"Maksudmu, apa berkata begitu, hah?" Erlan bangkit dari duduknya dan langsung meraih kerah baju Fadli dan mencengkeramnya dengan kuat."Wow! Ternyata dugaanku benar! Erlan sudah mulai tertarik kepada gadis itu. Tidak salah lagi." gumam Fadli dalam hatinya."Aku ... aku, hanya bercanda, Bro." serunya cepat. Karena Erlan sudah mulai bersiap-siap ingin menghajarnya."Gue tidak butuh bercanda jika berkaitan dengan Mitha! Dia milik gue dan selamanya akan menjadi milik gue! Hanya gue lah satu-satunya pria yang ada di dunia ini, yang berkuasa atasnya!" serunya lagi."I-ya, Bro. Benar sekali perkataanmu. Maaf tadi aku hanya sekedar berbicara sembarangan." Fadli sedikit menciut nyalinya. Melihat Erlan yang begitu sangat emosi kepadanya.Bersamaan dengan itu, Erlan tiba-tiba tumbang di bahu Fadli. Untung saja dengan cepat Dio datang ke tempat itu. "Tuan Muda! Anda kenapa?" sahutnya, lalu mencoba membantu Fadli untuk memapah Tubuh Erlan yang sedang mabuk, karena terlalu banyak minum Wine."Anta
Setelah selesai memeriksa semua ruangan-ruangan di vila itu dan memastikan jika semua sudah aman, Dio kembali masuk ke dalam bar mini tersebut."Bagaimana Asisten Dio, apakah semua aman? Sepertinya Erlan butuh tempat tidur saat ini." tutur Fadli yang mulai merasa pegal menahan bobot tubuh Erlan yang cukup berat. Apalagi sahabatnya itu, lebih tinggi darinya."Semua aman, Tuan Fadli. Bisa kah Anda membantu saya memapah tubuh, Bos Erlan?" Fadli segera mengangguk karena dia memang sudah merasa capek menopang tubuh besar Erlan.Ketiganya pun mulai ke luar dari dalam bar mini itu. Namun baru beberapa langkah berjalan, mereka berpapasan dengan Arjuna."Tuan Arjuna, tolong bantu kami. Tubuh Bos Erlan agak berat." keluh Dio."Kak Erlan, kenapa?" tanya Arjuna."Bos Erlan, mabuk berat. Dia terlalu banyak minum wine." jawab Dio."Apa-apan sih, Kak Erlan. Ini kan malam pertama dia dan Kak Mitga sah menjadi suami istri. Kok malah mabuk-mabukkan sih?" tuturnya kesal."Tadi saya sudah melarangnya, T
"Sialan! Gue kok menjadi lemah begini?" kesal Erlan dalam hati.Lalu dia mencoba untuk berdiri, akan tetapi tidak bisa. "Sial! Kenapa kepala gue malah semakin berat?" Erlan kembali mengumpat dari dalam hatinya.Sementara Erlan mencoba untuk berdiri tegak, bekas muntahannya berserakan memenuhi lantai kamar mandi.Mitha yang melihat kondisi Erlan yang semakin parah. Sudah tidak mempedulikan lagi ultimatum suaminya.Dia pun segera menghampiri pria itu dan mencoba memapahnya kembali ke dalam kamar."Mas, kamu kenapa?" ucapnya sambil memegang lengan suaminya dengan erat.Namun Erlan malah menatapnya dengan tajam, lalu berkata,"Lepas kan tanganmu dari lenganku! Cepat! Aku mau membersihkan lantai kotor ini." serunya, lalu mulai menepis tangan istrinya dari lengannya, namun sia-sia. Mitha tidak membiarkan itu terjadi."Mas, aku tidak akan melepasmu. Kamu sangat lemah dan butuh pertolongan ku saat ini.""Aku baik-baik saja, Mitha! Tolong lepas! Biarkan aku sendiri." hardiknya"Mas, ma ... ma
Mitha seketika kaget, mendapati wajahnya basah kena air."Mas, ka ... kamu?" ucapnya tak percaya, karena Erlan menyiramnya dengan air mineral pagi itu. Rasa dingin mulai menghinggapinya. Bahkan bajunya menjadi ikut-ikutan basah terkena air siraman dari sang suami."Kenapa, hah? Lo keberatan? Memang Lo pantas disiram pakai air, kok! Untung saja gue cuma nyiram Lo, setengah botol air mineral. Belum satu galon air, gue nyiram Lo!" serunya marah.Mitha terdiam dan tidak habis pikir dengan tingkah Erlan. Baru tadi malam mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Pagi ini dia malah telah menyakiti istrinya.Karena Mitha yang tetap diam, membuat Erlan menjadi marah. Dia pun menghampiri istrinya dan mencengkeram dagu Mitha dengan kuat, sembari berkata,"Lo ngapain tidur di sofa, hah? Lo anggap apa, gue?" serunya."Sa ... sakit, Mas. Lepas." lirih Mitha sambil menitikkan air matanya.Satu kelemahan Erlan, yang tidak dapat dirinya hindari. Air mata Mitha. Dia tidak bisa melihat istrinya menangi
Mitha malah diam tak bersuara. Membuat Erlan sedikit gelisah."Sial! Kenapa gue malah memainkan permainan ini lagi? Bagaimana jika dia tidak mau melanjutkannya? Mampus dah gue! Alamat olah raga lima jari lagi! Sungguh menyebalkan!" seru Erlan dalam hatinya.Sementara dipihak Mitha,"Duh apa yang harus ku lakukan? Kenapa aku malah menginginkan lebih? Padahal seluruh badanku sedikit perih akibat gigitan Mas Erlan. Ta ... tapi kenapa aku malah menyukainya?" lirih Mitha dalam hatinya.Tubuhnya masih saja panas dan menginginkan sentuhan lebih dari suaminya yang ganas itu.Erlan masih menunggu Mitha. Namun sang istri tetap saja diam."Ah! Sialan!" Umpatnya dalam hati. Karena Mitha tetap saja berdiam diri. Lalu Erlan pun bersiap-siap menjauh dari ranjang. Karena tubuh telanjang istrinya begitu sangat menggoda hatinya untuk disentuh. Sepertinya dia sudah kecewa dan putus asa. Atas ulahnya sendiri.Namun disaat Erlan ingin pergi dan menjauh dari ranjang. Dengan cepat Mitha meraih tangannya."M
Erlan pun melihat Mitha yang sudah tertidur karena capek."What? Dia sampai tertidur? Apakah dia secapek itu?" tanyanya, dalam hati."Woi! Enak banget Lo tidur-tiduran ya! Gue menggarap lahan sendiri." tutur Erlan mencoba membangunkan Mitha."Woi bangun, woi!" ucapnya, lalu mulai mengguncang-guncang tubuh istrinya.Namun bukannya bangun, Mitha malah semakin nyenyak tidurnya.Dengan wajah kesal, Erlan terpaksa menghentikan gempurannya di atas tubuh istrinya yang sedang tertidur itu."Sialan! Gue malah ditinggal tidur!" kesalnya sendiri.Namun sang pria lalu mengambil selimut untuk menutupi tubuh istrinya. Sejenak, dirinya menatap tubuh lemah Mitha. Entah kenapa Erlan tiba-tiba tersenyum puas melihat sekujur tubuh istrinya yang dipenuhi bekas merah akibat ulahnya."What? Apakah aku yang melakukan semuanya, itu?" Erlan seakan tak percaya melihat hasil karya maha dahsyatnya, di atas tubuh istrinya."He-he-he, ternyata aku ganas juga rupanya." pujinya pada dirinya sendiri. Lalu tiba-tiba
"Mas, aku bisa tidur sebentar nggak?" lirih Mitha lemah."Kamu, ini! Tidur mulu! Bukannya tadi kamu sudah tidur? Masa tidur lagi, sih? protes Erlan."Ma ... maaf, Mas. Tapi aku capek banget sekarang," ucapnya, lagi."Kamu ini! Baru juga gitu sudah capek! Bagaimana jika kita melakukannya sepanjang hari sampai malam tiba? Jangan-jangan kamu nggak bangun-bangun lagi!" ketusnya."Boleh ya, Mas. Aku tidurnya sebentar saja?" Mitha terus saja mencoba bernegosiasi dengan suaminya.Tubuhnya sangat lemah. Dia ingin berbaring sebentar saja. Sepertinya Mitha benar-benar kehabisan energi.Namun Erlan sepertinya tidak mengizinkan Mitha untuk tidur.Apalagi, barusan sang suami mendapat pesan dari ibunya. Jika mereka saat ini sedang ditunggu di meja makan."Tidak bisa! Kamu tidak boleh tidur lagi! Kamu jangan mempermalukan ku!" ucapnya ketus. Erlan lalu melempar ponselnya di ranjang, tepat di hadapan istrinya."Baca sendiri! Itu ada pesan dari Mami." ketusnya. Lalu mulai memakai pakaian baru untukny
Mitha menjadi bingung, karena suaminya mengatakan jika lehernya baik-baik saja. Padahal yang sebenarnya terjadi, tidak demikian."Duh, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Sepertinya hanya ini satu-satunya dress yang layak untuk ku pakai,saat ini." Tuturnya, dalam hati."Hei, kamu kok diam saja Mitha?" sergah Erlan lagi."Mas, apakah nggak ada baju lain, ya?" Mitha tetap ngotot, berharap suaminya mau mengerti situasinya saat ini."Baju lain apa maksud kamu, hah? Kamu mau pakai dress sundel bolong itu? Kamu mau pamer body? Gitu? Shit! Dasar jalang!" Erlan menjadi benar-benar marah.Mitha seketika menatap tidak suka ke arah Erlan. Karena mendengar ucapan suaminya yang kembali kasar kepadanya."Hei, kenapa kamu menatapku seperti itu?" Erlan jadi, marah dan kesal saat ini.Mitha menghela napasnya dengan panjang. Sepertinya kesabarannya mulai habis, melihat suaminya yang terus bertengkar kepadanya."Dia terus saja menghinaku. Kali ini aku harus ngomong jujur kepadanya!" tutur Mitha dal