Share

Bertahan

Author: Rianievy
last update Last Updated: 2022-05-25 22:33:25

"Mel..., kamu yakin?" Tatapan Rizal begitu terkejut dengan ucapan istrinya itu.

"Ya. Mau apa lagi sekarang? Berzina kamu, kan, sama Winola, dia hamil. Aku mau, kita ketemu keluargamu dan keluargaku. Kasih tau apa yang terjadi dengan kita," tukasnya dengan tatapan begitu menusuk. Imel kecewa, disaat ia percaya jika rumah tangganya akan tenang, mendadak hancur seperti ada bom yang terjatuh di atas rumahnya.

"Mel ...." Rizal jelas sekali takut. Bukan hanya ibunya akan kecewa, tetapi orang tua Imel dan dua adik laki-lakinya, pun, adik kandung Rizal–Tata, yang begitu mengidolakan keharmonisan rumah tangga kakaknya yang ternyata, menyimpan kekelaman.

"Kenapa? Kamu baru merasa takut setelah tau Winola hamil, kalau dia nggak hamil, aku rasa kamu akan tetap rahasiain hal ini, kan." Imel bersedekap, murka kepada suaminya itu. "Aku nggak mau anak-anak dengar hal ini, ya, Mas. Rahasiakan dari mereka, aku akan minta Ibumu, Adikmu, kedua orang tua juga Adik-adik ku untuk menutup rapat-rapat hal ini
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Tawaran Kara

    Tahun berganti, tepatnya, sudah hampir dua tahun hal itu terlewati, Rizal dan Winola menikah resmi dan sah baik secara agama juga negara. Rizal mencoba berlaku adil, walau hatinya perih setiap saat karena membuat kecewa Imel. Rizal akan seminggu bersama Winola, lalu tiga minggu bersama Imelda, yang tak mau mencampuri atau ikut menentukan, terserah Rizal. Kala itu, Rizal sudah lima hari bersama Winola yang sedang kerepotan mengurus dua anak, Sahila dan Araska, putranya hasil hubungan 'tak sengaja' dengan Rizal. Dewa pulang sekolah, segera berganti baju untuk bergabung bersama Imel yang sibuk membuat isi Hampers kue kering pesanan banyak orang. ABG itu tak banyak bicara atau bertanya tentang keanehan sikap Rizal beberapa bulan ini yang, terlihat rutin karena pembagian waktu bersama dua istrinya. "Bu, ini diantar ke mana?" tanya Dewa sembari duduk bersila, ia memasukan kartu ucapan ke amplop berwarna biru muda yang nanti di letakkan di atas kotak Hampers. "Ke kantor teman Ibu, eh iya,

    Last Updated : 2022-05-25
  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Cekcok

    "Pokoknya, selama Ibu kerja, kalian pulang ke rumah Oma, ya, pulang kerja Ibu jemput. Mobil kita udah laku, sementara kita pakai taksi atau ojol, ya," lanjut Imel. Dewa dan Ardan yang duduk berjajar di atas ranjang kamar mereka hanya bisa menganggukkan kepala.Imel menerima tawaran Kara, sepulang dari mengantar Hampers, ia segera menyiapkan Curriculum Vitae juga surat lamaran kerja untuk posisi staf keuangan. Kebetulan, bosnya adalah Kara, takdir mengarahkan ia bertemu rekan lama yang paham kondisinya, padahal, tak sengaja mereka bertemu, saat Imel membagi makanan untuk jamaah masjid di kompleknya. Kara saat itu menemani suaminya salat jumat, dan di sanalah semua dimulai.Kara yang paham, tak mau mengorek lebih dalam cerita Imel, itu ranah rumah tangga temannya, hanya saja, ia prihatin dan heran, Imel memilih bertahan bukannya menceraikan Rizal, saat tau alasan Imel karena anak-anak, hati Kara terenyuh. Kebetulan memang salah satu stafnya ada yang mengundurkan diri karena mau melahirk

