Share

BAB 9

Author: jasheline
last update Last Updated: 2024-11-30 22:59:24

Di rumah Linggar, ayahnya tiba-tiba mengamuk, membanting gelas dan menendang meja hingga kaca meja pecah. Tak jelas apa yang memicu amarahnya, tapi yang pasti, ia benar-benar kehilangan kendali. Linggar berusaha menahan dan menarik ayahnya keluar dari ruang tamu.

Selena, Ustadz Sholeh, dan Rangga saling memandang, melihat kejadian itu. Bagi orang biasa, mungkin itu hanya ayah Linggar yang tengah marah, namun sebenarnya, ada sesuatu yang mengendalikan dirinya. Itu bukanlah ayah Linggar sepenuhnya. Sosok Ratu yang mungkin terbangun dan terusik sedang menguasai tubuhnya.

"TIDAK!!!" Ayah Linggar tiba-tiba berlari dengan cepat, mencoba menyerang Ustadz Sholeh, namun langkahnya terhenti seolah ada penghalang yang tak terlihat di antara mereka.

Wajah ayah Linggar berubah, matanya kini tampak seperti mata reptil, tubuhnya bergerak seakan melayang.

"Jangan campuri urusan kami!" teriak ayah Linggar, dengan tatapan tajam ke arah Ustadz Sholeh.

Suara yang keluar dari mulutnya terdengar aneh, bukan hanya satu suara, melainkan suara campuran laki-laki dan perempuan, menambah kesan mengerikan. Suara itu semakin membuktikan bahwa bukan hanya satu sosok yang ada di dalam tubuh ayah Linggar. Bisa jadi ada beberapa entitas yang saling berbaur dalam satu tubuh.

"Karena kau sudah mengganggu orang tak bersalah, ini jadi urusanku. Tugas saya adalah mengalahkan makhluk seperti kamu yang menyesatkan." jawab Ustadz Sholeh dengan tegas.

Mendengar itu, ayah Linggar hanya tersenyum sinis, wajahnya penuh kebencian, seakan meremehkan Ustadz Sholeh.

"Hah! Berani kamu?!" teriaknya, kemudian tatapannya beralih kepada Selena.

Selena dan ayah Linggar yang tengah dirasuki sosok itu saling beradu pandang. Ayah Linggar tersenyum, namun senyumnya seperti menyimpan pesan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

"Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak ikut campur, tapi rupanya kamu keras kepala. Anak manis, jangan menyesal kalau nanti kamu jadi salah satu budakku," ujar sosok itu dengan nada mengancam.

"Astagfirullah…" gumam Selena, merasa terkejut. Linggar langsung berdiri di depan Selena, mencoba melindunginya dari tatapan penuh ancaman itu.

Sosok yang menguasai ayah Linggar kembali menatap Ustadz Sholeh, namun tubuhnya seolah terkunci, tak mampu bergerak. Akhirnya, sosok itu keluar dari tubuh ayah Linggar, dan tubuh ayah Linggar pun terjatuh pingsan.

"Brugh!"

"Papa!" Linggar berusaha menahan tubuh ayahnya yang terjatuh.

"Rangga, bantu Linggar untuk angkat ayahnya." Ujar Ustadz Sholeh, dan Rangga segera mengangguk.

Rangga pun membantu Linggar mengangkat ayahnya dan meletakkannya di sofa, sementara Ustadz Sholeh mulai membaca doa dan memeriksa sekitar ruangan itu, begitu juga Selena yang ikut waspada.

"Linggar, jagalah papamu, jangan sampai kamu tinggalkan. Rangga, temani Linggar, jika terjadi sesuatu." Ujar Ustadz Sholeh, sambil memakai sarung tangan.

"Iya, Ustadz." Jawab Rangga.

Ustadz Sholeh meminta pelayan rumah untuk menunjukkan sumber titik air, lalu dengan air yang sudah dibacakan doa, ia mulai menyemprotkan air ke setiap sudut rumah sambil melantunkan ayat-ayat Ruqyah.

Selama Ustadz Sholeh melantunkan doa, Selena merasakan energi yang tidak asing baginya, seperti energi kiriman teluh atau santet. Selena pun menatap sebuah kamar di lantai dua dan bertanya pada pelayan rumah yang mengikuti mereka.

