Evelyn mengayunkan langkahnya ke tempat parkiran mobil. Tetapi Evelyn tidak menemukan Rully dan Raizel. Pandangan Evelyn mengedar ke segala arah mencari keberadaan Raizel dan Rully tapi sosok bayangan mereka pun tidak Evelyn temukan. "Kemana mereka?" gumam Evelyn. Evelyn dengan bingung, Evelyn merogoh tas yang ia selipkan di bahunya ia kemudian mengambil ponsel lalu mencari nomor kontak Rully. Menunggu beberapa saat ketika nada penghubung berbunyi beberapa kali, namun Rully enggan menjawab panggilan telepon Evelyn. Dengan kesal, Evelyn kembali menelpon karena Evelyn sudah muak berada di tempat perkumpulan orang-orang yang seperti keluarga Kendrick. Setelah panggilan kedua, Rully baru menjawab panggilan Evelyn. [Hallo, Evelyn. Maaf aku sedikit kerepotan.] ujar Rully di seberang telepon. [Kamu dimana? Apa sesuatu terjadi pada dirimu?] tanya Evelyn panik. [Mantan Suamimu, Ethan. Ingin membawa Raizel.] [Apa? Kalian dimana?] [Berada di toilet pria bagian utara.] [Aku akan kesana!]
"Apa maksudmu untuk tes DNA? Aku melahirkannya dan membesarkannya sendirian. Dan dengan seenaknya kamu ingin membawa Anakku? Berikan dia kepadaku!" Evelyn terus mencoba merebut Raizel. "Paman, jangan buat Mama marah. Turunkan aku, aku ingin bersama Mama!" Raziel meronta dalam gendongan Ethan. Ethan menekan Earphone wireless yang terselip di dalam lubang telinganya. [Segera kemari!] titah Ethan. Ethan terus mencoba mendekap tubuh Raziel agar tidak terlepas. "Ikutlah dengan Papa, kau akan mendapatkan mainan yang banyak. Beda jika kamu ikut dengan Mamamu, Nak!" Ucap Ethan kepada Raziel.Raziel terus menerus meronta karena bagi Raziel, Ethan adalah orang asing yang ingin memisahkan dirinya dengan Ibunya. Walaupun Ethan Ayahnya, Raziel tidak peduli akan hal itu."Tidak, kau bukan Papaku. Aku mau Mama!" Raizel merengek. Evelyn menatap Ethan dengan pandangan mengiba. Berharap ada kebaikan pada pria Arogan dan egois ini. Bukankah, dia sudah berbahagia dengan Alice? Lantas mengapa dirinya h
Evelyn dengan perasaan pilu turun dari mobil yang mengantarnya ke rumah. Rully yang melihat ekspresi Evelyn pun kian tersulut rasa bersalah karena dirinya tidak dapat berbuat apa-apa saat insiden di hotel itu terjadi. "Evelyn, Are You Ok?" tanyanya dengan perasaan cemas. Evelyn memutar tubuhnya, menatap ke arah Rully dengan mata yang sembab. "Bagaimana kau bertanya aku tidak apa-apa? Anakku dibawa oleh pria Arogan itu. Tentu aku sedang tidak baik-baik saja, Rully," lirih Evelyn. "Maaf jika aku menyinggungmu. Kalau begitu, aku kembali, ya!" pamit Rully. Evelyn hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan Rully. Dirinya juga merasa bersalah karena berlaku menyebalkan kepada Rully yang seharusnya tidak ia libatkan. "Hati-hati," ucap Evelyn sambil menutup pintu mobil. Rully segera beranjak dari halaman rumah Evelyn. Evelyn, menatap lirih mobil itu hingga menghilang ditelan pekatnya malam. Evelyn memutar tubuhnya, melangkah gontai menuju ke rumahnya. "Evelyn, dimana Raizel?" tanya Dia
