Home / Young Adult / Bunga Takdir / Makan Bersama

Share

Makan Bersama

Author: Ardaliewarts
last update Last Updated: 2021-07-12 02:10:56

Semesta menyimpan banyak hal yang misterius yang belum terungkap. Tentang takdir yang kerap kali mempermainkan manusia, pertemuan yang tidak sengaja lalu perpisahan secara tiba-tiba. Semua itu sudah diatur dan ditakar oleh sang pencipta.

Hal itu juga berlaku bagi mimpi, khususnya untuk Yara. Kemampuan yang dimilikinya masih misterius, tujuan lain karena sejauh artikel yang dicari diinternet, tak ada satupun forum yang membahas mengenai kemampuan yang dimilikinya. Dari situ Yara menarik kesimpulan, bahwa hanya dirinya yang memiliki kemampuan seperti ini.

Sudah kali ketiga Yara memimpikan hal serupa. Tentang sosok misterius yang menghampiri secara tiba-tiba tanpa mengetahui identitasnya dimimpi. Gambaran wajahnya yang legam, perlahan terlihat jelas. Wajah yang terasa familier.

"Yara, sudah siap?" Mama memerhatikan penampilannya melalui cermin.

"Sudah, Ma."

Hari wekeend ini, mereka sepakat untuk makan bersama di Kafe untuk merayakan peringkat yang berhasil Yara capai. Sejujurnya, ini pertama kali Yara mendapat peringkat enam melawan berbagai murid terbaik dari sekolah lain. Di sekolah dasarnya dulu, Yara selalu mendapat masuk peringkat sepuluh besar, tetapi tidak mencapai peringkat lima ke atas.

Selama perjalanan Yara menyetel musik, lantas melihat berbagai pedagang kaki lina yang berjajar rapi. Mulai dari toko pakaian, kedai roti, sembako, hingga alas kaki. Namun, satu yang paling mencolok dari semua toko; sepi pengunjung.

"Ma, kenapa toko yang di sana sepi?" tanya Yara.

Padahal letak geografisnya sangat strategis. Biasanya toko atau bangunan apapun yang didirikan akan selalu ramai akan pembeli.

"Mungkin karena hari weekend, Sayang. Biasanya kalau weekend itu dalam suatu keluarga mengambil kesempatan emas dengan berlibur ke tempat wisata," jawab Mama.

"Andai papa masih ada, ya, Ma. Kita pasti berlibur ke pa–villa atau kebun binatang, pasti seru."

Yara berandai-andi jika sang papa masih berada disisinya. Dirinya pasti akan digendong, lalu papa akan berlarian hingga keduanya larut dalam kebahagiaan.

Mama melirik Yara sebentar, tak tega melihat raut wajah anak semata wayangnya sedih. "Kita masih bisa liburan, kok. Memangnya kamu mau kemana?"

"Gak usah, Ma, menghabiskan waktu dengan makan bersama saja aku sudah senang," tolaknya.

Anak manapun pasti akan merasa senang jika mendapat tawaran untuk berlibur bersama keluarganya karena mungkin itu adalah kesempatan yang bahkan dibilang sulit bagi anak yang memiliki orang tua super sibuk. Namun, Yara berpikir jika dirinya mengajak mamanya untuk berlibur ke suatu tempat, esoknya pasti akan kelelahan karena mama hanya mendapat libur satu hari.

Selepas kepergian Papa, Mama selalu sibuk dengan pekerjaan. Berangkat pagi, lalu pulang malam, bahkan seringnya ketika Yara sudah terpejam dan larut dalam mimpi. Yara tak ingin merepotkannya.

Mama hanya berdekhem. Dalam pikirannya, dia ingin membahagiakan anak semata wayang agar tidak larut dalam kesedihan akibat kepergian papanya. Siapapun pasti akan merasa sedih ketika menyaksikan bagaimana orang terdekat atau kesayangan merenggut nyawa tepat dihadapannya.

