Share

BAB 30

Penulis: jasheline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 23:07:17

Rangga duduk dengan napas terengah-engah, matanya celingukan, terkejut setengah mati. Wajah itu tiba-tiba muncul di atasnya, dengan mata serba putih dan wajah penuh darah.

"Astaghfirullah," Rangga mengusap dadanya, mencoba menenangkan diri.

Baru kali ini dia mengalami gangguan langsung dari makhluk gaib. Rasanya sangat mengerikan, seperti dunia tiba-tiba berubah jadi mimpi buruk.

Terdengar langkah kaki dari luar kamar. Linggar keluar setelah mendengar teriakan Rangga, sementara Selena masih terlelap dalam tidurnya.

"Napa sih lu!? Kaget gue," tanya Linggar dengan bingung.

"Ada setan, Li. Tadi nongol di depan muka gue, serem banget. Astaghfirullah," jawab Rangga, masih terlihat ketakutan dan celingukan.

"Boongan kan lu?" ujar Linggar, masih tak percaya.

"Ngapain juga gue boong? Lu tahu sendiri, gue bisa lihat," Rangga menegaskan, membuat Linggar sedikit ragu.

Linggar melirik sekitar dengan cemas. "Jangan berisik, ntar Selena bangun. Gue tidur di sini juga deh sama lu," katanya, sementar
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • CALON TUMBAL   BAB 31

    Ayah bayi itu melangkah mendekati Selena dengan wajah merah padam, amarahnya meluap-luap. Namun, sebelum ia berhasil mencapai Selena, Linggar maju dengan sigap, berdiri di depannya seperti perisai hidup. Sementara itu, Rangga menarik Selena menjauh, menjadikannya aman dari jangkauan pria yang sedang kehilangan kendali."Minggir kamu!" bentaknya kepada Linggar, suaranya penuh amarah. Tubuhnya yang besar dan gemuk memberikan tekanan saat ia mendorong Linggar."Enggak akan! Saya nggak akan minggir," jawab Linggar tegas, tetap berdiri tegap meski terdorong mundur beberapa langkah. Berkat latihannya, kuda-kudanya kokoh, dan ia tidak gentar menghadapi pria itu.Di sisi lain, ibu Rangga dengan cepat menyerahkan bayi itu kepada ibunya si bayi, mencoba mengurangi ketegangan. Ia lalu berusaha melerai, khawatir situasi semakin tak terkendali."Owek! Owek! Owek!" Tangis bayi yang keras berpadu dengan suara pertengkaran, membuat suasana semakin mencekam."Cukup, Gun! Udah, berhenti!" seru ibu Rang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • CALON TUMBAL   BAB 32

    Hari itu, Selena menghabiskan sisa waktunya dengan berat hati. Namun, karena bukan masa liburan panjang dan esok hari ia harus kembali ke sekolah, ia memutuskan kembali ke Jakarta secepatnya. Barang-barangnya telah rapi disimpan ke dalam mobil, tetapi pikirannya masih kacau.Rasa khawatir terus menggelayuti hatinya. Bayangan apa yang dilihatnya sebelumnya membuatnya gelisah. Tak ingin berdiam diri, Selena akhirnya menghubungi Ustadz Sholeh, memohon agar sang ustadz segera mendatangi rumah Pak Gunawan untuk menolong bayi malang itu.Namun, semua sudah terlambat.Rumah Pak Gunawan kini dipenuhi suara tangis pilu, bukan suara bayi, tetapi jerit kesedihan orang dewasa. Kenzi, bayi mungil yang baru berusia satu bulan, telah tiada."Huhuhu... Kenzi... Hiks... Hiks..." Ibu sang bayi menangis sejadi-jadinya, tubuhnya melemah hingga beberapa kali pingsan.Ia telah lama menanti momen menjadi seorang ibu, tetapi kebahagiaan itu direnggut dengan kejam. Kenzi menghembuskan napas terakhirnya satu j

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • CALON TUMBAL   BAB 33

    Ayah Nicholas duduk di ranjangnya, matanya terpaku pada sebuah foto lama yang ia temukan. Foto itu diambil saat ia masih berada di pondok pesantrennya, dan yang terlihat di dalamnya adalah seorang perempuan santriwati. Wajahnya yang tampak familiar membuat hati ayah Nicholas tergetar. Ya, itu adalah foto mendiang ibu Selena saat masih muda."Aku masih nggak bisa percaya, gadis yang ada di foto ini adalah ibu kandung Selena," gumam ayah Nicholas dengan perasaan campur aduk.{Kilas balik ayah Nicholas}Tiga tahun lalu, ayah Nicholas merasa ada yang aneh. Tak ada satupun anggota keluarga ibu Selena yang datang ke kampung. Maka, ia pun mencari tahu tentang sosok ibu Selena. Dari warga kampung, ia mendengar cerita yang tak kalah misterius."Dia itu orang asing yang hilang ingatan. Gak ada yang tahu kenapa bisa sampai ke kampung kita. Yang pertama kali menemukannya itu Sinclar, ayahnya Selena," ujar salah seorang warga yang tahu tentang kedatangan ibu Selena ke desa tersebut."Dia memang ca