Alice tersenyum lalu menjawab, "Tentu aku akan melayanimu dengan baik." sambil mengalungkan kedua lengannya di leher Ethan. Ethan menggendong tubuh Alice, membawa tubuh itu ke arah sofa. Dimana sofa panjang itu berada di dalam ruang kerja Ethan. Setelah membaringkan tubuh wanita yang sudah polos itu di atas sofa, Ethan mulai melepaskan kancing kemeja yang ia kenakan. Ethan kini berada di atas tubuh Alice. Ethan memberikan tatap intens pada wajah wanita yang pernah mengisi palung hatinya itu. Namun rasa itu perlahan menghilang saat Ethan mencoba menjalaninya. Dan malam ini, Ethan ingin melawan dirinya. Meyakinkan bahwa wanita yang Ethan butuhkan saat ini adalah Alice, bukanlah Evelyn."Alice, maafkan aku jika selama 6 Tahun ini, aku mengabaikan dirimu." Ethan bertutur lembut seraya telapaknya mengusap lembut pipi wanita yang ada di bawah tubuhnya."Syukurlah kalau kau sadar, Ethan. Aku sungguh mengharapkan malam seperti ini terjadi. Lakukan Ethan, agar aku dapat memberikan Anak untukm
"Selamat tidur," Jawab Ethan saat Raziel mengucapkan selamat tidur untuknya. Raziel menutup mata. Mencoba memfokuskan diri untuk dapat tidur dengan lelap. Saat itu, Ethan mengamati wajah Raizel dengan seksama. Tanpa sadar, telapak tangan Ethan terulur di pipi gembul milik Raizel. "Good Night And Sweet Dream, Baby," ucap Ethan sambil mengecup dahi Raziel. Ethan berbaring di sisi tubuh Raizel. Pandangannya nalar ke arah langit-langit kamar. Lagi-lagi, Siluet Evelyn bermain-main dipikirkannya. "Evelyn, kau mendidik Anak ini dengan sangat baik. Tidak seperti diriku yang selalu kasar, Raizel tumbuh menjadi seorang Anak yang begitu lembut," gumam Ethan sambil tersenyum. **Raziel yang masih mengenakan piyama kini sudah duduk di kursi dimana meja makan berada, ini kali pertama Raziel sarapan bersama Ethan. Di seberang meja paling ujung, Alice menatap Raziel dengan pandangan tidak suka. 'Anak ini, akan menjadi penghalangku dengan Ethan. Aku harus menyingkirkan Anak ini terlebih dulu. Y
Sebelumnya di kediaman Ethan, Ethan menitipkan Raizel kepada pengasuh yang baru saja dipekerjakan agar Raizel ada yang menjaga sampai hasil tes DNA keluar. "Aku pergi. Kamu di sini bersama Bibi Manda. Setelah pulang dari kantor, kita pergi jalan-jalan untuk membeli beberapa perlengkapan," Ucap Ethan. "Ya, baik Paman. Aku akan menunggu," Jawab Raizel. Ethan mengusap kepala Raizel lalu pandangannya tertuju kepada Manda yang akan menjaga Raizel. "Pantau dia dengan baik," ucap Ethan kepada Manda. "Baik, Tuan," jawab pengasuh tersebut. Ethan segera berlalu dari kamar di mana Raizel berada. Manda, menatap ke arah Raziel sambil memperlihatkan wajah yang ramah. "Sayang, kamu mau main? Bibi temani ya—"Daun pintu di kamar itu terbuka disertai bunyi yang begitu keras. Raizel dan Manda pun menoleh, dari arah pintu yang terbuka, Alice berjalan dengan wajah Emosi. "Hei, Anak wanita tidak tahu diri, berdiri dari tempat tidur, sekarang!" sentak Alice kepada Raizel yang duduk di bibir ranjang.
