Ethan mempercepat langkah kakinya saat pandang Ethan melihat wanita yang sudah lama mengusik pikirannya. Hal yang lebih mengejutkan untuk Ethan saat melihat Evelyn tengah menuntun seorang Anak kecil laki-laki bersamanya.
"Ethan," Alice menahan tangan Ethan saat arah Etha berjalan salah arah.Ethan menoleh. "Lepas!" tekannya."Aku sudah lapar," renggek Alice."Kamu masuk terlebih dulu. Aku akan menyusul.""Aku maunya bersama denganmu."Ethan yang jengkel dengan sikap Alice menepis tangan Alice yang tengah mengalungkan tangannya di lengan Ethan."Pergi sendiri, aku ada urusan." kesal Ethan.Saat Ethan memutar tubuhnya, ternyata Evelyn sudah tidak ada dari pandangan. Iris mata Ethan liar menjamah keadaan."Kemana...—"Suara Ethan terhenti saat melihat seorang pria merangkul pundak Evelyn. Dari jauh terlihat Evelyn tersenyum kepada pria itu dengan senyum yang begitu bahagia."Ternyata sudah ada pria yang lain," Gumamnya Lirih.Alice menghampiri Ethan lalu menatap kemana pandangan Ethan tertuju dan menatap wajah Ethan secara bergantian. "Kau melihat apa?"Ethan sedikit tersentak. "Tidak ada," jawabnya."Ayo, aku benar-benar sudah lapar." ajak Alice.Tanpa merespon ucapan Alice, Ethan memutar tubuhnya lalu melangkah yang disusul oleh Alice.***Saat ini Evelyn pergi ke pusat kota tidak hanya dengan Raizel. Evelyn juga ditemani oleh Rully. Pria yang menjadi langganan Susu sapi yang diproduksi di tempat peternakan Evelyn."Bagaimana, Rai sudah kenyang?" Tanya Rully membuka obrolan.Raziel menengadahkan wajahnya menatap Rully lalu memengangguk. "Terimakasih, Paman, karena sudah mengajak Rai sama Mama," ucapnya.Rully mengusap kelapa Raizel dengan gemas. "Sama-sama, Sayang," ucap Rully. "Habis ini, Rai mau kemana lagi? Mumpung kita sedang di Kota. Nanti Paman temani," sambung Rully bertanya.Raizel menoleh ke arah Evelyn. Karena bocah kecil itu takut jika Evelyn akan memarahinya jika meminta atau melakukan sesuatu yang aneh."Rai sudah puas, 'kan jalan-jalannya? Kalau begitu kita pulang, ya," ucap Evelyn.Sebenarnya tidak ingin jika mereka merepotkan Rully. Apalagi ke kota, mereka menumpang di mobilnya Rully."Baik, Ma. Kita pulang saja. Rai juga sudah mengantuk," jawab Raizel yang mengerti maksud Evelyn.Tiba-tiba Rully menarik tangan Raizel. "Rai, ayo temani Paman ke Wahana permainan." Ajak Rully."Tapi Paman, bagaimana dengan Mama?""Mama juga ikut—""Raizel sama Paman Rully saja, Mama tunggu di sini, ya!" potong Evelyn.Rully menatap ke arah Evelyn. "Benar kau tidak ikut?""Tidak, kalian saja yang pergi. Aku titip Raizel, ya!" uap Evelyn."Ya sudah, aku akan pergi bersama Raizel. Jika kamu bosan kamu bisa menyusul kami," ucap Rully.Evelyn pun tersenyum lalu membungkuk sambil mengusap pipi Raizel. "Sayang, jangan nakal, ya, ingat! Jangan merepotkan Paman Rully." Evelyn mengingatkan."Baik," jawab Raizel. "Cup!" satu kecupan singkat Raizel berikan di pipi Evelyn. "Rai, pergi ya, Ma!" pamit Raizel."Iya sayang!" jawab Evelyn.Rully meraih tubuh Raizel ke dalam gendongan lalu membawa tubuh mungil itu. Evelyn menatap punggung dua pria itu dengan senyuman.'Ethan, lihatlah, Anakmu kini sudah besar,' Evelyn membatin.Evelyn pun memutuskan untuk menunggu Raizel di sebuah Cafe yang tak jauh dari tempat Evelyn berdiri. Saat sedang melangkah, pandangan Evelyn tertuju pada toko perhiasan.'Apa aku beli perhiasan untuk jaga-jaga? Jika uang hanya dibiarkan, aku takut kedepannya akan habis tanpa hasil,' Evelyn berpikir sambil iris matanya menatap ke arah toko.Setelah bergelut dengan kata hati, akhirnya Evelyn memasuki toko perhiasan tersebut. Saat