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • CALON TUMBAL   BAB 34

    Selena tiba di sekolah, berlari terburu-buru menuju kelas bersama Rangga dan Linggar yang ternyata juga kesiangan. Mereka bertiga tampak seperti dikejar hantu, membuat siswa lain kebingungan melihatnya. Akhirnya, mereka pun sampai di kelas dengan napas terengah-engah."Gila, tidur kayaknya bener-bener ngaruh, lelap banget," kata Linggar, sambil menepuk dadanya."Sama, efek kecapekan kayaknya," sahut Selena, terkekeh.Tak lama setelah itu, guru pun tiba. Beruntung, Selena, Linggar, dan Rangga berhasil sampai tepat waktu sebelum wali kelas mereka datang. Pelajaran pun dimulai.***Beberapa hari setelah itu, Selena kembali menerima banyak kiriman teluh seperti biasa. Namun, kali ini ia bisa menahan semua itu, dengan sedikit bantuan dari ayah Ilham. Selena merasa perubahan pada dirinya, seolah ia bisa membaca karakter orang di sekitarnya, termasuk Rangga dan Linggar. Ia merasakan kasih sayang yang tulus dalam hati mereka, tapi ia tak sepenuhnya memahami makna dari perasaan itu, hanya mera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • CALON TUMBAL   BAB 35

    Selama seminggu menjalani ujian, Selena berhasil melewatinya tanpa ada hambatan berarti. Meskipun kiriman teluh selalu datang setiap malam, Selena fokus pada ujian dan bisa mengatasinya dengan bantuan ayahnya. Beruntung, dia sudah berhasil menemukan dan mengantar Jovi, sehingga dia bisa menjalani ujian dengan tenang tanpa harus khawatir tentang hal-hal gaib.Hari ini adalah hari terakhir ujian, dan semua orang merasa lega karena akhirnya ujian mereka akan segera berakhir."Bismillah... semoga ujian hari ini bisa kita lewati dengan lancar," ujar Selena penuh harap."Aamiin, ya Allah," jawab Rangga dan Linggar serentak.Namun, di balik rasa lega, Linggar merasa sedih. Setelah ujian selesai dan mereka lulus, keluarganya harus kembali pindah dari kota itu karena tugas orang tuanya yang sudah selesai. Itu berarti, dia dan Selena tak akan pernah bertemu lagi, karena Linggar akan ikut keluarganya pindah ke luar negeri.Ujian pun dimulai, dan semua murid fokus mengerjakan soal-soalnya. Namun,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • CALON TUMBAL   BAB 36

    Selena duduk di meja belajarnya, berbicara dengan Nicholas di telepon. Dia menceritakan serangkaian kejadian lucu dan seru yang terjadi selama ujian sekolah, sementara Nicholas hanya terkekeh mendengarnya. Namun, Selena tak menceritakan tentang ketegangan yang dia alami saat kerasukan pagi tadi."Jadi bentar lagi kamu bakal jadi mahasiswi, ya? Udah ada pilihan universitas belum, dek?" tanya Nicholas, penasaran."Hmmm... mana ya? Menurut abang, yang bagus yang mana?" jawab Selena."Di kampus abang aja, dek. Kampus abang kan bagus meskipun dalam negeri," ujar Nicholas."Yaahh... susah, syarat masuknya itu loh, bang. Aku nggak sepintar abang," keluh Selena dengan wajah murung."Jangan sedih gitu dong... Abang yakin kamu pasti keterima. Adek abang kan pintar," Nicholas mencoba menghibur Selena."Yaudah, ntar deh aku coba. Abang nggak ada kelas?" tanya Selena, berpindah topik."Ada, ntar siangan. Papa belum pulang, dek?" tanya Nicholas, penasaran.Selena menggelengkan kepala, menandakan ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • CALON TUMBAL   BAB 37

