"Aku cinta sama kamu? Jangan mimpi, mana mungkin aku mencintai gadis kecil seperti kamu dan pembawa sial." Alva membalikkan tubuhnya menghindar dari Cantika. Perjanjian yang mereka buat adalah salah satu syarat dari Alva agar mau menikahinya. Cantika setuju saja karena dia tidak mau menikah dengan pria tua yang di Carikan sang ayah. Cantika hanya terkekeh, ia melihat wajah masam Alva malah begitu senang. Hari-hari yang akan di lewatinya bersama pria yang baru saja ia kenal dan malah menjadi suaminya. Awal yang tak di sangka olehnya. "Aku harus ikut ke Jakarta?" tanya Cantika. "Iya. Aku bekerja di Jakarta, mana bisa aku di sini," ujar Alva. "Ih, kamu di sini saja. Minta pekerjaan sama Papa aku, lagi pula gaji kamu paling UMR. Mana bisa menghidupi aku, apalagi aku mau lahiran. Aku enggak mau di ajak hidup susah."Apalagi ini pikir Alva. Cantika yang membawanya masuk ke masalahnya. Namun, saat ini dia malah sibuk mencari pria yang kaya dan bisa menghidupi dirinya. "Heh anak manja,
Bu Shafira, Berlian dan nenek Lastri gegas masuk ke ruangan, mereka kaget melihat Alva yang sudah berada di lantai dengan cairan merah di ujung bibir. Lelaki itu terlihat begitu pasrah. Ia berusaha, untuk menjelaskan. Namun, Alva masih bingung bagaimana bisa menjelaskan semuanya. Tak mungkin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi."Pa, cukup!"Bu Shafira melihat suaminya yang begitu marah pada sang anak. Mungkin saat ini dia sudah tahu jika Alva tengah menghamili anak gadis orang. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup ia melihat pak Hardian yang terlihat begitu murka dan emosi kepada Alva.Lelaki itu biasanya tidak pernah sampai semarah itu jika putranya melakukan kesalahan, tetapi kali ini bak singa yang ingin menerkam mangsanya pak Hardian terus membabi buta meluapkan kekecewaannya kepada sang putra karena.Bu Shafira mencoba merelai pak Hardian."Sudah, Mas jangan seperti ini," ujar Bu Shafira.Wanita itu menjadikan tubuhnya sebagai benteng pertahanan untuk menyelamatkan Alva d
Berlian tertawa mendengar Alva akan bertanggungjawab. Dirinya bukan tidak menghargai perasaan dari saudara sambungnya itu ataupun mengetahui keseriusan dari sang lelaki untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah dirinya perbuat. "Mungkin mudah bagi pria bicara akan mempertanggung jawabkan semuanya. Namun, kembali lagi wanita yang harus berusaha untuk berjuang dalam kehamilan apalagi Cantika masih sangat muda," ungkap Berlian.Di sini juga masih mengingat momen-momen saat Cinta masih berada dalam kandungan, mungkin posisi dirinya dan Cantika saat ini sama sama-sama mengandung pada usia belia dan hamil diluar nikah karena. Di sini berlian juga yakin mungkin saat ini Cantika pasti merasakan apa yang dulu dirinya rasakan, belum siap untuk menjadi seorang ibu di usia muda, banyak ketakutan ketakutan lainnya yang harus dirinya lewati dalam proses kehamilan. Apalagi tugas menjadi seorang ibu tidak berhenti hanya saat mengandung saja."Ya, aku tahu maka dari itu aku ingin mendampinginya unt
Berlian menemui Jonathan, ia tersenyum walau hatinya sedang tidak baik-baik saja. Pertemuan tak sengaja dengan pak Ferdinand membuat moodnya pagi hancur. Entahlah biasanya juga saat mendatangi kantor dirinya tidak pernah berpapasan dengan calon mertuanya itu, tetapi pagi ini entah kesialan apa yang menimpanya sampai ia bisa bertemu dengan lelaki itu.Jika dapat mengundur waktu, ia memilih untuk datang lebih awal ataupun datang lebih siang lagi agar mereka tidak bertemu. Terkadang pertemuannya dengan pak Ferdinand membuat ia selalu berpikir yang tidak tidak tentang kelanjutan hubungannya dengan Jonathan.Menurut Pak Hardian yang selalu meyakinkannya jika suatu saat nanti pasti pak Ferdinand akan mau menerima dirinya dan juga Cinta."Sedang sibuk?" tanya Berlian.Jonathan langsung menoleh, ia tersenyum lalu menggeleng. Tadi wanita itu sudah mengabarinya apabila dirinya akan datang. Sesibuk apapun dirinya jika itu menyangkut berlian ataupun cinta maka ia akan mengutamakan dua orang wani
