Bunga Ilalang Part 17_Akhir bulan madu"Sudah diem nangisnya!""Mereka jahat sama Syahdu! Mereka mau menyakiti Syahdu!" Aku masih saja tergugu walaupun Mas Adit sudah memelukku dan mengusap-usap kepalaku dalam perjalanan kami ke tempat parkir motor."Kamu tadi sudah lihat, kan, orangnya sudah kutonjok! Suamimu ini jago, Syahdu. Kamu tenang saja. Nggak bakal ada yang berani menyakitimu lagi.""Makasih, Mas Adit.""Apa?! Coba ulang, Syahdu! Nggak denger!""Makasiiiih, Mas Adit!" teriakku."Cium!" Dia memegangi pipinya dengan jari telunjuknya tapi aku nggak ngerti maksudnya."Apa?""Kamu cium pipiku sini, Buruuu!" Karena dipaksa, akhirnya kucium juga pipinya dan dia senyum-senyum tak jelas sambil mengusap usap pipinya. "Kamu cepet sembuh, dong, Syahdu.""Memangnya Syahdu sakit.""Nggak, cuma nggak nyambung! Buruan naik ke motor!" Baru saja motor mau jalan, ada yang manggil-manggil Mas Adit dari arah belakang."Tunggu, Dit!""Apa, apa, Sap?""Besok Sabtu rencana anak anak Mapala mau me
#BUNGA_ILALANG#Part18_Pulang_kampungIni pertama kalinya aku naik bus. Perutku rasanya tidak enak. Kepalaku juga pusing. Keringat dingin terus mengucur dari dahiku. Aku coba tahan dengan menyandarkan kepala di kursi dan memejamkan mata tapi tetap saja pusing dan mual."Mas Adit, aku mual, mau muntah.""Kamu mau mabuk? Tahan! Awas aja ya kalau muntah sekarang! Tadi plastik yang kusuruh bawa mana?" Mas Adit terlihat panik."Di tas. Aku nggak tahan, Mas!" "Tahan! Aku ambil plastik dulu. Udik kamu, Syahdu, naik bus bagus masih aja muntah!" gerutu Mas Adit sambil mengaduk-aduk tas yang ada di bawah kakiku mencari plastik.Aku berusaha menahan tapi isi perut terus terdorong keluar dan akhirnya keluar juga tepat di punggung Mas Adit yang sedang menunduk di depanku mengacak-acak tas yang ada di bawah mencari plastik.Lega rasanya. Rasa mual hilang, kepala pun jadi enteng."Syahduuuuuu! jorok kamu! Dasar nggak tahu sopan santun. Dibilangin tahaaaaaan!" "Aku nggak tahan. Mas Adit ngapain lep
#Bunga ilalang #part 19_Ketemu_mertua"Perkenalkan, Ma, Pa, ini Syahdu istriku.""Kamu pikir Mama bakal kaget terus pingsan gitu dengar itu. Mama sama Papa sudah hafal dengan keisenganmu.""Eh, kali ini beneran, Ma, Adit nggak iseng. Ini bini baruku.""Jangan-jangan kamu nemu perempuan gila ini di jalanan terus kamu bawa pulang, Dit.""Iya, Ma, bener. Nemu dijalanan terus kunikahi. Kasihan, Ma, terlunta lunta di jalanan.""Adiiiiiiit! Sudah hentikan bercandamu itu. Siapa pun perempuan itu, bawa keluar dari rumah ini. Apa kata tetangga nanti. Dikiranya papamu bawa madu ke rumah.""Kebenaran lah. Enak kan Madu. Manis. Adit aja suka.""Pokoknya Nih, habis makan bawa pergi perempuan itu!""Mana bisa, Ma. Syahdu sudah sah jadi istriku. Kemana Adit pergi dan tinggal, Syahdu bakalan ikut aku. Sebentar, Ma." Mas Adit pergi menuju kamarku tapi tak berapa lama datang lagi membawa 2 buku kecil."Ini, Ma, Pa, buktinya kalau Syahdu itu menantu Mamak sama Abah dan Dinda cucu Mamak sama Abah."Mas
"Mas Banyu!" secara spontan nama itu keluar dari mulutku lalu buru-buru kututup dengan telapak tangan, takut Mas Banyu bangun.Tapi tiba - tiba tubuhnya menggeliat lalu wajahnya menghadap ke arahku. Sontak Mas Banyu bangkit, terperanjat, matanya membulat menatapku."Syahdu!"Kakiku gemetar, aku ingin cepat-cepat berlari menjauh dari pintu kamar tapi kenapa kakiku begitu sulit diangkat. Dengan susah payah aku terus melangkah cepat tapi baru saja sampai di ruang depan, Mas Banyu berhasil mencekal lenganku lalu menariknya masuk ke kamar kemudian menutup pintu kamar."Syahdu, ini benar kamu kan, Syahdu? Aku nggak mimpi, kan? Alhamdulillah, akhirnya kita dipertemukan. Kamu baik-baik saja, Syahdu? kemana saja kamu? Kamu tahu aku hampir gila mencarimu." Cerca Mas Banyu tanpa jeda dengan mencekal lenganku menatapku dengan mata berkaca kaca lalu menyandarkan tubuhku pada tembok. Dadaku berdebar debar mencium aroma tubuhnya yang begitu dekat dan wajahnya yang tepat di depanku, sangat dekat."