tiba di dalam toko, pandangan Evelyn tertuju ke arah sekumpulan orang."Ck, hanya toko kecil seperti ini kalian meremehkanku? Apa kalian ingin memeras pembeli, hah!"Terdengar seorang wanita sedang memaki. Merasa penasaran apa yang sedang terjadi, Evelyn menuju ke arah kerumunan orang-orang itu."Permisi, apa yang terjadi?" tanya Evelyn kepada seseorang di antara kerumunan itu.Seorang wanita pun menoleh. "Oh, itu ada wanita yang mengamuk karena tidak dapat membayar perhiasan yang akan dibeli," jawab Wanita itu.Dengan rasa penasaran maksimum, Evelyn kembali menerobos kerumunan karena ingin melihat sosok yang sedang berteriak-teriak seperti seseorang yang sedang kesurupan.Deg!Saat tiba di barisan paling depan, pupil mata Evelyn pun melebar. "Ternyata dia," Gumam Evelyn."Cih, ternyata wanita ini yang sedang bertengkar dengan karyawan toko," Gumam Evelyn.Pandangan Evelyn tertuju kepada seorang Karyawan yang sedang dimaki-maki. "Rena? Apa dirinya sudah pindah kerja ke toko perhiasan? Kenapa dia dimaki-maki oleh bibiku?" Gumam Evelyn.Wanita yang sedang memaki karyawan itu adalah Elsa Kendrick, Elsa merupakan bibi Evelyn yang telah menjebak Evelyn saat kejadian 2 tahun yang lalu. Saat itu, Evelyn masih bekerja sebagai Cleaning service di sebuah hotel. Malam itu, hotel dimana Evelyn bekerja sedang merayakan pesta pertunangan Ethan dan Alice. Tapi, sebuah insiden yang tak terduga terjadi antara Ethan dan Evelyn hingga skandal satu ranjang antara Evelyn dan Ethan pun tersebar di Media. Hal itu juga yang membuat Alice meninggalkan Ethan dan Ethan yang terpaksa menikahi Evelyn untuk menjaga reputasi nama dari Grup Zoldyck karena desakan publik. Tidak di sangka ternyata itu adalah perbuatan Bibinya yang ingin menjual Evelyn kepada pria tua. Namun Evelyn terb
Evelyn yang tidak terima telinga buah hatinya dijewer oleh Elsa, membuat Evelyn melayangkan sebuah tamparan di pipi Elsa dengan kuat.Hingga suara renyah dari tamparan yang Evelyn berikan membuat semua pengunjung terbelalak menatap ke arah Evelyn.Evelyn menatap Elsa dengan tatapan berapi-api. "Kau siapa? Apa kamu pantas memberikan hukuman kepada Anakku, huh?" pekik Evelyn. "Evelyn kau, berani kau menamparku?" ujar Elsa sambil memegangi pipinya. Evelyn menatap ke arah Raziel. "Nak, kemari!" panggil Evelyn.Raziel pun berlari yang langsung memeluk kaki Evelyn. Evelyn mengalihkan pandangannya kepada Elsa. "Jangan kamu kira aku ini Evelyn yang dulu yang dapat kamu manfaatkan. Jika kau berani menyentuh Anakku, jangankan pipimu, jarimu juga akan aku patahkan, mengerti?" Tekan Evelyn. Evelyn kemudian berjongkok, memeluk tubuh Raziel lalu menangis tersedu-sedu. "Nak, maafin Mama. Karena Ayahmu sudah terlindas truk, Mama harus membesarkan dirimu dengan begitu keras, sehingga orang-orang d
"Aku yang akan membayar perhiasan itu!" Suara bariton, derap langkah pasti dengan badan tegap menerobos kerumunan para pengunjung. Melihat siapa yang datang, para pengunjung yang berada di toko itu segera membungkuk memberi hormat. Begitu juga para karyawan toko. Evelyn, begitu terkejut ketika melihat siapa yang datang. Tidak menyangka jika dirinya harus bertemu dengan lelaki yang tidak ingin dirinya temui. "Ethan Zoldyck?" "Demi apa, Pemimpin Grup Zoldyck berkunjung ke tempat seperti ini?" Bisik-bisik terdengar dari mulut-mulut para pengunjung. Mereka memberi jalan kepada pria yang terlihat angkuh itu berjalan tanpa diperintah. 'Kenapa manusia Es itu berada di sini?' gumam Evelyn memutar tubuhnya. Mencoba menyembunyikan wajahnya dari Ethan. Rully yang menyadari perubahan sikap Evelyn pun bertanya. "Apa kamu mengenal pemimpin Grup dengan saham terbesar yang berdiri di sana?" Evelyn menggeleng. "Aku tidak mengenalinya. Ayo, pergi dari sini." Evelyn menarik tangan Rully yang masi