Alva kesal karena dirinya terus diejek oleh Jonathan. Namun, dirinya juga jauh lebih kesal kepada Berlian yang sudah membocorkan aibnya kepada calon iparnya itu."Tak perlu malu, kau hebat bisa mendapatkan daun muda," ujar Jonathan.Alva berpikir hebat dari mananya, bahkan dirinya hampir mati di tangan sang ayah."Ini bekas amarah pak Hardian ya?" tanya Jonathan.Jonathan pun dengan sengaja menyentuh lebam-lebam yang berada di wajah Alva, dengan sedikit menekannya membuat lelaki itu meringis lalu menepis tangan Jonathan dengan kesal.Kini Alva bukan kesal lagi karena sikap Jonathan kepada berlian, tetapi ternyata Jonathan memiliki sisi yang sangat usil bahkan lelaki itu sangat senang menggoda orang lain sampai membuatnya marah seperti yang ini tengah Jonathan lakukan kepadanya."Jo!" Alva kesal sudah tahu lebam di wajahnya cukup banyak dan tentulah pasti sangat sakit, tetapi mengapa Jonathan justru sengaja menekan-nekannya."Kau dan Berlian itu sama saja ternyata, senang melihat aku m
"Hati-hati," ujar Berlian.Malam ini dirinya sangat bahagia, Jonathan memperlakukannya bak seorang ratu. Bukan hanya makan malam biasa, tetapi malam ini Jonathan telah mempersiapkan semuanya dengan special hanya untuk dirinya.Tempat yang indah, serta diiringi musik yang romantis dan perkataan Jonathan juga sangat manis. Wanita lain pun pasti akan sangat bahagia jika diperlakukan seperti itu oleh orang yang dirinya cintai.Sebelum pulang pun mereka sempat jalan-jalan sebentar menikmati indahnya malam, Jonathan pun mengungkapkan rasa cintanya kepada Berlian. Lelaki itu juga meminta maaf karena dulu tidak ada di sisi dirinya saat mengandung dan melahirkan sang putri. Jonathan juga mengatakan jika dirinya akan berusaha selalu membuat Berlian bahagia.Sepulang dari makan malam, Berlian terus tersenyum. Memikirkan apa yang baru saja terjadi."Lian kenapa?" tanya Nenek Lastri.Nenek Lastri begitu terheran-heran melihat cucunya yang tersenyum-senyum sendiri. Terlihat raut kebahagiaan di waja
"Astaga, kenapa Papa enggak cerita sama Mama. Aduh, pastinya mereka bertanya kenapa tidak jadi mengenalkan Alva dengan putri teman Papa." Bu Shafira tidak menyangka akan ide dari suaminya. Pak Hardian meneguk obatnya, lalu duduk dengan memegangi keningnya. Apa yang akan di katakannya, hal itu yang berputar di kepala pria dengan rambut sedikit memutih. "Mereka malah akan bertanya kenapa Alva malah sudah di nikahkan. Mereka akan bilang aku PHP," ucap Pak Hardian. "Apa tuh PHP?" Dengan polosnya Bu Sahfira bertanya. "Mama enggak tahu artinya?" "Iya, enggak." "Pemberi harapan palsu mama." Bu Shafira tertawa mendengar sang suami mengatakan hal itu. Sementara, Pak Hardian masih kebingungan mencari alasan. Semua berawal dari keinginannya membuat Alva melupakan Berlian. Diam-diam dia mencarikan wanita yang akan di kenalkan dengan Alva. Kebetulan ada rekan bisnisnya yang memilki gadis cantik tidak jauh dari Alva usianya. Melihat fotonya, Pak Hardian langsung klik dan mengatakan akan me
Setalah makan pagi, Berlian berangkat bersama dengan sang ibu. Di mobil mereka membahas tentang Alva. Lian merasa kasihan pada Pak Hardian yang sudah mulai menua dan melihatnya lemas seperti itu sangat tak tega."Papa sakit karena memikirkan tentang Alva?" tanya Berlian."Iya, Lian."Berlian ikut perihatin dengan masalah keluarga ibunya. Apalagi tentang Alva, ia tak menyangka bisa membuat papa sambungnya sakit. "Mama tak mau Papa kamu seperti itu kepikiran. Nanti Mama antar kamu, tapi mama mau ke restoran Alva ya. enggak masalah kan?" tanya sang ibu. "Tidak, Ma. Santai saja." Bu Shafira berniat menyelesaikan semua masalah sang anak. Agar mereka kembali bicara dan menjadi ayah dan anak yang kompak. Bu Shafira mengusap wajah kasar. "Ada apa Ma?" "Mama pusing, tiba-tiba punya cucu baru ," ujarnya. Berlian tersenyum, tidak ada salahnya memiliki cucu baru. Hanya saja semuanya serba dadakan pikir Berlian. "Kaya tahu bulat ya, Ma. Dadakan." Lagi, Berlian membuat sang ibu terkekeh mend