Rania merebahkan tubuh di kasur. Lelah hari ini pikirnya. Sejak tadi mencari perhatian ibu mertua malah dirinya di jadikan pembantu. Rasanya ia benar-benar begitu kesal, mengapa justru Bu Santi tidak pernah berbuat baik kepada dirinya padahal ia sudah berusaha untuk merebut hati wanita itu. Namun, tetapi mengapa di mata ibu mertuanya hanyalah Rara menantu yang terbaik padahal dirinya juga bisa menjadi menantu idaman untuk orang tuanya itu.Rania mengambil ponsel lalu, berselancar di sosial media. Ia bosan menjadi istri Arnold yang sampai sekarang pun seolah-olah tak diakuinya. Ia kira menjadi istri lelaki itu sangat menyenangkan, tetapi nyatanya jauh dari apa yang dirinya pikirkan. Rania benar-benar merasa begitu bosan dia sangat kesal.Tubuhnya sudah sangat lelah, Rania benar-benar merasa seperti pembantu dan bukanlah menantu di rumah ini.Walaupun dirinya tinggal di kamar utama, tetapi ia masih tidak bisa menjadi pemilik hati dari Arnold. Ia benar-benar merasa begitu kesal bagaimana
Jonathan menemui Arnold saat sampai di kantor. Sengaja ia ke ruangan sang kakak lebih dulu untuk memberitahu tentang perkembangan Mischa. Mengenai apa yang diucapkan oleh anaknya itu, ia sangat khawatir jika sampai Mischa justru terjadi apa apa dengan perkembangan anaknya itu.Arnold benar-benar heran, melihat kedatangan adiknya itu yang pagi-pagi sudah berada di ruangannya."Ada apa, tumben sekali kamu menemuiku pagi-pagi seperti ini," ungkap Arnold heran.Jonatan langsung menceritakan apa yang di kelukan Mischa. Mungkin saja anak itu tidak berani mengatakan langsung kepada ayahnya, maka dari itu ia langsung mengatakannya kepada dirinya, dan juga Jonathan tidak mau jika sampai terjalin berkomunikasi di antara mereka maka dari itu dirinya langsung menceritakan apa yang kemarin dikeluhkan oleh sang keponakannya itu kepada dirinya."Anak mu sudah besar kak, dia bisa menilai sendiri. Lebih baik cepat bereskan masalah Rania kalau enggan mau perkembangan Mischa buruk."Dirinya langsung men
Rara berada di dapur, ia berniat membuat jahe hangat. Ia merasa lebih baik saat Rania pergi. Lagi pula untuk apa wanita itu masih ada di rumah ini. Rania pergi dari rumahnya benar-benar membuat Rara merasa begitu nyaman lagi, selama ada Rania di rumah ini ia merasa sangat tidak bebas padahal ini adalah rumahnya sendiri. Namun, keberadaan orang asing itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman ia benar-benar merasa begitu kesal."Seandainya saja dia pergi dari sini mungkin aku sudah benar-benar begitu nyaman."Rara mengusap perutnya dengan begitu lembut, benar-benar kehamilannya kali ini sangat jauh berbeda dengan kehamilannya yang pertama, kehamilannya kali ini benar-benar banyak sekali ujian yang harus dirinya hadapi. Rara sangat merasa begitu kasihan adiknya Mischa harus hadir dengan cara seperti ini. Seharusnya mereka Tengah berbahagia, tetapi dengan adanya Rania membuat kebahagiaan itu senang seketika Rara benar-benar merasa begitu pusing dan juga sangat khawatir kepada anak-anaknya
Bu Santi memukul pundak Rania karena berani mendorong sang menantu. Wanita itu baru saja pulang dari supermarket, ia tak menduga jika Rania juga sudah lebih cepat pulang. Dirinya kira Rania akan tidak lagi kembali, tetapi ternyata justru wanita itu datang lagi benar-benar membuatnya merasa sangat kesal bagaimana bisa baru ditinggal sebentar saja Rania sudah mau berbuat macam-macam kepada menantu kesayangannya itu, ia tidak menyangka jika ternyata Rania bisa berbuat seperti itu. Untung saja ia memiliki firasat untuk cepat pulang, jika tidak pasti Rara akan kewalahan untuk menghadapi sikap Rania yang seperti itu."Heh, kamu apakan menantu saya." Bu Santi benar-benar begitu marah kepada Rania, ia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh wanita itu. Sudah bagus Rania pergi dari rumah Arnold, tetapi mengapa justru wanita itu kembali lagi.Bu Santi benar-benar akan membuat perhitungan jika sampai Rara kenapa-kenapa karena dibuat oleh Rania itu.Tania begitu kesal karena dirinya disa