    Akhirnya, ayah Nicholas memutuskan untuk menunda perjalanannya ke rumah sakit. Rasa penasaran membuatnya memilih mendengarkan cerita Selena terlebih dahulu. Dengan wajah serius, Selena mulai menceritakan kejadian mengejutkan yang dialaminya kemarin pagi di sekolah. Saat sedang fokus mengerjakan ujian, tiba-tiba datang kiriman teluh yang mengacaukan suasana.“Awalnya aku mencoba melawan sosok itu, Pa. Tapi dia terlalu kuat. Aku sampai muntah darah... dan tiba-tiba, ada sesuatu dari dalam diriku yang bangkit,” ujar Selena, suaranya bergetar.Ayah Nicholas memperhatikan dengan cermat, sedangkan Rangga yang duduk di dekatnya tampak tegang mendengarkan.“Makhluk itu, Pa... dia muncul dan memakan sosok kiriman teluh itu. Bentuknya seperti binatang. Buas... sangat buas,” Selena menggantung kalimatnya, ketakutan masih membekas di wajahnya.Ayah Nicholas mengangguk pelan sebelum akhirnya berkata, “Harimau. Harimau pendampingmu akhirnya bangun.”“Harimau?” Selena dan Rangga serempak berseru. Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • CALON TUMBAL   BAB 38

    “Namaku Egi Mahardika. Adikku, Ryan Mahardika," sosok remaja itu memulai perkenalannya melalui hati Selena.Selena mendengarkan dengan seksama, memilih untuk tidak berbicara langsung agar tak menarik perhatian orang-orang di sekitar. Di dalam hatinya, Egi mulai bercerita, membawa Selena menyelami kisah penuh luka yang ia alami."Aku ikut ibuku setelah orang tua kami bercerai, sementara Ryan tinggal bersama ayah. Saat itu, aku baru lima belas tahun, dan Ryan masih sembilan. Aku masih ingat wajahnya yang menangis, memohon agar aku tidak pergi."Kesedihan yang dalam terpancar dari cerita Egi. Selena dapat merasakan penyesalan yang membebani sosok itu, penyesalan karena meninggalkan adiknya, dan karena memilih pergi bersama ibunya."Mengapa kalian berpisah?" tanya Selena, suaranya lembut dan penuh perhatian.Egi menghela nafas panjang. "Ayahku sebenarnya masih sangat mencintai ibu. Tapi ibu... dia jatuh cinta pada pria lain. Ayahku memutuskan untuk melepaskannya, berharap dia bisa bahagia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • CALON TUMBAL   BAB 94

    Sepupu Linggar sudah sadar, dan kini mereka semua berada di dalam mobil. Seharusnya mereka segera pergi dari rumah itu, tapi Selena masih berat meninggalkan dua anak kecil yang dilihatnya di dalam.Di luar, Linggar sibuk bertanya kepada warga sekitar tentang rumah kosong itu. Salah satu yang bersedia berbicara adalah seorang tukang kebun yang tinggal di sebelahnya."Setelah tahun 2011, pemilik rumah ini pergi entah ke mana. Tiba-tiba aja kosong. Beberapa bulan kemudian, ada plang ‘Rumah Dijual’ dipasang," ujar si tukang kebun.Linggar mengangguk, mendengarkan dengan saksama."Setiap malam ada suara-suara aneh," lanjut pria itu. "Kadang suara perempuan teriak, kadang kayak orang berantem sambil banting-banting barang. Padahal nggak ada yang tinggal di situ. Pernah juga ada maling yang masuk, malah dia sendiri yang teriak minta tolong. Katanya lihat kuntilanak!"Linggar merinding. "Jadi rumah ini memang angker, ya, Pak?" tanyanya.Tukang kebun itu mengangguk mantap. "Angker banget. Stra

  • CALON TUMBAL   BAB 93

    Selena tiba di sebuah perumahan yang tampak sepi, bayangan pohon menari-nari di bawah cahaya lampu jalan yang redup. Di depan sebuah rumah kosong, Linggar sudah menunggu dengan wajah tegang. Begitu melihat mobil Selena berhenti, ia langsung berlari menghampiri, nafasnya tersengal."Selena, tolongin sepupuku!" serunya panik.Selena turun dari mobil, ekspresinya berubah tajam. "Dimana dia? Jangan bilang kamu tinggalin dia sendirian!?""Enggak! Abangnya ada di atas, jagain dia," jawab Linggar cepat. Tanpa banyak bicara, mereka segera masuk ke dalam rumah, langkah kaki mereka menggema di lorong gelap menuju lantai atas.Begitu mencapai lantai dua, suara teriakan menggema dari dalam salah satu kamar. Selena merasakan hawa yang begitu berat, seakan udara di ruangan itu lebih padat dari biasanya."Deon!" Linggar menerobos masuk, melihat sepupunya yang tengah mengamuk.Di tengah ruangan yang berantakan, Deon meronta-ronta, tubuhnya dipeluk erat oleh kakaknya yang sudah kelelahan menahannya. M