Kedatangan Alice membuat Ethan melepaskan cengkraman dari pergelangan tangan Evelyn. Evelyn yang tidak menyia-nyiakan kesempatan, segera berlari dengan cepat meninggalkan Ethan. "Evelyn...—" Saat Ethan berteriak, suaranya tercekat di tenggorokan saat Alice menahan pergelangan tangan Ethan. Ethan melihat punggung Evelyn sudah menjauh dari pandangannya membuat Ethan mengeram emosi. Ethan mengalihkan pandangannya ke arah Alice. "Sudah ku katakan, tunggu aku di mobil! Lantas, kenapa kamu kemari?" Bentak Ethan kepada Alice. "Ethan, aku ini Istrimu. Bisakah kau tidak berteriak di depan wajahku? Kau pergi hanya mencari wanita sialan itu, huh!" Kesal Alice. "Iya, kau memang Istriku. Tapi, semakin lama, kau menjadi seorang Istri yang sungguh menyebabkan!" Sentak Ethan berlalu dari Alice. "Ethan, Tunggu!" Alice mencoba menahan lengan Suaminya. Alih-alih menoleh, Ethan malah menepis tangan Alice dengan kasar. Sudah 6 Tahun lamanya, sejak Alice menikah dengan Ethan namun Ethan yang Alice
Seorang wanita berusia 60 Tahun turun dari semua mobil saat seorang pria membukakan pintu mobil tersebut. Wanita dengan penampilan mentereng melangkahkan kaki menuju ke arah bangunan di hadapannya. "Selamat datang Nyonya Besar!" para pelayan di Mansion Zoldyck memberi hormat. Rosalie Zoldyck, adalah Nenek dari Ethan Zoldyck. Wanita sepuh yang memegang kendali atas nama Grup Zoldyck yang kini dipimpin oleh Ethan."Dimana Cucuku? Panggil Cucu tidak tahu diri itu. Apakah, dia tidak ingin menyambut Neneknya?" Celetuk Rosalie. "Tuan Muda sedang berada di dalam ruang kerjanya, Nyonya. Silahkan anda duduk terlebih dulu. Saya akan memanggil Tuan untuk segera menemui Nyonya," Ucap Asisten Ethan. Rosalie, menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Selang beberapa menit, beberapa pelayan datang membawakan minuman kepada Nyonya Tua yang kini sedang duduk."Panggil segera, aku ingin bicara dengannya," ucap Rosalie. David membungkuk. "Baik, Nyonya." David pun berlalu. Sedangkan di ruangan yang memilik
[Aku hanya ingin menyampaikan ini padamu. Jika kau mengerti, aku akan menunggu kedatanganmu di Pesta acara ulang tahun Bibi yang akan diadakan 2 hari lagi.] Setelah berucap demikian, Elsa memutuskan sambungan teleponnya tanpa menunggu tanggapan dari Evelyn. Beberapa saat Evelyn tak bergeming, saat perasaan ketakutan kini menelusup di diri Evelyn. Diana segera berdiri dari kursi, menghampiri Evelyn yang masih terdiam. "Nak, siapa yang menolongmu? Kenapa wajahmu terlihat begitu panik?" tanya Diana. Evelyn tersentak dengan cepat menoleh. "Bu, Elsa menelponku," ucap Evelyn. "Bagaimana dia mendapatkan nomor ponselmu?" Evelyn menggeleng. "Aku tidak tahu. Elsa memintaku untuk datang ke acara ulang tahun Bibi ke-2. Aku takut jika Rai akan dimanfaatkan," ucap Evelyn. Raziel yang sedang mewarnai buku gambarnya pub berdiri saat melihat wajah Ibunya bersedih. Ia pun memeluk kaki Evelyn. "Mama, apa yang terjadi?" tanya Raizel sambil mendongakkan wajahnya menatap Evelyn. Evelyn berjongkok,