    Last Updated : 2022-05-26
  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Rejeki Baru

    "Aku nggak izinin kamu kerja!" bentak Rizal. Kali ini Imel melawan, ia melepaskan cengkraman tangan suaminya itu yang berusaha menahan Imel. Imel menatap tajam, telunjuknya menunjuk ke wajah suaminya. Ia bergumam pelan, supaya suaranya tak terdengar anak-anak. "Di-am," ucap imel kesal. Ia lalu mengatur napasnya, jemputan sekolah kedua anaknya sudah tiba."Bang Dewa, Ardan, pamit Ayah dulu, ya," ujar Imelda yang membuat anak-anaknya melongo karena ibunya berpenampilan beda."Ibu cantik banget, Bang!" pekik Ardan yang direspon tawa renyah sang putra sulung. Imelda mengantarkan dua anaknya ke luar rumah, jemputan Ardan sudah datang, sedangkan Dewa berangkat bersama temannya yang kebetulan, satu arah jadi Dewa bisa nebeng. Imel melambaikan tangan, Rizal berdiri di ambang pintu. Saat sudah dipastikan dua kendaraan roda empat itu menjauh, Imel kembali ke dalam rumah untuk memesan ojek online dengan ponselnya. Rizal terus berbicara jika ia melarang Imel bekerja, kali ini Imel tak akan diam.

    Last Updated : 2022-05-26
  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Cerai?

    Imel menjemput Dewa dan Ardan di rumah ibu mertuanya, wanita berusia enam puluh lima tahun itu tampak bahagia saat tau Imel bekerja lagi, karena baginya tak masalah istri bekerja selama tak melupakan tugas utama di rumah, tapi... berhubung rumah tangga Imel dan Rizal tak baik-baik saja, ibu mertua Imel hanya fokus pada kebahagiaan dua cucunya itu."Mel, Ibu masak semur, makan ya, Ibu udah siapin untuk dibawa ke rumah, tinggal dipanasin untuk kamu dan anak-anak makan," ujar ibu mertuanya yang bahkan mengambilkan Imel nasi ke atas piring."Bu... jangan repot-repot, Imel bisa ambil sendiri, Bu," tukasnya dengan hati sungkan."Nggak papa, sini makan, Ibu temenin, Ardan sama Dewa di atas, lagi kerjain tugas didampingi Tata," sambung ibu."Lho, Tata udah pulang ngajar, Bu? Nggak ke bimbel?" Imel duduk, disusul ibu."Bimbelnya libur hari ini. Eh, iya Ibu mau tanya, Rizal pulang ke rumah, nggak?"Gerakan tangan Imel terhenti saat hendak mengambil semur daging di atas mangkuk saji. "Pulang, Bu

    Last Updated : 2022-05-26
  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Menjauh

    Hati Rizal remuk, seminggu susah ia di rumahnya bersama Imelda, selama itu pula kedua anaknya semakin menjaga jarak dengannya. Rizal drop, kesehatannya menurun saking stresnya. Ia memiliki kelemahan terbesar hidupnya, ya apalagi jika bukan kedua anaknya.Imelda sedang di kantor saat Rizal memberi kabar jika ia di klinik, tubuhnya panas tinggi dan ia akan pulang ke rumah, bukan ke tempat Winola. Imel hanya bisa menghela napas, ia tak mau izin bekerja, biarlah Rizal mengobati dirinya sendiri. Tega tak tega memang, Imel harus melakukan hal itu kepada suaminya.Dewa mengirim pesan singkat, memberi tau jika ia akan ikut latihan marching band di sekolahnya sehingga nanti langsung pulang ke rumah bukan ke rumah omanya, ia sudah membawa kunci cadangan. Imel hanya membalas 'Ok' lalu kembali fokus bekerja.Sementara itu, setelah menjalani pemeriksaan dokter, Rizal segera pulang ke rumah. Tubuhnya masih demam tinggi, wajahnya juga pucat, ia merebahkan diri di sofa ruang TV setelah minum obat, m

