Share

BAB 2 GADIS BERWAJAH TIRUS

Author: Alif Ketjil
last update Last Updated: 2022-02-27 19:07:48

“Ternyata ke dalam banget ya pak tempatnya,” celetuk Alif ke pak Fahri setelah sampai gerbang di lokasi yang dituju.

“Iya mas, inimah di dalem banget,” jawab pak Fahri yang tak kalah dibuat heran.

Tempat yang dituju oleh Alif dan pak Fahri adalah Balai Diklat, Alif dan pak Fahri akan menjalani pendidikan dan latihan bagi orang-orang yang baru saja menjadi pegawai negeri.

Mereka turun di lobi utama, memastikan informasi di depan pintu masuk dan kemudian keduanya masuk. Di dalam ada beberapa orang yang sudah sampai duluan, ada yang sibuk dengan gawainya, ada yang sibuk dengan orang di sampingnya, ada pula yang sibuk menata barang bawaannya.

Ouuh man, what’s going on. Ada aja yang ketinggalan, mesti balik lagi ke mobil”.

Suara gadis dengan wajah tirus mencairkan suasa lobi utama, hijabnya sangat modis namun simpel. Ia berlalu begitu saja seolah seisi ruangan tidak memperhatikannya. Termasuk Alif.

“Mas udah melengkapi persyaratan untuk regis?” suara pak Fahri memecah perhatiannya.

“Oia pak, ada semua di carrier terus gimana ya?” balas Alif sejadinya.

“Nanti langsung aja tuh ke meja regis sekalian ada form yang mesti diisi”, pak Fahri kembali mengarahkan.

“Loh bapak udah?”, Alif kembali menimpali.

“Lah saya kan dari awal masuk langsung ke meja regis emang mas Alif kemana?” balas pak Fahri.

“Ouh iya ya itu pak biasa lah hehehehe”, Alif semakin sejadinya.

Alif menuju meja registrasi, ia meminta formulir yang dimaksud pak Fahri kepada panitia. Ada beberapa lembar yang diberikan, ia mengisinya dengan perlahan, beberapa identitas pendukung mulai Alif keluarkan dari dompet dan berkas yang ia bawa di dalam carrier. Sesekali matanya mencari sosok pak Fahri untuk menanyakan sesuatu, lalu ia kembali melanjutkan mengisi formulir. Setelah selesai, ia diberikan formulir yang baru saja ia isi oleh panitia untuk difotokopi.

“Pak mau fotokopi kemana?” tanya Alif ke pak Fahri.

“Kita coba keluar aja dulu yu, tadi saya tanya panitia sih katanya di depan ada”, jawab pak Fahri.

Alif dan pak Fahri keluar dari lobi utama, di pintu masuk ia kembali melihat si gadis berwajah tirus yang tadi suaranya mengganggu pikirannya, mata Alif membuntutinya membawa koper berwarna ungu. Sosoknya lenyap di balik tembok lobi dengan wangi parfum yang masih tertinggal di pikiran Alif.

“Waduuuuh panas banget ya mas”, celetuk pak Fahri.

“Kita mau pesan ojek online aja pak gimana?’, Alif menawarkan.

“Nggak apa-apa mas kita jalan aja biar tahu nanti kalo mau apa-apa bisa keluar”, jawab pak Fahri.

Siang itu Alif kembali menyusuri teriknya Jakarta bersama pak Fahri, baru saja ia merasakan sejuknya suhu dingin di dalam gedung saat registrasi kini ia harus jalan kaki untuk mencari fotokopi di siang bolong.

Alif dan pak Fahri sama-sama seorang pegawai negeri yang akan mengikuti latihan dasar di balai diklat, Alif mengenal pak Fahri karena berasal dari daerah penempatan tugas yang sama namun beda kecamatan. Persamaan lainnya antara Alif dan pak Fahri adalah sama-sama di tempat tugaskan jauh dari rumah.  Maka ketika pengumuman latihan dasar muncul dan mereka di angkatan yang sama, mereka membuat janji untuk berangkat bersama untuk mempermudah mencari lokasi diklat dan ada teman dalam perjalanan. Mulai hari ini mereka akan mengikuti latihan dasar bagi para pegawai negeri selama delapan belas hari.

“Segini cukup pak, 3 rangkap”, tanya Alif.