Alice terkesiap saat melihat kehadiran Rully yang datang tiba-tiba. Kakinya buru-buru ia hentikan saat tadinya ia ingin menginjak punggung Evelyn. Rasa khawatir, membuat Rully mempercepat langkahnya menghampiri Evelyn. Sebelum ia membantu Evelyn, Rully menatap nyalang ke arah Alice. "Apa yang kau lakukan di sini?" suara Rully terdengar sedikit menyentak."Aku hanya memberitahu Evelyn jika Ethan akan mengambil Raizel," Jawab Alice, sambil memberikan pandang angkuh kepada Rully. Pria yang kini sedang menatapnya dengan tajam. "Oke, aku hanya menyampaikan hal itu, aku pamit." tambahnya berlalu begitu saja melewati tubuh Rully.Sepergian Alice, Rully berjongkok membantu tubuh Evelyn berdiri. "Apa wanita tadi menyakitimu?" tanyanya dengan rasa khawatir. Evelyn yang sudah berdiri menatap Rully dengan kegelisahan. Bahwa saat ini ia begitu takut dengan ucapan Alice. Rully yang menyadari bagaimana perasaan Evelyn pun mengelus pipi Evelyn. "Tenangkan dirimu, Evelyn. Kita ke kantor Polisi. Mem
"Oh… Tuhan!" Mendengar suara tembakan yang begitu menggelegar, Evelyn sampai menjatuhkan ponselnya saat dirinya sedang menerima telepon dari Ibunya. Tangan yang gemetar itu, mencoba meraih benda pipi yang jatuh di kolong dasbor mobil. Raizel begitu ketakutan saat melihat 2 mobil mencoba memepet mobil Rully dari sisi kiri—kanan. "Mama, tadi bunyi apa?" Suara Raizel terisak. Selama ini, Raizel tidak pernah mendengar bunyi suara tembakan. Tidak hari ini, membuat wajah Anak berusia 6 tahun itu tampak pucat pasih. Sedangkan di posisi Rully, Rully menginjak pedal gas semakin dalam ketika 2 mobil hitam Ceper metalik itu sedang mencoba memepet mobil yang ia kendarai.Jalanan sepi dan hanya ditumbuhi pepohonan di bahu kiri-kanan jalan tanpa ada rumah penduduk, membuat aksi saling kejar-kejar tersebut tidak menjadi pusat perhatian."Rully, apa yang harus aku lakukan?" panik Evelyn sambil memeluk tubuh Raizel yang sedang bergetar hebat di dalam pelukannya."Tenang, Evelyn. Aku sedang berpiki
Beberapa minggu kemudian, keluarga ini mulai mempersiapkan perayaan ulang tahun Raizel yang ke-7 di panti asuhan yang sebelumnya dijanjikan oleh Evelyn. Tak ingin mengecewakan Raizel, Evelyn dan Ethan, Rosalie, Diana serta Kakek James saling bahu-membahu menyiapkan berbagai perlengkapan dan makanan untuk pesta tersebut."Sayang, apa kamu yakin makanan ini cukup untuk semua anak-anak di panti asuhan?" tanya Evelyn khawatir pada suaminya.Ethan tersenyum, meyakinkan istrinya. "Tenang saja, sayang. Aku sudah berbicara dengan pengelola panti asuhan, mereka menyediakan makanan tambahan jika dibutuhkan. Jadi, semua anak pasti akan kenyang."Di hari H, keluarga ini tiba di panti asuhan dengan membawa berbagai perlengkapan pesta dan makanan. Mereka disambut hangat oleh pengelola panti asuhan dan anak-anak yang tinggal di sana."Selamat datang, Tuan Ethan, Nyonya Evelyn, dan keluarga!" sambut salah satu pengelola. "Terima kasih banyak atas kebaikan hati kalian merayakan ulang tahun Raizel bers
Kehamilan Evelyn menjadi berita yang membawa berkah bagi keluarga ini. Raizel begitu bahagia ketika mengetahui akan memiliki adik. Diana dan Rosalie pun tak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka dengan hadirnya calon anggota keluarga baru."Seharusnya kita merayakannya!" seru Rosalie ketika semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu."Aku setuju!" sahut Diana, "Terlalu lama kita tidak merayakan sesuatu yang istimewa. Mari kita mengadakan pesta kecil untuk merayakan kebahagiaan ini."Semua anggota keluarga pun bersemangat untuk mempersiapkan pesta tersebut. Mereka semua bekerja sama, menghias rumah dengan balon berwarna-warni dan bunga-bunga indah. Diana dan Rosalie mengatur menu makanan untuk pesta tersebut, sementara Evelyn dan Ethan mengundang beberapa sahabat dekat mereka untuk merayakan momen bahagia ini bersama-sama."Huek!" disaat pesta sedang berlangsung, Ethan mengalami mual yang hebat. Evelyn yang melihat hal itu pun segera meletakkan makanannya dan mengusap punggung s