    Last Updated : 2022-05-27
  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Kejujuran

    "Winola nggak cariin kamu?" tanya Imel saat ia sedang bersiap berangkat kerja. Dewa dan Ardan sudah berangkat sekolah, Imel izin berangkat siang karena harus memastikan Rizal sudah sarapan dan minum obat."Bisa ‘kan, Mel, jangan sebut atau bahas dia?" Rizal tampak tak suka Imel membahas Winola, pun, ia masih demam juga pusing walau tak separah semalam. Imel tersenyum tipis lalu menatap suaminya yang masih berbaring di ranjang.“Kenapa? Nggak kasihan sama istri kamu lainnya itu? Kamu malah ada di rumah ini. Rugi juga, ‘kan, nggak bisa ngapa-ngapain istri yang ini.” tunjuk Imel pada dirinya sendiri. “Mel, udah… kepalaku pusing, jangan bikin aku makin pusing karena sindiran kamu ini. Aku salah banget sama kamu, aku tau. Cukup Mel,” lirih Rizal. Kembali Imel tersenyum sinis. “Pernikahan kita itu nggak jelas kalau kamu mau tau, Mas Rizal. Oh, atau kamu udah tau tapi coba untuk buang jauh-jauh pikiran itu.” Rizal membuang pandangan, tak menyahut apa pun juga. “Kenapa? Nggak bisa jawab?

    Last Updated : 2022-05-29
  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Sikap tegas

    Indy dan suaminya duduk berhadapan dengan pria yang dari penampilannya, memang menunjukkan kekuasaan dirinya di negara gajah putih itu. Ia pengusaha besar, memiliki istri juga tiga orang anak yang sudah dewasa, bahkan dua anaknya bersekolah di Milan. Pria berusia empat puluh tiga tahun itu didampingi dua orang lainnya.Sahila dipangku opa, menatap lekat ke laki-laki dengan mata abu-abu yang sama dengannya karena Prasert memang tak murni orang Thailand, ia blasteran. Prasert, ia tiba di Jakarta empat jam lalu, segera menuju ke rumah kedua orang tua Winola dengan mobil mewah yang ditungganginya.Ia berbicara dengan bahasa inggris, Indy dan suaminya bisa berkomunikasi walau terselip sesekali bahasa Thailand. Tujuan Prasert untuk meminta izin kepada Indy untuk membawa Sahila ke negaranya. Ia akan bertanggung jawab terhadap putrinya dari hubungan terlarang dengan Winola. Indy penasaran, sebenarnya apa yang terjadi dengan Prasert dan putrinya, apa memang hal itu tak sengaja atau ulah Winola

    Last Updated : 2022-05-29
  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Hidup baru

    Suara tawa itu terdengar begitu penuh bahagia, tanpa beban. Imel, Dewa dan Ardan menempati apartemen sederhana yang disewa dengan harga dua juta perbulan. Atas bantuan Kara, apartemen dua kamar itu, bisa di sewa karena Kara sedikit menjelaskan kepada temannya sebagai pemilik properti, niat baik bertemu orang baik, hasilnya pun baik juga. Masalahnya, pemilik properti meminta Imel membayar untuk biaya sewa setahun penuh, ia tak punya uang, lagi-lagi, Kara meminjamkan uangnya, Imel nanti membayar dengan cara Kara memotong gajinya. Bagi Kara tak masalah jika mau dibayar dibawah nilai dua juta, melihat Imel bahagia setelah berpisah dengan Rizal saja, ia lega luar biasa. Namun, Imel tak ingin. Ia malu jika menerima tawaran itu dari Kara."Ibu, Abang tidur di depan tivi aja, ya, ini sofa bed kan, Bu?" tanya Dewa."Yakin, Bang?" Imel menatap putranya dengan tangan belepotan adonan roti yang dibikin untuk cemilan anaknya."Yakin, Bu. Ardan aja yang tidur di kamar." Dewa lalu mencoba membuka so

