Jauh di dalam benaknya, Richie tengah menyusun langkah selanjutnya yang akan dia ambil untuk memancing Hayden keluar dan menghadapinya. Seharusnya, setelah mengacaukan pertambangan Hayden di Woodstock, dia akan bergerak untuk mengacaukan pertambangan di Hazen Hills yang baru dioperasikan kembali ini.
Tetapi kenyataan bahwa pertambangan tersebut sudah diambil alih kelompok mafia lain membuat Richie harus berpikir ulang untuk melancarkan aksinya. Terlebih lagi dia tidak mau berurusan dengan Gasper. Sebisa mungkin dia harus mempersempit masalah, bukan melebarkannya.
Richie menatap Patty yang berada di bawah tubuhnya dengan mata berkilat. “Sentuh aku, Patricia Carol! Sentuh aku seperti yang tadi kau ucapkan – tidak mau kehilangan diriku selamanya.”
Mulut Patty yang seksi meraup bibir Richie dengan liar. Tangannya meraba setiap lekuk dan garis tegas tubuh Richie yang menggairahkan. Ketika kejantanan Richie bergesekan dengan celah lembutnya, Patty ta
“Aku melihat mobil asing di luar. Kelihatannya Tuan Hayden menerima tamu istimewa,” ucap seorang penjaga penjara bawah tanah yang baru datang, kepada rekannya. “Yeah! Tentu saja istimewa. Tamunya malam ini adalah rivalnya sendiri,” sahut rekannya sembari mengoper kunci penjara. “Edmond Hawk? Sialan! Apa kita perlu bersiaga? Mereka bisa saja saling bunuh di mansion ini.” “Tidak perlu. Dari yang aku dengar, mereka malah mau menjalin kerjasama bisnis. Tapi, lupakan dulu tentang Hawk. Aku punya berita panas yang lain …” “Apa?” “Pembunuh bayaran yang kemarin membakar pertambangan di Woodstock ternyata putra dari William Allan – Hakim Agung yang mati di tangan Tuan Hayden sendiri. Setelah bertahun-tahun ternyata kisah itu masih berlanjut.” Rekan penjaga itu terkesiap dan mengumpat pelan. “Tetapi, bukankah semua anggota keluarga hakim itu sudah mati?” “Di situlah letak keseruannya, bung! Dan katanya lagi, pembunuh itu kini sedang bera
Lutut pria penjaga itu seakan lemas. Jemari Nancy dengan lihat menggelitik lehernya, kemudian menghitung kancing kemejanya. Nancy mengincar serenceng kunci pintu penjara yang terkait di pinggang pria itu. Namun, tampaknya dia tidak perlu bersusah payah mengambil kunci itu. Dia akan membuat pria itu membukakan pintu penjara untuknya.Pria itu mengarahkan tangannya ke wajah Nancy dan membelai rambut bergelombang wanita itu. Tangannya gemetar, menunjukkan adanya hasrat terpendam yang begitu kuat di dalam dirinya. Nancy menarik kerah kemeja pria itu. Bibir mereka hampir berciuman, andai saja jeruji besi itu tidak menghalangi.Penjaga itu terkejut. “Kau mau menciumku?”“Kenapa tidak? Kau tampan dan hampir setiap malam aku kedinginan di dalam sini,” ucap Nancy, berekspresi sedih.Penjaga itu menempelkan ibu jarinya di bibir Nancy. Dingin dan lembut. “Kau sudah sering berciuman?”Nancy menjawabnya dengan mengisap ibu ja
