"Selamat tidur," Jawab Ethan saat Raziel mengucapkan selamat tidur untuknya. Raziel menutup mata. Mencoba memfokuskan diri untuk dapat tidur dengan lelap. Saat itu, Ethan mengamati wajah Raizel dengan seksama. Tanpa sadar, telapak tangan Ethan terulur di pipi gembul milik Raizel. "Good Night And Sweet Dream, Baby," ucap Ethan sambil mengecup dahi Raziel. Ethan berbaring di sisi tubuh Raizel. Pandangannya nalar ke arah langit-langit kamar. Lagi-lagi, Siluet Evelyn bermain-main dipikirkannya. "Evelyn, kau mendidik Anak ini dengan sangat baik. Tidak seperti diriku yang selalu kasar, Raizel tumbuh menjadi seorang Anak yang begitu lembut," gumam Ethan sambil tersenyum. **Raziel yang masih mengenakan piyama kini sudah duduk di kursi dimana meja makan berada, ini kali pertama Raziel sarapan bersama Ethan. Di seberang meja paling ujung, Alice menatap Raziel dengan pandangan tidak suka. 'Anak ini, akan menjadi penghalangku dengan Ethan. Aku harus menyingkirkan Anak ini terlebih dulu. Y
Sebelumnya di kediaman Ethan, Ethan menitipkan Raizel kepada pengasuh yang baru saja dipekerjakan agar Raizel ada yang menjaga sampai hasil tes DNA keluar. "Aku pergi. Kamu di sini bersama Bibi Manda. Setelah pulang dari kantor, kita pergi jalan-jalan untuk membeli beberapa perlengkapan," Ucap Ethan. "Ya, baik Paman. Aku akan menunggu," Jawab Raizel. Ethan mengusap kepala Raizel lalu pandangannya tertuju kepada Manda yang akan menjaga Raizel. "Pantau dia dengan baik," ucap Ethan kepada Manda. "Baik, Tuan," jawab pengasuh tersebut. Ethan segera berlalu dari kamar di mana Raizel berada. Manda, menatap ke arah Raziel sambil memperlihatkan wajah yang ramah. "Sayang, kamu mau main? Bibi temani ya—"Daun pintu di kamar itu terbuka disertai bunyi yang begitu keras. Raizel dan Manda pun menoleh, dari arah pintu yang terbuka, Alice berjalan dengan wajah Emosi. "Hei, Anak wanita tidak tahu diri, berdiri dari tempat tidur, sekarang!" sentak Alice kepada Raizel yang duduk di bibir ranjang.
Alice terkesiap saat melihat kehadiran Rully yang datang tiba-tiba. Kakinya buru-buru ia hentikan saat tadinya ia ingin menginjak punggung Evelyn. Rasa khawatir, membuat Rully mempercepat langkahnya menghampiri Evelyn. Sebelum ia membantu Evelyn, Rully menatap nyalang ke arah Alice. "Apa yang kau lakukan di sini?" suara Rully terdengar sedikit menyentak."Aku hanya memberitahu Evelyn jika Ethan akan mengambil Raizel," Jawab Alice, sambil memberikan pandang angkuh kepada Rully. Pria yang kini sedang menatapnya dengan tajam. "Oke, aku hanya menyampaikan hal itu, aku pamit." tambahnya berlalu begitu saja melewati tubuh Rully.Sepergian Alice, Rully berjongkok membantu tubuh Evelyn berdiri. "Apa wanita tadi menyakitimu?" tanyanya dengan rasa khawatir. Evelyn yang sudah berdiri menatap Rully dengan kegelisahan. Bahwa saat ini ia begitu takut dengan ucapan Alice. Rully yang menyadari bagaimana perasaan Evelyn pun mengelus pipi Evelyn. "Tenangkan dirimu, Evelyn. Kita ke kantor Polisi. Mem
