas pada wajahnya rasa khawatir. Mata hazelnya juga sesekali melihat ke arah pintu abu-abu yang berada di samping kirinya, ingin sekali rasanya ia masuk ke dalam.Tidak lama kemudian terdengar suara langkah kaki yang berjalan ke arahnya. “Nyonya, silahkan… anda pasti haus,” ucap polisi itu menawarkan segelas minuman dingin.Keira mendongak. Ia pun segera mengambil segelas minuman itu. “Ah, terima kasih Tuan,” ucapnya dengan sopan.Ia meminum minuman itu karena tak dapat ia pungkiri kalau dirinya saat ini memang merasa haus, selain itu tenggorokannya juga terasa kering sebab rasa khawatir yang melandanya saat ini. Dan benar saja, kini ia sudah merasa lebih tenang setelah meminum minuman itu.Polisi itu duduk di samping Keira dengan menyisakan satu kursi kosong di antara mereka. “Jangan khawatir Nyonya, Tuan Walsh pasti bisa
Seorang wanita terlihat berdiri di depan sebuah rumah yang begitu gelap dengan garis kuning yang masih mengelilimgi rumah tersebut. Ia tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini melihat rumah yang selama ini menjadi tempatnya berteduh menjadi sebuah tempat yang menyeramkan. Rumah itu terasa begitu asing baginya.Ia menelan ludahnya dengan susah payah dan dengan berat hati ia melangkahkan kedua kakinya berjalan masuk ke dalam rumah itu. Polisi yang berada di sana untuk menjaga rumah tersebut tidak sedikitpun menghambat langkahnya. Hingga kini ia sudah berada di depan pintu, tangan kanannya meraih gagang pintu itu dan membukanya dengan perlahan.Gelap.Tidak ada sedikitpun cahaya yang menjadi penerang. Dengan hati-hati ia berjalan menyusuri rumah itu berusaha agar tidak menyetuh apapun yang ada di dalam sana. Tangan kanannya ia gunakan untuk meraba tembok, hingga akhirnya menemukan sebuah saklar lampu.KLIK!Hanya dalam hitungan detik rumah yang sebelumnya gelap gulita menjad
Keira melihat jam yang tertera pada layar ponselnya. Entah sudah berapa lama ia duduk di halte itu, ia sedang menunggu bus yang ingin ia tumpangi sejak setengah jam yang lalu namun hingga detik ini bus yang ia tunggu tak kunjung datang. Ia melihat sisi kanan dan kirinya tidak ada siapapun di halte itu selain dirinya.Keira menghela nafas. “Hah… kenapa lama sekali?” gumam Keira merasa bosan.Karena tidak ingin rasa bosan membunuhnya ia memutuskan untuk pergi ke salah satu kedai kecil yang tidak jauh berada dari halte itu. Tangan kirinya terangkat mendorong pintu kaca itu sebab tangan kanannya saat ini sedang memegang tas miliknya yang cukup berat.“Selamat datang!” sapa seorang wanita paruh baya dengan ramah.Keira membalas sapaan tersebut dengan senyuman sebelum duduk pada salah satu meja yang ada di dalam sana. Sama saat ia berada di halte, di kedai ini juga tidak ada siapapun selain dirinya mungkin karena hari sudah malam.Ia meletakkan tas miliknya pada kursi kosong yang tepat bera
Semuanya telah kembali seperti semula, begitupun dengan Keira yang kembali melakukan tugasnya sebagai sekertaris pribadi Navier. Seperti sebelumnya, ia mengatur semua jadwal Navier untuk beberapa bulan kedepan yang jauh lebih padat dari beberapa bulan yang lalu, yang mana merupakan akibat dari hilangnya Navier secara tiba-tiba.Tidak, bukan hanya Navier saja Keira pun harus mengerjakan beberapa laporan yang sudah terbengkalai selama beberapa hari. Mau bagaimana lagi, ia tidak memiliki pilihan lain selain mengerjakan semua hal tersebut karena sudah menjadi tugasnya sebagai sekertaris pribadi Navier. Namun ada yang aneh dan keanehan itu membuat Keira tidak dapat berkonsentrasi melakukan tugasnya.Keira menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Tidak… fokuskan dirimu Keira,” gumam Keira.Mata hazelnya perlahan melihat ke arah Navier hyang sedang duduk di seberang sana dari balik laptopnya. Ia memperhatikan kacamata yang bertengger pada hidung mancung itu, kedua mata biru di balik kacamata i
