Bagaikan habis jatuh tertimpa tangga, Yuli harus mendekam di dalam penjara setelah polisi menemukan sidik jarinya di tubuh Rendra. Padahal aku yakin kalau pelakunya bukan dia, tetapi wanita misterius itu, karena cara ia membunuh sama persis dengan yang ia lakukan pada suamiku dan Parman. Aku harus mencari tahu mengapa ia sampai mencelakai Rendra hingga menghilangkan nyawanya bahkan menyebabkan Yuli harus menanggung akibat dari yang ia lakukan."Saya yakin pelakunya bukan Yuli, Pak, tapi wanita misterius itu.""Semua yang kami lakukan bedasarkan bukti dari sidik jari," ucap polisi hingga membuatku kecewa.Yuli memang pendiam dan jarang bergaul, tetapi aku yakin ia tak sejahat yang orang pikir.Aku bisa merasakan betapa beratnya jadi Yuli, harus kehilangan suami yang sangat ia cintai, lalu harus mendapat hukuman dari perbuatan yang tidak ia lakukan.***Keesokan harinya, kulihat tukang sayur sudah berani mangkal di depan rumahku, padahal biasanya ia takut dekat-dekat dengan rumah kosong
Mas Parto berjalan tergesa-gesa menuju pintu depan, ia terus menggedor-gedor rumah itu dengan sekuat tenaga."Bu Odahnya lagi pergi ke desa sebelah, Mas," ucapku saat melihat suaminya Surti yang tengah berapi-api mungkin karena tak rela burung mahalnya itu dicuri wanita misterius itu."Bu Odah? Bukannya nama ibu Kang Dedi Bu Sukma?" tanya Surti."Iya, nama lengkapnya Bu Sukma Saodah, ia pernah bercerita kalau ia biasa dipanggil Bu Odah kalau di kampungnya," ucapku."Bodo amat, saya mau dobrak pintu ini," ucapnya sambil terus mendorong pintu dengan sekuat tenaga."Jangan dong, Mas, aku malu sama Bu Sukma dan Kang Dedi," ucap Surti yang mencoba menahan suaminya yang telah beberapa kali merusak pintu rumah itu.Tiba-tiba Mas Parto meraih ponsel dari sakunya lalu menelpon seseorang. Dari percakapannya aku bisa menyimpulkan kalau ia menelpon polisi kenalannya.Setelah itu Mas Parto kembali membantingkan tubuh kekarnya ke pintu."Apa kamu tak malu terus merusak pintu rumah anak saya? Mentan
"Saudari Renata Ningrum, Anda mendapat hukuman 15 tahun penjara atas pembunuhan yang Anda lakukan pada saudara Indra, Rendra dan Burhan. Juga telah mencelakai saudara Parman hingga ia depresi. Lalu untuk Ibu Sukma Saodah dan Dedi Sudrajat, kalian juga ditahan beberapa bulan karena telah melindungi dan menyembunyikan saudari Renata Ningrum." Ucapan hakim terdengar menggema, sambil mengetuk palu di pengadilan.Saat aku kecil, Kang Dedi pernah berjanji untuk selalu menjagaku sampai kapanpun. Bagiku ia adalah Kakak sekaligus Ayah untukku. Karena Ayah kami meninggal sejak kami masih kecil. Sejak Ayah meninggal, Kang Dedi berjuang untukku juga Ibu. Menjadi Tukang bangunan, lalu pulang bekerja ia masih membantu Ibu membuat keripik singkong, dan paginya sebelum berangkat bekerja, ia mengantar keripik singkong itu ke warung-warung.Kata orang-orang, aku adalah Kembang Desa. Semua mata langsung menoleh kearahku jika aku tengah berjalan melewati mereka. Banyak lelaki yang datang untuk melamar, p