“Cukup mas, yuk kita langsung balik biar dapet kamar dan bisa istirahat”, saran pak Fahri.

Keduanya kembali ke gedung diklat, mengembalikan formulir pendaftaran dan menerima kunci kamar. Kamar dibagikan secara random oleh panitia dengan ketentuan satu kamar berisi tiga oarang.

Saat kunci kamar dibagikan ada dua yang disodorkan oleh panitia di meja registrasi, Alif tidak menyadari sosok gadis berhijab modis disampingnya sedari tadi, matanya disibukan dengan memastikan identitasnya kembali di formulir pendaftaran setelah difotokopi, wangi parfum dengan aroma yang segar tiba-tiba tercium, Alif tidak sampai menerka jenis wangi parfum yang membuatnya tenang, matanya keburu disadarkan oleh tangan dengan kulit yang putih mengambil satu kunci di hadapannya.

“Okay thanks pak”, suara gadis itu terdengar.

Alif menoleh sejenak, matanya mengamati sosok pemilik wajah tirus yang membawa koper ungu dan berlalu meninggalkan meja registrasi. Pandangan Alif berganti tertuju ke pak Fahri yang nampak menunggu dirinya, ia menghampirinya dan pak Fahri bangkit dari dudukunya, keduanya mulai mencari kamar untuk istirahat.

“Loh emang gedungnya sama disini juga?”, pak Fahri mengagetkan Alif yang  sedari tadi mengikutinya.

“Eh beda-beda ya pak, waduh kacau”, jawab Alif sejadinya.

“Itu liat di kuncinya, ada kodenya. B-10.12 berarti gedung B lantai 10 kamar 12 mas”, pak Alif menjelaskan kunci yang ada di Alif.

“Ouh gitu, pak Fahri di gedung apa?”, balas Alif.

“Saya di gedung A lantai 8 kamar 7 mas, kita beda gedung berarti kita pisah di sini nih”, jawab pak Fahri.

“Okay pak kalau gitu, terima kasih nih udah nemenin selama perjalanan saya jadi ada temennya, coba kalau sendiri pak wah ga ada temannya deh”, Alif mencoba guyon.

“Ah saya yang makasih mas, kalo sendiri kesini bingung juga deh”, balas pak Fahri.

Dan guyonan ala Alif ternyata tidak masuk di pak Fahri, mungkin memang beda server. Alif melanjutkan mencari gedung B. Sementara sosok pak Fahri sudah tak lagi terlihat. Alif memasuki gedung B, berbelok dan lurus mencari-cari akses lift menuju lantai 10. Di depan lift hanya ia seorang, tombol merah lift tanda ke atas menyala, langsung ia tekan. Alif tengok kanan kiri bermaksud mencari teman sesama peserta yang mungkin  akan menuju lantai atas, pintu lift terbuka.

****

Sesampainya di lantai sepuluh, beberapa kali tanda pintu lift terbuka berbunyi. Ia terbangun dalam lamunan, kakinya tersandung saat keluar lift. Ia menyusuri kamar demi kamar untuk menemukan kamar dengan kode yang cocok di kuncinya. Lantai sepuluh terdiri dari ruangan tamu lengkap dengan sofa untuk berkumpul berbentuk setengah lingkaran, di sisinya sofa lainnya berbaris rapi dengan warna krem berpadu hitam dan seberangnya ada televisi super tipis yang sangat besar terpasang kokoh di dinding, di bawahnya ada meja hias dengan jejeran vas dan beberapa buku yang tersusun rapi, persisi di kanan meja hias ada dispenser.

Alif mendapati kamarnya dan langsung masuk, menutup tanpa membiarkannya terkunci karena ada dua teman kamarnya yang belum datang. Ia hanya meletakan carrier biru navy nya di sudut kamar, di bawah meja. Ia langsung  merebahkan tubuhnya di kasur. Matanya menerawang jauh.

****

“Mas ya yang barusan tekan tombol liftnya?” tanya gadis berhijab dengan wajah tirus.

“Eh i iya bu, maaf saya kira masih kosong”, jawab Alif setengah terbata.

“Enak aja, emangnya potongan gini kayak ibu-ibu ya?”, gadis berwajah tirus itu menimpali sambil merapikan penampilannya di pantulan interior dalam lift.

“Nggak mba, maksud saya kirain tadi nggak ada orang, mbanya serasi kok, stylenya sama sekali nggak ada potongan ibu-ibu, mana mungkin saya salah lihat”, Alif menjawab sejadinya.