"Ayo Nak, segera sarapan! Kamu harus ke sekolah!" Evelyn berteriak dari arah tangga. "I'm Coming, Mom!" Raziel dengan kaki mungilnya berlari. "Hati-hati, Sayang jangan sampai jatuh." Raizel sudah tiba di depan Evelyn. Evelyn menggenggam tangan mungil Raziel, menuntun tangan itu ke arah meja makan. "Mama, kenapa aku baru tahu, kalau Mama itu seorang wanita perkasa." Ucapan Raziel membuat Evelyn menghentikan langkahnya lalu menatap buah hatinya saat dirinya sedang menggandeng tangan mungil itu. "Maksud Rai seperti apa? Kenapa mengatakan Mama wanita perkasa?" "Iya, karena kalau di sekolah, Rai suka dipaksa sama Bu Guru untuk menulis dan menjawab pertanyaan darinya.""Jadi maksud Rai, Rai tidak suka belajar?" "Bukan, Ibu guru itu Wanita pemaksa dan Mama adalah wanita perkasa karena tidak memaksa." "Hahaha... Ya ampun Rai, jadi hanya masalah itu? Mama pikir karena Mama suka memarahimu. Jadi ku mengatakan Mama ini Wanita perkasa. Ya sudah, ayo kita sarapan." ajak Evelyn. Ibu—Anak
Terbangun dari tidur, pria Arogan itu menuju ke arah dapur meminta para pelayan untuk membuatkan kopi dan segera diantar ke ruang kerjanya. Selama berjalan ke arah dapur, Ethan tidak menemukan keberadaan Alice. "Hei, kalian, apa kalian melihat Alice?" tanya Ethan kepada para pelayan sebelum dirinya melangkah ke ruang kerjanya. "Nyonya, Alice? Sepertinya pagi-pagi sekali Nyonya sudah pergi, Tuan," jawab pelayan itu. Ethan mengerutkan alisnya. "Pergi? Tidak biasanya wanita manja itu bangun pagi," gumam Ethan yang kemudian melangkah. Ethan dan Alice, walaupun sudah menikah setelah beberapa bulan Ethan menceraikan Evelyn, mereka berdua tidaklah sekamar. Sebab, pertengkaran selalu terjadi di antara mereka berdua hanya karena Alice selalu mengungkit masalah Ethan dan Evelyn.Alice, selalu membanding-bandingkan dirinya dengan Evelyn. Membuat Ethan kerap kali berlaku kasar kepada Alice. Tidak tahan dengan sikap Alice, Ethan akhirnya memisahkan diri dari Evelyn. Kini Ethan mulai menyalakan
Beberapa minggu kemudian, keluarga ini mulai mempersiapkan perayaan ulang tahun Raizel yang ke-7 di panti asuhan yang sebelumnya dijanjikan oleh Evelyn. Tak ingin mengecewakan Raizel, Evelyn dan Ethan, Rosalie, Diana serta Kakek James saling bahu-membahu menyiapkan berbagai perlengkapan dan makanan untuk pesta tersebut."Sayang, apa kamu yakin makanan ini cukup untuk semua anak-anak di panti asuhan?" tanya Evelyn khawatir pada suaminya.Ethan tersenyum, meyakinkan istrinya. "Tenang saja, sayang. Aku sudah berbicara dengan pengelola panti asuhan, mereka menyediakan makanan tambahan jika dibutuhkan. Jadi, semua anak pasti akan kenyang."Di hari H, keluarga ini tiba di panti asuhan dengan membawa berbagai perlengkapan pesta dan makanan. Mereka disambut hangat oleh pengelola panti asuhan dan anak-anak yang tinggal di sana."Selamat datang, Tuan Ethan, Nyonya Evelyn, dan keluarga!" sambut salah satu pengelola. "Terima kasih banyak atas kebaikan hati kalian merayakan ulang tahun Raizel bers
Kehamilan Evelyn menjadi berita yang membawa berkah bagi keluarga ini. Raizel begitu bahagia ketika mengetahui akan memiliki adik. Diana dan Rosalie pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka dengan hadirnya calon anggota keluarga baru."Seharusnya kita merayakannya!" seru Rosalie ketika semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu."Aku setuju!" sahut Diana, "Terlalu lama kita tidak merayakan sesuatu yang istimewa. Mari kita mengadakan pesta kecil untuk merayakan kebahagiaan ini."Semua anggota keluarga pun bersemangat untuk mempersiapkan pesta tersebut. Mereka semua bekerja sama, menghias rumah dengan balon berwarna-warni dan bunga-bunga indah. Diana dan Rosalie mengatur menu makanan untuk pesta tersebut, sementara Evelyn dan Ethan mengundang beberapa sahabat dekat mereka untuk merayakan momen bahagia ini bersama-sama."Huek!" disaat pesta sedang berlangsung, Ethan mengalami mual yang hebat. Evelyn yang melihat hal itu pun segera meletakkan makanannya dan mengusap punggung s