Nancy melesat bak induk kijang yang tengah dikejar predator. Setelah berhasil keluar dari bangunan penjara, dia berlari memutari danau buatan. Pencahayaan yang kurang di sekitar danau itu membuat Nancy beberapa kali tersandung. Pakaian pelayannya yang berwarna hitam putih jadi kotor dengan lumpur. “Nyonya Belva …” Nancy bergumam di sela tarikan nafasnya saat berlari melewati makam majikan perempuannya. Rongga dadanya mulai terhimpit. “Jangan sesak dulu …” batinnya. Puluhan pengawal yang asing baginya berjaga di depan mansion dengan senjata terselip di pinggang mereka. Semua terlihat begitu waspada dan berdedikasi. Nancy tiba di depan mansion dengan nafas tersengal. “Akh!” Nancy terbatuk. Berpasang-pasang mata para pengawal Gasper dengan kompak mengarah kepada Nancy. Mereka mengernyitkan dahi, heran melihat seorang wanita pelayan dengan pakaian kotor. Tapi kelihatannya tak seorang pun dari mereka yang berminat menanyai Nancy. Nancy melangkahkan lagi kakinya menaiki tangga kedua. Pa
Jamuan makan malam itu diakhiri dengan seringai puas Hayden dan tegukan ludah kasar Nancy. Di depan wanita itu, Hayden memberikan perintah kepada anak buahnya untuk menemukan Patty dan membawa gadis itu pulang.Nancy meringis. Dia membayangkan cara-cara yang mungkin akan dilakukan para anak buah Hayden untuk ‘membujuk’ Patty. Pasti kasar. Gadis itu pasti akan menjerit-jerit tidak karuan. Ingin rasanya dia berteriak untuk terakhir kali, memohon untuk dilibatkan dalam pencarian Patty.Tetapi tatapan Hayden yang seperti panah api dalam sekejap membakar nyalinya. “Kau senang? Aku baru saja mengabulkan permintaanmu, Nancy.”“Kenapa? Kenapa harus menikahkan Patricia dengan – dengan …”“Gary Hawk. Dia putra keduaku dan rasanya tidak ada yang lebih layak menjadi menantu seorang mafia hebat – pemimpin Crudelis, selain putraku.” Hawk terlihat sangat membanggakan anaknya.“Kenapa anda ti
Berkat bantuan dari Jason, Jack yang bernama lain Mosses, bisa masuk ke area pertambangan bersama Richie. Dalam sekejap keduanya berhasil menguasai area pertambangan. Semua perintah mereka lahap tanpa membantah sedikit pun. Mereka pun menjadi pekerja paling disukai oleh ketua tim. Setiap kali ada kesempatan, mereka bisa berkeliling area pertambangan dengan leluasa. Memindai dan menandai setiap titik potensial di pertambangan itu. Hingga suatu hari keduanya menemukan sebuah kejanggalan yang sebenarnya sudah mereka perhitungkan. “Area pertambangan ini hanya kamuflase. Entah Gasper atau Crudelis tapi yang pasti mereka menyembunyikan pergerakan lain di tempat yang belum kita temukan,” bisik Richie saat jam kerja telah berakhir dan sebagian besar pekerja tengah mandi di bawah pancuran. “Perlukah kita menggali lebih jauh tentang itu? Kita kan hanya perlu mencari waktu yang tepat untuk menghancurkan tempat itu?” Jack berbisik sengit. “Aku hanya sedang berpikir, barangkali saja kita bisa m
Patty memandangi Richie yang tengah menyuapkan pasta ke mulutnya. Di samping pria itu masih ada dua menu lain; salmon dan daging giling. Jack sudah lebih dulu menghabiskan makanannya dan menghilang ke pekarangan rumah. “Enak?” tanya Patty penasaran. “Selalu enak. Kau pandai memasak. Apa pengasuhmu yang mengajarimu memasak?” Richie mengunyah pasta lambat-lambat, menikmati rasa asin dan gurih yang bercampur di mulutnya. “Tidak juga. Aku lebih banyak belajar dari Bernadeth. Setelah pengasuhku pergi, Bernadeth sudah seperti ibu angkat bagiku. Semua anaknya laki-laki dan masih terlalu kecil untuk diajari memasak. Jadi dia senang sekali begitu menemukanku.” Patty tersenyum manis. “Kalau begitu, dia wanita yang sangat berjasa untukmu.” “Aku rasa begitu. Kehidupan kami tidak jauh berbeda. Bernadeth bukan berasal dari Hazen Hills. Dia menikah dengan Wilson dan pindah ke desa itu. Tetapi setelah menikah dan memiliki seorang anak, Wilson lebih sering meninggalkan Bernadeth sendirian. Pria it