Gadis berwajah tirus itu berhenti merapikan penampilannya. Suasana di dalam lift sangat kaku, setelah itu tidak ada percakapan lain. Alif terbawa harus parfum segar yang ia cium, wanginya sama seperti yang ia cium di meja registrasi, wanginya perpaduan jeruk dan mawar namun juga bercampur wangi woddy, ia mengambil pandangan dari pantulan interior dalam lift, ia baru tersadar gambar diri dua insan manusia di hadapannya sangat berbeda, begitu kontras. Lelaki dengan style pendaki gunung, kaos hitam dan kemeja biru yang tidak dikancing, celana dan sepatu outdoor, lengkap dengan carrier 65l di punggung. Satunya gadis manis dengan wajah tirus dibalut hijab unggu muda yang begitu serasi dengan Freya blouse unggu dengan warna yang lebih tua, di lengkapi belt putih dan dipadukan dengan bawahan putih. Saat Alif memfokuskan ingin melihat wajah si gadis mata mereka bertemu, keduanya saling melempar pandangan ke langit-langit lift.

Related chapters

  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 3 GARA-GARA LIFT

    Alif terbangun saat mendengar suara percakapan di kamarnya, ia mendapati dua orang yang baru pertama ia lihat. Ia membetulkan posisi duduknya di atas tempat tidur, mencoba memfokuskan diri dari kantuk yang tersisa.“Weeeh dia kebangun,” ucap seorang lelaki bertubuh berisi dan berkacamata.“Ehh maaf nih kita berisik ya?” seorang lagi menimpali, lelaki kurus dengan stelan yang rapi.“Eh nggak kok, ini tadi emang ketiduran aja, enak adem banget,” jawab Alif.“Oia gue Sandi.” Lelaki berkacamata itu mengulurkan tangan ke Alif dan berkenalan.“Alif, Alif Pramata.” Balas Alif santai.“Saya Bagus bang, bang Alif udah lama datengnya?” giliran lelaki dengan perawakan kurus mengenalkan diri.“Sekitar jam dua belas kurang kayaknya, lagi panas-panasnya tadi cuaca, makanya langsung rebahan deh hehehe,” jawab Alif.“Iye bang panas beud, kaga nahan

    Last Updated : 2022-02-27
  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 4 ADA APA DENGAN LIFT?

    Alif, Sandi, dan Bagus kembali ke kamar. Sandi dan Bagus masih sesekali tertawa dengan kejadian yang mereka alami. Sementara Alif jadi bahan ledekan keduanya. Tanpa disadari ketiganya, dalam pertemuan yang masih sangat baru bagi orang yang sama sekali belum kenal, suasa di kamar B.10 menjadi hangat dengan tawa dan keakraban yang tercipta. Sosok Alif yang mampu menyesuaikan diri dengan cepat, Sandi yang sedikit konyol, dan Bagus yang pendiam dan mampu mengimbangi, menjadikan ketiganya seperti saudara lama yang baru bertemu kembali.Hari pertama mereka di acara diklat hanya sampai pukul 17:30WIB, setelah seremonial dan acara dibuka oleh ketua pelaksana kegiatan, semua peserta diberikan kesempatan untuk kembali ke kamar masing-masing dan istirahat.Alif sempat bertemu dengan pak Fahri saat di aula utama. Namun, selama kegiatan diklat mereka terpisah dalam kelas yang berbeda. Ternyata kelas peserta di kelompokkan berdasarkan gedung. Gedung A untuk kelas A, Gedung B u

    Last Updated : 2022-02-27
  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 5 STALKER

    BAB 5STALKERSeorang instruktur masuk dan memberikan arahan.“Coba bapak/ibu perwakilan dari kelas ini ke ruang panitia di lantai 1 gedung A, silakan ambil seragam trainingnya setelah itu saya tunggu setengah jam dari sekarang di lapangan dan sudah mengganti pakaiannya dengan seragam training ya!” suara Instruktur menutup pengumuman.“Ayok mas sama saya!” ucap seorang lelaki yang tingginya sama dengan Alif.Alif menyetujui dan langsung keluar kelas. Alif mencari-cari ruang panitia di lantai 1, ia dengan teman barunya nampak ragu untuk masuk. Namun, ada seorang peserta diklat dari kelas lain yang bertemu di depan pintu masuk panitia, mereka sepakat untuk masuk bersama.Di dalam ada dua karung besar yang berisi seragam training, panitia langsung meminta membawakan karung tersebut dan membagikannya ke peserta lain. Di lampirkannya daftar hadir peserta untuk diceklist bagi yang sud