Apalagi kala itu Yara masih kecil, kenangan itu mungkin masih membekas dalam ingatannya. Mata yang menyaksikan satu persatu adegan, lalu terekam jelas dalam ingatan seperti tengah menonton televisi. Jika ingatan memiliki sistem reset, maka mamanya sudah pasti memilih untuk mereset ingatan anaknya agar tidak terus-menerus memikirkan dan menyalahkan dirinya.

"Yara, didunia ini gak ada yang abadi. Semua akan meninggalkan kita pada waktunya, bahkan ada orang yang tiba-tiba pergi tanpa mengucapkan kata perpisahan."

Yara menggigit bibir bawah, memilin jemarinya. "K-kalau aku bilang bisa mengetahuinya, mama percaya?"

Gesekan antara ban mobil dan jalan terjadi tiba-tiba. Mama yang kesal dengan pertanyaan Yara menginjak rem mendadak, kemudian menatap anaknya yang tengah menunduk.

"Yara, berhenti! Mama gak suka kamu bilang hal yang gak masuk akal seperti tadi," bentak mama, Yara terkejut. Ia menundukkan kepalanya semakin dalam. Mama yang menyadari apa yang barusan dilakukan, langsung membuang muka dan kembali menyetir. "Dengarkan dan ingat apa kata mama, yang terjadi pada papa adalah takdir, kamu gak usah menyalahkan dirimu sendiri."

Dunia modern, dimana hanya ada teknologi canggih yang menguasai. Yara memahami pikiran mama, karena didunia ini tidak ada sihir. Siapapun yang mendengar ceritanya, pasti akan bertingkah seperti mama tadi. Yara membuang napas kasar.

Keheningan panjang didalam mobil mendominasi hanya ada alunan musik yang mengalun merdu. Keduanya bungkam, tak ada seorang pun yang ingin memulai atau mencari topik pembicaraan.

Yara melihat keluar jendela untuk menenangkan hati dan pikirannya yang kalut. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa mama akan membentak hanya karena pertanyaan yang ditanyakannya tadi. Dalam jarak yang jauh, dirinya mengangkap sosok yang terasa familier.

Ketika jarak semakin sempit, Yara dapat melihat jelas sosok lelaki yang kemarin seruangan dengannya. Namun, dia sama sekali tidak mengira bahwa dirinya tengah bersama dengan seorang gadis. Diperhatikan dari manapun, gadis itu sedikit lebih muda.

Menyadari mama menepikan mobil tepat dihadapan lelaki tersebut, Yara tersentak lantas menatap mamanya dengan polos. "Eh, kok berhenti, Ma?"

"Kan udah sampai, makanya mama berhenti."

"Emang disini ada Kafe apa, Ma? Setahuku dulu disini gak ada yang namanya Kafe atau Restoran, deh."

"Karena ini Kafe baru selesai dibangun kemarin, Nak." Mama melepas sealtbeth, kemudian membuka pintu. "Kamu gak mau nyobain makanan di Kafe baru? Mama dengar, makanan disini enak-enak, lho."

Dengan semangat penuh Yara membuka pintu, menyusul mamanya yang sudah lebih dahulu masuk. Ketika dirinya melewati lelaki misterius, Yara hanya melirik sebelum dirinya berlari kencang. Sementara itu gadis kecil yang bersama dengan lelaki menatap Yara yang tengah membuka pintu Kafe dengan aneh.

"Itu orang kenapa, sih, Kak? Gak jelas banget," celetuknya, lalu menatap Kakaknya.

Sang gadis menyipitkan mata, merasa curiga dengan sikap Kakaknya yang tiba-tiba membuat ekspresi yang tidak pernah dilihat, bahkan ketika bersama keluarga sekalipun. Dia merebut kantung plastik yang ada digenggaman secara paksa agar sosok dihadapannya segera membuang muka dan hanya memperhatikan dirinya. Namun, tidak berhasil.

"Kak Athur kenapa, sih?!" Gadis itu menarik paksa lengan Athur untuk segera menaiki motor. "Kak, oma sudah nunggu di rumah."