    Last Updated : 2022-05-31

Latest chapter

  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Kebahagiaan Sesungguhnya

    "Mas Rizal, anak-anak kenapa nggak ada yang telepon kita? Tumben banget hampir satu minggu nggak kasih kabar. Araska juga, katanya mau pulang kemarin, sampai hari ini mana? Koper-koper aja yang ada." Imel menggerutu sendiri, ia dan Rizal tengah asik menonton acara TV setelah pulang membeli sarapan bubur ayam di tempat langganan. "Lagi sibuk semua kali, Mel, udah biar aja. Kamu nggak masak buat makan siang?" Rizal meletakkan ponsel miliknya yang sedari tadi ia gunakan untuk membalas pesan singkat teman-teman warga komplek. "Nggak, biar Bibi aja yang masak. Aku kepikiran anak-anak, mana Ardan dan Sahila juga nggak kirim foto Reno sama Bima. Aku kangen cucu-cucu ku juga, Mas ...." Imel tampak kesal, bahkan sedikit menghentakkan kaki ke lantai. "Kok kamu kayak anak kecil gini? Udah tua sayang, uban mu mulai banyak," goda Rizal yang membuat Imel makin kesal. Mendadak muncul Gadis dari arah depan rumah, ia datang bersama Dewa. "Ayah ... Ibu ...," sapa Gadis. "Hai sayang!" teria

  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Awet muda

    Imelda duduk di teras rumah, menatap area depan hingga garasi yang sudah di renovasi menjadi lebih lebar sehingga muat 3 mobil terparkir, karena Rizal memang membeli rumah sebelah kanannya yang sudah lama kosong. "Kenapa kamu bengong?" Rizal memeluk Imelda begitu hangat. Pelukan itu membuat Imel tersenyum lalu menoleh ke samping kanan. Wajah keriput Rizal bahkan tak melunturkan bagaimana Imelda mencintai pria itu begitu luar biasa. "Lagi mikir sisa usia kita, mau lakuin apa. Aku juga mikir, apa anak-anak bisa lepas dari kita dan hidup dengan baik." Helaan napas Rizal menerpa pipi kanan Imelda. "Jangan seperti ini mikirnya, nggak boleh, Mel." Rizal melepaskan pelukan, kemudian berpindah duduk di sebelah istrinya. Ia meraih jemari lembut wanita yang tetap cantik, digenggam erat. "Anak-anak sudah masuk di fase kehidupan yang baru, ada di posisi kita dulu. Kamu nggak bisa khawatir kayak gini. Kita ... cukup perhatikan, biarkan mereka berkreasi dengan rumah tangga mereka, kita nggak bis

  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Curhatan lelaki

    Peresmian restoran masakan Indonesia milik Ardan dan Sahila berjalan begitu meriah. Araska bertepuk tangan sambil bersorak ke arah dua kakaknya, hal itu membuat seseorang yang setia berdiri di sebelahnya melirik jengah. Sahila melihat hal itu, sebagai seorang kakak, ia tak mau adiknya mencintai seseorang yang salah. Sahila mendampingi Ardan menjamu tamu undangan yang diantaranya banyak pejabat juga pengusaha sukses kenalan Praset. Dua kakak Sahila juga datang bersama keluarganya, hanya satu kakak lelakinya yang tinggal di London dan tidak bisa pulang ke Thailand. "Mas Ardan, aku ke Araska dulu, ya," pamitnya sambil mengecup pipi Ardan yang kala itu memakai kemeja putih pres body, celana panjang warna krem juga kacamata yang kini setia bertengger di hidung bangirnya. Sama seperti Araska yang memang berkacamata. "Hai, aku kira kamu jadi pulang ke Singapura semalam?" sapa dan sindir Sahila kepada perempuan yang tampak tak nyaman berada di sana. Araska melihat itu, tetapi seolah tertut

