"Kejutan apa ini, Ethan?" Hubert terduduk di atas lantai sambil memegangi kepalanya yang berdarah. Kejadian itu, membuat Belinda dan James terlihat syok menyaksikan situasi tersebut. "Jangan manja, segera bangun! Atau ku patahkan lehermu karena kau telah melanggar perintah atasan mu sendiri." Sentak Ethan.Hubert mengulurkan tangannya ke arah Ethan disertai wajah memelas, “Tolong bantuannya.” Pinta Hubert.Ethan, menarik tangan Hubert, tubuh Hubert pun beranjak dari lantai lalu berdiri di samping Ethan. Ethan, membuang pandangannya ke arah Belinda dan James.“Ethan tolong, jangan sakiti Anakku. Anakku tidak tahu menahu masalah jebakan yang kita lakukan kepada Evelyn. Ini semua karena ideku dan Anak perempuan.” Belinda mengiba dengan tersedu-sedu. Ethan kini lebih fokus melihat hasil karya yang Hubert lakukan. “Hubert, kau pikir ini zaman perbudakan? Kau telah membuat saksiku terluka. Jika kedepannya ku temukan kau melakukan ini lagi, akan ku kirimkan peti matimu kepada keluargamu
Rosalie yang baru turun dari mobil segera menghampiri Evelyn yang masih berdiri di depan teras dengan wajah berang. "Dasar Cucu menantu kampung! Apa yang sedang kamu lakukan di teras sambil berjoget-joget tadi, hah?" tegur Rosalie dengan mata melotot. Evelyn tersenyum lebar, "aduh, Nenek, bicaranya jangan sampai melotot begitu. Nanti jatuh bola matanya, Nek!" Celetuk Evelyn. "Kau ini senang sekali mengataiku! Memang ya, dasaran orang kampung itu susah! Ditanya malah mencibir!" kesal Rosalie. Evelyn tertawa, "Aduh maaf Nyonya Tua! Soalnya aku terlalu gembira malam ini! Jadi, ya... kesannya, ingin dibuat happy!" sahut Evelyn acuh. Rosalie menyeritkan alisnya, "gembira?"Evelyn mengangguk polos, "ya… karena Ethan, Cucu Nyonya tua penguasaan ubur-ubur api mengajak upik abu ini dinner di restoran mewah!" sahut Evelyn. Rosalie menatap sinis, "hanya mengajak makan saja kamu sampai berjoget seperti orang gila! Oh… iya, kamu kan lahir di kandang sapi. Tiap harinya makan rumput dan mie ins
"Anu… itu…," Suara Evelyn tercekat saat wajah Ethan terlalu dekat. Seribu kali Evelyn mengatakan dia tidak tertarik dengan pria yang mencengkram dagunya adalah bohong. Evelyn, selalu terpesona dan selalu berdebar saat berdua dengan Ethan.Cahaya lampu redup di dalam mobil menciptakan aura ketegangan di sekitar mereka. Ethan, menatap wajah Evelyn dan dirinya dapat merasakan getaran aneh dalam dirinya. Wajah Evelyn yang indah dan tatapan polos wanita itu, selalu memikat membuat hati Ethan berdebar dengan cepat."Evelyn," gumam Ethan dengan suara yang hampir tak terdengar, matanya masih terpaku pada wajah Evelyn. "Kamu... kamu begitu istimewa bagiku."Evelyn merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat mendengar kata-kata itu. Dia merasakan getaran tak terduga dalam dirinya, membuatnya kikuk dan gugup. Namun, ada keinginan yang tumbuh di dalam dirinya, keinginan untuk merasakan kelembutan bibir Ethan di atas bibirnya.Tanpa sadar, Ethan mendekatkan wajahnya perlahan ke arah Evelyn. Bibir
"Permisi, Nyonya Besar Rosalie. Bolehkah saya melaporkan sesuatu yang penting mengenai cabang minimarket di pinggiran kota?"Seorang asisten yang setia bekerja di sebuah cabang minimarket di pinggiran kota merasa perlu melaporkan keadaan yang tidak menguntungkan kepada Rosalie. Cabang minimarket tersebut mengalami kerugian dan menghadapi kesulitan dalam menjaga keberlanjutan operasionalnya. Asisten tersebut memutuskan untuk menghadap Nyonya Besar Rosalie dan memberikan laporan detail tentang situasi tersebut."Tentu, ada apa? Ada masalah apa yang kamu temui?"Rosalie duduk di gazebo taman belakang sambil menikmati secangkir teh panas. "Saya ingin melaporkan bahwa cabang minimarket kita di pinggiran kota mengalami kerugian yang cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Penjualan menurun drastis, dan kami kesulitan untuk mencapai target."Rosalie terkejut. Dia pikir, semua cabang tidak ada masalah. Bagaimana Ethan mengelolah perusahaan? Sedangkan cabang yang bermasalah pun baru d