  • CALON TUMBAL   BAB 92

    KEESOKAN HARINYASelena duduk di meja belajarnya, pena menari di atas halaman sebuah buku bersampul biru muda, buku diary miliknya. Senyum manis menghiasi wajahnya, membuat siapapun yang melihatnya tahu betapa bahagianya ia saat ini.Dari sudut ruangan, ibunya memperhatikan putrinya dengan penuh kasih. Kebahagiaan Selena seolah menular padanya.“Apa yang bikin kamu bahagia, sayang?” suara lembut ibunya menyapa.Selena tersentak, hampir lupa bahwa ibunya tak bisa ia sentuh lagi. Refleks, ia hampir saja memeluk sosok yang begitu dirindukannya."Hmm, sepertinya Bunda tahu," lanjut ibunya dengan senyum penuh arti. "Anak Bunda lagi kasmaran, ya?"Selena tersipu. “Hehe... Bunda.”"Menurut Bunda, Bang Nicholas gimana?" tanyanya, ragu-ragu tapi penuh harap."Nicholas?" sang ibu tersenyum. "Dia anak yang baik. Saleh, sopan santun, dan penyayang."Selena semakin tersenyum malu-malu. Pipinya bersemu merah."Bunda, Selena udah jadi pacarnya Bang Nicholas," bisiknya dengan nada bahagia.Ya, pacarn

  • CALON TUMBAL   BAB 91

    Nicholas menuangkan air ke dalam gelas, lalu mengambil obat untuk Selena. Tapi sejak tadi, senyum di wajahnya tak kunjung hilang. Berkali-kali ia berdehem, berusaha menetralisir kegugupannya."Ehem!" deheman kecil itu terdengar lagi. Ia tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Ketakutannya ternyata tak menjadi kenyataan."Astaghfirullah…" gumamnya, masih tak percaya.Siapa sangka, saat ia mengajak ayahnya bicara di ruang kerja, reaksinya justru di luar dugaan. Ia mengira akan dimarahi, atau setidaknya mendapat teguran keras. Namun yang terjadi malah sebaliknya, ayahnya ikut bahagia.[Flashback Nicholas, On..]Setelah Nicholas mengungkapkan perasaannya pada ayahnya, lelaki paruh baya itu terkejut bukan kepalang."Astaghfirullah, Abang! Akhirnya!" seru ayahnya, nyaris bersorak.Nicholas mengernyit. Ia sudah siap menghadapi kemarahan, atau paling buruk, tamparan. Tapi senyum lebar malah menghiasi wajah ayahnya."Papa nggak marah?" tanyanya ragu."Marah? Enggak lah! Papa malah seneng. Pap

  • CALON TUMBAL   BAB 90

    Selena terbangun dengan mata yang tajam, menyapu sekeliling dengan cepat. Suara itu masih menggema di telinganya, dan saat ia menoleh, sebuah sosok berdiri di kejauhan, tersenyum sinis dengan tatapan penuh tipu daya.Makhluk itu bukan sembarang sosok, ia adalah penghasut, yang senang mengajak manusia yang tengah terpuruk dalam masalah untuk mengakhiri hidupnya. Biasanya, ia berbisik pelan di telinga, merayap masuk ke dalam pikiran, dan perlahan menguasai tubuh manusia hingga mereka tak sadar melakukan tindakan yang tak seharusnya.'Ayo, mati... Ikutlah aku.'"Kamu menghasutku?" Selena menatap tajam.'Lihat, dia di sini. Kamu nggak mau ikut dengan dia?' Sosok itu berubah rupa menjadi Raka, wajah yang dikenal Selena.Selena merasa perih di hati, namun ia tahu itu bukan Raka. Dengan cepat, Selena membaca doa, dan sosok itu menghilang begitu saja. Ia bukanlah jenis makhluk yang dikirimkan, melainkan jiwa yang pernah terperangkap dalam keputusasaan hingga memilih jalan tragis, lalu berusah

