Home / Pernikahan / CAP PELAKOR / Keputusan Melisa

Share

Keputusan Melisa

Author: Uci ekaputra
last update Last Updated: 2022-08-18 04:24:49

Melisa tersenyum senang bisa membuat Hanan tidak bisa lagi mengancamnya, ternyata tidak sia-sia dia bisa bertemu dengan Naya tanpa sengaja.

"Kamu kenapa, Mel? Aku perhatikan dari tadi kamu selalu senyum-senyum sendiri. Memangnya ada apa?" tanya Ardan saat mereka sedang berada di kamar.

"Tidak ada apa-apa kok, Mas. Oh iya, mulai minggu depan aku boleh mengajar lagi, Mas?"

Melisa berharap dijinkan oleh Ardan untuk mengajar lagi. Jika di rumah terus dia merasa jenuh dan kesepian, apalagi Melisa tidak bisa mengakrabkan diri dengan Widia.

"Kenapa buru-buru ingin mengajar, Mel?" Ardan nampak mengernyitkan keningnya.

"Aku jenuh Mas di rumah terus, aku juga rindu dengan para muridku," jawab Melisa.

Ardan terdiam memikirkan bagaimana baiknya, sejujurnya dia ingin sekali istrinya itu hanya di rumah saja, biar dia saja yang bekerja. Tapi Ardan juga tidak kuasa menolak permintaan Melisa.

"Baiklah, kamu sudah boleh mengajar minggu depan," ucap Ardan.

"Benarkah, terima kasih banyak, Mas," sahut Mel
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • CAP PELAKOR   Alina Sakit

    Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa kini Melisa sudah mulai mengajar lagi. Senyumnya dari tadi tidak pernah hilang dari bibirnya saat mengajar para muridnya."Aura pengantin baru memang beda sekali, dari tadi senyum-senyum sendiri," goda Dita yang telah duduk di samping Melisa.Melisa hanya menanggapinya dengan senyuman, Melisa tersenyum sejak tadi bukan karena menjadi pengantin baru, tetapi dia senang karena bisa kembali melihat Alisa setiap hari.Waktu sudah beranjak siang, mereka sedang bersiap-siap untuk pulang setelah selesai mengajar. Hanya tinggal menunggu bel pulang dibunyikan mereka bisa pulang.Hari ini Melisa berencana akan mengajak Alisa bermain lagi setelah pulang sekolah, akan tetapi pesan WA yang dikirimkannya pada Alina belum dibalas sama sekali. Padahal Melisa sudah lama mengirimkannya.Setiap saat Melisa mengecek ponselnya, adakah pesan dari Alina atau tidak. Ingin menelfon tapi Melisa takut jika nanti yang menerimanya Irham, nyalinya masih saja ciut jika berhada

    Last Updated : 2022-08-19
  • CAP PELAKOR   Menjenguk Alina

    [Pastikan nanti kamu datang pukul delapan pagi, nanti Bang Irham akan pergi ke kantornya untuk menandatangi berkas-berkas.]Melisa membaca pesan dari Naya dengan mata berbinar, dia tidak menyangka setelah dua hari lalu pertemuannya dengan Naya, akhirnya dia bisa menjenguk Alina di rumah sakit.Buru-buru Melisa mengetik pesan dan mengirimkan balasannya kepada Naya.[Baik, Mbak. Terima kasih banyak, aku pasti akan datang tepat waktu, Mbak.]Melisa meminta ijin pada sang suami untuk menjenguk Alina, sebagai istri tentu saja Melisa tidak akan pergi tanpa ijin suaminya."Mas, bolehkan aku nanti pergi menjenguk Mbak Alina?" tanya Melisa sambil merapikan tempat tidur."Tentu boleh, Mel. Mau aku antar?" Ardan menawarkan diri untuk mengantar Melisa.Melisa segera menghentikan kegiatannya dan menatap Ardan, Melisa masih ragu untuk jujur pada Ardan tentang keluarga Alina, termasuk Naya, wanita yang dulu pernah dihancurkan rumah tangganya."Emm ... tidak usah, Mas. Mas kan harus ke sekolah? Aku c