  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Kedatangan Araska

    "Yakin mau di sini?" Sahila memeluk pinggang Ardan yang merangkul bahunya. "Yakin. Kita bisa mulai semua dari sini, hidup sederhana dan yang penting selalu bersama-sama." Ia mengecup pelipis Sahila. Mereka menatap ke ruko yang di sewa untuk membuka restoran masakan khas Indonesia. Ardan banting setir, menjadi pengusaha restorannya sendiri, dan Sahila mengatur kinerja harian. Keduanya memutuskan akan menetap di sana, merantau di negara yang tak asing bagi Sahila. Lingkungannya juga baik, tak jauh beda dengan di tanah air. "Mana bisa sederhana, kamu nggak lihat di belakang kita? Baru juga kita mau persiapan buka resto ini, mereka udah stand by." Sahila menoleh ke belakang, terlihat beberapa ajudan dari Praset berjaga di sekitar resto. "Kamu bilang sama Papi, jangan berlebihan. Anak-anak juga kasihan jadinya, La," bisiknya. "Iya, nanti aku bilang. Ngomong-ngomong, Reno sama Bima ke mana?" Wanita itu celingukan, mencari keberadaan dua putranya yang sejak beberapa waktu lalu tak tampak

  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Melepas Rindu

    Kaki Sahila melangkah pelan setelah turun dari mobil SUV mewah milik keluarganya yang berhenti di depan rumah tempat tinggalnya. Tangannya terus menggandeng erat jemari Ardan, Bima berada di gendongan Praset, sedangkan Reno sudah membuka pagar rumah yang terbuat dari kayu bercat putih. Halaman yang cukup luas dengan rerumputan yang tertata apik hasil kerja keras Ardan yang memang mau melakukannya sendiri, membuat senyum Sahila merekah. Di teras depan, Rizal, Imel, Dewa beserta istri dan kedua anaknya menyambut dengan wajah penuh bahagia. Kedua tangan Imel ia rentangkan, betapa bersyukur bisa melihat Sahila kembali dalam keadaan sehat. "Ibu," sapa Sahila dengan derai air mata. "Sayang," peluk Imel. "Jangan nangis, Ibu nggak mau ada air mata kesedihan lagi dikeluarga kita selain air mata bahagia," lanjutnya. Sahila mengulur pelukan, mengangguk, lalu berpindah memeluk Rizal. Di dalam rumah, orang suruhan Praset sudah menyiapkan hidangan yang pasti Sahila suka. Jadilah acara sederh

  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Permintaan kembali

    Gaun putih yang dikenakan terasa cocok dan tidak membuat langkah Sahila kesusahan. Justru ia begitu anggun melangkah. Ardan dan Reno menatap sambil mengukir senyuman, di lengan Ardan juga, ada Bima yang menatap ke arah ibunya yang berjalan mendekat. "Aku kangen kamu, La," ucap Ardan lalu terpejam karena Sahila mengecup lembut pipi suaminya, tanpa suara membalas kalimat itu, hanya saja tangan Sahila membelai wajah Ardan yang masih terus terpejam. "Mama," panggil Reno dengan air mata yang jatuh. Air mata bahagia tepatnya. Sahila bergeser, berlutut menyetarakan tinggi tubuh dengan anaknya. "Reno kangen," lirihnya lalu memeluk leher Sahila. Tangan wanita itu mengusap lembut punggung Reno. Tak lama, Sahila berdiri, kembali berhadapan dengan Ardan. Bima menatap Sahila, digendongnya bayi yang bahkan belum genap enam bulan. Dipeluk hangat hingga diciumi gemas putra yang selama hampir sembilan bulan ada di dalam kandungannya. "Ayo kita masuk ke dalam, La," ajak Ardan. Sahila tersenyum, me