"Oh… Tuhan!" Mendengar suara tembakan yang begitu menggelegar, Evelyn sampai menjatuhkan ponselnya saat dirinya sedang menerima telepon dari Ibunya. Tangan yang gemetar itu, mencoba meraih benda pipi yang jatuh di kolong dasbor mobil. Raizel begitu ketakutan saat melihat 2 mobil mencoba memepet mobil Rully dari sisi kiri—kanan. "Mama, tadi bunyi apa?" Suara Raizel terisak. Selama ini, Raizel tidak pernah mendengar bunyi suara tembakan. Tidak hari ini, membuat wajah Anak berusia 6 tahun itu tampak pucat pasih. Sedangkan di posisi Rully, Rully menginjak pedal gas semakin dalam ketika 2 mobil hitam Ceper metalik itu sedang mencoba memepet mobil yang ia kendarai.Jalanan sepi dan hanya ditumbuhi pepohonan di bahu kiri-kanan jalan tanpa ada rumah penduduk, membuat aksi saling kejar-kejar tersebut tidak menjadi pusat perhatian."Rully, apa yang harus aku lakukan?" panik Evelyn sambil memeluk tubuh Raizel yang sedang bergetar hebat di dalam pelukannya."Tenang, Evelyn. Aku sedang berpiki
"Berikan Anak itu kepadaku!" Ethan kini mencoba merebut paksa Raizel dalam dekapan Evelyn. Evelyn dengan sekuat tenaga tidak melepaskan pelukannya dari buah hati. Kendati Ethan kini sedang mencoba menekannya, tidak membuat Evelyn takut seperti yang sudah-sudah."Mama… sakit!" Raizel meringis saat Ethan menarik tubuhnya paksa. "Ethan, lepas! Kau menyakiti Raizel. Biarkan Raizel bersamaku!" pekik Evelyn. "Berikan, Evelyn. Raizel akan hidup layak dan terjamin bersamaku!" sentak Ethan. Selama ini, Ethan yang membuangnya, dirinya mengandung, mengasuh dan membesarkan Raizel hanya seorang diri. Di saat Raizel sudah sebesar ini, pria Arogan ini ingin mengambilnya dariku? Evelyn tidak akan membiarkan hal itu terjadi. "No… Paman, lepas! Aku maunya sama Mama! Aku tidak ingin ikut dengan Paman!" Raizel meronta dengan hebatnya saat Ethan berhasil meraih tubuh Raizel dari Evelyn. "Paman? Panggil aku Papa! Aku ini Papu, Rai." Sentak Ethan. Deg! Iris mata Evelyn melebar saat Ethan menyebutkan
Evelyn tersentak saat seorang wanita yang sudah terlihat berumur itu berjalan ke arah Evelyn dengan wajah yang begitu tidak enak dilihat. Plak! Wanita tersebut tiba-tiba saja menampar pipi Evelyn. Evelyn terdiam saat tangan telapak wanita itu mengenai pipi kanannya."Kau Janda yang mempengaruhi Anakku, 'kan? Bisa-bisanya kau membuat Anakku terluka seperti ini. Dasar wanita sial!" maki wanita tersebut yang merupakan Ibunya Rully. Evelyn membungkuk. Evelyn tahu kesalahan yang dirinya perbuat karena telah menyeret Rully dalam problematik yang sedang dirinya hadapi. "Maafkan aku, Bu. Sungguh, aku tidak bermaksud membawa Rully dalam bahaya—" "Pergi sekarang! Jangan menampakan wajah menjijikkanmu lagi di hadapanku atau di depan Rully. Kau itu hanya Janda dan wanita pembawa sial! Tidak pantad kamu dekati Anak saya!" Sentak wanita itu. Ucapan wanita di hadapan Evelyn begitu menyakitkan. Tapi, ucapan wanita tersebut ada benarnya juga. Karena Rully terluka karena dirinya. "Sekali lagi, tol
“Mohon maaf Tuan, jika kami memanggil anda kemari. Karena kami mendapat laporan dari Nyonya Evelyn. Jika anda melakukan penembakan kepada Saudara Rully,” ucap seorang petugas Kepolisian yang kini sudah duduk berhadapan dengan Ethan.Ethan yang duduk berhadapan memasang wajah ketidaksukaannya. Jelas ia marah saat dirinya dilaporkan oleh Wanita yang notabenenya adalah mantan Istrinya sendiri. “Iya, aku menembak pria yang membawa lari Anakku. Aku akan memberikan jaminan untuk kebebasanku. Sebagai gantinya, aku ingin melapor balik.” Petugas itu mengerutkan alisnya mendengar ucapan Ethan. “Melapor mantan Istri anda? dengan tuduhan?” Tanya Polisi tersebut.“Dengan tuduhan menyembunyikan Anak kandungku.”“Tapi, bukankah anda sudah bercerai?”“Yah, tapi dia sengaja melarikan diri dan menyembunyikan dirinya. Jelas aku tidak terima. Dan aku minta, Hak asuh Anak, harus jatuh kepadaku. Karena Anakku jauh lebih terjamin denganku daripada dengan Ibunya.”“Tapi Tuan, Nyonya Evelyn adalah ibu kandun
"Percaya diri sekali kamu menolak tawaranku. Jika demikian, selamat membusuk di penjara. Dan jangan lupakan Anakmu karena Anakmu akan hidup denganku," ucap Alice dengan Sinis. Alice memutar tubuhnya, berlalu meninggalkan Evelyn yang masih berdiri. Kepergian Alice, membuat Evelyn terduduk lunglai di atas lantai penjara yang lembab dan dingin. Entahlah keputusan yang diambil oleh Evelyn adalah keputusan yang baik atau mungkin, dirinya akan kehilangan Raizel. Dan kenyataan yang lebih buruk, Evelyn mungkin tidak akan pernah keluar dari penjara ini. Satu Minggu kemudian, Diana selalu pulang—pergi menjenguk Evelyn. Sama seperti hari ini, Diana tengah mengantarkan beberapa makanan untuk Anaknya itu. "Evelyn, bagaimana jika kita ajukan banding?" tanya Diana membuka obrolan saat dirinya kini berada di ruangan pengunjung."Percuma, Bu, kita tidak akan pernah menang jika yang kita lawan adalah Ethan. Dia punya segalanya, lantas kita?" "Apakah Ethan sama sekali tidak mengunjungimu? Setidakny
Beberapa minggu kemudian, keluarga ini mulai mempersiapkan perayaan ulang tahun Raizel yang ke-7 di panti asuhan yang sebelumnya dijanjikan oleh Evelyn. Tak ingin mengecewakan Raizel, Evelyn dan Ethan, Rosalie, Diana serta Kakek James saling bahu-membahu menyiapkan berbagai perlengkapan dan makanan untuk pesta tersebut."Sayang, apa kamu yakin makanan ini cukup untuk semua anak-anak di panti asuhan?" tanya Evelyn khawatir pada suaminya.Ethan tersenyum, meyakinkan istrinya. "Tenang saja, sayang. Aku sudah berbicara dengan pengelola panti asuhan, mereka menyediakan makanan tambahan jika dibutuhkan. Jadi, semua anak pasti akan kenyang."Di hari H, keluarga ini tiba di panti asuhan dengan membawa berbagai perlengkapan pesta dan makanan. Mereka disambut hangat oleh pengelola panti asuhan dan anak-anak yang tinggal di sana."Selamat datang, Tuan Ethan, Nyonya Evelyn, dan keluarga!" sambut salah satu pengelola. "Terima kasih banyak atas kebaikan hati kalian merayakan ulang tahun Raizel bers
Kehamilan Evelyn menjadi berita yang membawa berkah bagi keluarga ini. Raizel begitu bahagia ketika mengetahui akan memiliki adik. Diana dan Rosalie pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka dengan hadirnya calon anggota keluarga baru."Seharusnya kita merayakannya!" seru Rosalie ketika semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu."Aku setuju!" sahut Diana, "Terlalu lama kita tidak merayakan sesuatu yang istimewa. Mari kita mengadakan pesta kecil untuk merayakan kebahagiaan ini."Semua anggota keluarga pun bersemangat untuk mempersiapkan pesta tersebut. Mereka semua bekerja sama, menghias rumah dengan balon berwarna-warni dan bunga-bunga indah. Diana dan Rosalie mengatur menu makanan untuk pesta tersebut, sementara Evelyn dan Ethan mengundang beberapa sahabat dekat mereka untuk merayakan momen bahagia ini bersama-sama."Huek!" disaat pesta sedang berlangsung, Ethan mengalami mual yang hebat. Evelyn yang melihat hal itu pun segera meletakkan makanannya dan mengusap punggung s
"Bulannya, indah, ya," ucap Evelyn saat dia dan Ethan kini duduk di atas balkon sambil menatap langit malam. "Iya, seperti kamu. Yang selalu bersinar dalam kegelapan hidup seseorang," sahut Ethan yang saat ini dirinya sedang memeluk tubuh Evelyn dengan erat dari belakang sambil memandang langit yang sama. Sudah satu bulan berlalu saat mereka melakukan perjalanan bulan madu. Dan saat ini, kebahagiaan yang mereka rasakan semakin tajam. Mereka saling melengkapi, bagaikan potongan-potongan puzzle yang sempurna."Evelyn, masih ingat masa-masa sulit yang kau hadapi?" tanya Ethan sambil tersenyum."Tentu saja, aku masih ingat bagaimana kamu menceraikanku. Aku menangis di tengah jalan saat hujan lebat. Dan, kau tidak tahu betapa sulitnya saat aku mengetahui jika aku hamil. Merangkak dan tertatih," jawab Evelyn dengan nada yang sedih. Ethan kemudian melepaskan pelukannya, berdiri tepat di depan Evelyn. "Maaf karena sikapku dulu pada separah itu. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," uca
"Yey! Mama sama Papa pulang, pasti Rai dibawakan oleh-oleh Adik!" seru Rai sore ini, dia tampak bersemangat. Diana datang membawakan segelas coklat panas dan beberapa cemilan ke arah gazebo di taman depan. Sambil memperhatikan Raizel bermain-main ditemani oleh Manda. "Sayang! Ayo, sini, Nenek bawakan coklat panas!" Diana berteriak. Anak itu segera menoleh, dia pun menjawab, "ya ... Nek!" Raizel berlari dengan senyum yang merekah menuju ke arah Diana, di belakangnya disusul oleh Manda. "Nenek, sebentar lagi, Mama sama Papa akan pulang, kan?" tanya bocah itu antusia. Melihat keringat dari dahi cucunya itu menumpuk, Diana segera menggosoknya dengan telapak tamgan sambil menjawab, "iya, memangnya, Rai menunggu apa?" tanya Diana. "Kata Tuan kecil, dia sedang menunggu kedatangan tuan muda dan nyonya muda. Karena akan membawa Adik!" Manda mencoba menimpali. Diana terkekeh. Bisa-bisanya Raizel berpikir kalau buat adik sama seperti kita membuat adonan kue yang langsung jadi. "Rai Sayang
Ethan melepaskan kimononya, dengan tubuh polos itu, dia melangkah ke arah pemandian air panas yang terlihat mengepul, dia segera merendamkan tubuhnya. Dan perasaan nyaman pun mengalir di tubuhnya saat air panas tersebut mengenai permukaan kulitnya. "Oh … nyaman sekali." Ethan bergumam sambil memejamkan matanya, meresapi setiap sentuhan hangat dari air.Evelyn, dengan malu-malu melangkah ke arah pemandian air panas itu dengan kimono yang masih menempel di tubuhnya.Evelyn pun melucuti kimono yang dia. Dan tubuh polos itu pun terlihat bercahaya tertimpa sinar rembulan. Evelyn pun berkata, "Ethan, aku sudah siap." Ethan yang mendengar suara Evelyn pun membuka matanya. dia dapat melihat Istrinya itu berdiri di sisi kolam pemandian Air panas dengan penuh tatap keanggunan.Ethan tersenyum lalu berkata, "Evelyn, jangan sungkan-sungkan. Kolam air panas ini akan merilekskan otot-otot kita yang tegang setelah berkelana seharian, ayo! Kemari." ajak Ethan.Evelyn tersenyum tipis, kemudian melan
Kyoto-Jepang;"Whoa, Sayang, lihat! Ini begitu cantik!" seru Evelyn sambil berlari dengan kimono di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Ethan dan Evelyn memilih Jepang untuk bulan madu mereka. Karena Evelyn suka dengan keindahan bunga sakura. Apalagi waktu senja dari klenteng puncak Kyoto menatap ke arah gunung Fuji. Itu sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. "Hati-hati, nanti kau tersandung, Evelyn!" Seru Ethan. Ethan memperhatikan tingkah Evelyn itu dengan riang. Perasaannya begitu bahagia saat melihat istrinya itu begitu bersemangat. Ethan segera menyusul Evelyn. Saat berjalan beriringan, Ethan menggenggam tangan Evelyn dan berjalan di bawah pohon-pohon sakura. "Setelah ini, kita mau kemana?' tanya Ethan sambil melangkah. Evelyn merenung beberapa detik. Dia memikirkan sesuatu. "Aku ingin pergi ke kuil, Kinkaku-ji, Kiyomizu-dera, dan Fushimi Inari-taisha!" seru Evelyn dengan semangat. Ethan mengusap kepala Evelyn. "Kamu maruk sekali, ya, Sayang! Masa mau dikunjungi semu
"Ya, Sayang, itu adalah Mama kamu. Mama yang menjadi malaikat untukmu. Malaikat yang nyata yang merawatmu disaat Papa tidak berada di sisimu," ungkap Ethan peru haru. Ethan menahan tangis harunya. Saat melihat Evelyn begitu anggun. Lorong waktu kenangan dimana dia menghina Evelyn dan mengusir Evelyn layaknya seorang anjing jalanan membuat penyesalan kini merajai. Dia tidak tahu, sekuat apa Evelyn didera kesedihan saat dia mengusir Evelyn. 'Kau wanita hebat, kau layak untuk mendapatkan semuanya, Evelyn. Kali ini, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan wanita sepertimu. Aku akan menebus semua kesalahanku di masa lalu dan membuka masa depan yang indah bersama dirimu dan Anak kita.' Batin Ethan. Sementara di tempat Evelyn, James menyambut putrinya itu dengan wajah sendu. Mengingat bagaimana dirinya memperlakukan anak angkatnya itu. Akan tetapi, Evelyn mampu berdiri tegak layaknya batu karang yang terus terhantam ombak. "Apakah kau sudah siap?" tanya James sebelum menuntut putrinya itu k
Seperti bunga yang mekar di kebun yang subur, Evelyn memancarkan keindahan yang menakjubkan dengan gaun pengantin mewahnya. Saat memandang wajahnya di cermin, ia takjub akan kecantikannya yang mempesona. Namun, di balik kilau cahaya itu, gelombang gugup bercampur dengan degupan jantung yang memekakkan telinga. Ya, ini adalah hari di mana dua jiwa akan bersatu dalam ikatan pernikahan: Evelyn dan Ethan. Asisten Evelyn yang setia, Manda, bertepuk tangan menahan kagum, sementara Diana, menahan tangis bahagia yang menggenang di dalam hatinya.Evelyn menghela nafas, dia memutar tubuhnya dan menatap ke arah Diana. "Bu, rasanya seperti ribuan kupu-kupu berseliweran di perutku, benar-benar gugup! Bagaimana kalau aku tersandung saat berjalan nanti?" ungkap Evelyn. Diana menyeka air mata, sambil tersenyum. "Evelyn, sayangku, kupu-kupu itu adalah rasa cintamu yang menjelma menjadi kegembiraan. Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat dan semua akan berjalan dengan lancar. Percayalah, saat kamu me
"Wow, Rully! Danau ini sangat indah! Aku tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya!"Senja mulai menjelang di Danau Aloeran, dan langit kini tampak berubah menjadi merah jingga yang damai. Rully dan Amelia kini berdiri menatap ke arah danau yang keindahannya tersembunyi oleh rimbunnya pepohonan dan belukar. Saat mereka tiba, mereka disambut oleh angin serta gemericik air dan burung-burung berkicau bersahut-sahutan, menciptakan suasana yang begitu sempurna.Rully tersenyum dan berkata, "Amelia, ini yang ingin aku tunjukan padamu. Danau ini benar-benar tersembunyi, sangat jarang orang yang tahu tempat ini. Ini adalah tempat dimana aku menghilangkan stres dan mengagumi keindahan Sang Pencipta."Amelia menoleh, menatap pria yang berdiri di sampingnya dengan pandangan lurus ke depan. "Apakah kau sering membawa Evelyn kemari?" tanya Amelia, di hatinya terbesit sedikit rasa cemburu. Rully tersenyum kemudian menundukkan kepalanya. Mengingat betapa indah kenangan dirinya bersama