    Last Updated : 2022-08-19
  • CAP PELAKOR   Cinta Atau Obsesi

    Hari belum beranjak siang, sebuah mobil berwarna hitam mengikuti kemana arah mobil yang dikendarai oleh Naya pergi.Hari ini Naya akan membantu Melisa untuk menjenguk Alina.Anak-anaknya ditinggalkan di rumah bersama pengasuhnya selama Naya di rumah sakit. Naya mengemudi dengan kecepatan tinggi, dia harus segera sampai di rumah sakit. Sementara mobil yang mengikutinya masih setia di belakangnya, mobil tersebut dikendarai oleh Hanan.Semenjak bertemu dengan Naya, Hanan selalu membuntuti kemanapun Naya pergi. Hanan akan merasa puas jika mengetahui kegiatan Naya setiap hari.Hanan tidak mau kehilangan jejak Naya dan putranya lagi seperti dulu. Biarlah kini Hanan mengabaikan Dara, istrinya sendiri dari pada harus kehilangan Naya lagi.Jika harus memilih tentu Hanan akan tetap memilih Naya, belahan hatinya. Sampai kapanpun Naya tidak akan hilang dari hatinya sampai dia mati sekalipun.Hanan tersenyum membayangkan hari-harinya dulu bersama Naya, hari-hari yang penuh dengan kebahagiaan. Hana

    Last Updated : 2022-08-20
  • CAP PELAKOR   Kesalahpahaman Ardan

    Melisa mengemudikan mobil dengan tangan gemetar, sebenarnya saat berdebat dengan Hanan tadi, Melisa merasakan ketakutan, tapi dia tidak bisa diam saja membiarkan Hanan menindasnya.Melisa sudah memutuskan menghadapi semuanya dengan berani, dia ingin memperbaiki semua dalam hidupnya. Sudah cukup dia sendiri yang disalahkan, harusnya Ratih juga bersalah di masa lalu.Selang dua puluh menit, Melisa sampai di sekolah. Jika saja tidak mengingat murid-muridnya Melisa pasti akan memutuskan untuk pulang ke rumah saja menenangkan diri. Dia takut tidak bisa fokus untuk mengajar murid-muridnya.Begitu sampai, Melisa bergegas menuju ruangan Ardan. Mungkin dengan melihat Ardan sejenak dia akan melupakan kejadian yang tidak menyenangkan tadi.Melisa masuk ke ruangan Ardan setelah mengetuk pintu, walaupun Ardan suaminya, Melisa tetap harus menjaga kesopanan di sekolah."Ada apa, Mel? Kenapa wajahmu pucat begitu?" tanya Ardan begitu melihat Melisa masuk dan mendekat ke arahnya."Tidak ada apa-apa, Ma

    Last Updated : 2022-08-20
  • CAP PELAKOR   Perubahan Ardan

    "Mas, kamu tidak enak badan ya?" tanya Melisa dengan tangan terulur hendak memegang dahi sang suami.Ardan yang melihat Melisa hendak menyentuhnya segera menepis tangan Melisa sambil mendecakkan lidah. Dia merasa kalau perhatian yang Melisa berikan pasti palsu. Atau mungkin selama ini Melisa hanya bersandiwara kepadanya.Hati Ardan berdenyut nyeri membayangkan kalau selama ini Melisa tidak pernah menerima dirinya dengan sepenuh hati.Melisa tersentak ketika tangannya ditepis oleh Ardan. Netranya melihat tangannya yang menggantung di udara. Hatinya bagai teriris mendapat penolakan dari Ardan. Tak pernah terbayangkan Ardan akan berbuat demikian padanya, mengingat Ardan selalu bersikap lembut padanya."Kamu kenapa, Mas?" tanya Melisa heran dengan sikap Ardan.Ardan bergeming tak menanggapi pertanyaan Melisa, dia hanya berbalik dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ardan merasa belum siap merasakan sakit lebih lagi, jika Melisa mengakui tentang pengkhianatannya.Melisa semakin her

    Last Updated : 2022-08-21
  • CAP PELAKOR   Laki-Laki Bersama Naya

    Hari masih terlalu pagi, Hanan sudah memarkirkan mobilnya tak jauh dari rumah Naya. Seperti hari-hari sebelumnya, Hanan masih tetap menguntit kemana pun Naya pergi.Hanya melihat Naya dan putranya dari jauh saja sudah membuat Hanan bahagia. Paling tidak dia bisa menuntaskan rasa rindunya kepada Mereka.Netra Hanan melihat mobil Naya keluar dari halaman, Hanan bergegas menghidupkan mobilnya dan mulai memacu mobilnya mengikuti mobil Naya. Sepanjang perjalanan Hanan selalu melebarkan senyumnya, akhirnya dia bisa melihat belahan hatinya.Hanan mengernyitkan kening ketika mobil Naya tidak menuju ke rumah sakit seperti biasanya. Dalam hati dia bertanya-tanya kemana arah yang dituju oleh Naya."Bukannya ini jalan menuju bandara? Memang Naya mau ke mana?" gumam Hanan heran, "Jangan-jangan Naya akan pergi? Aku harus bagaimana kalau kehilangan jejak Naya lagi?"Hanan panik saat mobil Naya benar-benar menuju bandara. Dia tidak punya persiapan apapun untuk mengikuti Naya naik pesawat. Hanan takut

    Last Updated : 2022-08-21
  • CAP PELAKOR   Sebab Perubahan

    Sudah satu minggu Melisa merasakan perubahan Ardan, Melisa semakin tidak bisa menahan rasa penasarannya sebab perubahan sang suami.Seminggu ini diabaikan membuat Melisa frustasi, dia meraba-raba apa yang salah dalam dirinya selama menjadi istri Ardan, hingga membuat Ardan acuh kepadanya. Mungkin saja jika Ardan mau menjelaskan apa kesalahan yang diperbuatnya, tentu Melisa tidak akan kelabakan sendiri seperti ini.Pagi ini, seperti biasanya Ardan akan berangkat sebelum Melisa bangun, dan nanti Ardan akan pulang ke rumah larut malam. Entah apa yang dilakukan Ardan di luar sana hingga pulang larut malam. Padahal biasanya Ardan akan pulang sebelum sore."Kau tidak ke sekolah, Mel?" Suara Widia mengejutkan Melisa. Memang sejak pembicaraan mereka membahas jawaban Melisa, mereka belum pernah berbicara sama sekali."Belum, Ma," jawab Melisa.Widia pun merasa kalau akhir-akhir ini rumah tangga putranya sedang tidak baik-baik saja. Widia perhatikan Ardan jarang sekali ikut sarapan, tidak seper

    Last Updated : 2022-08-21
  • CAP PELAKOR   Penyelidikan Ratih

    "Ada apa kamu, Han? Kenapa akhir-akhir ini kamu sering keluar dan bertengkar dengan Dara?" tanya Ratih kepada Hanan yang sedang menyesap kopi.Hari beranjak malam, Ratih menghampiri Hanan yang sedang menyesap kopi di teras rumah. Setelah seharian mengintai Naya, Hanan akan duduk di teras dari pada bertengkar dengan Dara jika melihatnya.Sikap lembut Hanan kepada Dara sudah menghilang sejak Hanan mulai bertemu dengan Naya. Hanan sudah lupa tujuannya menikahi Dara, hatinya tidak bisa berbohong jika dia tidak bisa menerima Dara di hidupnya.Seluruh hati Hanan sepenuhnya hanya untuk Naya, cinta pertama sekaligus belahan hatinya. Hanan yakin jika sebenarnya Naya pun sama seperti dirinya, Naya hanya berpura-pura bahagia dengan keluarga barunya.Hanan merasa bahwa dialah yang harus berjuang untuk mewujudkan kebersamaannya dengan Naya seperti dulu sebelum Melisa datang dalam kehidupan Mereka berdua."Han!" sentak Ratih menyenggol lengan Hanan.Hanan seketika terkejut, dia menolehkan wajahnya

    Last Updated : 2022-08-22

Latest chapter

  • CAP PELAKOR   Akhir

    "Maaf, saya tidak sengaja." Naya menunduk membantu seorang wanita yang sedang memungut barang belanjaannya yang berserakan."Tidak apa-apa, saya juga tidak melihat jalan dengan benar," sahut Dara, wanita yang ditabrak oleh Naya. Dia masih fokus mengumpulkan barang-barangnya yang jatuh.Setelah selesai mengumpulkan barang-barang tersebut, Naya menyerahkannya kepada Dara yang masih menunduk."Terima kasih banyak." Dara mendongak melihat Naya, netranya langsung membulat begitu melihat Naya lah yang ada di hadapannya. Bibir Dara seolah kelu, dari dulu dia ingin sekali bertemu dengan Naya, akhirnya setelah sekian lama, Dara diberi kesempatan untuk bertemu dengan Naya tanpa terduga-duga."Sama-sama," ucap Naya sembari tersenyum teduh. "Maaf, apakah ada yang terluka?" tanya Naya.Dara masih membeku, dia belum bisa berkata-kata karena terkejut melihat Naya. Dara masih mematung memandang Naya takjub."Maaf, apakah benar ada yang sakit? Kenapa Mbak diam saja?" tanya Naya lagi sembari menggoyang

  • CAP PELAKOR   Hilangnya Cap Pelakor

    "Hai, Mel. Apa kabarmu?" tanya Naya sembari tersenyum. Kemudian dia menunduk diam sejenak, kelopak matanya mulai mengembun, dirasakannya usapan lembut di punggungnya.Naya menoleh, melihat Alisa yang sudah beranjak remaja. Tidak terasa lima tahun berlalu begitu cepat sejak kepergian Melisa. Operasi pencangkokan jantung Alina berjalan dengan lancar, Alina sudah sehat kembali dengan jantung baru dari Melisa. Bahkan anak-anaknya sudah tumbuh dengan sehat.Naya dan juga keluarganya tidak bisa melupakan jasa Melisa, mereka rutin mengunjungi makam Melisa di setiap tanggal kepergiannya.Masih teringat dengan jelas betapa sedihnya mereka saat Melisa pergi untuk selamanya dan mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Alina. Sungguh jasa Melisa sangat berharga untuk semua orang, terlebih untuk Irham dan juga keluarganya.Bahkan Irham sempat menurunkan egonya untuk berterima kasih dan meminta maaf kepada Melisa, Naya yang menyaksikan adegan tersebut menangis terharu atas sikap Irham tersebut. Nay

  • CAP PELAKOR   Keputusan Irham

    "Apakah masih belum ada keputusan dari Bang Irham, Nay?" tanya Alan kepada Naya yang sedang bersiap untuk ke rumah sakit.Naya menggeleng lesu menanggapi pertanyaan sang suami. Abangnya itu sangat keras kepala. Padahal Melisa tidak punya waktu banyak, keadaannya sudah semakin memburuk. Jika Abangnya belum juga memberikan keputusan, Naya takut jika Melisa tidak bisa bertahan lagi dan Alina tidak mempunyai donor untuk jantungnya lagi.Sejak sadar pertama kali, Melisa sudah tidak pernah bangun lagi. Kehidupannya hanya bergantung pada alat-alat rumah sakit. Ardan masih ingin mempertahankan nyawa sang istri sampai Irham memberikan keputusannya.Ardan sudah rela jika sang istri memiliki keinginan untuk memberikan jantungnya pada Alina. Dia sudah ikhlas jika memang keinginan terakhir Melisa seperti itu."Kita tunggu saja, Nay. Mungkin Bang Irham masih bimbang," tambah Alan."Mau ditunggu sampai kapan, Mas? Bang Irham itu keras kepala, tidak tahu sampai kapan pikirannya itu akan berubah," sah

  • CAP PELAKOR   Kesedihan Ratih

    Ratih mengerjapkan matanya pelan, netranya bergerak ke sana kemari pelan. Memandang ruangan yang serba putih dengan aroma obat-obatan yang sangat kuat. Ratih melihat Dara yang tertidur dengan posisi membungkuk, tangan Ratih kaku ketika digerakkan untuk meraih Dara yang sedang tertidur di samping ranjangnya.Bibir Ratih bergerak tanpa suara memanggil Dara, tenggorokan Ratih terasa kering, dia ingin meminta minum pada Dara."Ra ... Da ... Ra," panggil Ratih dengan suara lirih.Dara tidak merespon panggilan Ratih, dia masih pulas tertidur. Dara kecapekan karena harus mondar mandir mengurus Ratih dan juga Hanan.Ratih pun menggerakkan tangannya dengan paksa untuk meraih Dara, walaupun tenaganya masih lemah, dia harus membangunkan Dara.Dara yang merasakan pergerakan Ratih akhirnya terbangun, "Ibu ... Ibu sudah bangun?" Dara segera bangkit dari duduknya dengan mata yang berbinar."Mi-num ...," lirih Ratih.Dara bergegas mengambilkan Ratih air putih dan membantu Ratih untuk meminumnya. Dara

  • CAP PELAKOR   Penolakan Irham

    "Apa? Apa maksudmu, Nay?" Irham meninggikan suaranya. Dia sedang berbicara dengan Naya di depan ruang rawat Alina."Bang, tolong jangan egois. Abang tahu sendiri kondisi Mbak Alina seperti apa. Sudah lama Mbak Alina belum juga menemukan donor untuk jantungnya, kini setelah ada yang mendonorkan jantungnya untuk Mbak Alina, kenapa Abang menolaknya mentah-mentah?"Naya sudah memberi tahu Irham tentang permintaan Melisa yang ingin mendonorkan jantungnya untuk Alina. Tetapi Irham terlihat menolak permintaan Melisa."Tapi kenapa harus jantung wanita pelakor itu, Nay? Kenapa tidak dari yang lain saja?" lirih Irham."Kita tidak punya pilihan lain, Bang. Jika saja kita masih mempunyai pilihan lain lagi, tentu Abang bisa memilih sesuka hati Abang," sahut Naya menatap sendu Irham."Aku tidak bisa, Nay. Aku tidak mau Alina memiliki bagian tubuh dari wanita itu. Aku tidak bisa menerimanya, hatiku tidak bisa, Nay." Irham masih bersikeras menolak.Naya menggelengkan kepala melihat sifat keras kepala

  • CAP PELAKOR   Tugas Melisa

    Tidak terasa sudah satu minggu semenjak Hanan meninggal, Melisa belum juga sadarkan diri. Ardan selalu berada di samping Melisa, dia tidak pernah meninggalkan Melisa barang sejenak.Naya juga mengunjungi Melisa setiap hari, dia selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Melisa walau hanya sebentar saja. Ardan dan juga Naya sudah tak lagi saling berkata tajam, mereka sudah saling bermaafan. Naya yang lebih dulu meminta maaf pada Ardan karena berbicara kasar padanya. Naya hanya ingin Ardan sadar tentang kesalahannya saja, dia tidak bermaksud melukai perasaan Ardan.Dan Ardan pun juga sebaliknya, dia juga meminta maaf atas perilaku tidak menyenangkan yang dilakukannya pada Naya.Hari ini Naya datang lagi menjenguk Melisa, tapi dia tidak sendirian. Alisa ikut bersama dengannya melihat kondisi Melisa. Naya pikir tidak mengapa jika Alisa ingin ikut dengannya, mungkin saja dengan kedatangan Alisa, Melisa bisa sadarkan diri.Naya sangat berharap Melisa bisa membuka matanya lagi. Dia ingin Meli

  • CAP PELAKOR   Pemakaman Hanan

    "Kenapa Bunda menangis? Apa masih ada yang sakit?" tanya Aryan ketika melihat Naya masih menangis menatap sendu Aryan.Naya dan Alan sudah sampai di rumah, mereka langsung menemui Aryan yang sedang bermain bersama dengan Alisa.Naya semakin terisak mendapat pertanyaan dari putranya itu, dia sangat sedih, Aryan belum terlalu mengenal ayah kandungnya tapi ayahnya tersebut sudah tiada.Alan yang melihat Naya hanya bisa menangis pun mulai berjalan mendekati Aryan. Alan mengelus puncak kepala Aryan lembut. Dikecupnya kening putra sambungnya tersebut dengan kasih sayang."Ikut kami yuk, Nak," ucap Alan."Mau kemana, Yah? Terus kenapa Bunda menangis? Apa Bunda masih sakit, Yah? Kalau Bunda masih sakit, kita bawa ke rumah sakit lagi saja." Aryan bertanya bertubi-tubi, dia masih belum mengerti kesedihan sang bunda."Ki-ta pergi untuk melihat ayah Aryan, mau ya, Nak?" bujuk Alan lembut.Aryan mengernyit, "Ayah Aryan kan sudah di sini," jawab Aryan memutar badannya membelakangi Alan.Aryan menun

  • CAP PELAKOR   Hanan Meninggal

    "Sudah, Nay. Kamu yang sabar, aku lihat suami Melisa sudah sangat menyesal. Jangan lagi kamu tambah lagi penyesalannya," ucap Alan sembari mengelus puncak kepala Naya."Iya, Mas. Maaf, aku terbawa emosi karena melihat suami Melisa. Aku merasa kasihan kepada Melisa, hidupnya terlalu banyak penderitaan," sahut Naya.Alan tersenyum mendengar Naya, istrinya itu mudah sekali instropeksi diri, dia akan mengakui salah jika memang dirinya bersalah. Alan merasa sangat beruntung mendapatkan Naya sebagai istrinya.Kini mereka sedang berada di kamar rawat Naya, sedangkan Dinda pulang ke rumah Naya untuk membantu menjaga anak-anak. Kasihan mereka hanya di rumah bersama seorang pengasuh saja, Irham masih menemani Alina di rumah sakit. Dokter tidak mengijinkan Alina di rawat di rumah, mengingat kondisi Alina bisa berada dalam bahaya kapan saja.Alan tiba-tiba teringat dengan kondisi Hanan yang bertambah kritis, dia harus segera memberitahu Naya tentang kondisi Hanan. Walau bagaimanapun Hanan juga ay

  • CAP PELAKOR   Kesedihan Ardan

    "Antarkan aku melihat kondisi Melisa, Mas," pinta Naya kepada Alan.Alan memberikan lirikan kepada Dinda supaya membujuk Naya, Alan masih khawatir dengan kondisi Naya yang belum terlalu membaik.Dinda seolah mengerti dengan maksud dari lirikan Alan kepadanya."Mbak, nanti saja. Pulihkan dulu kondisimu, baru nanti Mbak bisa melihat kondisi wanita itu," ucap Dinda.Naya memalingkan wajahnya menghadap Dinda, dia menatap tajam kepada Dinda."Siapa yang kau sebut wanita itu, Din? Dia punya nama, dan dialah orang yang telah mempertaruhkan nyawanya untuk menolongku." Dinda hanya menunduk menanggapi ucapan Naya. Kebencian Dinda kepada Melisa masih mengakar di hatinya. Dinda masih ingat betul bagaimana Melisa menghancurkan hidup Naya di masa lalu.Alan mendesah, dia salah karena meminta Dinda untuk membujuk Naya. Sejenak dia lupa kalau Dinda sangat membenci Melisa. Istrinya itu memang lemah lembut, tetapi jika sudah mempunyai kemauan seperti ini, Alan tidak akan kuasa menolaknya."Baiklah, ak

DMCA.com Protection Status