"Jangan sakiti aku, ya, Mas!""Bagaimana mungkin aku menyakitimu! Kamu perlu tahu, Syahdu, aku itu sayang kamu! Ngerasa nggak sih, kalau kamu kusayang?! Kebangetan kalau nggak bisa ngerasain!" Mas Adit membalikkan tubuhku, mencium keningku dengan lembut lalu matanya menatapku lama. Sebuah kecupan tiba-tiba mendarat di bibirku. Dia lumat habis-habisan. Kupukul pukul dadanya. "Kenapa, Syahdu?" Mas Adit akhirnya menghentikan ciumannya."Syahdu nggak bisa napas!" Aku terengah engah sambil mengatur nafasku, rasanya seperti kehabisan napas."Itu karena kamu tegang. Rileks ... nikmati, Syahdu. Ini tuh rasanya dasyat banget."Aku tak bisa menikmati karena di pikiranku masih saja ada Mas Banyu. Mataku terpejam ketika bibir Mas Adit kembali mengecup bibirku dan kali ini dia melakukannya dengan sangat lembut. Aliran darahku mulai berdesir desir. Apalagi ketika bibirnya berkelana ke sekujur tubuhku.Aku mulai tidak bisa mengendalikan diri. Kata-kata yang keluar dari mulutku mulai aneh. Meracau,
Pagi ini, setelah mandi keramas lagi dan salat subuh, Mas Adit mengajakku jalan-jalan. "Mas Adit, Syahdu susah jalan.""Kenapa, Syahdu?""Perih.""Sini, kutiup ya, biar perihnya ilang.""Nggak mau!""Ha ... ha ... ha. Atau mau lagi?""Mas Adiiiit!" teriakku gemes sambil kupukul pukul dadanya tapi buru-buru Mas Adit mencekal lenganku dan memeluk lalu menciumi keningku bertubi tubi. "Sudah, ah, takut kesetrum lagi. Ayo, Syahdu buruan berangkat, keburu siang." Dengan rambut yang masih sama-sama basah, kami pun menyusuri jalanan yang masih sepi, menikmati udara sejuk desa ini.Di sepanjang jalan, Mas Adit menggandengku, sesekali memeluk bahuku walaupun kadang kusingkirkan lengannya kalau berpasasan dengan orang, malu."Mbah Syahdu? Ini Mbak Syahdu, kan? Dan ini pasti suaminya Mas Syahdu," setiap ketemu orang pasti menyapaku begitu."Kamu terkenal juga ya, Syahdu, di desa ini. Mantan bunga desa ya.""Itu tadi kan tetangga-tetangga Syahdu. Teman Bapak." "Teman Bapak? Kenapa kamu tadi
#BUNGA_ILALANG#Mahkota_perawan_desa#Part 22_Cerai?Sepeninggal Embah, kita tinggal bertiga sama Dinda di ruang tengah. Aku memangku Dinda yang sedang mainan panci sama sendok. Sedangkan Mas Banyu duduk di depanku bercandain Dinda."Dinda sekarang udah gedhe, ya. Dah pinter Anak siapa sih ini?" tanya Mas Banyu sambil mengusap usap rambut Dinda."Papa dit, Papa Adit," jawab Dinda polos yang membuat Mas Banyu mengernyitkan dahi."Kok Papa Adit, sih. Salah, Dinda. Dinda anak Ayah Banyu. Ayo bilang A-yah Ba-nyu," pelan -pelan Mas Banyu membimbing Dinda."Ndak mau! Ndak mau!" ucap Dinda sambil menggeleng gekengkan kepala."Siapa sih, Syahdu, Adit itu? Bener dia suamimu?" Aku mengangguk lalu kutundukkan Kepala dalam-dalam karena takut dimarahi."Dia kan yang memaksa menikahimu? Kamu dipaksa kan, Syahdu? Jawab, Syahdu! Karena Mas Banyu tahu, cuma aku satu satunya laki-laki di hati kamu!" Cerca Mas Adit meledak ledak dengan muka berang, seperti menahan amarah."Mas Adit baik seperti Mas Ban