Setelah menghilangkan barang pusaka lelaki yang tinggal di depan rumah Kang Deni, aku bersembunyi di sebuah ruang rahasia. Rasanya menyenangkan membuat mereka kebingungan mencari keberadaanku.Untuk sementara aku harus tinggal di ruang rahasia ini, walaupun ruangan ini bau busuk dan bau anyir, bahkan waktu itu aku pernah menemukan tulang belulang bahkan pernah melihat sosok perempuan yang sering muncul di malam hari.Wanita itu sering menangis di hadapanku, bahkan selalu muncul dengan tiba-tiba hingga membuatku terkejut. Selain hantu wanita misterius itu, ada juga hantu Teh Euis yang terkadang menampakan diri. Rumah ini dipenuhi banyak hantu wanita yang menyebalkan.Masa bodoh, aku tidak takut dengan hantu atau apapun. Yang ada dalam pikiranku hanyalah menuntut balas pada orang-orang yang telah menghancurkan masa depanku.Keesokan malamnya aku melihat pedagang sate lewat. Aroma sate yang begitu menggugah selera membuatku lupa bahwa aku tengah bersembunyi di rumah ini. Apalagi penjual s
Setelah Renata atau yang akrab disapa Rere itu mendapatkan hukuman atas perbuatannya, rumah itu kembali kosong karena Dedi juga Bu Sukma Saodah harus mendekam dalam penjara walau hanya beberapa bulan karena telah membantu Renata melakukan aksinya.Mirna bisa bernapas lega. Wanita berusia 32 tahun itu kini tak segemuk dulu. Entah karena banyak pikiran terkait rentetan kejadian yang terjadi silih berganti. Wanita itu kini bisa hidup tenang di rumahnya karena wanita yang ia kira Kuntilanak itu ternyata hanyalah gadis yang ingin balas dendam pada para pria hidung belang.Malam itu ia dan anak-anaknya menonton televisi sambil bercanda tawa setelah menyantap makanan yang begitu banyak. Tadi sore ia masak begitu banyak sebagai bentuk rasa syukur karena kini ia bisa hidup tenang tanpa rasa takut akan wanita misterius yang selama ini mengganggu pikirannya.Malam itu ia mendengar suara-suara aneh dari rumah kosong itu. Terdengar suara pintu yang dibanting, perabotan yang dilempar lalu tidak lam
Sepuluh tahun berlalu, Mirna telah bahagia bersama suami barunya, Roby, seorang lelaki yang sangat menyayangi keempat anaknya dengan penuh kasih sayang.Mereka kini telah pindah ke Jakarta, dan hidup berkecukupan. Yudha yang kini telah berusia 22 tahun mengikuti jejak ayah sambungnya yang telah lama berkecimpung dalam bisnis properti. Yudha yang kini tumbuh menjadi lelaki berparas tampan itu menjadi idola kaum hawa. Banyak wanita yang mengantri untuk dekat dengannya, tetapi tampaknya ia masih ingin menikmati masa mudanya untuk meniti karir dan menggapai cita-citanya untuk membanggakan wanita yang telah melahirkannya.Hari itu Mirna berniat pergi ke supermarket, karena kebetulan Bik Inah, ART di rumahnya tengah minta izin untuk pulang kampung. Mirna langsung memesan taxi online karena suami juga anak sulungnya tengah di tempat kerja, sedangkan Yoga kuliah, lalu Yura dan Yuna yang kini telah beranjak remaja itu tengah bersekolah. Mirna bergegas masuk taxi online yang ia pesan, lalu mel
Hari itu setelah selesai makan siang, Yudha meraih ponselnya lalu berselancar di dunia maya. Tiba-tiba matanya terbelalak saat melihat sebuah video viral yang berlokasi di kampung tempat tinggalnya yang lama. Berita tentang penemuan jenazah lelaki yang ditemukan tanpa alat vital itu sontak membuatnya semakin terkejut. Karena selain berlokasi di kampung lamanya, kejadian tragis itu juga sama persis seperti yang pernah tejadi di kampung itu saat ia masih tinggal disana sepuluh tahun lalu.Tiba-tiba Yudha termenung memikirkan semua itu, hatinya bertanya-tanya mungkinkah wanita psikopat bernama Rere itu telah bebas dari penjara dan kembali berulah?"Yud, kamu bisa gak mendatangi kampung tempat tinggal kita yang lama?" tanya ayah sambungnya yang tiba-tiba muncul di hadapannya hingga membuatnya terkejut.Sebenarnya Roby sudah beberapa kali mengetuk pintu ruangan putranya itu, tetapi karena Yudha yang tengah merenung, jadi ia mengabaikan ketukan Roby."Iya, Pah, ada apa?" tanya Yudha."Kamu
