Masalah Arnold benar-benar membuat beberapa keluarga pusing. Termasuk sang adik, bahkan sampai lupa jadwal kontrol hari ini. Dirinya benar-benar melupakan jadwal kontrol untuk anak keduanya itu, untung saja istrinya mengingat dan juga langsung memberitahunya jika mereka hari ini harus kontrol dan saat itulah ia benar-benar merasa jika ternyata permasalahan kakaknya bukan hanya membuat pusing satu orang saja, tetapi dirinya juga dibuat pusing oleh hal itu.Jonathan dan Berlian mendatangi salah satu rumah sakit di jakarta untuk memastikan keadaan sang jabang bayi yang sudah memasuki usia 7 bulan. Selama proses kontrol dari trimester pertama hingga sekarang sudah memasuki trimester 3 benar-benar terkadang membuatnya merasa was was walaupun keadaan jabang bayi mereka sehat, tetapi tetap saja setiap bulan akan mengecek tentang keadaan anaknya itu. Jonathan tidak ingin terjadi sesuatu kepada calon anak mereka maka dari itu lelaki itu ingin menjadi seorang suami yang siaga dan juga ayah yang
Rania merebahkan tubuh di kasur. Lelah hari ini pikirnya. Sejak tadi mencari perhatian ibu mertua malah dirinya di jadikan pembantu. Rasanya ia benar-benar begitu kesal, mengapa justru Bu Santi tidak pernah berbuat baik kepada dirinya padahal ia sudah berusaha untuk merebut hati wanita itu. Namun, tetapi mengapa di mata ibu mertuanya hanyalah Rara menantu yang terbaik padahal dirinya juga bisa menjadi menantu idaman untuk orang tuanya itu.Rania mengambil ponsel lalu, berselancar di sosial media. Ia bosan menjadi istri Arnold yang sampai sekarang pun seolah-olah tak diakuinya. Ia kira menjadi istri lelaki itu sangat menyenangkan, tetapi nyatanya jauh dari apa yang dirinya pikirkan. Rania benar-benar merasa begitu bosan dia sangat kesal.Tubuhnya sudah sangat lelah, Rania benar-benar merasa seperti pembantu dan bukanlah menantu di rumah ini.Walaupun dirinya tinggal di kamar utama, tetapi ia masih tidak bisa menjadi pemilik hati dari Arnold. Ia benar-benar merasa begitu kesal bagaimana
Jonathan menemui Arnold saat sampai di kantor. Sengaja ia ke ruangan sang kakak lebih dulu untuk memberitahu tentang perkembangan Mischa. Mengenai apa yang diucapkan oleh anaknya itu, ia sangat khawatir jika sampai Mischa justru terjadi apa apa dengan perkembangan anaknya itu.Arnold benar-benar heran, melihat kedatangan adiknya itu yang pagi-pagi sudah berada di ruangannya."Ada apa, tumben sekali kamu menemuiku pagi-pagi seperti ini," ungkap Arnold heran.Jonatan langsung menceritakan apa yang di kelukan Mischa. Mungkin saja anak itu tidak berani mengatakan langsung kepada ayahnya, maka dari itu ia langsung mengatakannya kepada dirinya, dan juga Jonathan tidak mau jika sampai terjalin berkomunikasi di antara mereka maka dari itu dirinya langsung menceritakan apa yang kemarin dikeluhkan oleh sang keponakannya itu kepada dirinya."Anak mu sudah besar kak, dia bisa menilai sendiri. Lebih baik cepat bereskan masalah Rania kalau enggan mau perkembangan Mischa buruk."Dirinya langsung men
Rara berada di dapur, ia berniat membuat jahe hangat. Ia merasa lebih baik saat Rania pergi. Lagi pula untuk apa wanita itu masih ada di rumah ini. Rania pergi dari rumahnya benar-benar membuat Rara merasa begitu nyaman lagi, selama ada Rania di rumah ini ia merasa sangat tidak bebas padahal ini adalah rumahnya sendiri. Namun, keberadaan orang asing itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman ia benar-benar merasa begitu kesal."Seandainya saja dia pergi dari sini mungkin aku sudah benar-benar begitu nyaman."Rara mengusap perutnya dengan begitu lembut, benar-benar kehamilannya kali ini sangat jauh berbeda dengan kehamilannya yang pertama, kehamilannya kali ini benar-benar banyak sekali ujian yang harus dirinya hadapi. Rara sangat merasa begitu kasihan adiknya Mischa harus hadir dengan cara seperti ini. Seharusnya mereka Tengah berbahagia, tetapi dengan adanya Rania membuat kebahagiaan itu senang seketika Rara benar-benar merasa begitu pusing dan juga sangat khawatir kepada anak-anaknya