#BUNGA_ILALANG#Mahkota_perawan_desa #Part23_Sayang_Mas Banyu"Mas Adit, seumpama Syahdu meninggalkan Mas Adit, Mas Adit sedih nggak?""Memangnya kamu mau kemana? Kamu tega ninggalin aku? Nanti aku nggak ada teman naik ke puncak lagi.""Syahdu pengin nyusul Bapak. Syahdu pengin dikubur juga supaya bisa nemenin Bapak.""Jangan ngelantur, Syahdu. Terus Dinda?""Dinda kuajak.""Edan kamu!" "Daripada kamu ngelantur, kita jalan-jalan yuk ke kota. Entar kujajanin soto.""Mau ... Mau! Dinda?""Dinda biar di rumah sama embahnya. Pengin pacaran sama kamu, Syahdu. Mumpung Dinda ada yang momong. Nanti kalau sudah di Jakarta susah mo pacaran."Setelah aku dan Mas Adit ganti baju, kita pun pamitan pada mamanya Mas Adit dan Dinda. "Kalian itu ya, mentang-mentang ada baby sister gratisan, pacaraaaaan mulu!""Kapan lagi, Ma. Mumpung Dinda punya Embah baik.""Bocah gemblung!" "Dinda, Papa sama Mama pergi dulu, ya. Dinda main sama Embah putri, ya." Pamit Mas Adit dan Dinda pun mengangguk berulang-
"Mas Banyumu, Syahdu!""Mas Banyu?!" Aku tersentak, " Ngapain Mas Banyu di sana, Mas Adit?""Kan aku bilang, orang itu jadi pasienku, pasien Dokter Hans, berarti apa?""Berarti Mas Banyu gila?!""Iya, Syahdu. Tadi Mas Adit juga nggak percaya. Keadaannya sangat menyedihkan. Yang keluar dari mulutnya cuma namamu dan Dinda. Syahdu ... Dinda ... Gitu terus. Tatapan matanya kosong. Dan yang lebih menyedihkan dia buta, Syahdu.""Mas Banyu!" Aku pun menangis histeris."Tadi aku sempet tanya saudara yang kebetulan menjenguknya. Kamu tahu ternyata Banyu mendonorkan mata buat putrinya yang sangat ia cintai dulu sebelum dimasukkan ke penjara.""Jadi mata Dinda itu mata Mas Banyu, Mas Adit?" Mas Adit mengangguk dan aku pun menangis sejadi jadinya."Mas Adit! Syahdu mau ketemu Mas Banyu, Mas Adit! Anterin Syahdu ke Mas Banyu!" rengekku."Enggak, Syahdu! Untuk keadaan sekarang belum aman.""Pokoknya Syahdu mau ketemu Mas Banyu! Kalau Mas Adit nggak mau nganterin, Syahdu mau kesana sendiri! minta d
Sampai akhirnya kami harus kembali ke perantauan. Mas Adit sudah sembuh total dan menutuskan untuk melanjutkan kuliah lagi. Dito sudah berumur 3 bulan jadi sudah aman untuk melakukan perjalanan jauh."Kamu yakin, Dit membawa Syahdu ke Jakarta? Apa bisa dia mengasuh 2 anak sendirian?" tanya Mama khawatir."Syahdu bisa kok, Ma." jawabku"Jangan sepelein Syahdu, Ma. Dia memang punya kekurangan. Tapi dia juga punya naluri seorang ibu. Nih buktinya, Dinda tumbuh dengan baik dan sehat.""Iyo Yo, Dit. Cantik lagi nih Dinda nya."."Maaf ya, Mbak Syahdu, Mbok Nah nggak bisa ikut. Mbok Nah pengin menikmati masa tua di kampung.""Iya, Mbok Nah, nggak pa pa. Sekarang Syahdu udah bisa ngapa ngapain sendiri, udah diajarin masak Mbok Nah juga kan. Yang penting Syahdu ada di samping Mas Adit. Itu sudah cukup.""Iya, Mbak Syahdu, Mbok Nah sudah tenang sekarang, Mbak Syahdu pasti aman dan bahagia sama Mas Adit. Mas Adit nitip Mbak Syahdu, ya.""Iya, Mbok. Tenang saja.""Dit, sudah kamu nurut sama Papa,
"Syahdu nggak pa pa. Syahdu janji nggak selingkuh. Mas Adit juga janji jangan nyari istri lagi, ya?""1 istri saja aku nggak bisa ngasih nafkah batin, gimana mau 2, Syahdu. Kamu ada-ada aja. Kamu tuh yang bisa selingkuh.""Nggak, Syahdu nggak bakal selingkuh. Syahdu sayang Mas Adit.""Lha iya, selingkuhanmu dah di penjara. Mo selingkuh sama siapa.""Mas Adiiiiiit!" Kucubit saja lengannya.