Keira dan Navier saling menatap antar satu sama lain, kebingungan menyelimuti mereka melihat Yeeun saat ini yang sedang membungkukkan badan di hadapan Navier. Dan yang semakin membuat bingung hal tersebut ialah ucapan Yeeun beberapa detik yang lalu.“Nyonya Yeeun, tegakkan badan anda,” ucap Navier.Sesuai dengan ucapan Navier, Yeeun perlahan menegakkan badannya menjadi berdiri di hadapan Navier yang saat ini sedang menatapnya.“Yeeun, ada apa? Apa kau baik-baik saja?” tanya Yeeun sedikit merasa khawatir.Yeeun menatap Navier dan Keira secara bergantian, lalu menghela nafas. “Tuan Walsh, maafkan saya. Saya telah berbohong pada rekan-rekan kerja saya yang lainnya tentang anda dan Keira,” jelas Yeeun merasa tidak enak.Sudah ia katakan sebelumnya bukan? Kalau ia akan meminta maaf dan memberitahukan kepada Navier juga Keira atas kebohongan yang telah ia lakukan kepada rekan-rekan kerjanya. Dan itulah yang sedang ia lakukan saat ini.“Apa yang telah anda katakan pada mereka?” tanya Navier
Heboh.Hanya satu kata itu saja yang dapat menggambarkan situasi di dalam gedung pencakar langit itu saat ini. Terdengar berbagai macam pembicaraan yang membuat orang-orang di dalam sana menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda. Dan yang menjadi penyebab kehebohan mereka saat ini adalah atasan mereka bersama sang sekertaris pribadi.“Hey! Hey! Apa kau lihat mereka?!”“God! Bukankah mereka terlihat begitu dekat?!”“Kenapa mereka datang bersama?”“Apa mereka melakukan perjalanan bisnis bersama?!”Yeeun membalikkan badannya. Ia bahkan berusaha untuk menutupi wajahnya dari balik komputer miliknya, ingin rasanya ia menghilang dari kerumunan rekan-rekannya yang sedang membicarakan Keira dan Navier. Bukan tanpa alasan, itu karena ia tidak ingin di serbu dengan berbagai macam pertanyaan oleh rekan-rekannya.Ia tahu kalau hari ini Keira dan Navier akan kembali masuk bekerja, namun ia sama sekali tidak tahu kalau keduanya akan datang bersama!Kacau, ini benar-benar kacau!Yeeun mengumpat dalam ha
Hari telah berganti dengan sang surya yang kembali menyinari seluruh makhluk hidup di muka bumi. Hal itupun menjadi pertanda bagi manusia yang ada di bumi untuk kembali memulai hari dan aktivitas yang telah menunggu mereka. Begitupun dengan wanita dengan kemeja biru muda yang sedang melihat penatulan dirinya di depan cermin, ia sibuk mengatur rambut panjang selembut sutra miliknya.Ia sedikit berputar agar dapat melihat penampilannya secara keseluruhan, memastikan jika penampilannya telah sempurna. Dan sebagai sentuhan akhir ia memoleskan sebuah lipstick merah muda pada bibirnya. “Perfect!” senyum Keira.Setelah merasa puas dengan penampilannya, ia duduk di pinggir ranjang itu. Kali ini ia akan menggunakan high heels hitam senada dengan tas yang akan ia gunakan untuk melengkapi penampilannya.Keira memegang dadanya. Ia dapat merasakan jantungnya yang berdetak dengan cukup kencang. “Gosh… aku sangat gugup,” gumam Keira.Yah, ia merasa gugup saat ini. Bukan tanpa alasan, melainkan karen
Navier berjalan menuruni tangga itu dengan membawa ponsel miliknya. Kedua kakinya berjalan menyusuri mansion miliknya melewati ruang makan, ruang tamu, hingga akhirnya ia berada di taman belakang. Kaki telanjangnya menginjak lantai pinggir kolom renang yang basah itu dengan hati-hati, ia tidak ingin terpeleset apalagi sampai jatuh karena dirinya pasti akan terlihat konyol jika itu terjadi.Mata birunya lalu melihat seorang wanita yang duduk di salah satu kursi tamannya, sepertinya wanita itu sedang menikmati pemandangan taman pribadinya. Ia pun memutuskan untuk berjalan menghampiri wanita itu lalu duduk di samping sang wanita.“Apakah indah?” tanya Navier.Keira menoleh cukup terkejut mendapati Navier yang sedang duduk di sampingnya dengan jarak yang cukup dekat. “Sangat indah. Apa kau sendiri yang menanamnya?”Begitu banyak berbagai macam jenis bunga di taman ini yang di tanam dengan begitu rapi juga terawat dengan baik. Hampir seluruh bunga kesukaannya ada di taman ini, hal itu memb