    Last Updated : 2022-03-18
  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 6 SATU MEJA

    Alif nampak fokus memperhatikan pemateri, namun ia tidak bisa membohongi saat perlahan kantuk menyerangnya, kelopak matanya seperti digelayuti anak timbangan lima gram. Ia menggeser posisi duduknya sedikit ke belakangan agar tidak langsung terlihat pemateri. Bang Sandi yang duduk di samping kirinya menyadari kantuk yang dirasakan Alif, ia memberinya permen. Alif menerimanya, saat suara pemateri sedang meninggi menjelaskan materi, Alif langsung membuka kemasan permennya.Saat menjelang sesi materi pagi selesai, terdengar pengumuman dari speaker di kelas. Panitia menginfokan ada dokter yang akan standby selama jam istirahat siang, peserta yang merasa atau sedang sakit bisa melakukan pemeriksaan.Siang itu Alif membawa daftar hadir kelas ke musala, ia mengirimkan pesan ke grup WA kelas yang baru saja ia buat.-----Kelas B NewsTeman-teman yang mau isi presensi ibadah bisa langsung ke musala ya, presensi saya taro di meja pin

    Last Updated : 2022-03-18
  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 7 PANIK

    Perhatian Alif seketika tertuju ke pak Firdaus, hatinya tidak tenang.“Eh apa ya pak? Saya belum tahu nih,” jawab Alif sedikit kaget.“Tadi siang kan ada dokter yang disediakan panitia, teman kita Riana check up dan ternyata dia harus istirahat seharian. Makanya dia nggak ikut materi siang ini,” pak Firdus menjelaskan.“Masyaallah, terus gimana pak kondisi terbarunya?” Alif kembali bertanya.“Saya juga dapat infonya dari bu Faidah, panitia yang tadi ngasih info melalui siaran itu. Ternyata teman kita memang kondisinya lagi kurang sehat, mengenai penyakitnya saya juga kurang tahu, tapi memang sepertinya parah dan kalau sampai nanti malam tidak ada perubahan harus dibawa ke rumah sakit mas,” sambung pak Firdaus.“Astagfirullah, ternyata sampai seperti itu, pak maaf nanti saya minta tolong temani ya untuk liat kondisi Riana setelah jam materi selesai!” pinta Alif ke pak Firdaus.

    Last Updated : 2022-03-18
  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 8 KABAR PULANG

    Upacara pagi akan dimulai, hal yang menjadi rutinitas sebelum memulai kegiatan, beberapa peserta masih berlarian untuk masuk dalam barisan. Alif memberikan aba-aba untuk balik kanan, lalu memberikan waktu untuk teman-temannya merapikan seragam sebelum upacara dimulai.Saat barisan sudah rapi, seorang panitia maju ke depan barisan dan mengambil mikrofon. Raut wajahnya nampak tidak bersahabat, bu Nida tampak kesal.“Bapak/ibu sebelum upacara dimulai, yang merasa tidak salat subuh berjamaah di masjid silakan memisahkan diri dan baris di depan. Saya heran dengan bapak/ibu, sudah berhari-hari disini tapi untuk salat saja masih belum tertib, saya cek banyak presensi yang kosong,” suaranya memasuki barisan peserta upacara.Suasana seketika hening, sangat sepi. Ada beberapa peserta yang saling lempar pertanyaan dan saling berpandangan.“Bang loe mau maju nggak?” Sandi yang berada dibarisan depan bertanya kepada Alif.“In

    Last Updated : 2022-03-18
  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 9 AYAM GEPREK PEMERSATU

    BAB IX Dua hari berlalu sejak diklat berakhir, ada perasaan tak biasa yang dirasakan Alif. Sesekali ia memang membuka percakapan dengan Nurul di pesan W*, namun tetap saja ada perasaan aneh yang mendera. Minggu jam sepuluh pagi, Alif menanyakan kesibukan Nurul, ia hanya hangout dengan teman-temannya. ---- /Aku kesitu boleh? ---- Jemari Alif dengan cepat telah mengirim W*. ---- //Ya kesini aja kalau kamu mau ---- /Sharelock dong Jika kesurupan tapi Alif masih sempat-sempatnya membaca doa saat berangkat, jika konyol tapi Alif dengan mantap memacu sepeda motornya melintasi Jalan Daan Mogot ke arah Serang. Siang itu tanpa ba bi bu Alif mengikuti titik map yang dikirimkan Nurul. Dari arah Jalan Daan Mogot Alif ke ara