Lelaki bernama Athur itu hanya menggarukkan kepala, sebelum dirinya melaju dengan pesat. Selama dalam perjalanan pikiran lain Athur terus berjalan mengenai sesuatu yang mungkin saja hanya semesta yang mengetahui alasan dibalik semua kejadian dan mengapa dirinya berada di dunia yang sama sekali tidak disangka.

Sementara di dalam Kafe, Yara yang mengambil posisi duduk menghadap jendela melihat semuanya. Namun, ia tidak ambil pusing dan segera melahap makanannya dengan nyaman tanpa perlu merasa risih akan tatapan seseorang.

Dirinya terkejut ketika berbagai rasa mengecap dengan sempurna. "Enak, Ma!"

Related chapters

  • Bunga Takdir   Kejanggalan Athur

    Seiring waktu berjalan semakin cepat, hingga tak ada seorang pun menyadari, kecuali mereka yang gemar menyibukkan diri. Sementara orang yang memiliki hobi rebahan tak akan menyadari dan berpikir bahwa waktu hanya berputar ketika dirinya melihat jam. Yara akui, itu benar karena tak terasa esok dirinya sudah memulai babak ospek. Padahal setelah pulang dari Kafe waktu itu, dirinya hanya menghabiskan sepanjang waktu dengan kasur seperti kungkang yang bermalas-malasan. Namun, itu berlaku ketika Mamanya sudah berangkat kerja. Rumah Yara yang berada ditepi jalan sehingga cukup terganggu ketika berbagai kendaraan melewati rumahnya, meskipun biasanya hanya ada satu-dua kendaraan saja yang lewat. Yara menuruni tangga, menghampiri mama yang tengah duduk sambil menonton televisi. Tanpa permisi, Ia langsung duduk dan mengambil cemilan yang ada diatas meja. "Ma, di depan ada apa, sih? Kok ramai," tanyanya. "Kamu belum dengar beritanya?" Mama masih fokus menonton televisi. "Ada berita apa, sih,

    Last Updated : 2021-07-12
  • Bunga Takdir   Trauma

    Kepergian Athur meninggalkan banyak pertanyaan dalam benak Yara. Kalimat sederhana yang disusun dengan begitu rapi sehingga meninggalkan jejak begitu dalam. Sejak saat itu pula Yara banyak berpikir hanya untuk memahami maksud terselubung. Ketika makan malam bersama, Yara tak banyak berbicara. Tangannya sibuk memotong daging bakar dengan pikiran yang dipenuhi tanda tanya. Suara sendok dan piring beradu mendominasi keheningan di ruangan itu. "Semua barang untuk ospek besok sudah kamu siapkan?" Mama meraih segelas air putih, kemudian meneguknya. "Sudah, Ma." Yara menghabiskan nasi yang tinggal sesuap. "Aku ke kamar duluan ya, Ma." "Ya sudah, kamu istirahat saja sekalian siapin mental buat besok. Selamat malam, Nak." "Malam, Ma." Sekeras apapun Yara berpikir, Dia tidak akan menemukan jawaban yang pasti. Aku akan melindungimu kali ini, perkataan Athur tadi kembali terdengar dalam benaknya. Melindunginya dari apa? Tidak dapat dipastikan apakah Athur adalah sosok yang bisa melihat masa

    Last Updated : 2021-07-12
  • Bunga Takdir   Sosok dalam mimpi

    Katanya, orang yang memiliki kemampuan untuk melihat masa depan adalah anugerah terindah yang tuhan berikan. Namun, bagi sebagian orang kekuatan itu adalah kutukan, sebab bisa membuat orang lain berpikir bahwa dirinya tidak waras. Dulu, ketika usianya menginjak sepuluh tahun, dia bermimpi tentang hal yang sekali tidak diduga akan menjadi kenyataan. Mimpi yang merenggut nyawa sang papa. Awalnya, Dia mengira bahwa itu adalah bunga tidur, bahkan lokasi dan situasi saat mereka liburan sama persis dengan dimimpinya. Namun, Ia tidak menyadari. Mereka bercanda, tertawa ria ditepi pantai tanpa mengetahui kejadian yang akan menimpa. Dalam hitungan menit, papa mengalami kecelakaan saat hendak membelikan makanan untuk anaknya. Suasana yang tadinya riang seketika berubah dipenuhi duka. Semua orang berlarian, mengelilingi tubuh pria yang terkapar dengan bersimbah darah disekitarnya. Sang anak menangis, meraung-raung tepat dihadapan tubuh papahnya yang sudah memejamkan mata dengan senyum diwajah.