“Makanlah …” Ramon menaruh nampan berisi makanan di atas ranjang Nancy.Kembali pada saat kejadian Nancy meludahi Baron Hayden, seharusnya Ramon membawa Nancy kembali ke penjara bawah tanah. Tetapi denyutan di dadanya, malah meluluhkan Ramon untuk menggiring Nancy ke kamar wanita itu, di mansion para pelayan.Atas kebaikan hati Ramon itulah Gabriel mengijinkan pria itu untuk mengantarkan makanan ke kamar Nancy.“Aku tidak lapar.” Nancy membuang muka sambil menunduk rendah-rendah.“Sejak seharian kemarin, kau belum juga makan. Lihat dulu … Gabriel membuatkanmu pudding coklat dengan cetakan bunga mawar. Hanya untukmu. Kalau kau tidak mau – aku yang akan memakannya.”Nancy menghela nafasnya dan berkata, “makan saja …”“Ooh tidak – tidak! Pudding ini khusus untukmu. Dia akan menangis kalau aku yang memakannya.” Ramon berdecak, lalu mengangkat piring pudding beserta sendoknya.“Siapa yang menangis, uncle?”“Bukan! Puddingnya … lihat, Nancy … lihat … dia berair.”“Bodoh!” Nancy menggulum se
Seorang pria paruh baya dengan penampilan berkilau di bawah sinar matahari terik, berjalan paling depan dengan dada membusung. Dua orang pengawal berjaga di sisi kiri dan kanannya. Dekat di belakangnya, seorang pria muda dengan rambut mengkilap berjalan sama sombongnya dengan pria tua ituRichie menarik sudut bibirnya, memperlihatkan cengiran ala bajingan. Jauh di depan, Jack nantinya akan bergerak lebih dulu pada waktu yang tepat untuk beraksi. Pemimpin lapangan mereka memulai pidato pembukaan dengan memperkenalkan Edmond Hawk sebagai pemilik pertambangan tersebut.“Gasper – mereka para penjudi ulung. Aku dengar di pertambangan ini juga sudah ada ruangan khusus bagi para penjudi. Hanya orang tertentu yang boleh masuk.”Dua orang pria yang di depan Richie saling berbisik. “Ketua tim yang memilih mereka. Kalau kau terlihat menggilai uang, kau juga akan terpilih ke sana.”Richie memasang telinga untuk mendengar lebih banyak lagi. Gossip di belakang layar jauh lebih menarik ketimbang pid
Jack menoleh ke arah gudang peternakan sebelum berjalan mengikuti Richie. Dia melihat James baru saja keluar sambil membawa dua buah ember berisi air. Tadi Jack memang menyuruh pemuda itu untuk memberi minum sapi-sapi yang baru datang. Jack menyeka peluhnya. Semoga saja James tidak membuat kekacauan lagi. Kalau tidak bisa-bisa kandang ternak itu tidak akan bisa bertahan lebih dari satu bulan. Kemudian Jack mengimbangi langkah Richie menuju sebuah rumah kosong yang tak berpagar. “Duduklah. Di manapun kau bisa duduk …” ucap Richie seraya menaruh bokongnya ke atas sebuah potongan batang pohon tua. “Ceritakan, ada berapa kasus yang dulu pernah kau tangani terkait dengan Sadico?” Jack menyusun dedaunan kering di lantai teras lalu duduk di atasnya. “Seingatku kami hanya dua kali menangani mereka. Pertama, atas kasus keribuatan yang dibuat oleh seorang anggota Sadico di rumah bordil. Kedua – dan yang paling parah adalah saat mereka melakukan penembakan terhadap sepasang bangsawan Amerika.