  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Kesabaran diuji

    Rumah bercat putih itu, menjadi tempat di mana Ardan, Sahila, Reno juga Bima tinggal. Sahila masih koma, tak tau kapan ia akan bangun, dan kini sudah memasuki waktu tiga bulan semenjak kecelakaan itu terjadi. Sejak pagi, Ardan sudah menyiapkan air hangat untuk membersihkan tubuh Sahila dengan cara membasuh perlahan. Reno membantu, ia mengambil handuk, juga pakaian Sahila sambil sesekali melihat Bima yang semakin hari semakin sehat. "Pagi, Sahila," sapa Ardan yang sudah melipat kaos lengan panjangnya hingga siku. "Pagi, Mama," sapa Reno sambil mengecup kening wanita yang masih terbujur tak sadarkan diri. "Reno, kamu lihatin Bima, ya, udah bangun atau belum?" "Iya, Pa." Kemudian Reno berjalan keluar dari kamar orang tuanya menuju kamar lain yang ditempati ia juga Bima. Ardan perlahan melucuti pakaian istrinya, hingga separuh telanjang. Dengan telaten dan perlahan, ia mengelap tubuh istrinya dengan handuk yang sudah dibasahi dengan air hangat. Tangannya mengarah ke wajah, begitu pe

  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Terus menunggu

    Tepat dua minggu kemudian, kondisi ibu dan bayi stabil, dokter juga memberikan izin untuk keluarga membawa mereka berangkat ke Bangkok, Thailand. "Semua sudah siap, Dan?" Rizal memastikan lagi supaya Ardan tak perlu bolak balik mengurus banyak hal karena tertinggal. "Udah, Yah." Ardan yang sudah resign dari pekerjaannya tampak begitu syok dengan kondisi yang ia alami saat ini. Ambulance sudah bersiap berangkat menuju ke bandara dari rumah sakit. Bima digendong Imelda yang ikut serta juga Rizal. Bayi mungil itu sudah tidak perlu alat bantu napas, kondisinya membaik dengan cepat. Seperti mukjizat yang datang dengan cepat kepada bayi Bima. Reno duduk di mobil yang membawa ia juga Imelda dengan tenang. Wajahnya murung, tapi mau apa lagi, semua sudah keputusan Ardan. Ia juga sedih melihat Sahila masih dalam keadaan koma. "Nenek, Mama nanti bangun, 'kan?" Reno menyandarkan kepala ke bahu kanan Imelda. "Iya. Reno berdoa terus, ya, supaya Mama bangun. Nanti di sana, Reno tetap harus raji

  • CELASEMARA (Haruskah aku melepaskanmu?)   Terguncang

    Gibran berlari menghampiri Sahila yang terkapar di tengah jalan dengan kondisi tak sadar. Buru-buru ia menghubungi ambulance lalu memeriksa denyut nadi Sahila. Masih ada namun, lemah. Wajah Gibran panik, ia segera memeriksa kandungan wanita itu, tak ada pergerakan. Ia menjambak kencang rambutnya, lalu menatap wajah istri Ardan yang mulai tampak pucat. Di lain tempat, Ardan terus melamun, ia memegang dada kirinya. Perasaan tak nyaman mendadak datang kepadanya. Pintu ruangan terbuka, Maya menatap panik. "Ada apa?" Ardan masih duduk di tempatnya. Regi melangkah di belakang Maya lalu meraih cepat kunci mobil Ardan yang tergeletak di meja kerja. "Pulang, Dan. Kita temenin lo. Ayo." "Tunggu, ada apa?" Ardan beranjak. Ia bingung. Lalu ponselnya berbunyi, Maya segera menyambar. Mereka berdua seperti tau apa reaksi Ardan jika mendengar langsung berita buruk yang menimpa istrinya. "Ikut kita, Dan. Ayo cepet!" Maya menarik tangan Ardan, Regi sudah berjalan lebih dulu. Tiba di parkiran, Arda

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status