***Setelah latihan tiap hari bersamaku, 2 bulan berikutnya, Mas Adit akhirnya bisa berjalan normal kembali walaupun masih pakai tongkat. Semangat Mas Adit yang menggebu gebu telah mempercepat proses penyembuhan.Pagi ini kami berdua jalan pagi menyusuri jalanan pedesaan yang masih sepi. Udaranya segar sekali. Diusia kehamilanku yang sudah mendekati lahiran, disarankan banyak jalan biar persalinan lancar katanya. Makanya tiap hari, Mas Adit yang bersemangat ngajak jalan, sekalian terapi buat Mas Adit juga."Duuuh, yang terkenang dengan seseorang ...," ledek Mas Adit sambil menyikut lenganku ketika k
Hari hariku selanjutnya terasa suram melihat Dinda yang lebih banyak nangisnya daripada diemnya. Selalu rewel, nangis terus nggak pagi, nggak siang, nggak malem. Naluri seorang ibu, bisa merasakan apa yang dirasakan Dinda. Dia kesepian dan ketakutan.Yang bisa menghiburnya hanya suaraku dan suara Mas Adit. Setiap kami diam dia nangis. Penginnya kita ngomong terus, ngajak ngobrol dia. Tidurpun nggak bisa lepas dari kami. Minta kupeluk juga Mas Adit."Tapi, Dit, anak Anggita yang di perut ini juga butuh kamu" rengek Anggita manja ketika Mas Adit ijin mo tidur di kamarku "Tolong dong, Nggit. Ngalah dulu. Kasihan, Dinda. Dia pengin tidur dipeluk papanya. Kamu jangan egois kayak gitu!" Seru Mas Adit.Akhirnya Mas Adit sekarang tidur bersama kami tidak peduli Anggita sewot. Buat Mas Adit kebahagiaan Dinda lebih penting dari segalanya.Satu satunya harapan kami hanya menunggu ada orang yang mau mendonorkan matanya. Papa terus berusaha. Mas Adit yang bersikeras pengin mendonorkan mata akhirn
Setelah seminggu dirawat akhirnya aku boleh pulang. Senangnya ... walaupun ada yang kurang karena Dinda masih dirawat di Rumah sakit di Semarang. "Syahdu, nanti ada kejutan buatmu." ucap Mama ketika perjalanan pulang dari rumah sakit. Hanya Mama dan sopir yang menjemputku karena Papa dan Mas Yoga nungguin Dinda di Semarang. Dan Mas Adit nungguin Anggita yang lagi sakit katanya."Kejutan buat Syahdu? Kejutan apa, Ma?" "Kalau aku ngomong sekarang namanya bukan kejutan dong, Syahdu. Nanti nyampe rumah."Setelah melewati hamparan sawah, kami pun sampai di rumah Mas Adit. Terlihat Mas Adit yang sudah menyambutku di pintu gerbang."Akhirnya, istriku yang lucu menggemaskan ini kembali juga ke rumahku." "Mas Adit!" Kupeluk Mas Adit yang duduk di kursi roda. "Syahdu, lihat ini ada siapa?" panggil Mama, Aku melepaskan pelukan Mas Adit menoleh ke arah Mama.Seorang wanita tua yang pakai kebaya berdiri di samping Mama. Kuusap usap mataku. Rasanya tidak percaya. "Mbok Nah!" Aku berlari ke ar
Bunga ilalangPart 34_Merajut_memori_lama"Dinda kritis di rumah sakit, Dit.""Dinda ... Dinda kenapa, Mas Adit?!" Aku yang mendengar nama Dinda disebut langsung teriak panik tapi Mas Adit tak menjawabku malah menjalankan kursi rodanya menjauh dariku.Tapi lamat-lamat aku bisa mendengar percakapan mereka."Kritis kenapa, Pa?" "Kecelakaan di tol Semarang. Polisi mengejar mobil yang dikendarai Banyu. Perhitungan mereka kalau ditangkap di jalan, mereka tidak sempat merencanakan sesuatu untuk menggunakan Dinda sebagai tameng.""Lalu, Pa?""Tapi ternyata perhitungan polisi meleset. Banyu menabrakkan mobilnya pada besi pembatas jalan dengan kecepatan tinggi, Dit. Menurut pengamatan polisi dia sengaja menabrakkan karena tidak terlihat mobil oleng atau menghindari sesuatu.""Innalilahi. Apa maunya, Banyu itu! Bisa bisanya dia senekat itu! Terus bagaimana keadaan mereka, Pa? Keadaan, Dinda?""Semua kritis, Dit, termasuk Dinda. Mereka di rawat di rumah sakit di Semarang. Ini Papa dan Mas Yog