    Last Updated : 2022-03-18
  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 10 VIDEO CALL PERTAMA

    BAB 10 VIDEO CALL PERTAMA “Boleh aku ngasih tahu kamu sesuatu?” suara Nurul sedikit berat. “Silakan.” “Aku seneng dengernya, seneng banget. Tapi, aku juga harus jujur sama kamu, aku nggak mau ada yang ditutupi. Aku pernah dekat sama seseorang,” Nurul berhenti, untuk beberapa saat suasana menjadi sepi. “Nggak apa-apa, lanjutin aja!” pinta Alif. “Iya, aku pernah dekat sama seseorang. Tapi, dia nggak ada kejelasan makanya aku nggak lanjut sama dia. Intinya, siapa pun yang pertama kali datang dan minta restu orang tuaku, aku pilih orang tersebut.” Suasana kembali sepi. Bukan tanpa alasan, Alif mencoba memahami situasi dan menunggu beberapa waktu untuk bicara. Alif tidak menyangka akan secepat ini langkah ke arah “serius” dihadapkan kepadanya. Sebenarnya cepat atau lambat baginya bukan masalah, namun ia perlu menyesuaikan beberapa rencana hidupnya yang sudah ia buat menjadi sejalan dengan urus

    Last Updated : 2022-03-18

Latest chapter

  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 52 KERESAHAN YANG DATANG (Bagian 2)

    Di sepanjang jalan Alif terus-terusan kepikiran, duduknya tak tenang, tangannya berkali-kali melihat gawai. Baru saja Alif merasakan indahnya kebersamaan yang sedang ia bangun dengan Fatimah, tanpa ada angin dan badai tiba-tiba Nurul malah kembali membuka komunikasi dengannya. Alif tentu tidak asing dengan profil WA yang tadi mengirim pesan kepadanya, itu jelas Nurul. Meskipun nomernya sudah ia hapus, tapi tetap mudah ia kenali.Alif tidak membalas pesan yang ia dapat, ia berusaha untuk tetap menjaga rumah tangganya dengan Fatimah. Setelah semua yang ia alami saat dahulu bersama Nurul, rasanya sudah cukup ia merasakan pahitnya dikhianati. Alif hanya bisa mendoakan agar Nurul selalu baik-baik saja, bukan semata karena ia ingin membalas sakit hati yang pernah ia alami, tetapi ia pun sadar jika menyimpan rasa kesal dan sesal yang berkepanjangan hanya akan menjadi penyakit di hatinya.****“Kamu mau kemana lagi?”“Kamu kenapa sih nanya terus? Udah kayak anak kecil aja.”“Eh, aku ini istr

  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 52 KERESAHAN YANG DATANG (Bagian 1)

    Hari Alif kembali ke Sumur Pandeglang, atas masukan dan dukungan Fatimah, ia akhirnya tidak jadi resign dan masih bekerja seperti biasa. Untungnya Alif masih bisa berangkat bersama dengan Mustafa dan Zulham. Teman-temannya itu lewat Tol Serang-Panimbang, jadi Alif bisa menunggu mereka di pintu keluar tol, di Rangkasbitung. Tol Serang-Panimbang memang belum sepenuhnya selesai, jalan yang sudah selesai baru sampai Rangkasbitung.Alif mendapat kabar jika proyek yang dipegang oleh timnya sudah mendapat izin dari pemerintah setempat dan dinas pariwisata, sehingga objek wisata air Wahangan yang ditugaskan padanya bisa mulai dibuka untuk umum.“Kapan nih makan-makannya, Lif? Ucap Mustafa.“Lah, loe belum makan, Bang?”“Bukannya belum makaaaaan, panjul. Proyek loe kan lancar tuh.”“Hehehe, hayuk. Nyobain ikan nila di Bendungan Cikoncang gimana?”“Dimana tuh?”“Daerah munjul, nanti ambilnya dari arah pasar Panimbang belok kiri.”“Makin jauh dong kita.”“Yah, itu sih penawaran, Kalau mau ya hay