"Jangan asal bicara. Anak yang di kandung Rara itu anakku." Arnold emosi lalu menampar wajah Rania. Bagaimana bisa wanita itu berkata sembarangan, iya benar-benar tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Rania karena memang dirinya sangat mempercayai Rara sejak dahulu Rara setia kepadanya tidak mungkin Rara melakukan hal-hal yang tidak tidak seperti apa yang dituduhkan oleh Rania itu.Rania juga adalah seorang wanita, tetapi mengapa justru wanita itu tidak mampu menjaga perasaan wanita lain. Arnold benar-benar tidak menyangka jika ternyata, Rania bisa berpikiran sejauh itu bahkan wanita itu menuduh Rara Dan juga memfitnah bayi yang ada di dalam kandungannya. Rania menatap bengis, sembari memegangi pipi yang baru saja ditampar oleh Arnold. Bagaimana bisa Arnold begitu saja melayangkan tamparan untuk dirinya padahal lelaki itu terkenal dengan sikap lemah lembut dan juga perangai baiknya, ia benar-benar sangat kesal akan hal itu. Namun, pasti dirinya akan membalaskan semua rasa saki
Rania di sidang, sama halnya dengan laki laki suruhan Rania. Ia tak berpikir ulang menjebak dengan cara murahan. Arnold benar-benar tidak menyangka jika ternyata Rania memiliki ide semurahan itu. Bagaimana bisa wanita itu mau memfitnah Rara yang tengah hamil, bahkan meminta seseorang untuk mengaku sebagai ayah dari anak yang tengah dikandung oleh Rara itu. Arnol benar-benar sangat marah, ia tidak akan pernah memberikan ampun lagi kepada Rania. Sejak tadi wanita itu berulang kali terus saja memohon dan berdalih jika itu adalah fakta yang ada walaupun lelaki itu sudah mengakuinya."Arnold, kamu harus percaya kepadaku pasti ini semua adalah ulah Rara Dia memang ingin menjebakku lara sangat tidak menyukaiku Arnold." Rania terus aja memasang wajah memelas, iya benar-benar tidak menyangka jika ide yang dirinya lakukan itu justru akan berakibat fatal seperti ini padahal dirinya sudah memikirkan matang-matang."Kamu ini benar-benar wanita gila Rania, untuk apa kamu melakukan ini agar aku per
"Aku sudah mengusirnya," ujar Arnold. Tangan kekarnya memeluk tubuh Rara dari belakang, ada rasa terkejut hanya saja Rara mencoba tenang. Namun, degub di dadanya tak bisa berbohong jika dirinya merasakan getaran aneh saat dagu Arnold bersandar di bahunya."Lepas, Ar." Rara mencoba melepaskan tangan besar Arnold. Namun, sayangnya pria itu tak mau melepasnya. "Ra, aku sayang sama kamu. Aku yakin anak ini adalah anak kandungku dan buka anak pria lain." Rara bungkam, ia mencoba memejamkan mata saat deru nafas sang suami membuat bulu kuduknya merinding. "Ra," ujar Arnold. Ia mencium leher Rara hingga membuat gejolak prianya membuncah. Entah apa yang akan dia lakukan setelah ini. Rara menikmati, bohong jika dia tak ingin tubuhnya disentuh Arnold. Sebelum perkara Rianti, setiap malam walau tak bercumbu, mereka pun bermesraan di ranjang. Arnold membalikkan tubuh Rara menghadapnya. Memeluknya erat, lalu tangannya menyelusup ke bagian tubuh sang istri."Sayang, aku kangen." Arnold menciu
Wajah Rara Bersemi saat bangun pagi. Arnold datang sudah membawakan susu dan roti. Hari libur seperti ini biasanya Arnold berolah raga, tapi kali ini ia memilih membuat sarapan untuk istrinya. Anak mereka sedang menginap di rumah Jonathan. Jonathan pun memang sudah memberitahukan hal itu, jika anak mereka memang ingin menginap di rumahnya dan mereka berdua pun tidak merasa keberatan akan hal itu. Lagi pula selama putrinya merasa nyaman dan bahagia mereka pasti tidak akan pernah melarang hal tersebut apalagi pasti putrinya akan merasa kesepian jika di rumah ini karena sudah terbiasa dengan putri dari Jonathan itu."Makan, biar kamu dan bayi kita sehat." Arnold tersenyum, ia merasa begitu bahagia karena bisa menyiapkan sarapan untuk istri dan juga calon anaknya. Birunya saat ini memang benar-benar ingin memanjakan Rara, ia ingin mengulang kembali kisah-kisah yang dahulu pernah mereka lewati yang sempat terhenti karena adanya gangguan wanita tidak tahu diri seperti Rania itu."Iya, teri