"Dinda ... Mama kangen. Dinda baik-baik ya, Dinda jangan rewel," aku terisak isak mengingat Dinda, sangat sedih, inilah pertama kalinya aku berpisah dengan Dinda."Mas Yoga, nggak ikut ke sini, Pa?" tanya Mas Adit."Mas Yoga pulang dulu tadi.""Kalau Papa dan Mama mau pulang, pulang aja dulu. Biar Syahdu kujagain.""Yakin kamu bisa jagain Syahdu dalam keadaan begini? Nanti kalau ada orang suruhan Banyu kesini terus nyulik kamu gimana?" "Nggak nggak, Pa. Mana berani di tempat umum begini. Di depan juga banyak suster. Ini ada bel juga. Yakin, Adit bisa. Adit pengin mengenal Syahdu lebih dekat. Nggak tau kenapa, dekat dia itu rasanya lain. Apa karena diperutnya ada anakku, ya?""Cie yang mau jadi Papa ... Dit, Adit, berarti memang perasaanmu ke Syahdu itu dulu benar-benar dalem, ya. Cinta sejati. Dalam keadaan amnesia pun Syahdu tetap istimewa. Yo Wis lah. Kita pulang dulu, ya. Nanti maleman kita kesini lagi," ucap Papa yang tak henti hentinya meledek Mas Adit."Nggak usah kesini, Pa.
"Malam itu ... saya ditelepon Pak Banyu. Beliau membeberkan sebuah rencana yang harus saya laksanakan. Saya disuruh ke stasiun pagi-pagi habis subuh. Saya juga disuruh mencari orang-orang bayaran untuk melaksanakan rencana Pak Banyu. Di Stasiun, saya dan orang-orang bayaran itu menunggu instruksi Pak Banyu. Pak Banyu 1 kereta dengan target yaitu Mas Adit dan Mbak Syahdu ini. Setelah kereta sampai di stasiun, Pak Banyu mengarahkan saya pada target yang baru turun dari kereta. Saya mencari waktu yang tepat untuk menjalankan aksi yang sudah dibeberkan Pak Banyu. Nah, kebetulan sekali Mas Adit ke toilet. Di depan toilet itulah saya berpura pura kecopetan. Orang suruhan saya menjabret tas saya. Saya minta tolong pada Mas Adit. Mas Adit pun berlari mengejar pencopet alias orang suruhan saya itu. Sengaja orang suruhan saya itu berlari ke arah jalan raya kemudian menyebrang jalan. Dan orang suruhan saya yang lain bertugas membawa motor dengan kencang, menabrak Mas Adit. Rencana berjalan d
"Kamu yang ninggalin aku. Kenapa kamu nggak ada di sisiku saat aku di rumah sakit. Kenapa kamu malah nikah dengan laki-laki brengsek itu.""Waktu di Stasiun itu, Mas Adit lama sekali, nggak dateng-dateng. Syahdu takut. Lalu Mas Banyu datang membawa Syahdu ke rumahnya lalu menikahi Syahdu.""Mungkin Allah memisahkan kita di stasiun melalui tangan Banyu untuk menguji kekuatan cinta kita, Syahdu. Nyatanya sejauh apa kita dipisahkan akhirnya bertemu kembali. Memang sudah nasibku, Syahdu, nggak bisa terpisah dari kamu!" Tiba-tiba Mas Adit memencet hidungku yang membuatku kaget."Mas Adit sudah inget sama Syahdu?""Nggak! Aku nggak mau nginget kamu! Apalagi inget kamu selingkuh sama si Banyu itu. Sakit, Syahdu!""Selingkuh itu apa?""Kamu nikah sama orang lain!""Mas Adit juga selingkuh sama perempuan itu! Syahdu nggak suka!""Iyalah, memang kamu doang yang bisa selingkuh. Aku juga bisa. Gini-gini aku punya penggemar. Anggita itu perempuan yang tergila gila padaku. Bukan kamu doang yang pun