  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 51 BADAI RUMAH TANGGA (Bagian 2)

    Namun, kali ini saat hal yang sama terjadi, ia hanya diam seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Ada kegetiran dalam hatinya, kini ia tidak lagi merasakan manisnya kata-kata indah dan penuh harap dari suaminya.Udara di kamarnya tak kunjung sejuk, keberadaan AC 2pk ditambah kipas angin seakan percuma. Guratan kecewa nampak jelas di wajahnya, tapi tetap ia coba sembunyikan saat bertemu orang lain.Saat di awal pernikahan, betapa ia merasa diperlakukan bak seorang ratu. Ia yang merupakan anak bungsu dari keluarganya, memang sangat nyaman saat dihadirkan kasih sayang. Belakangan, ia jarang mendapatkannya.Di tengah kepenatan dari sikap suaminya dan untuk menghilangkan rasa suntuknya, ia sengaja membuka gawainya, dengan maksud pikirannya bisa teralihkan. Jemarinya digerakan naik turun, lalu berhenti di salah satu status media sosial seseorang yang ia kenal di instagram.Semula ia hanya melihat kata-kata yang tertera di bawah foto itu, akhirnya ia klik juga dan masuklah ke akun si pemilik fo

  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 51 BADAI RUMAH TANGGA (Bagian 1)

    /Assalamualaikum, selamata ya Mas. Aku turut berbahagia atas pernikahanmu. Maaf baru ngucapin selamat, aku baru liat foto profil kamu, hehehe.Btw minat maaf lagi baru tiga bulan berselang ngucapinnya.----Manisnya masa-masa awal pernikahan Alif hanya berlangsung tiga bulan, sebelum pesan dari Nurul terdampar di WAnya. Semula, ia tidak menggubrisnya. Tapi, saat pesan yang sama ia dapatkan tiga kali dalam waktu satu hari. Dengan berat hati, Alif membalasnya.----//Walaikumsalam. Terima kasih, ya.----Alif telah sepakat dengan Fatimah, mereka memulai perjalanan keluarga kecilnya tetap tinggal di lingkungan pesantren. Bukan tanpa alasan, Fatimah memang sudah meminta izin kepada Alif untuk bisa tetap dekat dengan Abahnya, yang saat ini sendirian. Sementara Alif, ia sedang mencari cara untuk mutasi ke Lebak atau memutuskan untuk resign dari pegawai negeri.Alasannya untuk mutasi, jelas karena ingin dekat dengan Fatimah dan bisa meluangkan waktu dengannya. Sebagai keluarga yang baru seum

  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 50 TINDAKAN ALIF

    Proyek revitasilasi kawasan wisata yang beberapa bulan lalu disurvei oleh Alif, ternyata harus memenuhi dua dokumen lagi untuk bisa dibuka untuk masyarakat umum. Kawasan wisata yang ia tangani adalah wisata air yang memiliki potensi besar jika bisa dikelola dengan baik, yaitu berupa sungai yang di sisinya berdiri tebing tinggi mirip Grand Canyon. Masyarakat sekitar menyebutnya dengan istilah “wahangan”. Semula lokasi tersebut luput dari perhatian penduduk sekitar karena memang tempat-tempat sejenis wahangan dianggap sungai biasa yang airnya biasa dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. Namun, dengan ketelitian dari tim yang dibawahi oleh Alif, masyarakat sekitar akhirnya menemui titik temu untuk sepakat dikelola sebagai objek wisata agar bisa menggerakan roda ekonomi warga.Hanya tinggal menunggu dokumen yang kelengkapan ternyata bisa ditangani oleh rekan kerjanya, Akif memutuskan kembali ke indekost. Besok ada hal besar yang tengah menantinya.Alif menda