Mata hazel itu melihat setiap sisi kamar berukuran luas yang di dominasi oleh warna coklat itu, kamar itu bergaya klasik khas Eropa dengan perabotan yang sebagian besar terbuat dari kayu. Matanya tak dapat berpaling sedikitpun dari setiap sisi kamar yang menurutnya sangat luar biasa itu. ia benar-benar seperti sedang berada di dalam kamar seorang ratu yang selama ini selalu ia lihat di dalam film yang ia tonton.Indah.Hanya itu satu-satunya kata yang dapat ia gunakan untuk mendeskripsikan kamar yang telah menjadi miliknya itu. Saat ini Dewi Fortuna sedang berpihak kepadanya namun ia tak tahu harus merasa senang atau tidak, mengingat kebenaran yang baru saja ia ketahui kemarin malam, saat itu dunianya benar-benar akan runtuh.Keira menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Tidak… sekarang tenangkan pikiranmu Keira,” gumamnya.Ia hanya ingin melupakan sejenak kebenaran memalukan yang baru ia ketahui setelah sekian lama. Sebentar saja, ia ingin menjernihkan pikirannya dan menikmati kamar
Wanita dengan rambut hitam yang tergerai itu terlihat gelisah, ia tidak dapat duduk dengan tenang sejak beberapa menit yang lalu atau mungkin lebih tepatnya sejak ia menaiki mobil dengan harga fantastis itu. Kegelisahan itu terlihat darinya yang sedang menggigit kukunya saat ini, yang mana merupakan salah satu kebiasan yang ia lakukan saat sedang merasa gelisah maupun gugup.Mata hazel-nye melirik ke arah pria yang sedang duduk di sampingnya dengan kedua mata yang terpejam. Pria itu terlihat begitu tenang sangat jauh berbeda dengannya yang terlihat seperti cacing kepanasan, sebab pria itulah penyebab dari kegelisahannya saat ini.Selain penyebab lain ialah karena dirinya yang di paksa untuk ikut masuk ke dalam mobil ini beberapa menit yang lalu hingga membuatnya tidak memiliki kekuatan untuk menolak. Untuk kesekian kalinya ia mengutuk dirinya karena tidak dapat menolak permintaan atasannya itu.“Aku benar-benar bodoh!” gumam Keira memukul kepalanya dengan pelan.Tidak lama kemudian mo
Keira melihat jam yang tertera pada layar ponselnya. Entah sudah berapa lama ia duduk di halte itu, ia sedang menunggu bus yang ingin ia tumpangi sejak setengah jam yang lalu namun hingga detik ini bus yang ia tunggu tak kunjung datang. Ia melihat sisi kanan dan kirinya tidak ada siapapun di halte itu selain dirinya.Keira menghela nafas. “Hah… kenapa lama sekali?” gumam Keira merasa bosan.Karena tidak ingin rasa bosan membunuhnya ia memutuskan untuk pergi ke salah satu kedai kecil yang tidak jauh berada dari halte itu. Tangan kirinya terangkat mendorong pintu kaca itu sebab tangan kanannya saat ini sedang memegang tas miliknya yang cukup berat.“Selamat datang!” sapa seorang wanita paruh baya dengan ramah.Keira membalas sapaan tersebut dengan senyuman sebelum duduk pada salah satu meja yang ada di dalam sana. Sama saat ia berada di halte, di kedai ini juga tidak ada siapapun selain dirinya mungkin karena hari sudah malam.Ia meletakkan tas miliknya pada kursi kosong yang tepat bera
Seorang wanita terlihat berdiri di depan sebuah rumah yang begitu gelap dengan garis kuning yang masih mengelilimgi rumah tersebut. Ia tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini melihat rumah yang selama ini menjadi tempatnya berteduh menjadi sebuah tempat yang menyeramkan. Rumah itu terasa begitu asing baginya.Ia menelan ludahnya dengan susah payah dan dengan berat hati ia melangkahkan kedua kakinya berjalan masuk ke dalam rumah itu. Polisi yang berada di sana untuk menjaga rumah tersebut tidak sedikitpun menghambat langkahnya. Hingga kini ia sudah berada di depan pintu, tangan kanannya meraih gagang pintu itu dan membukanya dengan perlahan.Gelap.Tidak ada sedikitpun cahaya yang menjadi penerang. Dengan hati-hati ia berjalan menyusuri rumah itu berusaha agar tidak menyetuh apapun yang ada di dalam sana. Tangan kanannya ia gunakan untuk meraba tembok, hingga akhirnya menemukan sebuah saklar lampu.KLIK!Hanya dalam hitungan detik rumah yang sebelumnya gelap gulita menjad