"Bulannya, indah, ya," ucap Evelyn saat dia dan Ethan kini duduk di atas balkon sambil menatap langit malam. "Iya, seperti kamu. Yang selalu bersinar dalam kegelapan hidup seseorang," sahut Ethan yang saat ini dirinya sedang memeluk tubuh Evelyn dengan erat dari belakang sambil memandang langit yang sama. Sudah satu bulan berlalu saat mereka melakukan perjalanan bulan madu. Dan saat ini, kebahagiaan yang mereka rasakan semakin tajam. Mereka saling melengkapi, bagaikan potongan-potongan puzzle yang sempurna."Evelyn, masih ingat masa-masa sulit yang kau hadapi?" tanya Ethan sambil tersenyum."Tentu saja, aku masih ingat bagaimana kamu menceraikanku. Aku menangis di tengah jalan saat hujan lebat. Dan, kau tidak tahu betapa sulitnya saat aku mengetahui jika aku hamil. Merangkak dan tertatih," jawab Evelyn dengan nada yang sedih. Ethan kemudian melepaskan pelukannya, berdiri tepat di depan Evelyn. "Maaf karena sikapku dulu pada separah itu. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," uca
"Yey! Mama sama Papa pulang, pasti Rai dibawakan oleh-oleh Adik!" seru Rai sore ini, dia tampak bersemangat. Diana datang membawakan segelas coklat panas dan beberapa cemilan ke arah gazebo di taman depan. Sambil memperhatikan Raizel bermain-main ditemani oleh Manda. "Sayang! Ayo, sini, Nenek bawakan coklat panas!" Diana berteriak. Anak itu segera menoleh, dia pun menjawab, "ya ... Nek!" Raizel berlari dengan senyum yang merekah menuju ke arah Diana, di belakangnya disusul oleh Manda. "Nenek, sebentar lagi, Mama sama Papa akan pulang, kan?" tanya bocah itu antusia. Melihat keringat dari dahi cucunya itu menumpuk, Diana segera menggosoknya dengan telapak tamgan sambil menjawab, "iya, memangnya, Rai menunggu apa?" tanya Diana. "Kata Tuan kecil, dia sedang menunggu kedatangan tuan muda dan nyonya muda. Karena akan membawa Adik!" Manda mencoba menimpali. Diana terkekeh. Bisa-bisanya Raizel berpikir kalau buat adik sama seperti kita membuat adonan kue yang langsung jadi. "Rai Sayang
Ethan melepaskan kimononya, dengan tubuh polos itu, dia melangkah ke arah pemandian air panas yang terlihat mengepul, dia segera merendamkan tubuhnya. Dan perasaan nyaman pun mengalir di tubuhnya saat air panas tersebut mengenai permukaan kulitnya. "Oh … nyaman sekali." Ethan bergumam sambil memejamkan matanya, meresapi setiap sentuhan hangat dari air.Evelyn, dengan malu-malu melangkah ke arah pemandian air panas itu dengan kimono yang masih menempel di tubuhnya.Evelyn pun melucuti kimono yang dia. Dan tubuh polos itu pun terlihat bercahaya tertimpa sinar rembulan. Evelyn pun berkata, "Ethan, aku sudah siap." Ethan yang mendengar suara Evelyn pun membuka matanya. dia dapat melihat Istrinya itu berdiri di sisi kolam pemandian Air panas dengan penuh tatap keanggunan.Ethan tersenyum lalu berkata, "Evelyn, jangan sungkan-sungkan. Kolam air panas ini akan merilekskan otot-otot kita yang tegang setelah berkelana seharian, ayo! Kemari." ajak Ethan.Evelyn tersenyum tipis, kemudian melan
Kyoto-Jepang;"Whoa, Sayang, lihat! Ini begitu cantik!" seru Evelyn sambil berlari dengan kimono di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Ethan dan Evelyn memilih Jepang untuk bulan madu mereka. Karena Evelyn suka dengan keindahan bunga sakura. Apalagi waktu senja dari klenteng puncak Kyoto menatap ke arah gunung Fuji. Itu sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. "Hati-hati, nanti kau tersandung, Evelyn!" Seru Ethan. Ethan memperhatikan tingkah Evelyn itu dengan riang. Perasaannya begitu bahagia saat melihat istrinya itu begitu bersemangat. Ethan segera menyusul Evelyn. Saat berjalan beriringan, Ethan menggenggam tangan Evelyn dan berjalan di bawah pohon-pohon sakura. "Setelah ini, kita mau kemana?' tanya Ethan sambil melangkah. Evelyn merenung beberapa detik. Dia memikirkan sesuatu. "Aku ingin pergi ke kuil, Kinkaku-ji, Kiyomizu-dera, dan Fushimi Inari-taisha!" seru Evelyn dengan semangat. Ethan mengusap kepala Evelyn. "Kamu maruk sekali, ya, Sayang! Masa mau dikunjungi semu
"Ya, Sayang, itu adalah Mama kamu. Mama yang menjadi malaikat untukmu. Malaikat yang nyata yang merawatmu disaat Papa tidak berada di sisimu," ungkap Ethan peru haru. Ethan menahan tangis harunya. Saat melihat Evelyn begitu anggun. Lorong waktu kenangan dimana dia menghina Evelyn dan mengusir Evelyn layaknya seorang anjing jalanan membuat penyesalan kini merajai. Dia tidak tahu, sekuat apa Evelyn didera kesedihan saat dia mengusir Evelyn. 'Kau wanita hebat, kau layak untuk mendapatkan semuanya, Evelyn. Kali ini, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan wanita sepertimu. Aku akan menebus semua kesalahanku di masa lalu dan membuka masa depan yang indah bersama dirimu dan Anak kita.' Batin Ethan. Sementara di tempat Evelyn, James menyambut putrinya itu dengan wajah sendu. Mengingat bagaimana dirinya memperlakukan anak angkatnya itu. Akan tetapi, Evelyn mampu berdiri tegak layaknya batu karang yang terus terhantam ombak. "Apakah kau sudah siap?" tanya James sebelum menuntut putrinya itu k
Seperti bunga yang mekar di kebun yang subur, Evelyn memancarkan keindahan yang menakjubkan dengan gaun pengantin mewahnya. Saat memandang wajahnya di cermin, ia takjub akan kecantikannya yang mempesona. Namun, di balik kilau cahaya itu, gelombang gugup bercampur dengan degupan jantung yang memekakkan telinga. Ya, ini adalah hari di mana dua jiwa akan bersatu dalam ikatan pernikahan: Evelyn dan Ethan. Asisten Evelyn yang setia, Manda, bertepuk tangan menahan kagum, sementara Diana, menahan tangis bahagia yang menggenang di dalam hatinya.Evelyn menghela nafas, dia memutar tubuhnya dan menatap ke arah Diana. "Bu, rasanya seperti ribuan kupu-kupu berseliweran di perutku, benar-benar gugup! Bagaimana kalau aku tersandung saat berjalan nanti?" ungkap Evelyn. Diana menyeka air mata, sambil tersenyum. "Evelyn, sayangku, kupu-kupu itu adalah rasa cintamu yang menjelma menjadi kegembiraan. Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat dan semua akan berjalan dengan lancar. Percayalah, saat kamu me
"Wow, Rully! Danau ini sangat indah! Aku tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya!"Senja mulai menjelang di Danau Aloeran, dan langit kini tampak berubah menjadi merah jingga yang damai. Rully dan Amelia kini berdiri menatap ke arah danau yang keindahannya tersembunyi oleh rimbunnya pepohonan dan belukar. Saat mereka tiba, mereka disambut oleh angin serta gemericik air dan burung-burung berkicau bersahut-sahutan, menciptakan suasana yang begitu sempurna.Rully tersenyum dan berkata, "Amelia, ini yang ingin aku tunjukan padamu. Danau ini benar-benar tersembunyi, sangat jarang orang yang tahu tempat ini. Ini adalah tempat dimana aku menghilangkan stres dan mengagumi keindahan Sang Pencipta."Amelia menoleh, menatap pria yang berdiri di sampingnya dengan pandangan lurus ke depan. "Apakah kau sering membawa Evelyn kemari?" tanya Amelia, di hatinya terbesit sedikit rasa cemburu. Rully tersenyum kemudian menundukkan kepalanya. Mengingat betapa indah kenangan dirinya bersama