"Bi, kamar ini milik siapa?" tanya Selena.

"Oh, ini kamar Tuan," jawab pelayan.

Selena menoleh ke arah Ustadz Sholeh yang masih membaca doa di dekat jendela, kemudian ia menghampirinya.

"Ustadz, aku merasakan energi kiriman." Ujar Selena dengan serius.

"Dari arah mana?" tanya Ustadz Sholeh.

"Dari kamar ayahnya Linggar," jawab Selena.

Ustadz Sholeh lalu berjalan menuju depan kamar di lantai dua, sambil membaca doa. Ia meminta pelayan rumah untuk membuka pintu kamar itu.

Saat pintu dibuka, kamar itu tampak rapi dan teratur, namun itu hanya yang terlihat oleh mata telanjang. Selena yang memperhatikan dari sudut lain merasa kamar itu sangat gelap, penuh tekanan, dan seolah menantang kehadirannya.

Baru saja Selena melangkahkan kaki memasuki kamar itu, tiba-tiba pelayan wanita yang berdiri di belakangnya, yang tadinya menunduk, mulai berjalan mendekat dengan langkah yang aneh.

Selena menoleh, merasakan sesuatu yang tidak biasa di belakangnya. Ia menatap pelayan Linggar yang terus menunduk, dengan rasa curiga yang semakin mendalam.

'Hati-hati, Selena...'

Sebuah bisikan terdengar jelas di telinganya, membuat Selena segera siaga.

"Bi?" panggil Selena pada pelayan Linggar, tetapi tidak ada jawaban.

"HAHAHAHAHA!!!" Tiba-tiba, pelayan itu tertawa keras dan langsung berusaha menyerang Selena.

Beruntung, Selena sudah siap dan berhasil menangkap tangan pelayan yang hendak mencekiknya. Ustadz Sholeh segera menahan tangan pelayan itu sambil melantunkan doa, dan pelayan tersebut berteriak kesakitan.

Selena tidak tinggal diam. Ia ikut membantu Ustadz Sholeh sambil membaca doa dalam hati, karena ia merasakan energi yang sangat kuat tak jauh dari mereka.

"Katakan siapa tuanmu!" perintah Ustadz Sholeh.

Pelayan Linggar hanya bisa menggeram kesakitan dan perlahan-lahan terjatuh ke lantai.

"Hhhmmm... Lepas!" teriaknya dengan suara penuh amarah, namun Ustadz Sholeh tetap melanjutkan doa tanpa henti.

"Ampun... Huhuhu... Pak Ustadz, ini saya..." Pelayan tua itu akhirnya seperti sadar, namun Ustadz Sholeh dan Selena tidak terpedaya.

Mereka tahu sosok yang merasuki pelayan itu sedang berusaha membodohi mereka dengan berpura-pura sadar, padahal sebenarnya ia belum sepenuhnya keluar.

Tipu daya ini bisa membuat siapa saja lengah, memainkan titik lemah manusia agar mereka terjebak.

"Jika sudah sadar, katakan siapa tuanmu. Apa yang kamu inginkan di sini? Kenapa mengganggu keluarga ini?" tanya Selena tegas.

Pelayan itu bergeliat di lantai, seperti ular yang kesakitan, namun Selena sadar bahwa sosok yang merasuki tubuhnya bukanlah yang dia cari. Energi yang ada dalam diri pelayan ini tidak sebesar energi sosok Ratu yang ia rasakan sebelumnya.

"Hmmm!!! Lepas! Lepaskan aku!" teriak pelayan itu sambil menggeram kesakitan.

Sosok yang merasuki tubuh pelayan itu tidak mau kalah. "Kalian sudah menyinggung sosok yang salah! Kalian akan menjadi makanan kami! Hahahaha!" serunya dengan tawa mengerikan.

"Bukan kamu yang saya cari, tapi maaf, saya harus membinasakanmu." ujar Ustadz Sholeh, masih melantunkan doa dengan penuh keyakinan. Tanpa memberi ampun, ia terus mengusir sosok jahat itu.