Saat Yura tengah terkulai lemas dan tak sadarkan diri, Angga langsung mengirim pesan pada seseorang yang terlibat dengan rencananya itu. Tiba-tiba seorang lelaki paruh baya datang menghampiri Angga dan teman-temannya. Ia tampak sumringah saat melihat paras cantik Yura yang masih sangat polos."Masih bersegel, Bos," ucap Angga hingga pria hidung belang itu semakin bersemangat untuk segera membawa gadis itu. Setelah memberikan sejumlah uang sesuai kesepakatan, Yura langsung dibawa ke sebuah hotel oleh lelaki itu. Disanalah sebuah tragedi yang merengut kesuciannya terjadi.Keesokan paginya Yura tersadar, ia langsung berteriak saat melihat keadaan tubuhnya yang tanpa busana. Dilayangkan pandangannya ke seluruh ruangan, hingga ia baru menyadari kalau dirinya tengah berada di sebuah hotel. Tangisnya pecah saat melihat bercak darah di seprai berwarna putih. Saat itu yang bisa ia lakukan hanya menangis histeris menangisi kebodohannya. Ia mencoba menelpon Angga, tetapi ternyata nomornya tak a
"Setiap gue nyaris diculik, lo selalu ada. Apa jangan-jangan lo dalang dibalik semua ini?" tanya Siti pada Bryan yang dalam perjalanan pulang bersama Yura."Jadi gue harus diem aja melihat lo dalam bahaya?" tanya Bryan dengan wajah kesal."Kak Sinta, kita seharusnya berterima kasih sama Kakak ini," ucap Yura sambil menatap kagum wajah tampan Bryan."Sinta?" "Iya, nama panjangnya Kak Siti Yasinta, jadi bisa dipanggil Sinta juga," sahut Yura."Oh, ya, by the way gue Bryan.""Gue Yura, Kak.""Hati-hati Yura kalau kenalan sama cowok asing, jangan mentang-mentang dia good looking, karena bisa saja dia juga salah satu anggota kawanan penculik itu," ucap Siti sambil melirik ke arah Bryan dengan wajah sinis."Kalau gue penculik, gak mungkin gue balikin lo ke suami lo!" sahut Bryan dengan wajah kesal."Udah jangan berantem," ucap Yura sambil kembali menatap ketampanan lelaki berwajah bule yang tengah fokus menyetir.Beberapa waktu kemudian ia menghentikan mobilnya di depan rumah Siti. "Cepet
Suatu hari Yura mendatangi rumah Yudha dan Siti. Mata Rendi langsung terbelalak melihat kecantikan gadis itu."Biasa aja lihatnya Rendi Lukmanul Hakim," ucap Yura sambil menutup mulutnya yang tengah menganga."Makin cantik aja, Kak Yura. Oh, iya, makasih banget, loh karena masih mengingat nama kepanjanganku dengan lengkap.""Udah, ah, berisik, aku mau ketemu sama Kak Sinta.""Kak Siti maksudmu?""Iya, whatever."Rendi mempersilahkan Yura masuk, tampak Siti tengah melatih bela diri pada beberapa gadis seusia Rendi."Kak!" panggil Yura.Siti langsung menoleh dan berjalan menghampiri adik iparnya itu."Kenapa gak bilang-bilang mau kesini?" Siti langsung memeluknya dengan erat."Ada hal penting yang ingin kubicarakan." Yura melirik ke arah Rendi seolah obrolannya itu tak ingin didengar siapapun."Oke, aku tak akan dengerin percakapan kalian," ucap Rendi sambil bergegas pergi."Rend, mainnya jangan jauh-jauh ya," ujar Siti."Siap, Kak." Siti mengajak Yura ke ruang tamu, lalu mempersilahka