"Oh… Enaknya! Tubuhku terasa segar!" Evelyn tengah membasahi kepala—tubuhnya di bawah rintik shower dengan ditemani oleh alunan musik yang diputar melalui home theater. Setelah membahas masalah minimarket yang yang bangkrut, Evelyn memutuskan untuk menuju ke kamarnya dan mandi. Karena merasa, tubuhnya terasa begitu lepek. "Aaaaa!" Evelyn begitu terkejut hingga menjerit saat dirinya merasakan ada yang merengkuh tubuhnya dari belakang."Ethan, apa yang kau lakukan di sini?" Evelyn panik saat tahu siapa yang memeluknya."Aku memikirkanmu. Membuatku tidak dapat tidur. Saat aku masuk ke kamarmu, aku tidak menemukanmu. Ternyata kau sedang mandi," bisik Ethan saat dagunya menopang pada bahu Evelyn. Evelyn merasa sedikit risih dengan apa yang Ethan lakukan. Entah dia bisa masuk bagaimana? Pintu kamar sudah terkunci. Dan, Evelyn sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki saat Ethan memasuki kamar mandi yang hanya menggunakan partisi akrilik. "Ethan, kau bisa menungguku di luar. Aku
"Terima kasih, Mama dan Papa," ucap Raizel dengan penuh rasa syukur. "Rai sangat senang bisa pergi ke sekolah bersama kalian."Evelyn dan Ethan saat ini sedang mengantar Raizel ke sekolah pada pagi yang cerah. Tersenyum lebar, Raizel melangkah dengan semangat, merasa bahagia karena hari ini ia diantar oleh kedua orang tuanya."Penting bagi kami untuk mendampingimu dalam setiap langkahmu, Nak," jawab Evelyn sambil mengelus lembut rambut Raizel. "Kami selalu ingin melihatmu tumbuh dan berkembang dengan baik." sambung Evelyn."Ya, Rai. Kami selalu mendukungmu dalam segala hal," tambah Ethan dengan senyuman hangat. "Jangan lupa belajar dengan tekun dan jadilah anak yang baik di sekolah. Awas, jangan nakal dan jangan berkelahi.""Baik, Papa!" jawab Raizel.Bersama-sama, mereka berjalan menuju gerbang sekolah dengan penuh semangat dan harapan untuk hari yang menyenangkan. Sesampainya di gerbang sekolah, Ethan dan Evelyn menghentikan langkah mereka. Raizel memutar tubuhnya. "Mama, Papa, Rai
Alice yang mendapatkan kabar tentang Evelyn yang diangkat menjadi Direktur. Dengan emosi yang tinggi, Alice dengan geram membanting gelas yang ia genggam."Bisa-bisanya wanita bau sapi itu menjadi Direktur? Apa Ethan sudah gila?" Elsa yang duduk di berhadapan dengan Alice menyunggingkan senyumannya saat ia telah berhasil membuat Alice murka. "Nyonya Alice, anda cantik, seksi, berpendidikan tapi sungguh disayangkan jika semua diambil oleh wanita pemerah sapi!" Elsa menyindir. Elsa berlaku demikian agar Alice segera mengambil tindakan. Dia, ingin melihat perseteruan antara keponakan angkatnya dengan wanita angkuh di hadapannya ini. Alice yang merasa tersindir, berdiri dari duduknya. "Plak!" dengan geram, Alice menampar pipi Elsa. "Kau membandingkan aku dengan siapa Elsa? Sadar dengan statusmu. Dasar penjilat!" Alice memekik dengan amarah. Elsa tersenyum sinis saat mendapatkan tamparan itu. Ia melirik tajam ke arah Alice yang masih berdiri di hadapannya. "Jika kau mampu bersaing deng
"Raizel, sini!" Raizel yang baru pulang sekolah, kelimpungan mencari asal dari mana asal suara yang memanggil namanya. "Tuan kecil, Paman di sini!" David datang menghampiri Raizel. "Oh… Paman, maaf! Paman seperti benda yang tak kasat, makanya, Rai tidak melihat kehadiran Paman!" seru Raizel. "Hantu, dong?""Ya… seperti itulah kira-kira, Paman!"David terkekeh mendengar celoteh Raizel. Dia menggandeng tangan mungil Raizel menuju ke arah mobil. Setelah menaiki mobil, David segera memasang sabuk pengaman pada tubuh Raizel. "Paman…," panggil Raizel. David yang akan menginjak pedal gas itu pun menjawab, "iya, Tuan kecil, ada apa?" "Hmm… kira-kira, Mama dan Papa akan berpisah lagi atau tidak, Paman?" Beberapa detik David terdiam sepertinya, Tuan Kecil itu mempunyai ketakutan tersendiri dengan kedua orangtuanya. Namun David juga bingung harus menjawab bagaimana. "Paman tidak tahu, Tuan kecil," ucap David. "Kenapa Paman tidak tahu? Padahal, Pamankan orang dewasa. Seharusnya, Paman me