    Last Updated : 2021-07-09
  • Bunga Takdir   Test

    Tak terasa sebulan sejak ujian terakhir sudah berlalu, kini saatnya mempersiapkan diri menjelang test memasuki jenjang SMP yang akan dilaksanakan dalam waktu seminggu. Nilai ujiannya bisa dikatakan standar karena bukan termasuk anak yang pandai, terlebih daya ingat yang minimalis menghambat Ia dalam proses pembelajaran. Mendapat nilai standar bukan menjadi point utama di SMP yang diinginkan, tetapi mendapat nilai yang memuaskan dalam test-lah yang akan diterima itu pun dengan beberapa pertimbangan. Apabila melebihi kuota yang tersedia, maka murid tidak diterima meski mendapat nilai dalam nominasi yang sudah diputuskan pihak sekolah. Di sini, semua murid berjuang keras untuk mendapat nilai terbaik dari yang terbaik agar dapat diterima. Yara yang mendapat nilai standar pun tak berharap banyak agar bisa diterima, meski begitu Ia akan berusaha melakukan yang terbaik karena tak ingin membuat mama kecewa. Mama yang selalu sibuk dengan pekerjaannya pun memutuskan untuk mengambil cuti. Me

    Last Updated : 2021-07-12

Latest chapter

  • Bunga Takdir   Trauma

    Kepergian Athur meninggalkan banyak pertanyaan dalam benak Yara. Kalimat sederhana yang disusun dengan begitu rapi sehingga meninggalkan jejak begitu dalam. Sejak saat itu pula Yara banyak berpikir hanya untuk memahami maksud terselubung. Ketika makan malam bersama, Yara tak banyak berbicara. Tangannya sibuk memotong daging bakar dengan pikiran yang dipenuhi tanda tanya. Suara sendok dan piring beradu mendominasi keheningan di ruangan itu. "Semua barang untuk ospek besok sudah kamu siapkan?" Mama meraih segelas air putih, kemudian meneguknya. "Sudah, Ma." Yara menghabiskan nasi yang tinggal sesuap. "Aku ke kamar duluan ya, Ma." "Ya sudah, kamu istirahat saja sekalian siapin mental buat besok. Selamat malam, Nak." "Malam, Ma." Sekeras apapun Yara berpikir, Dia tidak akan menemukan jawaban yang pasti. Aku akan melindungimu kali ini, perkataan Athur tadi kembali terdengar dalam benaknya. Melindunginya dari apa? Tidak dapat dipastikan apakah Athur adalah sosok yang bisa melihat masa

  • Bunga Takdir   Kejanggalan Athur

    Seiring waktu berjalan semakin cepat, hingga tak ada seorang pun menyadari, kecuali mereka yang gemar menyibukkan diri. Sementara orang yang memiliki hobi rebahan tak akan menyadari dan berpikir bahwa waktu hanya berputar ketika dirinya melihat jam. Yara akui, itu benar karena tak terasa esok dirinya sudah memulai babak ospek. Padahal setelah pulang dari Kafe waktu itu, dirinya hanya menghabiskan sepanjang waktu dengan kasur seperti kungkang yang bermalas-malasan. Namun, itu berlaku ketika Mamanya sudah berangkat kerja. Rumah Yara yang berada ditepi jalan sehingga cukup terganggu ketika berbagai kendaraan melewati rumahnya, meskipun biasanya hanya ada satu-dua kendaraan saja yang lewat. Yara menuruni tangga, menghampiri mama yang tengah duduk sambil menonton televisi. Tanpa permisi, Ia langsung duduk dan mengambil cemilan yang ada diatas meja. "Ma, di depan ada apa, sih? Kok ramai," tanyanya. "Kamu belum dengar beritanya?" Mama masih fokus menonton televisi. "Ada berita apa, sih,