Hai readers ... Sekali lagi aku ucapkan terima kasih kepada kalian yang telah mengikuti novel ini sampai sekarang. Untuk 3 orang yang telah memberikan gem tertinggi aku masih tunggu DM-nya di I* @caffeinated_writer88 yaa. Ada gift dari aku sebagai bentuk ucapan terima kasih karena apresiasi yang telah diberikan atas novel Bunuh Aku, Sayang! ini. Sejujurnya aku sedang mempersiapkan season 2 dari kisah Richie, Patty dan Jack. Kalau kalian mau aku melanjutkan novel ini sampai ke season 2 silahkan tinggalkan komentar kalian yaa. Kalau ternyata tidak ada yang berkomentar, aku akan melanjutkan season 2 ini tapi mungkin di lapak yang berbeda. Terima kasih, readers ... Love/DeyaaDeyaa
“Kau! Sudah aku bilang kau harus mengaturnya seperti ini – bukan begini!” Jack terlihat berada di tengah-tengah kandang sapi bersama dengan James. “Rasanya yang belasan tahun menjadi anak desa itu kau! Kenapa sekarang jadi aku yang lebih tahu darimu?”“Itu karena anda pria yang hebat, paman Jack!” ucap James dengan wajah polosnya yang membuat Jack semakin kesal.“Tidak usah memuji berlebihan! Kerjakan saja apa yang aku perintahkan dengan sebaik mungkin. Baru nanti aku akan menilai dirimu seperti apa.” Jack menggelengkan kepalanya dan berlalu dari hadapan James.Sudah sekitar seminggu lamanya, Jack berkutat dengan ratusan hewan ternak yang datang ke Woodstock. Setelah pembicaraan terakhir Richie dengan James sewaktu itu, pemuda yang hanya tinggal sendirian itupun bersedia menjual tanah dan gudang jerami milik kakeknya. Karena Richie berencana untuk membuat peternakan besar di desa tersebut. Pembangunan kandang-kandang ternak di tanah yang berhektar-hektar itu memakan waktu sekitar sat
Tiga bulan berlalu,Richie melakukan pembenahan dan perombakan besar-besaran terhadap Caedis. Mansion milik Alfa Boss, telah direnovasi dan difungsikan sebagai tempat tinggal para anggota Caedis. Selain itu, mansion itu juga difungsikan menjadi pusat pelatihan dan perekrutan anggota baru.Kini, Caedis tidak lagi menjadi kelompok pembunuh yang menghabisi nyawa seseorang dengan bayaran tinggi. Richie telah mengalihkan pekerjaan sebagian besar anggota Caedis khususnya yang telah terlatih untuk menjadi secret bodyguard. Tentu saja dengan bayaran yang tetap di atas rata-rata karena Caedis berani menjamin keamanan penyewanya.“Besok kita akan membereskan rumah ini. Jika ada bagian rumah yang ingin kau ubah, katakan saja kepadaku,” ucap Richie kepada Patty saat mereka bermalam di rumah lama Patty.“Rumah ini menyimpan banyak kenangan untukku. Kenapa rasanya tidak tega yaa kalau harus mengubahnya.” Patty mengelus perutnya yang mulai membuncit.“Aku masih menganggap rumah ini tidak nyaman untu
“Pastor …” Patty berbicara dari balik sekat bilik pengakuan dosa.“Anakku …” suara serak seorang pria menyambut sapaan Patty.Persis pertama kali Richie menguping pengakuan dosa Patty, dia duduk dalam diam di bilik sebelah kanan dan Patty di sebelah kiri. Sementara Pastor Xavier, Pastor yang masih bertahan untuk menjaga gereja itu, duduk di bagian tengah bilik. Mendengarkan dalam diam semua pengakuan Patty.“Takdir telah membawaku pada sebuah petualangan cinta yang berbahaya. Mencoba kabur tapi aku tidak bisa beranjak sedikitpun dari jerat yang terus menggodaku. Aku sadar, pastor … bahwa aku telah melakukan sebuah dosa besar.” Patty menuturkan pengakuannya dengan nada yang diselimuti perasaan bersalah. Membuat Richie yang ikut mendengarkan menjadi sedikit canggung.“Namun sekarang aku telah menjalani hidup kudus bersama pria yang telah menjeratku dengan pesonanya. Aku memiliki kehidupan yang bahagia. Kiranya Tuhan mengampuni dosaku …”Pastor berdehem kemudian berbicara, “semua orang p
