Kirana hanya menutup mata saat pemilik wajah tampan itu menyentuh bibirnya dengan kecupan. Tak ada perlawanan ataupun penolakan. Hanya ada rasa seperti tersengat listrik menjalar melalui tengkuknya.
Ini pertama kali bagi perempuan kampung itu merasakan ciuman di bibir. Hal yang mampu membuat jantungnya berdegup cukup cepat dan tubuhnya terasa terkunci.
Perlahan Darell menjauhkan bibirnya dari Kirana dan kembali ke kursinya. Kirana sendiri menutup bibirnya dengan telapak tangan dan wajahnya memerah.
"Kamu lucu Ki kalau gini," kata Darell gemas.
Tersadar, Kirana pun memalingkan wajah dan mengerucutkan bibirnya. Darell tak boleh tahu kalau ia tersipu, itu yang ada dalam pikirannya.
"Kenapa Ki?"
"Tau' ah, Mas ngeselin," balas Kirana sambil membereskan perlengkapannya dan bersiap pulang. Sepatu kerja ia tinggalkan di bawah meja kerja dan berganti denga
Malam ini cukup cerah, rumah tinggal orang tua Darell yang berada di pinggiran kota membuat mereka dapat menikmati keindahan bintang lebih jelas. Dua sejoli yang baru saja berdamai tampak duduk di balkon rumah mewah beraksen khas Jawa itu."Ki, menurut kamu apa benar Juwita itu hamil anakku?""Hhh," Tampak Kirana mendengkus. Sebenarnya ia kesal, namun kenapa justru ingin membantu Darell memecahkan masalanya."Aku nggak bisa ngomong, karena Mas yang mengenal dia seperti apa. Cuma,—" Kirana menghentikan kalimatnya sejenak dan menunggu reaksi Darell."Cuma apa Ki?""Maaf nih ya Mas, perempuan yang mau diajak tidur oleh laki-laki yang tidak punya ikatan apa-apa nih bukan perempuan baik.""Maksudmu?""Maksudku aduh gimana ya. Dari penuturan Mas kan dia Mas bayar setelah melakukan itu. Kemungkinan besar orientasi dia itu
Darell menyulut rokoknya setelah mengatakan hal itu. Sementara Audrey hanya tertawa geli melihat tingkah laku kakaknya. Keisengan gadis ini pun bertambah karena melihat wajah kakaknya yang sok tenang. Audrey pun terus membahas masalah Louis pada Kirana. "Kenapa loe nggak sering ngobrol sama Louis lagi? Dia kan baik," tanya Audrey penasaran dan berniat membuat panas kakaknya. "Banyak kerjaan di kantor, mungkin juga perbedaan waktu bikin kita jarang berkomunikasi lagi." "Oh, sayang bangetlah kalau kalian nggak hubungan lagi," komentar Audrey sambil melirik kakaknya yang pura-pura tak peduli. "Nggak ada yang perlu disayangkan. Louis juga punya kesibukan sendiri," jawab Kirana polos. "Mungkin loe nya juga kali yang nggak mau ngasih kabar dia, jadi dia mau move forward buat dapetin loe!" tambah Audrey semakin memanci
[Hei pelacur! Gue butuh duit lima juta!] tulis Aldo pada Jenny.Gadis itu hanya tertunduk resah. Meratapi nasibnya yang sungguh sial. Merasa sangat bodoh dengan apa yang pernah dilakukannya.Jenny memutuskan untuk tidak menghiraukan pesan dari Aldo. Namun ia memilih untuk menghubungi partnernya."Kita ketemu di tempat biasa," kata Jenny sambil menghubungi partnernya.Ponsel Jenny tak hentinya berdering, semuanya dari Aldo, namun Jenny bergeming. Malas sekali ia menjawab panggilan dari Aldo.[Heh pelacur, mau jadi artis loe!] ancam Aldo melalui pesan whatsapp."Sial ni orang maunya apa sih? Ganggu gue panggil taxi online aja," gerutu Jenny.Merasa terganggu, Jenny pun akhirnya mengangkat pan