Siti menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tasnya masih ada, karena di dalamnya ada ponsel yang GPSnya selalu aktif. Ia sengaja selalu mengaktifkan GPS agar Yudha bisa melacak keberadaannya.Namun, rupanya para penculik itu telah mengamankan tasnya lebih dahulu. Bukan hanya dimatikan tapi dilempar jauh dari mobilnya. Siti mencoba mencari cara agar ia bisa lolos, lalu tiba-tiba ia menggedor-gedorkan kepalanya ke kaca mobil, berharap menjadi perhatian bagi para pengendara lain.Namun, tiba-tiba penjahat itu mengacungkan pisau kepadanya."Berani macam-macam? Maka pisau ini akan menari di wajah cantikmu!" ancam penjahat itu.Siti mencoba pasrah sambil mencari cara lain untuk kabur. Jantungnya semakin berdegup lebih kencang saat ia lihat mobil yang membawanya semakin melaju menjauhi kota tempat tinggalnya. Mobil Siti semakin membayangkan bahwa dirinya akan kembali disekap seperti beberapa hari lalu.Setelah beberapa jam berlalu, mobil itu berhenti tepat di sebuah villa. Siti menoleh ke
Dua lelaki itu melayangkan tendangannya hingga tubuh Siti terpental, sedangkan dua remaja tadi hanya berdiri dengan tubuh gemetaran."Kalian pergi dari sini!" teriak Siti.Dua remaja itu langsung kabur meninggalkan Siti yang tengah mencoba bangkit walau harus menahan rasa sakit.Dua lelaki itu langsung menangkap Siti, tetapi dengan sisa tenaga yang ada, ia berhasil membuat kedua lelaki bertubuh tinggi besar itu kembali terguling. Tanpa berlama-lama ia mencoba untuk kabur. Namun, dua lelaki tadi langsung bangkit dan mengejar Siti yang masih berada di gerbang, sedangkan dua remaja tadi telah jauh meninggalkannya.Dua lelaki tadi berhasil kembali menangkap Siti. Namun, tiba-tiba sebuah mobil hitam melaju ke arah rumah itu. Seorang lelaki tampan bak Aktor Hollywood keluar dari mobil bersama dua remaja tadi."Lepaskan wanita itu!" teriak lelaki tampan yang mengenakan jas hitam dan kaca mata hitam."Bbbbb--."Belum sempat dua penjahat itu mengatakan sesuatu, tiba-tiba lelaki itu melayangkan
Bu Suhaetik adalah seorang janda yang memiliki dua orang anak perempuan. Anak sulungnya dibawa merantau ke luar kota oleh suaminya, sedangkan anak bungsunya baru kelas 2 SMA. Suami Bu Suhaetik meninggal karena kecelakaan, sejak itu ia berjualan nasi uduk di depan rumahnya untuk mencukupi semua kebutuhannya juga anak bungsunya.Siti meminta Bu Suhaetik untuk menunjukan foto anak gadisnya."Anak saya bernama Desi," ucapnya sambil menunjukan foto anak gadisnya. Setelah melihat foto tersebut, Siti menggeleng karena sama sekali tak pernah melihat gadis itu."Rend, kamu kenal anaknya Bu Suhaetik, gak? Kan kamu satu sekolah dengannya," ucap Siti sambil menunjukan foto gadis tersebut."Aku kan baru masuk sekolah, jadi aku belum mengenal banyak orang disana," sahutnya setelah memperhatikan lekat-lekat foto tersebut.Saat itu Bu Suhaetik masih belum bisa melapor pada polisi karena anaknya belum menghilang selama 24 jam. Kesokan harinya seperti biasa Yudha berangkat bekerja setelah mengantar Ren
Mirna membawa Siti juga adiknya ke rumahnya. Untuk sementara, mereka tinggal di paviliun rumah keluarga Mirna karena belum sah menjadi istri Yudha.Sebelum menikahkan ia dengan putra sulungnya, Mirna berpesan agar Siti tak lagi berbuat gegabah ketika menghadapi seorang pria hidung belang atau pelaku pemerkosaan."Boleh saja melawan saat kita dalam bahaya, tetapi sebisa mungkin hindari untuk menghilangkan nyawanya, kecuali jika kita memang benar-benar terdesak," kata Mirna.Pesan tersebut disampaikan juga kepada Yura, yang memiliki jiwa psikopat sejak bergabung dengan Siti dan Rere. Siti dan Yura mengangguk dan berjanji untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Acara pernikahan Siti dan Yudha pun berlangsung di sebuah gedung mewah. Karena sudah tidak memiliki ayah ataupun kakek dan paman, maka adik lelakinya menjadi wali nikah untuk Siti. Hingga akhirnya Siti dan Yudha telah resmi menjadi sepasang suami istri.Saat itu air mata Siti terus bercucuran, ia tak menyangka kalau