  • Bunga Takdir   Makan Bersama

    Semesta menyimpan banyak hal yang misterius yang belum terungkap. Tentang takdir yang kerap kali mempermainkan manusia, pertemuan yang tidak sengaja lalu perpisahan secara tiba-tiba. Semua itu sudah diatur dan ditakar oleh sang pencipta. Hal itu juga berlaku bagi mimpi, khususnya untuk Yara. Kemampuan yang dimilikinya masih misterius, tujuan lain karena sejauh artikel yang dicari diinternet, tak ada satupun forum yang membahas mengenai kemampuan yang dimilikinya. Dari situ Yara menarik kesimpulan, bahwa hanya dirinya yang memiliki kemampuan seperti ini. Sudah kali ketiga Yara memimpikan hal serupa. Tentang sosok misterius yang menghampiri secara tiba-tiba tanpa mengetahui identitasnya dimimpi. Gambaran wajahnya yang legam, perlahan terlihat jelas. Wajah yang terasa familier. "Yara, sudah siap?" Mama memerhatikan penampilannya melalui cermin. "Sudah, Ma." Hari wekeend ini, mereka sepakat untuk makan bersama di Kafe untuk merayakan peringkat yang berhasil Yara capai. Sejujurnya, ini

  • Bunga Takdir   Test

    Tak terasa sebulan sejak ujian terakhir sudah berlalu, kini saatnya mempersiapkan diri menjelang test memasuki jenjang SMP yang akan dilaksanakan dalam waktu seminggu. Nilai ujiannya bisa dikatakan standar karena bukan termasuk anak yang pandai, terlebih daya ingat yang minimalis menghambat Ia dalam proses pembelajaran. Mendapat nilai standar bukan menjadi point utama di SMP yang diinginkan, tetapi mendapat nilai yang memuaskan dalam test-lah yang akan diterima itu pun dengan beberapa pertimbangan. Apabila melebihi kuota yang tersedia, maka murid tidak diterima meski mendapat nilai dalam nominasi yang sudah diputuskan pihak sekolah. Di sini, semua murid berjuang keras untuk mendapat nilai terbaik dari yang terbaik agar dapat diterima. Yara yang mendapat nilai standar pun tak berharap banyak agar bisa diterima, meski begitu Ia akan berusaha melakukan yang terbaik karena tak ingin membuat mama kecewa. Mama yang selalu sibuk dengan pekerjaannya pun memutuskan untuk mengambil cuti. Me

  • Bunga Takdir   Sosok dalam mimpi

    Katanya, orang yang memiliki kemampuan untuk melihat masa depan adalah anugerah terindah yang tuhan berikan. Namun, bagi sebagian orang kekuatan itu adalah kutukan, sebab bisa membuat orang lain berpikir bahwa dirinya tidak waras. Dulu, ketika usianya menginjak sepuluh tahun, dia bermimpi tentang hal yang sekali tidak diduga akan menjadi kenyataan. Mimpi yang merenggut nyawa sang papa. Awalnya, Dia mengira bahwa itu adalah bunga tidur, bahkan lokasi dan situasi saat mereka liburan sama persis dengan dimimpinya. Namun, Ia tidak menyadari. Mereka bercanda, tertawa ria ditepi pantai tanpa mengetahui kejadian yang akan menimpa. Dalam hitungan menit, papa mengalami kecelakaan saat hendak membelikan makanan untuk anaknya. Suasana yang tadinya riang seketika berubah dipenuhi duka. Semua orang berlarian, mengelilingi tubuh pria yang terkapar dengan bersimbah darah disekitarnya. Sang anak menangis, meraung-raung tepat dihadapan tubuh papahnya yang sudah memejamkan mata dengan senyum diwajah.

DMCA.com Protection Status