Pelayan rumah itu menjerit kesakitan, namun Ustadz Sholeh tidak memberikan kesempatan sedikitpun bagi sosok yang merasuki tubuh pelayan Linggar untuk melarikan diri. Bahkan ketika pelayan itu berteriak dan meronta, Ustadz Sholeh terus melantunkan doa tanpa ampun sampai akhirnya pelayan itu jatuh pingsan, lemas.

Selena segera membantu merapikan pakaian pelayan tersebut sambil terus berdoa. Di sisi lain, Ustadz Sholeh kembali fokus pada titik yang ia curigai sebagai sumber dari teluh tersebut.

Dengan penuh keyakinan, Ustadz Sholeh melanjutkan membaca doa, dan mulai memindahkan barang-barang dari sebuah lemari hias. Selena membantunya memindahkan barang-barang itu dengan hati-hati. Setelah semuanya dipindahkan, Ustadz Sholeh berusaha menggeser lemari tersebut, meski ia merasa kesulitan.

"SubhanAllah, lemari ini nggak besar, tapi kenapa susah banget digeser?" gumamnya, penuh keheranan.

Selena memandangnya, "Mungkin kita perlu bantuan, Ustadz. Panggil Rangga?"

"Tidak perlu, biarkan Rangga menjaga ayahnya Linggar. Linggar lebih bisa membantu," jawab Ustadz Sholeh, dan Selena pun mengangguk.

Selena turun ke lantai dua untuk memanggil Linggar. Rangga ingin ikut, namun ia harus tetap menjaga ayah Linggar, jadi ia tetap duduk cemas di sofa.

Setibanya di atas, Linggar terkejut melihat kamar ayahnya berantakan dan pelayan rumah yang tergeletak pingsan di lantai.

"Ustadz, ada apa dengan kamar ini?" tanya Linggar bingung.

"Kita akan tahu setelah berhasil menggeser lemari ini. Ayo, bantu saya," jawab Ustadz Sholeh, dan Linggar segera mengangguk tanpa banyak bertanya lagi.

Tubuh Linggar yang terawat dan kekar berkat latihan fisik yang rutin, membuatnya cukup kuat untuk membantu Ustadz Sholeh. Bersama-sama, mereka berusaha menggeser lemari kayu besar itu, dan perlahan-lahan lemari itu mulai bergerak.

Namun, saat lemari itu akhirnya bergeser sedikit, terdengar suara letusan keras dari bawah, seolah-olah sebuah petasan meledak di tanah. Suara itu diikuti oleh suara barang pecah yang menggema.

"DUARRRRR!!!"

"Astagfirullah! Apa itu!?" teriak Selena dan Ustadz Sholeh serentak, terkejut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • CALON TUMBAL   BAB 10

    Ustadz Sholeh memperhatikan sebuah pintu yang tersembunyi di balik lemari hias. Pintu itu dicat hitam, terkunci rapat, dan besinya tampak berkarat, menandakan bahwa pintu itu tidak pernah dibuka sebelumnya."Tolong cari alat untuk membuka gembok ini," kata Ustadz Sholeh."Iya, Ustadz." Linggar segera keluar dari kamar dan kembali tak lama kemudian dengan palu besar di tangannya.Namun, langkah Linggar terlihat aneh. Wajahnya tampak datar tanpa ekspresi, namun tangannya menggenggam erat gagang palu dan berjalan menuju Ustadz Sholeh. Selena, yang sebelumnya berada di bawah, terkejut saat kembali masuk ke kamar ayah Linggar dan melihat Linggar bersiap melayangkan palunya ke arah Ustadz Sholeh."Ustadz, hati-hati!" teriak Selena, dan dengan cepat Ustadz Sholeh menghindar, meskipun tetap terkena pukulan di pelipisnya.Pelipis Ustadz Sholeh berdarah, dan rasa pusing langsung menyusul akibat hantaman palu itu. Linggar terus menyerang tanpa kontrol, sementara Ustadz Sholeh berusaha menghindar

    Last Updated : 2024-11-30
  • CALON TUMBAL   BAB 11

    Selena dan Rangga membawa Ustadz Sholeh ke rumah sakit untuk perawatan luka terbuka di pelipisnya, sementara Linggar dan ayahnya diminta untuk menginap di hotel demi keselamatan mereka. Rumah itu dibiarkan kosong sementara waktu. Selena dan Ustadz Sholeh berencana melanjutkan pembersihan rumah Linggar begitu Ustadz Sholeh pulih."Kenapa bisa kepala kamu sampai bocor dihantam palu, Ustadz?" tanya ayah Nicholas dengan tawa kecil, karena Selena membawa Ustadz Sholeh ke rumah sakit tempat ayah Nicholas bekerja, dan kebetulan ayahnya yang menangani Ustadz Sholeh."Usia makin tua, tenaga juga makin berkurang, nggak secepat dulu," jawab Ustadz Sholeh sambil menyeringai, merasakan sakit di kepalanya.Di luar, Selena dan Rangga sedang berdiskusi tentang langkah selanjutnya untuk menangani siluman ular tersebut, ketika Selena kembali melihat sosok pria yang menangis di hari itu. Ternyata dia masih ada di sana, dan kelihatannya proses penyembuhannya belum menunjukkan perkembangan."Rangga, sosok

    Last Updated : 2024-12-01
  • CALON TUMBAL   BAB 12

    Selena menghubungi Rangga untuk pulang lebih dulu bersama Ustadz Sholeh, karena ia perlu pergi dengan perempuan yang baru ditemuinya di rumah sakit. Kini, Selena sudah tiba di rumah perempuan itu, yang terasa sangat nyaman.Di dalam rumah, terlihat foto pernikahan mereka yang menunjukkan kebahagiaan. Banyak foto kebersamaan yang tersebar di setiap sudut rumah, memperlihatkan cinta yang mendalam antara pasangan itu. Wanita tersebut keluar membawa dua cangkir teh dan menyajikannya kepada Selena."Minum, nak," ucap wanita itu."Terima kasih, tante," jawab Selena, disertai senyum dari wanita itu.Selena menikmati teh yang disajikan, sementara wanita tersebut tampak memperhatikan sekeliling rumahnya."Apakah suami saya ikut pulang?" tanya wanita itu."Ya, suami tante ada di belakang tante sekarang," jawab Selena."Tante, papaku bilang... kemungkinan suami tante untuk sadar sangat tipis, bahkan untuk bertahan hidup. Namun sepertinya dia masih belum bisa pergi karena ada urusan yang belum se

    Last Updated : 2024-12-02
  • CALON TUMBAL   BAB 13

    Keesokan harinya, Selena kembali ke rumah Linggar bersama Linggar dan ayahnya. Hanya dalam satu hari, rumah itu yang semula terlihat biasa saja kini terasa sangat berbeda, seperti rumah yang telah lama ditinggalkan. Aura yang mengelilinginya semakin suram, lebih berat dari sebelumnya. Ketika Selena bertanya pada ratu siluman ular, makhluk itu mengaku bahwa ia bukan pelakunya, melainkan ada sosok lain yang bertanggung jawab.Sementara itu, Ustadz Sholeh sedang melakukan pencarian benda gaib yang mungkin telah dikubur atau dikirim oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab, seseorang yang syirik terhadap keluarga Linggar."Li, papa kamu beli rumah ini?" tanya Selena ketika Linggar tidak bersama ayahnya."Enggak, kita cuma numpang tinggal sementara di sini. Mungkin tahun depan kami pindah," jawab Linggar."Kalau begitu, mendingan kalian pindah aja dari rumah ini. Rumah ini nggak bisa dibiarkan begitu saja, harus ada pembersihan total," saran Selena."Selena benar, apalagi ada banyak kir

    Last Updated : 2024-12-02
  • CALON TUMBAL   BAB 14

    Setelah sesi pembersihan pada ayah Linggar selesai, kehidupan mereka mulai berubah. Linggar kini telah pindah ke rumah baru yang lokasinya tidak jauh dari rumah Selena. Bahkan, rumah barunya terletak tepat di seberang rumah ayah Nicholas. Berkat rutin melakukan ruqyah, hubungan ayah dan ibu Linggar yang sempat renggang kini telah pulih, dan Linggar pun resmi menjadi bagian dari geng trio Selena dan Rangga di sekolah.Suatu malam, Selena sedang berbaring tengkurap di ranjangnya, asyik video call dengan Nicholas yang saat itu berada di luar negeri."Yah... aku kangen sama abang," keluh Selena."Nanti kalau kamu sudah bangun, aku telpon lagi. Sekarang tidur dulu, anak nakal," jawab Nicholas dengan suara lembut.Karena perbedaan waktu, komunikasi mereka kadang agak terhambat, ketika siang di tempat Nicholas, malam di tanah air. Namun, mereka berusaha tetap menjaga komunikasi itu."Hehe... iya deh, tidur dulu," jawab Selena.Tiba-tiba, wajah seorang pria muncul dari belakang Nicholas, samb

    Last Updated : 2024-12-02
  • CALON TUMBAL   BAB 15

    Setelah sesi pembersihan pada ayah Linggar selesai, kehidupan mereka mulai berubah. Linggar kini telah pindah ke rumah baru yang lokasinya tidak jauh dari rumah Selena. Bahkan, rumah barunya terletak tepat di seberang rumah ayah Nicholas. Berkat rutin melakukan ruqyah, hubungan ayah dan ibu Linggar yang sempat renggang kini telah pulih, dan Linggar pun resmi menjadi bagian dari geng trio Selena dan Rangga di sekolah.Suatu malam, Selena sedang berbaring tengkurap di ranjangnya, asyik video call dengan Nicholas yang saat itu berada di luar negeri."Yah... aku kangen sama abang," keluh Selena."Nanti kalau kamu sudah bangun, aku telpon lagi. Sekarang tidur dulu, anak nakal," jawab Nicholas dengan suara lembut.Karena perbedaan waktu, komunikasi mereka kadang agak terhambat, ketika siang di tempat Nicholas, malam di tanah air. Namun, mereka berusaha tetap menjaga komunikasi itu."Hehe... iya deh, tidur dulu," jawab Selena.Tiba-tiba, wajah seorang pria muncul dari belakang Nicholas, samb

    Last Updated : 2024-12-02
  • CALON TUMBAL   BAB 15

    Selena berjalan menuju kantin setelah jam istirahat tiba, seperti biasa ditemani oleh dua teman tampannya, Rangga dan Linggar. Namun, ketika mereka sampai di kantin, suasana tiba-tiba berubah mencekam. Terlihat riuh di antara kerumunan siswa, semua berlarian dengan ketakutan seolah menghindari sesuatu."AAaa!" teriak seorang siswi dengan suara melengking, semakin menambah kepanikan di sekitar mereka."Lari! Dia kerasukan setan!" teriak seorang siswa lain, hingga beberapa anak terjatuh dan terinjak oleh yang lainnya yang berlari ketakutan."Astaghfirullah... Ada apa ini? kenapa?" tanya Selena, saat salah seorang anak menabraknya karena berlari panik."Itu, ada yang kerasukan," jawab anak itu, membuat Selena terkejut. Namun, alih-alih menghindar, ia justru merasa terdorong untuk mendekati siswi yang sedang kerasukan itu.Siswi yang kerasukan itu berbicara dengan suara aneh, mengucapkan kata-kata yang tidak jelas sambil mengusap-usap rambutnya yang seolah terlihat sangat panjang."Tak le

    Last Updated : 2024-12-04
  • CALON TUMBAL   BAB 16

    Setelah membantu para murid yang mengalami kerasukan massal, Selena pulang dengan tubuh yang kelelahan parah. Langkahnya berat, dan tanpa sadar, ia tertidur di tepi jalan. Rangga hanya bisa memandangnya dengan cemas, pikirannya dipenuhi kekhawatiran. Ia sadar bahwa sosok yang kini dihadapi Selena semakin berbahaya, lebih dari yang bisa dibayangkannya.Dalam tidurnya, Selena memasuki mimpi yang terasa begitu nyata. Ia mendapati dirinya di rumah lama almarhum Raka, tempat yang penuh kenangan. Kakinya melangkah menaiki tangga, menuju lantai dua, ke kamar yang dulu ia tempati bersama Raka.“Kenapa aku disini? Bukankah Papa melarangku masuk ke rumah ini?” gumamnya ragu. Namun, dorongan tak terlihat membuatnya terus berjalan hingga akhirnya berdiri di depan pintu kamar lamanya.Kenangan masa lalu berkelebat satu per satu, membawa Selena larut dalam nostalgia. Di antara semua memori, bayangan Raka paling kuat terpatri, mengingat ia sering menghabiskan waktu bersama almarhum kakaknya itu.“Go

    Last Updated : 2024-12-04

Latest chapter

  • CALON TUMBAL   BAB 120

    Selena dan Linggar sedang duduk di dalam mobil, Selena masih memikirkan apa yang dilihatnya di alam astral dan yang terjadi di dunia nyata berbeda tapi berujung sama. Kini harapan mereka yang bisa menolong Intan sudah tidak ada, lalu apa Intan bisa ditolong?Sebelumnya, ibu-ibu yang mereka temui itu memberitahu kematian nenek Darsih yang tidak normal juga.(Kisah Balik Bermula)"Kami di kampung ini semua tahu nenek Darsih tuh siapa, dia ilmunya tinggi sampe banyak pelanggan yang dateng. Tapi seminggu lalu, nggak tau kenapa dia nggak pernah keluar dari rumah." Ujar ibu-ibu itu."Terus baru tiga hari lalu semua warga di sini curiga dengan rumah nenek Darsih yang baunya banget-bangetan, bau bangke! Semua orang pun akhirnya mendobrak masuk dan mereka menemukan jasadnya nenek Darsih yang udah busuk dibelatungin." Ujar ibu-ibu itu lagi."Inalillahi.." Selena bergumam."Nggak tau itu nenek meninggalnya dari kapan, ditemuinnya udah busuk dan belatungan. Baunya beeuuhh.. Naudzubillah!""Nggak

  • CALON TUMBAL   BAB 119

    Selena dan Linggar serta ibunya Intan sudah sampai di sebuah rumah yang tampak sangat asri, rumahnya juga tipikal rumah lama era 80 an dengan taman yang hijau dan pohon-pohon yang rindang."Ini bener rumahnya, Sel?" Tanya Linggar."Menurut maps sih iya, Jalan xx no 44." Sahut Selena."Bentar gue telpon dulu." Ujar Selena, dan ia menghubungi seseorang."Assalamu’alaikum, Om. Selena di depan rumah nomor 44 sesuai yang Om kasih." Ujar Selena."Oh, iya-iya Om." Sahut Selena.Tak lama ada seorang pria yang membuka kan pintu gerbang, dan mobil Linggar dipersilahkan masuk. Selena, Linggar dan ibunya Intan pun turun dari mobil."Non Selena, ya?" Tanyanya, dengan logat sunda."Iya pak, Om Hasannya ada?" Sahut Selena."Panggil mamang aja, Pak Hasan aya di dalam, silahkan masuk atuh." Ujar si bapak tadi."Oh, iya mang." Sahut Selena dengan senyumnya.Selena terkesima dengan rumah Hasan yang sangat adem, nyaman dan asri. Beda dengan rumah-rumah jaman sekarang yang modern tapi terlihat panas, ruma

  • CALON TUMBAL   BAB 118

    Selena sudah bersama ibunya Intan, saat ini ibunya Intan sedang menangis tersedu-sedu karena kondisi Intan makin tidak normal. Ibunya Intan juga menceritakan pada Selena tentang kejadian kemarin saat ada belatung yang keluar dari kemaluan Intan, Selena dan Linggar sampai ngeri mendengarnya."Tiap malem dia selalu merintih kesakitan, minta ampun, minta tolong, tapi dia sama sekali nggak kebangun dan sadar. Tante ngaji, dia makin kesakitan. Tante nggak ngerti lagi harus gimana.." Ujar ibunya Intan."Kita ke rumah Faaz dulu ya, tan. Aku semalem udah ngomong sama orang tuanya. Abis itu aku kenalin tante sama temen papaku yang bantu nolongin Faaz waktu itu." Ujar Selena, dan ibunya Intan mengangguk."Iya nak, tante berharap ada yang bisa nolong Intan." Ujar ibunya Intan.Akhirnya Selena dan Linggar membawa ibunya Intan itu ke rumah orang tua Faaz, dimana di sana juga ada Faaz yang senang dengan kedatangan Selena. Selena salim dengan kedua orang tua Faaz dan kini mereka duduk di ruang tamu.

  • CALON TUMBAL   BAB 117

    Selena keluar dari ruangan Intan karena sejujurnya dia juga tidak tahan dengan bau dari tubuh Intan, padahal ruangan Intan itu sudah dipasangi pengharum ruangan dengan uap, tapi masih tidak mengalahkan bau dari tubuh Intan.Selena kini sedang berada di luar ruangan Intan bersama ibunya Intan yang masih menangis setelah mendengar cerita dari Selena tentang kelakuan Intan tanpa sepengetahuan dirinya."Besok, tolong anterin tante ke rumah korbannya Intan, mau kan nak? Tante mau minta maaf, barangkali maaf mereka juga bisa mengurangi penderitaan Intan." Ujar ibunya Intan."Iya tante, kebetulan besok libur." Ujar Selena."Tante.. kalau semisal Intan pergi.." Selena menggantung, tidak ingin menyakiti perasaan ibunya Intan."Tante ikhlas kalo emang Intan harus pergi, tante sudah memaafkan semua kesalahan Intan. Tante nggak tega liat Intan menderita, nak.. hiks! Tante nggak menyangka Intan malah jadi salah jalan begini." Ibunya Intan benar-benar terpukul."Insyaallah akan kami bantu, tante. B

  • CALON TUMBAL   BAB 116

    Seminggu setelah kejadian itu, akhirnya Faaz dinyatakan sembuh. Tapi meski demikian Faaz harus lebih mendekatkan diri pada yang maha kuasa, sebab hanya itu benteng tertinggi agar dia selamat.Faaz sama sekali tidak mengingat apapun yang pernah dia lakukan dengan Intan selama sebulan menjalin hubungan dengan Intan, bahkan Faaz sama sekali tidak mengenal siapa itu Intan. Begitu efek peletnya hilang, Faaz lupa dengan Intan.Dan juga.. Intan sendiri menghilang begitu saja, sudah seminggu lamanya dia tidak masuk kelas. Selena masih memikirkan apa kiranya yang terjadi dengan Intan sampai satu minggu itu tidak masuk kelas."Sel, gue dapet kabar dari anak kampus, katanya Intan masuk rumah sakit." Ujar Linggar."Intan masuk rumah sakit!?" Selena terkejut."Iya, katanya orang tuanya ngasih surat ke dosen, Intan nggak bisa masuk karena dia sakit keras dan dirawat." Sahut Linggar, Selena terdiam mendengarkan itu."Oiya! denger-denger sakitnya aneh, katanya dia sekarat dan.. seluruh badannya busuk

  • CALON TUMBAL   BAB 115

    Intan berlari keluar, ia memesan taksi online dan tak lama taksi itu datang. Tak jauh berbeda dengan supir yang pertama, supir taksi yang kali ini juga merasa terganggu dengan bau dari tubuh Intan yang sangat menyengat."Cepet pak, jalan!" Ujarnya.Mobil taksi pun jalan, supirnya yang kali ini tidak menggunakan masker dan dia menutup langsung hidungnya dengan tangannya. Intan yang melihat itu pun marah dan menegur supirnya."Kenapa bapak tutup hidung!? Emangnya saya bau!?" Tanyanya dengan nada keras."Enggak, kok." Sahut supir itu, tapi masih menutup hidungnya."Kalo enggak kenapa hidungnya ditutupin!? Nggak sopan! Saya ini penumpang loh!" Ujar Intan, dia makin marah."Kalo udah sadar bau ngapain masih nanya, mbak. Mbak nggak sadar, badan mbak itu bau banget? Bau anyir, nanah, menjijikan tau nggak!" Ujar si supir. Kali ini Intan kurang beruntung karena tidak mendapat supir taksi yang baik seperti yang pertama."Bapak berani bentak saya!? Saya bisa kurangin rating bapak loh! Dipecat ba

  • CALON TUMBAL   BAB 114

    Selena sedang sarapan dengan ayah Nicholas, dan ayah Nicholas menceritakan pada Selena apa yang kemudian Pak Hasan lakukan pada Faaz. Faaz sudah berhasil diselamatkan hanya tinggal pembersihan saja, dan Selena senang mendengarnya."Alhamdulillah ketemu sama Om Hasan, dia orang yang tepat." Ujar Selena."lya, tapi papa lebih bangga sama kamu, karena kamu sudah berhasil menyelamatkan sukmanya Faaz. Om Hasan bilang, nanti siang akan melakukan pembersihan di rumah Faaz." Ujar ayah Nicholas."Siang ya, pa? Aku nggak bisa bantuin dong." Ujar Selena."Nggak apa-apa, nak.. nggak semua hal harus kamu yang lakuin." Ujar ayah Nicholas, akhirnya Selena mengangguk."Tapi semalem bener-bener serem pa, di alam sana itu bukan kayak alam astral yang biasanya, bukan alam kosong, tapi kayak kota Jakarta asli." Ujar Selena."Mungkin yang kamu lihat memang asli, cuma mereka tidak melihat kamu. Ada sebutannya dulu, orang jawa kuno menyebutnya itu adalah merogo sukmo" Ujar ayah Nicholas, Selena pun mengerny

  • CALON TUMBAL   BAB 113

    Selena masuk kedalam kamar-kamar yang ada di ruangan itu, tapi Selena tak menemukan keberadaan Faaz, Selena terus memanggil Faaz, berharap akan ada sahutan. Dan saat itu Selena melihat nenek tua itu sedang muntah-muntah darah."Kak Faaz!" Panggil Selena dengan keras.Selena melihat Intan juga berubah menjadi mengerikan, Intan merangkak kesakitan, seluruh wajah nya berdarah-darah. Nenek tua itu tampak ngesot di lantai dan menuju ke sebuah pintu yang belum Selena masuki, Selena mengikutinya dan dia melihat Faaz."Kak Faaz!" Selena bergegas masuk dan langsung menghampiri Faaz yang sedang tak sadarkan diri."Kak Faaz! Bangun kak!" Selena menepuk Faaz tapi Faaz tetap tidak sadarkan diri."Kak Faaz, bangun ini Selena." Ujar Selena, dan saat itu Faaz membuka matanya."Kak, ayo kita pergi dari sini." Ujar Selena, dia menggandeng tangan Faaz tapi Faaz kebingungan."Kita dimana?" Tanya nya."Aku jelasin ntar, ayo sekarang kita pergi." Ujar Selena, dan menarik tangan Faaz.Faaz menutup mulut nya

  • CALON TUMBAL   BAB 112

    Faaz duduk dan keheranan karena semua orang sedang mengaji, dan dia diletakkan di tengah seperti mayit. Tapi dari tatapan nya, Faaz terlihat seperti bukan Faaz.Ibunya hendak bangun dan menghampiri Faaz tapi dilarang oleh Selena."Jangan tante, tante harus tetap duduk." Ujar Selena."Kalian ngapain ngaji kayak gini!?" Faaz marah."Karena kami ingin mengeluarkan kamu, dari tubuh kak Faaz." Ujar Selena."Hei! Kamu pikir siapa kamu!? Suruh mereka berhenti!" Ujar Faaz, tapi tentu Selena tidak mendengarkan nya."Kamu nggak kenal dia, Fa? Dia Selena, bukan nya lo sering bahas dia?" Ujar Doni, dan Faaz tampak mengalami sakit kepala.'Selena?' Faaz seolah berpikir keras, siapa gerangan Selena yang dimaksud. "Kak Faaz nggak bakal inget, dia bukan dia karena di otak nya cuma dipenuhi oleh Intan." Ujar Selena, seketika Faaz menatap Selena."Mana pacar gue! Kalian apain pacar gue!" Faaz hendak menghampiri Selena tapi langkah nya terhenti karena dia seolah menabrak pembatas."Om, tante.. semuanya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status