Darell masih saja tak henti untuk tersenyum. Tentu saja sikapnya ini semakin membuat Kirana salah tingkah.Gadis itu pun beranjak dari tempat duduknya menuju pagar balkon. Sementara Darell kembali memperhatikannya."Kenapa sih Mas dari tadi senyum-senyum sendiri terus?" tanya Kirana sewot, agar dapat menyembunyikan rasa malunya."Kamu lucu sekali," jawab Darell gemas."Apaan sih," balas Kirana melipat tangan di depan dada."Kamu selama ini nggak pernah punya pacar?" tanya Darell."Ya pernah.""Kalau pernah emang pacarannya gimana kok nggak pernah ciuman?""Ya jalan-jalan terus makan di kantin.""Hah? Kuno amat, emang kapan terakhir pacaran?""Waktu kuliah di Jogja.""Hmm udah lama banget kayaknya ya.""Jel
"Gimana kakimu Ki?" tanya Darell mengejutkan Kirana yang baru saja keluar dari kamar tidur dengaan keadaan sudah rapi."Udah enakan kok Mas, kemarin aku sudah kasih minyak gosok, jadi nggak terlalu nyeri.""Mau digendong lagi?" tanya Darell sambil tersenyum nakal."Nggak mau ah. Malu, masak terus-terusan. Temenin aja kalau keluar masuk lift," pinta Kirana."As you wish my lady," jawab Darell sambil bergumam tidak jelas."Kenapa Mas?""Nggak, ayo sarapan?" ajak Darell.Lagi-lagi James dan istrinya memperhatikan kedekatan putranya dengan gadis pilihan mereka. Kirana begitu telaten meladeni Darell di meja makan. Mereka berdua sangat berharap Darell dan Kirana benar-benar menikah.
"Iya nanti loe temuin gue di cafe. Dasar bawel loe!" bentak Darell saat mendapati telepon dari Jenny untuk yang kesekian kalinya.Darell sungguh pusing dibuat mantan istrinya. Perempuan itu tak henti-hentinya mengganggu Darell."Huh jangan-jangan beneran dia nggak mau gue cerai. Parah kalau gini, bisa-bisa gue gagal jadi suami Kirana," gumam Darell.Pria itu langsung tersentak karena tak sadar mengucapkan kata-kata itu. Semua terjadi di bawah sadarnya."Apa gue cinta sama dia ya?" pikir Darell.Tok! Tok!"Masuk!" seru Darell dari dalam ruangan.Seorang perempuan dengan rok sepan mini dan blouse yang tipis dan rambut tergulung masuk ke dalam ruangan Darell. Tanpa ragu ia berjalan mendekat pada kursi Darell dan bersiap duduk di pangkuan pria itu.Merasa risih, CEO Maxwell Group itu pun mendorong perempuan yang akan
"Aku sudah mendengar dari Darell kalau kau menemukan kejanggalan dalam laporan pembukuan," kata James Maxwell pada Kirana di ruang kerjanya."Ya Dad, bagiku ini aneh. Hampir setahun belakangan ini sering ada pengeluaran yang janggal. Seperti ini," kata Kirana.Gadis berambut panjang itu pun menunjukkan salah satu pengeluaran. Untuk belanja ATK yang harga satuannya berbeda.Dalam bulan februari hingga maret harga sebuah pulpen tiga ribu, april lima ribu lalu juni 3500. Belum lagi harga barang lainnya yang satuannya berubah-ubah serta jumlahnya tidak wajar."Hmm menurutmu siapa yang melakukan kecurangan ini Kirana?""Entahlah Dad. Aku tidak bisa mengatakannya, perlu pemeriksaan lebih lanjut.""Ya itu benar, perlu ada penyelidikan, aku akan menggunakan jasa auditor. Aku minta kau juga menyelidiki.""Baik Dad."Perempuan bermata
Sedikit ragu, tapi Kirana tetap membalas uluran tangan Jenny. Sama seperti Darell, tertegun melihat penampilannya."Baik," jawab Kirana kemudian mengambil tempat yang disediakan Darell. Mencoba bersikap tenang namun tetap waspada."Sudah dibicarakan Mas?" tanya Kirana lembut."Ya, kami baru bicara sedikit. Jenny bilang dia tahu skandal perusahaan," jawab Darell.Kirana mengangguk kemudian memandang ke arah Darell dan Jenny bergantian."Apa itu artinya ada keterlibatan Jenny di sana?" gumam Kirana."Aku memang terlibat," jawab Jenny."Hmm sudah kuduga," jawab Kirana.Gadis bercat pirang itu hanya menunduk karena tak sengaja keceplosan. Terlebih saat ini Darell dan Kirana menghujaninya dengan tatapan menyelidik."Duh mati aku," batin