"Bulannya, indah, ya," ucap Evelyn saat dia dan Ethan kini duduk di atas balkon sambil menatap langit malam. "Iya, seperti kamu. Yang selalu bersinar dalam kegelapan hidup seseorang," sahut Ethan yang saat ini dirinya sedang memeluk tubuh Evelyn dengan erat dari belakang sambil memandang langit yang sama. Sudah satu bulan berlalu saat mereka melakukan perjalanan bulan madu. Dan saat ini, kebahagiaan yang mereka rasakan semakin tajam. Mereka saling melengkapi, bagaikan potongan-potongan puzzle yang sempurna."Evelyn, masih ingat masa-masa sulit yang kau hadapi?" tanya Ethan sambil tersenyum."Tentu saja, aku masih ingat bagaimana kamu menceraikanku. Aku menangis di tengah jalan saat hujan lebat. Dan, kau tidak tahu betapa sulitnya saat aku mengetahui jika aku hamil. Merangkak dan tertatih," jawab Evelyn dengan nada yang sedih. Ethan kemudian melepaskan pelukannya, berdiri tepat di depan Evelyn. "Maaf karena sikapku dulu pada separah itu. Tapi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," uca
"Yey! Mama sama Papa pulang, pasti Rai dibawakan oleh-oleh Adik!" seru Rai sore ini, dia tampak bersemangat. Diana datang membawakan segelas coklat panas dan beberapa cemilan ke arah gazebo di taman depan. Sambil memperhatikan Raizel bermain-main ditemani oleh Manda. "Sayang! Ayo, sini, Nenek bawakan coklat panas!" Diana berteriak. Anak itu segera menoleh, dia pun menjawab, "ya ... Nek!" Raizel berlari dengan senyum yang merekah menuju ke arah Diana, di belakangnya disusul oleh Manda. "Nenek, sebentar lagi, Mama sama Papa akan pulang, kan?" tanya bocah itu antusia. Melihat keringat dari dahi cucunya itu menumpuk, Diana segera menggosoknya dengan telapak tamgan sambil menjawab, "iya, memangnya, Rai menunggu apa?" tanya Diana. "Kata Tuan kecil, dia sedang menunggu kedatangan tuan muda dan nyonya muda. Karena akan membawa Adik!" Manda mencoba menimpali. Diana terkekeh. Bisa-bisanya Raizel berpikir kalau buat adik sama seperti kita membuat adonan kue yang langsung jadi. "Rai Sayang
Ethan melepaskan kimononya, dengan tubuh polos itu, dia melangkah ke arah pemandian air panas yang terlihat mengepul, dia segera merendamkan tubuhnya. Dan perasaan nyaman pun mengalir di tubuhnya saat air panas tersebut mengenai permukaan kulitnya. "Oh … nyaman sekali." Ethan bergumam sambil memejamkan matanya, meresapi setiap sentuhan hangat dari air.Evelyn, dengan malu-malu melangkah ke arah pemandian air panas itu dengan kimono yang masih menempel di tubuhnya.Evelyn pun melucuti kimono yang dia. Dan tubuh polos itu pun terlihat bercahaya tertimpa sinar rembulan. Evelyn pun berkata, "Ethan, aku sudah siap." Ethan yang mendengar suara Evelyn pun membuka matanya. dia dapat melihat Istrinya itu berdiri di sisi kolam pemandian Air panas dengan penuh tatap keanggunan.Ethan tersenyum lalu berkata, "Evelyn, jangan sungkan-sungkan. Kolam air panas ini akan merilekskan otot-otot kita yang tegang setelah berkelana seharian, ayo! Kemari." ajak Ethan.Evelyn tersenyum tipis, kemudian melan