Bu Santi memukul pundak Rania karena berani mendorong sang menantu. Wanita itu baru saja pulang dari supermarket, ia tak menduga jika Rania juga sudah lebih cepat pulang. Dirinya kira Rania akan tidak lagi kembali, tetapi ternyata justru wanita itu datang lagi benar-benar membuatnya merasa sangat kesal bagaimana bisa baru ditinggal sebentar saja Rania sudah mau berbuat macam-macam kepada menantu kesayangannya itu, ia tidak menyangka jika ternyata Rania bisa berbuat seperti itu. Untung saja ia memiliki firasat untuk cepat pulang, jika tidak pasti Rara akan kewalahan untuk menghadapi sikap Rania yang seperti itu."Heh, kamu apakan menantu saya." Bu Santi benar-benar begitu marah kepada Rania, ia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh wanita itu. Sudah bagus Rania pergi dari rumah Arnold, tetapi mengapa justru wanita itu kembali lagi.Bu Santi benar-benar akan membuat perhitungan jika sampai Rara kenapa-kenapa karena dibuat oleh Rania itu.Tania begitu kesal karena dirinya disa
"Jangan asal bicara. Anak yang di kandung Rara itu anakku." Arnold emosi lalu menampar wajah Rania. Bagaimana bisa wanita itu berkata sembarangan, iya benar-benar tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Rania karena memang dirinya sangat mempercayai Rara sejak dahulu Rara setia kepadanya tidak mungkin Rara melakukan hal-hal yang tidak tidak seperti apa yang dituduhkan oleh Rania itu.Rania juga adalah seorang wanita, tetapi mengapa justru wanita itu tidak mampu menjaga perasaan wanita lain. Arnold benar-benar tidak menyangka jika ternyata, Rania bisa berpikiran sejauh itu bahkan wanita itu menuduh Rara Dan juga memfitnah bayi yang ada di dalam kandungannya. Rania menatap bengis, sembari memegangi pipi yang baru saja ditampar oleh Arnold. Bagaimana bisa Arnold begitu saja melayangkan tamparan untuk dirinya padahal lelaki itu terkenal dengan sikap lemah lembut dan juga perangai baiknya, ia benar-benar sangat kesal akan hal itu. Namun, pasti dirinya akan membalaskan semua rasa saki
Rania di sidang, sama halnya dengan laki laki suruhan Rania. Ia tak berpikir ulang menjebak dengan cara murahan. Arnold benar-benar tidak menyangka jika ternyata Rania memiliki ide semurahan itu. Bagaimana bisa wanita itu mau memfitnah Rara yang tengah hamil, bahkan meminta seseorang untuk mengaku sebagai ayah dari anak yang tengah dikandung oleh Rara itu. Arnol benar-benar sangat marah, ia tidak akan pernah memberikan ampun lagi kepada Rania. Sejak tadi wanita itu berulang kali terus saja memohon dan berdalih jika itu adalah fakta yang ada walaupun lelaki itu sudah mengakuinya."Arnold, kamu harus percaya kepadaku pasti ini semua adalah ulah Rara Dia memang ingin menjebakku lara sangat tidak menyukaiku Arnold." Rania terus aja memasang wajah memelas, iya benar-benar tidak menyangka jika ide yang dirinya lakukan itu justru akan berakibat fatal seperti ini padahal dirinya sudah memikirkan matang-matang."Kamu ini benar-benar wanita gila Rania, untuk apa kamu melakukan ini agar aku per
"Aku sudah mengusirnya," ujar Arnold. Tangan kekarnya memeluk tubuh Rara dari belakang, ada rasa terkejut hanya saja Rara mencoba tenang. Namun, degub di dadanya tak bisa berbohong jika dirinya merasakan getaran aneh saat dagu Arnold bersandar di bahunya."Lepas, Ar." Rara mencoba melepaskan tangan besar Arnold. Namun, sayangnya pria itu tak mau melepasnya. "Ra, aku sayang sama kamu. Aku yakin anak ini adalah anak kandungku dan buka anak pria lain." Rara bungkam, ia mencoba memejamkan mata saat deru nafas sang suami membuat bulu kuduknya merinding. "Ra," ujar Arnold. Ia mencium leher Rara hingga membuat gejolak prianya membuncah. Entah apa yang akan dia lakukan setelah ini. Rara menikmati, bohong jika dia tak ingin tubuhnya disentuh Arnold. Sebelum perkara Rianti, setiap malam walau tak bercumbu, mereka pun bermesraan di ranjang. Arnold membalikkan tubuh Rara menghadapnya. Memeluknya erat, lalu tangannya menyelusup ke bagian tubuh sang istri."Sayang, aku kangen." Arnold menciu
6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi