Share

BAB 15

Penulis: jasheline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-04 23:00:23

Selena berjalan menuju kantin setelah jam istirahat tiba, seperti biasa ditemani oleh dua teman tampannya, Rangga dan Linggar. Namun, ketika mereka sampai di kantin, suasana tiba-tiba berubah mencekam. Terlihat riuh di antara kerumunan siswa, semua berlarian dengan ketakutan seolah menghindari sesuatu.

"AAaa!" teriak seorang siswi dengan suara melengking, semakin menambah kepanikan di sekitar mereka.

"Lari! Dia kerasukan setan!" teriak seorang siswa lain, hingga beberapa anak terjatuh dan terinjak oleh yang lainnya yang berlari ketakutan.

"Astaghfirullah... Ada apa ini? kenapa?" tanya Selena, saat salah seorang anak menabraknya karena berlari panik.

"Itu, ada yang kerasukan," jawab anak itu, membuat Selena terkejut. Namun, alih-alih menghindar, ia justru merasa terdorong untuk mendekati siswi yang sedang kerasukan itu.

Siswi yang kerasukan itu berbicara dengan suara aneh, mengucapkan kata-kata yang tidak jelas sambil mengusap-usap rambutnya yang seolah terlihat sangat panjang.

"Tak le
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • CALON TUMBAL   BAB 16

    Setelah membantu para murid yang mengalami kerasukan massal, Selena pulang dengan tubuh yang kelelahan parah. Langkahnya berat, dan tanpa sadar, ia tertidur di tepi jalan. Rangga hanya bisa memandangnya dengan cemas, pikirannya dipenuhi kekhawatiran. Ia sadar bahwa sosok yang kini dihadapi Selena semakin berbahaya, lebih dari yang bisa dibayangkannya.Dalam tidurnya, Selena memasuki mimpi yang terasa begitu nyata. Ia mendapati dirinya di rumah lama almarhum Raka, tempat yang penuh kenangan. Kakinya melangkah menaiki tangga, menuju lantai dua, ke kamar yang dulu ia tempati bersama Raka.“Kenapa aku disini? Bukankah Papa melarangku masuk ke rumah ini?” gumamnya ragu. Namun, dorongan tak terlihat membuatnya terus berjalan hingga akhirnya berdiri di depan pintu kamar lamanya.Kenangan masa lalu berkelebat satu per satu, membawa Selena larut dalam nostalgia. Di antara semua memori, bayangan Raka paling kuat terpatri, mengingat ia sering menghabiskan waktu bersama almarhum kakaknya itu.“Go

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • CALON TUMBAL   BAB 17

    Selena duduk di sofa kamarnya, matanya tetap memandangi layar ponsel dengan pandangan kosong. Panggilan video dengan Nicholas masih berlangsung, namun hatinya terasa berat. Ia menghapus air mata yang belum lama ini jatuh, perasaan sedihnya masih menguasai setelah kehilangan teteh putih."Udah, dek... Jangan sedih terus, kan teteh sudah ketemu tempat yang baik," ujar Nicholas dengan lembut, berusaha menghibur Selena yang masih tampak terpuruk."Iya..." Gumam Selena, menyeka air mata yang masih tersisa. Nicholas tersenyum, merasakan betapa lembutnya hati Selena, bahkan untuk makhluk yang sudah tak bernyawa sekalipun."Makan gih, ntar sakit loh kamu nggak makan-makan, udah malam ini," kata Nicholas dengan perhatian, namun Selena menggeleng pelan."Nggak lapar, bang," jawabnya dengan suara rendah, matanya masih tampak jauh."Rangga bilang kamu baru aja bantu ngurus kesurupan massal di sekolah, ya? Kok bisa sih ada kesurupan massal, padahal dulu nggak pernah ada gituan?" tanya Nicholas, me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • CALON TUMBAL   BAB 18

    Nicholas berjalan meninggalkan Kate, lalu mendatangi Justin yang menunggu di bagian lain taman. Mereka pun segera pergi meninggalkan tempat itu."Lu tolak, bro?" tanya Justin dengan penasaran."Gue nggak nolak, tapi gue ngelarang dia buat ungkapin perasaannya ke gue," jawab Nicholas tegas."Dih, sadis banget lu jadi cowok," kata Justin sambil geleng-geleng kepala."Dari pada dia terus berharap dan akhirnya tambah sakit, mending gue jujur di awal. Gue disini buat fokus belajar, Just. Nggak ada waktu buat pacaran-pacaran. Kalau ada jodoh, ntar juga ketemu," lanjut Nicholas, lalu melangkah pergi meninggalkan Justin."Gila nih bocah, Allee yang spek bidadari aja ditolak," gumam Justin, tercengang.Berpindah ke tanah air...Esok harinya, Selena, Rangga, dan Linggar tiba di sekolah. Hujan deras mengguyur bumi, dan koridor sekolah terasa suram karena mendung yang tebal. Selena mendengar suara Jovi berteriak, tapi ia tak melihat sosoknya."Selena!!" teriak suara itu, membuat Selena langsung c

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • CALON TUMBAL   BAB 19

    Selena kembali ke kamar dan duduk di ranjang, masih terbenam dalam pikiran tentang perkataan ayah Nicholas yang mengatakan ada seseorang yang mengirimkan santet padanya. Padahal, Selena merasa dirinya tidak pernah menyinggung siapapun. Bahkan, dia adalah pribadi yang pendiam, yang baru dikenal di sekolah karena kemampuannya menyadarkan orang-orang yang kesurupan massal.Selena menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, tetapi tetap duduk menyandar di ranjang. Ia membuka laci nakas dan mengeluarkan sebuah kotak perhiasan putih. Saat kotak itu terbuka, tampak sebuah kalung dengan bandul bambu kuning yang dulu ia ambil dari lemari utinya. Kalung itu sangat berkesan baginya, karena Nicholas yang memberikannya sebagai kado ulang tahun ke-15.Dengan lembut, Selena melepaskan kalung bandul bambu kuning itu. Ia mengenakan kalung pemberian Nicholas sebagai tanda rasa terima kasih dan penghargaan. Selena mengusap bandul kalung itu, mengingatkan dirinya pada utinya yang kini sudah tiada. Perlahan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • CALON TUMBAL   BAB 20

    Selena melangkah turun dari mobil, didampingi oleh Rangga. Matanya terpaku pada seorang sopir mobil travel yang berdiri di pinggir jalan, sibuk mengetik pesan di ponselnya. Sesekali, sopir itu terlihat berbicara lewat telepon, tampak tidak peduli pada sekelilingnya.Tiba-tiba, Selena terdiam. Penglihatannya mengabur, dan di benaknya muncul bayangan sebuah kecelakaan tragis. Mobil itu, mobil yang sama tempat para penumpang bercengkrama, terseret truk besar, hancur berantakan.Dengan cepat, Selena berlari kembali ke pintu mobil dan berteriak. “Pak, Bu, semuanya! Segera turun dari mobil ini sekarang!” Suaranya penuh kepanikan.Para penumpang memandangnya bingung.“Selena, ada apa?” tanya Rangga dengan alis terangkat.“Ra, tolong bantu aku! Suruh mereka turun! Ini soal hidup dan mati!” Selena berkata dengan suara bergetar, matanya mulai berkaca-kaca.Rangga tertegun. Tanpa banyak bertanya, dia segera membantu Selena. “Pak, Bu, ayo turun dari mobil ini, cepat!” ujarnya tegas.Namun, para p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • CALON TUMBAL   BAB 21

    Selena, Rangga, dan ayah Nicholas akhirnya memutuskan untuk kembali ke Jakarta setelah selesai berurusan dengan polisi. Padahal, perjalanan mereka sudah setengah jalan. Namun, hati ayah Nicholas tak tega meninggalkan Selena yang tengah larut dalam kesedihan. Meski bukan anak kandungnya, kasih sayang ayah Nicholas kepada Selena begitu tulus, seolah-olah dia adalah putrinya sendiri. Dalam hati, dia bersyukur Selena selamat dan tidak mengalami hal yang lebih buruk.“Jadi, aku nggak jadi pulang kampung, Pa?” tanya Selena, suaranya lirih.“Tunggu sampai kamu benar-benar pulih. Kalau cuma mau tanya sesuatu ke Ustadz Sholeh, biar Papa undang dia ke Jakarta,” jawab ayah Nicholas tegas, berusaha menenangkan hati Selena.“Jangan lupa, Nak, kita harus terus waspada. Ibadah itu benteng kita. Setan akan selalu mencari celah untuk menggoda, memancing sisi negatif kita. Kalau kita lengah, mereka bisa masuk dan menguasai pikiran kita,” lanjutnya, memberi nasehat bijak.Selena mengangguk kecil, meski

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • CALON TUMBAL   BAB 22

    Pagi harinya, Selena dan Rangga tiba di sekolah. Tidak seperti biasanya, kali ini mereka tidak pergi bersama Linggar. Selena tampak gelisah, pikirannya terus berputar mencari jejak energi Jovi, yang hingga saat ini masih belum ditemukan. Sosok Jovi seolah lenyap tanpa jejak, meninggalkan tanda tanya besar di hati Selena.“Kemana ya, Ra? Kok aku masih nggak bisa nemuin Jovi…” gumam Selena lirih, berdiri di dekat bangunan kelas lamanya saat SMP, tempat di mana Jovi biasanya berada.“Mungkin dia sudah pergi ke tempat yang lebih baik?” ujar Rangga, mencoba menenangkan.Selena terdiam, matanya menerawang jauh. Ia ingin mempercayai itu, tetapi ingatan terakhir tentang Jovi saat suara teriakannya memanggil nama Selena masih terlalu jelas. Rasanya mustahil Jovi pergi begitu saja tanpa pamit. Jovi pasti akan meninggalkan pesan, seperti halnya Teteh Putih dulu.“Ayo pergi. Kita coba cari ke tempat lain,” ajak Selena akhirnya. Rangga mengangguk dan mengikuti langkahnya.Di tengah kebimbangan itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • CALON TUMBAL   BAB 23

    Selena baru saja tiba di rumah, dan saat ini dia tengah video call dengan Nicholas. Seperti biasa, Selena belajar malam ditemani oleh abang angkatnya yang selalu setia membantunya memahami pelajaran."Ooo... iya, iya, aku tahu, kenapa aku nggak kepikiran ya? Ih, aku benar-benar lupa." Selena tertawa geli, sementara Nicholas tertawa kecil di layar laptop."Makanya, kalau di sekolah jangan cuma sibuk main sama hantu terus, dek..." kata Nicholas, membuat Selena meringis mendengar gurauannya."Gimana lagi, bang? Aku terlahir dengan kelebihan ini, jadi nggak tega kalau lihat sosok yang tersesat..." jawab Selena dengan nada serius."Tapi, dek, abang rasa kayaknya kamu udah ada peningkatan baru, deh. Nggak sih?" Nicholas bertanya, Selena pun menatap layar laptop, penasaran."Peningkatan apa, bang?" tanya Selena, kebingungan."Kamu sekarang bisa lihat kejadian yang belum terjadi, kan? Abang yakin kalau kamu terus latih kemampuanmu, kamu pasti bisa lebih dari ini," kata Nicholas dengan keyakin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08

Bab terbaru

  • CALON TUMBAL   BAB 94

    Sepupu Linggar sudah sadar, dan kini mereka semua berada di dalam mobil. Seharusnya mereka segera pergi dari rumah itu, tapi Selena masih berat meninggalkan dua anak kecil yang dilihatnya di dalam.Di luar, Linggar sibuk bertanya kepada warga sekitar tentang rumah kosong itu. Salah satu yang bersedia berbicara adalah seorang tukang kebun yang tinggal di sebelahnya."Setelah tahun 2011, pemilik rumah ini pergi entah ke mana. Tiba-tiba aja kosong. Beberapa bulan kemudian, ada plang ‘Rumah Dijual’ dipasang," ujar si tukang kebun.Linggar mengangguk, mendengarkan dengan saksama."Setiap malam ada suara-suara aneh," lanjut pria itu. "Kadang suara perempuan teriak, kadang kayak orang berantem sambil banting-banting barang. Padahal nggak ada yang tinggal di situ. Pernah juga ada maling yang masuk, malah dia sendiri yang teriak minta tolong. Katanya lihat kuntilanak!"Linggar merinding. "Jadi rumah ini memang angker, ya, Pak?" tanyanya.Tukang kebun itu mengangguk mantap. "Angker banget. Stra

  • CALON TUMBAL   BAB 93

    Selena tiba di sebuah perumahan yang tampak sepi, bayangan pohon menari-nari di bawah cahaya lampu jalan yang redup. Di depan sebuah rumah kosong, Linggar sudah menunggu dengan wajah tegang. Begitu melihat mobil Selena berhenti, ia langsung berlari menghampiri, nafasnya tersengal."Selena, tolongin sepupuku!" serunya panik.Selena turun dari mobil, ekspresinya berubah tajam. "Dimana dia? Jangan bilang kamu tinggalin dia sendirian!?""Enggak! Abangnya ada di atas, jagain dia," jawab Linggar cepat. Tanpa banyak bicara, mereka segera masuk ke dalam rumah, langkah kaki mereka menggema di lorong gelap menuju lantai atas.Begitu mencapai lantai dua, suara teriakan menggema dari dalam salah satu kamar. Selena merasakan hawa yang begitu berat, seakan udara di ruangan itu lebih padat dari biasanya."Deon!" Linggar menerobos masuk, melihat sepupunya yang tengah mengamuk.Di tengah ruangan yang berantakan, Deon meronta-ronta, tubuhnya dipeluk erat oleh kakaknya yang sudah kelelahan menahannya. M

  • CALON TUMBAL   BAB 92

    KEESOKAN HARINYASelena duduk di meja belajarnya, pena menari di atas halaman sebuah buku bersampul biru muda, buku diary miliknya. Senyum manis menghiasi wajahnya, membuat siapapun yang melihatnya tahu betapa bahagianya ia saat ini.Dari sudut ruangan, ibunya memperhatikan putrinya dengan penuh kasih. Kebahagiaan Selena seolah menular padanya.“Apa yang bikin kamu bahagia, sayang?” suara lembut ibunya menyapa.Selena tersentak, hampir lupa bahwa ibunya tak bisa ia sentuh lagi. Refleks, ia hampir saja memeluk sosok yang begitu dirindukannya."Hmm, sepertinya Bunda tahu," lanjut ibunya dengan senyum penuh arti. "Anak Bunda lagi kasmaran, ya?"Selena tersipu. “Hehe... Bunda.”"Menurut Bunda, Bang Nicholas gimana?" tanyanya, ragu-ragu tapi penuh harap."Nicholas?" sang ibu tersenyum. "Dia anak yang baik. Saleh, sopan santun, dan penyayang."Selena semakin tersenyum malu-malu. Pipinya bersemu merah."Bunda, Selena udah jadi pacarnya Bang Nicholas," bisiknya dengan nada bahagia.Ya, pacarn

  • CALON TUMBAL   BAB 91

    Nicholas menuangkan air ke dalam gelas, lalu mengambil obat untuk Selena. Tapi sejak tadi, senyum di wajahnya tak kunjung hilang. Berkali-kali ia berdehem, berusaha menetralisir kegugupannya."Ehem!" deheman kecil itu terdengar lagi. Ia tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Ketakutannya ternyata tak menjadi kenyataan."Astaghfirullah…" gumamnya, masih tak percaya.Siapa sangka, saat ia mengajak ayahnya bicara di ruang kerja, reaksinya justru di luar dugaan. Ia mengira akan dimarahi, atau setidaknya mendapat teguran keras. Namun yang terjadi malah sebaliknya, ayahnya ikut bahagia.[Flashback Nicholas, On..]Setelah Nicholas mengungkapkan perasaannya pada ayahnya, lelaki paruh baya itu terkejut bukan kepalang."Astaghfirullah, Abang! Akhirnya!" seru ayahnya, nyaris bersorak.Nicholas mengernyit. Ia sudah siap menghadapi kemarahan, atau paling buruk, tamparan. Tapi senyum lebar malah menghiasi wajah ayahnya."Papa nggak marah?" tanyanya ragu."Marah? Enggak lah! Papa malah seneng. Pap

  • CALON TUMBAL   BAB 90

    Selena terbangun dengan mata yang tajam, menyapu sekeliling dengan cepat. Suara itu masih menggema di telinganya, dan saat ia menoleh, sebuah sosok berdiri di kejauhan, tersenyum sinis dengan tatapan penuh tipu daya.Makhluk itu bukan sembarang sosok, ia adalah penghasut, yang senang mengajak manusia yang tengah terpuruk dalam masalah untuk mengakhiri hidupnya. Biasanya, ia berbisik pelan di telinga, merayap masuk ke dalam pikiran, dan perlahan menguasai tubuh manusia hingga mereka tak sadar melakukan tindakan yang tak seharusnya.'Ayo, mati... Ikutlah aku.'"Kamu menghasutku?" Selena menatap tajam.'Lihat, dia di sini. Kamu nggak mau ikut dengan dia?' Sosok itu berubah rupa menjadi Raka, wajah yang dikenal Selena.Selena merasa perih di hati, namun ia tahu itu bukan Raka. Dengan cepat, Selena membaca doa, dan sosok itu menghilang begitu saja. Ia bukanlah jenis makhluk yang dikirimkan, melainkan jiwa yang pernah terperangkap dalam keputusasaan hingga memilih jalan tragis, lalu berusah

  • CALON TUMBAL   BAB 89

    Selena melangkah mendekati Sagara, langkahnya mantap, tetapi ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan dari sorot matanya. Kini, ia berdiri tepat di hadapan Sagara dan menatapnya dalam-dalam."Mbak Marry... Aku akan mengizinkan Mbak masuk ke dalam tubuhku. Katakan sendiri apa yang ingin Mbak sampaikan ke Bang Sagara... Tapi jangan melewati batas," ujar Selena dengan suara tegas.Sejak tadi, sosok Marry terus berusaha meraih Sagara, tangannya yang tak kasat mata berkali-kali ingin memeluk lelaki itu.Linggar segera berdiri di belakang Selena, bersiap berjaga. Nicholas yang menyaksikan kejadian itu ikut maju, menepuk pundak Linggar."Gue aja," katanya.Linggar menatap Nicholas sejenak, lalu tersenyum kecil sebelum akhirnya melepaskan Selena. Begitu Marry masuk ke tubuhnya, Selena tersentak. Tubuhnya bergetar, lalu air matanya tumpah tanpa bisa dibendung."Mas Sagara..." suara lirih itu keluar dari bibirnya, tetapi itu bukan lagi suara Selena. Itu suara Marry.Tubuhnya bergerak, tangann

  • CALON TUMBAL   BAB 88

    Selena dan Nicholas sedang dalam perjalanan. Biasanya, Selena tak pernah kehabisan cerita, tapi kali ini ia hanya diam, menatap keluar jendela. Nicholas pun tak banyak bicara, pikirannya tampak jauh, seakan ada sesuatu yang membebani.Selena mencoba bersikap biasa, namun sejak mereka keluar dari rumah, suasana hati Nicholas terasa berbeda. Akhirnya, ia memilih memperhatikan jalanan, mengamati manusia dan yang bukan manusia. Sosok-sosok yang seharusnya tak terlihat oleh orang biasa berlalu-lalang di antara mereka, seolah masih hidup.Nicholas melirik Selena yang terus menatap ke luar. Tiba-tiba, ia menepikan mobil di dekat sebuah danau buatan yang sedang ramai dengan orang-orang. Selena menoleh, heran.“Kita mau turun di sini, Bang?” tanyanya.“Iya. Di sini ada festival jajanan. Kamu pasti betah,” jawab Nicholas dengan senyum tipis.Selena tertawa kecil. “Hehe, tau aja aku tukang jajan. Ya udah, yuk!”Ia melepas sabuk pengaman dan hendak turun, tapi Nicholas menahan tangannya.“Dek,” p

  • CALON TUMBAL   BAB 87

    Nicholas tiba di rumah, tetapi bayangan Selena tak tampak di mana pun. Ia bertanya pada bibi di rumah, dan mereka mengatakan bahwa Selena sedang berkeliling dengan sepedanya. Tanpa banyak berpikir, Nicholas langsung menuju kamarnya untuk mandi.Namun, baru beberapa anak tangga ia tapaki, suara roda sepeda yang memasuki halaman membuatnya berhenti. Sebuah senyum tersungging di wajahnya, lalu ia berbalik dan turun kembali.Di depan matanya, Selena berdiri dengan napas tersengal, meneguk air dari botolnya dengan rakus."Astaghfirullah, capek banget," gumamnya sambil mengelap keringat di pelipisnya.Tiba-tiba, sebuah handuk kecil jatuh di atas kepalanya. Selena mendongak, dan di sana, Nicholas berdiri dengan senyum khasnya."Abang? Abang udah pulang?" tanyanya, terkejut."Hm, ada seseorang yang di-chat tapi balesnya jutek. Jadi abang pulang aja," sahut Nicholas santai.Selena mengerutkan kening. "Hm? Temen abang?"Nicholas terkekeh. Gadis ini memang tidak pernah peka.Tanpa berkata apa-ap

  • CALON TUMBAL   BAB 86

    Selena kini duduk sendiri di kamarnya. Malam semakin larut, namun tidur seakan menjauh dari matanya. Pikirannya terus terjaga, terperangkap dalam kejadian yang membuatnya merasa sangat memalukan tadi."Bisa-bisanya aku pingsan, coba. Apa jangan-jangan aku beneran sakit jantung ya?" gumam Selena pelan, merasa cemas dengan perasaan yang tak biasa ia alami.Setelah sadar, Selena berkata bahwa dia merasa kelelahan agar Nicholas dan ayahnya meninggalkan kamarnya, sebab dia terlalu gugup untuk menghadapi kenyataan. Namun, kini, meski kamar terasa begitu sunyi, tidur tetap tak bisa menyapa matanya. Ia terus berguling, mencari posisi nyaman, tapi tetap tak berhasil.Akhirnya, Selena bangkit dan duduk di meja belajarnya. Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia membuka laptop dan mulai mencari arti dari gejala yang sedang ia rasakan. Ia takut jika itu adalah gejala penyakit jantung sungguhan, padahal usianya masih muda dan seharusnya tidak ada masalah seperti itu. Namun, setelah membaca hasilnya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status