Mirna tak kuasa menahan tangis saat polisi menemukan Surti yang tengah bersembunyi di rumah saudaranya. Pengadilan menetapkan hukuman lima belas tahun penjara baginya. Air mata Mirna terus mengalir saat melihat sahabatnya itu kini harus mendekam di penjara. Selain itu ia juga tak menyangka dengan nasib naas yang menimpa Parto, lelaki yang sudah ia anggap seperti kakak kandungnya sendiri itu harus meninggal secara mengenaskan. Terbayang dalam ingatannya, saat dulu Parto selalu membela dirinya dari ulah iseng kakak-kakak angkatnya. Mirna juga masih ingat saat Surti selalu rajin memberinya coklat demi bisa dekat dengan Parto.Mirna berdiri menatap rumah peninggalan kedua orangtuanya, ia tak bisa lagi menjadikan rumah itu sebagai kost-kostan. Maka ia putuskan untuk membiarkan anak-anak yang menyewa untuk mencari hunian lain. Ia tak bisa membiarkan mereka tinggal di rumahnya tanpa pengawasan. Tiba-tiba Kakak angkatnya datang menemuinya, wanita berusia 45 tahun itu membujuk Mirna untuk me
Parto tidak bisa tertolong lalu akhirnya menghembuskan napas terakhir. Mirna tampak terpukul dengan kematian suami sahabatnya itu. Namun, ada hal lain yang membuat ia bingung. Kemanakah Surti? Siapakah pelaku yang telah menganiaya Parto.Kini kepala Mirna telah dipenuhi banyak tanda tanya.Polisi meminta keterangan dari Mirna, Bu Kokom bahkan penghuni kost."Kemarin saya sempat melihat Mas Parto dan Surti bertengkar, tapi saya tidak mau ikut campur makanya langsung pulang tanpa bertanya alasan pertengkaran mereka," ujar Mirna."Sebenarnya saya juga pernah lihat mereka bertengkar," ucap Nina, gadis berambut pendek yang menghuni kamar nomor 8.Mirna menelpon suami juga anak lelakinya untuk datang melayat. Roby tampak terkejut dengan kematian sahabatnya yang sangat tragis. Ia benar-benar tak menyangka kejadian itu bisa menimpa Parto yang telah lama bersahabat dengannya.Semua anggota keluarga bahkan orang tua Parto yang telah sangat lanjut usia telah datang, mereka semua tampak bersedih
Yura terbangun saat mencium aroma minyak kayu putih. Ia mengerlip-ngerlipkan dua bola matanya, tampak ibu dan adiknya juga beberapa penghuni kost yang tampak penasaran dengan apa yang menimpanya."Yura, kenapa kamu tidur di dapur?" tanya Mirna dengan wajah cemas."Tadi aku melihat hantu di dapur," sahutnya sambil bergidik ngeri.Para penghuni kost langsung saling menoleh dan berbisik, wajah mereka langsung menegang saat mendengar ucapan Yura.Mirna mengambil segelas air putih lalu menyuruh Yura untuk segera meneguknya. Setelah itu ia mencoba menenangkan para gadis yang menghuni kostnya, lalu menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing. Setelah itu ia mengajak Yura dan Yuna kembali ke kamar."Mah, rumah ini serem," rengek Yura."Bukankah kamu sekarang jadi gadis tangguh sejak belajar bela diri sama Sinta," goda ibunya."Ih, Mama, Kuntilanak mana bisa dihajar, Mah." Ia kembali merengek."Dulu mama juga melawan rasa takut mama pada sosok Kuntilanak yang meneror kampung ini, tapi terny