Kyoto-Jepang;"Whoa, Sayang, lihat! Ini begitu cantik!" seru Evelyn sambil berlari dengan kimono di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Ethan dan Evelyn memilih Jepang untuk bulan madu mereka. Karena Evelyn suka dengan keindahan bunga sakura. Apalagi waktu senja dari klenteng puncak Kyoto menatap ke arah gunung Fuji. Itu sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. "Hati-hati, nanti kau tersandung, Evelyn!" Seru Ethan. Ethan memperhatikan tingkah Evelyn itu dengan riang. Perasaannya begitu bahagia saat melihat istrinya itu begitu bersemangat. Ethan segera menyusul Evelyn. Saat berjalan beriringan, Ethan menggenggam tangan Evelyn dan berjalan di bawah pohon-pohon sakura. "Setelah ini, kita mau kemana?' tanya Ethan sambil melangkah. Evelyn merenung beberapa detik. Dia memikirkan sesuatu. "Aku ingin pergi ke kuil, Kinkaku-ji, Kiyomizu-dera, dan Fushimi Inari-taisha!" seru Evelyn dengan semangat. Ethan mengusap kepala Evelyn. "Kamu maruk sekali, ya, Sayang! Masa mau dikunjungi semu
"Ya, Sayang, itu adalah Mama kamu. Mama yang menjadi malaikat untukmu. Malaikat yang nyata yang merawatmu disaat Papa tidak berada di sisimu," ungkap Ethan peru haru. Ethan menahan tangis harunya. Saat melihat Evelyn begitu anggun. Lorong waktu kenangan dimana dia menghina Evelyn dan mengusir Evelyn layaknya seorang anjing jalanan membuat penyesalan kini merajai. Dia tidak tahu, sekuat apa Evelyn didera kesedihan saat dia mengusir Evelyn. 'Kau wanita hebat, kau layak untuk mendapatkan semuanya, Evelyn. Kali ini, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan wanita sepertimu. Aku akan menebus semua kesalahanku di masa lalu dan membuka masa depan yang indah bersama dirimu dan Anak kita.' Batin Ethan. Sementara di tempat Evelyn, James menyambut putrinya itu dengan wajah sendu. Mengingat bagaimana dirinya memperlakukan anak angkatnya itu. Akan tetapi, Evelyn mampu berdiri tegak layaknya batu karang yang terus terhantam ombak. "Apakah kau sudah siap?" tanya James sebelum menuntut putrinya itu k
Seperti bunga yang mekar di kebun yang subur, Evelyn memancarkan keindahan yang menakjubkan dengan gaun pengantin mewahnya. Saat memandang wajahnya di cermin, ia takjub akan kecantikannya yang mempesona. Namun, di balik kilau cahaya itu, gelombang gugup bercampur dengan degupan jantung yang memekakkan telinga. Ya, ini adalah hari di mana dua jiwa akan bersatu dalam ikatan pernikahan: Evelyn dan Ethan. Asisten Evelyn yang setia, Manda, bertepuk tangan menahan kagum, sementara Diana, menahan tangis bahagia yang menggenang di dalam hatinya.Evelyn menghela nafas, dia memutar tubuhnya dan menatap ke arah Diana. "Bu, rasanya seperti ribuan kupu-kupu berseliweran di perutku, benar-benar gugup! Bagaimana kalau aku tersandung saat berjalan nanti?" ungkap Evelyn. Diana menyeka air mata, sambil tersenyum. "Evelyn, sayangku, kupu-kupu itu adalah rasa cintamu yang menjelma menjadi kegembiraan. Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat dan semua akan berjalan dengan lancar. Percayalah, saat kamu me
"Wow, Rully! Danau ini sangat indah! Aku tidak pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya!"Senja mulai menjelang di Danau Aloeran, dan langit kini tampak berubah menjadi merah jingga yang damai. Rully dan Amelia kini berdiri menatap ke arah danau yang keindahannya tersembunyi oleh rimbunnya pepohonan dan belukar. Saat mereka tiba, mereka disambut oleh angin serta gemericik air dan burung-burung berkicau bersahut-sahutan, menciptakan suasana yang begitu sempurna.Rully tersenyum dan berkata, "Amelia, ini yang ingin aku tunjukan padamu. Danau ini benar-benar tersembunyi, sangat jarang orang yang tahu tempat ini. Ini adalah tempat dimana aku menghilangkan stres dan mengagumi keindahan Sang Pencipta."Amelia menoleh, menatap pria yang berdiri di sampingnya dengan pandangan lurus ke depan. "Apakah kau sering membawa Evelyn kemari?" tanya Amelia, di hatinya terbesit sedikit rasa cemburu. Rully tersenyum kemudian menundukkan kepalanya. Mengingat betapa indah kenangan dirinya bersama