  • CALON TUMBAL   BAB 89

    Selena melangkah mendekati Sagara, langkahnya mantap, tetapi ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan dari sorot matanya. Kini, ia berdiri tepat di hadapan Sagara dan menatapnya dalam-dalam."Mbak Marry... Aku akan mengizinkan Mbak masuk ke dalam tubuhku. Katakan sendiri apa yang ingin Mbak sampaikan ke Bang Sagara... Tapi jangan melewati batas," ujar Selena dengan suara tegas.Sejak tadi, sosok Marry terus berusaha meraih Sagara, tangannya yang tak kasat mata berkali-kali ingin memeluk lelaki itu.Linggar segera berdiri di belakang Selena, bersiap berjaga. Nicholas yang menyaksikan kejadian itu ikut maju, menepuk pundak Linggar."Gue aja," katanya.Linggar menatap Nicholas sejenak, lalu tersenyum kecil sebelum akhirnya melepaskan Selena. Begitu Marry masuk ke tubuhnya, Selena tersentak. Tubuhnya bergetar, lalu air matanya tumpah tanpa bisa dibendung."Mas Sagara..." suara lirih itu keluar dari bibirnya, tetapi itu bukan lagi suara Selena. Itu suara Marry.Tubuhnya bergerak, tangann

  • CALON TUMBAL   BAB 88

    Selena dan Nicholas sedang dalam perjalanan. Biasanya, Selena tak pernah kehabisan cerita, tapi kali ini ia hanya diam, menatap keluar jendela. Nicholas pun tak banyak bicara, pikirannya tampak jauh, seakan ada sesuatu yang membebani.Selena mencoba bersikap biasa, namun sejak mereka keluar dari rumah, suasana hati Nicholas terasa berbeda. Akhirnya, ia memilih memperhatikan jalanan, mengamati manusia dan yang bukan manusia. Sosok-sosok yang seharusnya tak terlihat oleh orang biasa berlalu-lalang di antara mereka, seolah masih hidup.Nicholas melirik Selena yang terus menatap ke luar. Tiba-tiba, ia menepikan mobil di dekat sebuah danau buatan yang sedang ramai dengan orang-orang. Selena menoleh, heran.“Kita mau turun di sini, Bang?” tanyanya.“Iya. Di sini ada festival jajanan. Kamu pasti betah,” jawab Nicholas dengan senyum tipis.Selena tertawa kecil. “Hehe, tau aja aku tukang jajan. Ya udah, yuk!”Ia melepas sabuk pengaman dan hendak turun, tapi Nicholas menahan tangannya.“Dek,” p

  • CALON TUMBAL   BAB 87

    Nicholas tiba di rumah, tetapi bayangan Selena tak tampak di mana pun. Ia bertanya pada bibi di rumah, dan mereka mengatakan bahwa Selena sedang berkeliling dengan sepedanya. Tanpa banyak berpikir, Nicholas langsung menuju kamarnya untuk mandi.Namun, baru beberapa anak tangga ia tapaki, suara roda sepeda yang memasuki halaman membuatnya berhenti. Sebuah senyum tersungging di wajahnya, lalu ia berbalik dan turun kembali.Di depan matanya, Selena berdiri dengan napas tersengal, meneguk air dari botolnya dengan rakus."Astaghfirullah, capek banget," gumamnya sambil mengelap keringat di pelipisnya.Tiba-tiba, sebuah handuk kecil jatuh di atas kepalanya. Selena mendongak, dan di sana, Nicholas berdiri dengan senyum khasnya."Abang? Abang udah pulang?" tanyanya, terkejut."Hm, ada seseorang yang di-chat tapi balesnya jutek. Jadi abang pulang aja," sahut Nicholas santai.Selena mengerutkan kening. "Hm? Temen abang?"Nicholas terkekeh. Gadis ini memang tidak pernah peka.Tanpa berkata apa-ap

  • CALON TUMBAL   BAB 86

    Selena kini duduk sendiri di kamarnya. Malam semakin larut, namun tidur seakan menjauh dari matanya. Pikirannya terus terjaga, terperangkap dalam kejadian yang membuatnya merasa sangat memalukan tadi."Bisa-bisanya aku pingsan, coba. Apa jangan-jangan aku beneran sakit jantung ya?" gumam Selena pelan, merasa cemas dengan perasaan yang tak biasa ia alami.Setelah sadar, Selena berkata bahwa dia merasa kelelahan agar Nicholas dan ayahnya meninggalkan kamarnya, sebab dia terlalu gugup untuk menghadapi kenyataan. Namun, kini, meski kamar terasa begitu sunyi, tidur tetap tak bisa menyapa matanya. Ia terus berguling, mencari posisi nyaman, tapi tetap tak berhasil.Akhirnya, Selena bangkit dan duduk di meja belajarnya. Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia membuka laptop dan mulai mencari arti dari gejala yang sedang ia rasakan. Ia takut jika itu adalah gejala penyakit jantung sungguhan, padahal usianya masih muda dan seharusnya tidak ada masalah seperti itu. Namun, setelah membaca hasilnya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status