Wilson terjungkal untuk kedua kalinya. Kini wajahnya sudah tidak berbentuk lagi. Darah mengucur dari mana-mana dan mengotori pakaiannya yang lusuh. Pria yang menghajar Wilson berdiri tanpa kegentaran sedikitpun. Ibarat semut melawan gajah, mereka dua orang yang sangat tidak seimbang.“Kau pria yang mengacau di pertambangan, bersama kawanmu yang berlagak jagoan itu. Akan aku laporkan apa kau lakukan kepada ketua desa.” Wilson meludahkan darahnya ke tanah.“Silahkan saja! Kebetulan aku baru saja dari rumah beliau. Pie daging buatan istri ketua desa sangat enak. Tampaknya aku akan sering mencari alasan untuk datang ke rumahnya,” ucap pria itu dengan santai.“Sialan! Desa ini sekarang penuh orang-orang berengsek!”“Termasuk kau, tua bangka! Pergi kau dari rumahku atau sahabatku ini akan membuatmu pergi ke neraka! Huuss!! Sana!!” Bernadeth mengibaskan tangannya mengusir Wilson.Pria itu sekuat tenaga mengangkat tubuhnya dari tanah. Mau tidak mau dia harus pergi dari tempat itu, kalau dia m
“Bernadeth …” sontak pria di dalam truk turun kala melihat Bernadeth yang baru saja pulang sehabis mengurus bar. “Bernadeth tunggu!” panggilnya. Wanita yang menggendong tas dan membawa paper bag berisi makanan itupun menengok ke sumber suara. Tampak seorang pria dengan penampilan lusuh, wajah menyedihkan dan rambut awut-awutan, berdiri di depan rumahnya. Penampilan itu membuat Bernadeth mengingat kalau dia pernah punya seorang suami. “Barry Wilson??” Bernadeth terbelalak. “Iya, Bernadeth. Ini aku, sayang … bagaimana keadaan anak-anak? Aku merindukan kalian …” Bernadeth memundurkan langkahnya. Berbulan-bulan pria itu menghilang bak ditelan bumi. Jangankan memberikan uang bagi kebutuhan anak-anak, memberi kabarpun tidak. Padahal ada banyak pekerja tambang lainnya yang masih menyempatkan diri untuk pulang menemui keluarganya. “Rindu? Sekarang baru kau katakan kau rindu dengan mereka? Ke mana saja kau selama ini?” “Maafkan aku, sayang … aku terlalu berambisi dalam pekerjaanku hingga
Rintik hujan mulai turun menyemarakkan keheningan malam yang hanya berisi desahan dua orang yang tengah memadu kasih. Pemilik rumah itu masih menyisakan pertanyaan dia benak Richie ataupun Patty. Sementara Nancy sendiri hanya menduga-duga kalau keluarga rumah tersebut telah menjadi korban kejahatan yang pernah Hayden lakukan.Tetapi apapun kisah dibalik rumah itu, tidak sedikitpun mempengaruhi hasrat yang telah membucah di antara mereka. Richie telah dalam posisi siap di atas tubuh Patty. Sebelum masuk ke pergerakan inti mereka malam itu, Richie lebih dulu memandangi wajah Patty yang berada di bawah kungkungannya.Wajah Patty begitu belia karena usia gadis itu dua kali lebih muda darinya. Sempat berkelebat dalam benaknya, kenapa dia begitu berlama-lama untuk menemukan Patty? Sehingga gadis itu harus merasakan hidup sendirian dalam waktu yang lama.“Andai saja aku menemukanmu lebih cepat, Patty. Kau tidak akan jadi gadis yang kesepian,” bisik Richie.“Cepat atau lama, aku tetap merasa
Desa kecil di selatan Amerika itu tetaplah desa yang asri dan jauh dari hiruk pikuk kota. Kebakaran yang sempat terjadi di pertambangan nyatanya tidak berpengaruh besar terhadap desa tersebut.Karena setelah diselidiki, sebagian besar buruh yang menjadi korban dari kejadian itu bukanlah warga asli Woodstock. Mereka warga pendatang yang hanya tinggal sementara di desa itu untuk bekerja.Karavan itu masih ada di sana, tidak bergerak satu centimeter pun dari tempatnya sejak terakhir kali ditinggalkan Richie. Bar tua itu juga masih beroperasi. Bernadeth kini menjadi satu-satunya wanita yang paling menonjol di bar itu. Kelihatannya pertemuannya dengan Jack waktu itu membuat rasa percaya dirinya meningkat.“Satu burger dan soda!” Bernadeth menyerukan orderan yang telah dia catat. “Hah? Soda? Apa aku tidak salah catat? Siapa yang memesan soda?” serunya lagi seraya melayangkan pandangannya berkeliling bar.Seorang gadis berkaos oblong putih mengangkat tangan dengan senyuman lebar. Patty melam