  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 49 LELAKI BIASA

    “Kenapa sih mas harus selalu menjadikan alasan segala hal di masa lalu kita untuk sulit melangkah ke depan? Memahami dan belajar ilmu agama itu memang penting, wajib malahan. Tapi kalau kita bukan orang yang diberi kesempatan untuk sama dengan orang-orang yang bisa belajar ilmu agama, kenapa nggak menjadi orang yang mencegah diri dari berbuat yang bisa membuat Allah murka.” Alif masih teringat kata-kata Fatimah saat ia berbincang dengannya beberapa hari yang lalu, saat itu Alif dengan sadar mengakui bahwa ia bukanlah seseorang yang memiliki pengetahuan luas mengenai ilmu agama, ia mengutarakan hal seperti itu karena merasa perlu disampaikan kepada Fatimah, tetapi Fatimah malah memberikan jawaban yang menurut Alif begitu berimbang. Fatimah sepertinya memahami bahwa setiap manusia memiliki perannya masing-masing, tanpa harus mengungkit masa lalu dan mencari-cari alasan mengapa seseorang tidak belajar ilmu agama dengan serius, ia lebih kepada memiliki pemikiran untuk me

  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 48 PERMATA DARI LEBAK

    Azan subuh belum terdengar, fajar shadiq yang merupakan pertanda datangnya waktu Salat Subuh belum nampak, langit masih pekat. Fajar shadiq menjadi tanda sebagai batas antara akhir waktu malam dengan permulaan waktu pagi. Sayup terdengar suara seseorang yang sedang tadarus dari musala yang terletak di samping bangunan majelis talim.Satu kamar yang berada di rumah utama lingkungan pondok pesantren sudah menyala lampunya. Si pemilik kamar sudah duduk dengan hikmat di atas sajadah, lisannya basah oleh kalimat tasbih.Satu gelas teh hangat berada di meja kamarnya. Saat bangun tidur, rutinitasnya memang memasak air terlebih dahulu, membuat teh manis, satu untuk abahnya yang ia letakan di meja makan dan satu lagi untuknya sendiri. Sejak wafatnya bu nyai, Fatimah sepenuhnya berkhidmat di rumah, menjaga abah yang kesehatannya sedang naik turun.Selepas Salat Subuh, ia melanjutkan aktivitasnya dengan masuk, menyiapkan sarapan untuk abah. Baktinya dengan orang tua, sudah

  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 47 TERNYATA DIA ORANGNYA

    Hari ini Alif ikut pulang dengan teman-temannya, baik Zulham, Mustafa, Fatma, dan Arini sepakat untuk pulang lewat jalur utama ke alun-alun Pandeglang. Kurang lebih, begitulah rutinitas orang-orang yang bertugas jauh dari rumah. Bagaimanapun kondisinya, jika memungkinkan dan ada kesempatan untuk bertemu keluarga, maka pilihan itulah yang utama. Lika-liku bekerja jauh dari rumah memang masih mereka jalani, ada yang sewaktu-waktu harus pulang lebih awal karena ada keperluan menyangkut keluarga yang amat mendesak, ada pula yang mesti rela tidak pulang hingga beberapa bulan karena banyak pekerjaan atau kondisi kesehatan yang menurun.Walaupun banyak orang-orang yang menyarankan kepada Alif dan teman-temannya untuk menetap di Sumur Ujung Kulon. Namun, tetap saja pada episode ini yang menjadi tokoh utama jelas Alif dan teman-temannya. Terkadang, ketika seseorang memberikan saran, tidak mendalami dan memahami betul kondisi atau pertimbangan mendasar mengapa sampai saat ini Alif dan teman-tem

  • CALON ISTRIKU, BUKAN ISTRIKU (BERBEDA KEYAKINAN)   BAB 46 KABAR DARI TEMAN (Bagian 2)

    “Udah nih pakaiannya, pada salin gih.” Pak Nandi memberikan pakaian ganti.“Iya loe bang, sana gih. Mana belum Salat Asar,” Fatma menimpali.“Eh, jam berapa ini ya?”“Udah mau jam lima bang.”Alif menuju kamar mandi yang sekaligus tempat untuk membilas bagi orang-orang yang mandi di pantai. Di Pantai Daplangu disediakan musala panggung yang bersebelahan dengan kamar mandi, tidak jauh dari gerbang pintu masuk.Setelah puas hampir tiga jam Alif bermain air di Pantai Daplangu, mereka sepakat untuk pulang.“Gimana rasanya Lif? Masih penasaran nggak?”“Hahahaha, kalau tahu asyik kayak gini dari kemarin-kemain aja yak nyeburnya.”****Untuk menghilangkan rasa suntuk, Alif sengaja mengupload fotonya saat di pantai.-----/Jalan-jalan terooooos----Satu pesan WA masuk, mengomentari status WA Alif.----//He

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status