"Baiklah, aku memaafkan bunda. Mulai sekarang jangan lakukan apapun untukku lagi" putus Arana dengan menatap tepat pada mata Ratih. Ratih terkejut mendengar ucapan Arana yang seolah menyuruhnya menjauh. Dengan ekspresi tenang dan datar Arana memandangnya lalu menoleh pada pintu rumah. Ratih tidak heran melihat sikap Arana yang sangat tenang saat mengucapkan kalimat itu. Sejak kecil Arana memang selalu terlihat tenang. Meskipun di marahi atau disalahkan olehnya karena aduan Kiara. Arana hampir tidak pernah terlihat menangis dan merajuk. Ratih pikir Arana anak yang tegar dan cuek tidak seperti Kiara yang manja dan cengeng. Ratih tidak tega jika harus memarahi Kiara tapi Ratih sering memarahi Arana sekalipun dia tahu yang salah adalah Kiara. Ratih menganggap Arana anak yang cuek jadi tidak akan sakit hati sekalipun dia sering memarahinya."Apa maksud dari ucapan kamu Arana?" tanya Ratih "Kamu tidak sedang meminta bunda menjauhi kamu kan?" lanjutnya. "Apa kita pernah dekat?" tanya Aran
Sagara povAku bergegas pulang setelah Bibi menelfon, memberitahu ada Bunda nya Arana datang ke rumah. Aku sempat memarahi Bibi kenapa membiarkan Bunda masuk rumah. Tapi Bibi beralasan kalau Bunda mengatakan kalau dia sudah mendapatkan izin dariku. Sudah beberapa hari ini aku meminta Bibi untuk melaporkan semua kegiatan Arana dan siapa saja yang datang ke rumah untuk menemui Arana ketika aku tidak ada. Saat aku sampai di rumah, terlihat Rendra sudah berdiri ditengah pintu ruang tamu menatap kedalam. Di kursi teras juga terlihat seorang anak laki-laki berumur sekitar 12 tahunan. Saat aku mendekat terdengar suara Arana sedang berbicara dengan Bunda. Mendengar pembicaraan mereka membuat dadaku terasa nyeri membayangkan seperti apa sekarang wajah terluka Arana. Rahangku mengeras ketika mendengar suara Arana yang di selingi isak tangis. Sepertinya bukan hanya aku yang marah mendengar pembicaraan didalam rumah. Rendra yang berdiri membelakangi ku, terlihat mengepalkan kedua tangannya
"Arana? Dari siapa dan apa isinya nya?" ulang Saga karena Arana hanya diam. "Dari Ryan" jawab Arana singkat. "Apa isinya obat?" tanya Saga penasaran. Arana memicingkan matanya pada Saga. Dia merasa aneh kenapa Saga menyebut soal obat. "Aku pernah tidak sengaja mendengar pembicaraan kamu dan Ryan di telfon" aku Saga, "Aku dengar kalian membahas obat untuk sesak nafas kamu" lanjut Saga menjelaskan. "Ck." Arana berdecak tak suka lalu membuang pandangannya ke arah jendela kamar. "Jawablah pertanyaan ku! Atau kamu ingin aku disini terus sampai besok pagi" pinta Saga namun lebih seperti ancaman dari pada permintaan. Arana menghela nafas sepenuh dada sebelum berbicara, "Bukan obat sesak nafas tapi obat penenang." jujurnya. "Kenapa kamu harus mengonsumsi obat penenang?" Saga menarik tangan Arana yang hendak beranjak dari ranjang. "Jawab! Untuk apa kamu minum obat penenang?" Saga menatapnya tajam. Arana menghela nafas panjang, "Dulu aku sering merasa sesak nafas ketika mengingat saat
Masih flashback. "Kalau kamu menolak. Ayah akan mengambil kembali kebun Bapak kamu juga rumah ini sebagai ganti hutangnya untuk biaya kuliah Raka dulu" ancam Aditama. "Jangan keterlaluan kamu Di. Dulu kamu bilang sendiri asal aku bersedia merawat Arana kamu akan membiayai kuliah Raka. Kenapa sekarang kamu memintanya kembali" geram Jatmiko tidak terima. Aditama tidak bergeming "Ayah tunggu keputusan kamu sampai selesai dhuhur." setelah mengatakan itu Aditama melangkah pergi. "Raka yang akan membayar semua hutang bapak. Kamu jangan Khawatir. Apapun keputusan kamu bapak tidak akan melarang" kata Jatmiko lalu beranjak masuk ke kamar nya. Lastri menyuruh Arana untuk duduk, lalu mengambilkan air putih. "Minumlah" perintah Lastri memberikan segelas air pada Arana. Kemudian Lastri ikut duduk di sebelah Arana. "Dengarkan Ibu, Saga juga bukan orang yang jahat. Dia baik dan masa depannya cerah. Kamu akan bahagia kalau menikah sama dia" tutur Lastri membuat Arana membulatkan matanya."Sepert
Flashback off. "Sejak saat itu hubungan Arana dan tante Ratih memburuk." tutur Reza lalu menyesap kopi dari cangkirnya. Saga mengeratkan genggaman tangannya untuk menahan emosi yang bergemuruh di dadanya. Rasa bersalah menyesak di hati dan jiwanya. Sehingga membuatnya berulang kali menghela nafas panjang untuk mengurangi sedikit rasa sesak yang ada di dadanya. Dia tidak pernah menyangka jika perbuatannya membuat hidup Arana menderita. "Bagaimana dengan sekolah Arana?" tanya Saga, "Apa dia juga mengalami masalah di sekolahnya?" "Iya. Karena pernikahan kalian dilakukan sebelum kelulusan, membuat Arana selalu di cibir dan digunjing teman-teman saat kami datang ke sekolah sebelum acara kelulusan" tutur Reza. "Arana sebenarnya punya pacar, namanya Gibran. Dia senior kami di sekolah. Saat itu dia sudah kuliah di kota J dan Arana berniat menyusul untuk kuliah di sana juga. Tapi batal karena dipaksa menikah denganmu. Arana dan Gibran terpaksa putus tanpa kata alias gantung. Gibran tidak t
Sejak beberapa hari sikap Saga membuat Arana merasa aneh. Setiap pagi Saga akan menunggu Arana untuk sarapan. Padahal Arana tidak pernah melihat Saga pulang saat malam. Ketika tiba jam makan siang Saga akan tiba-tiba pulang dengan membawa makanan kesukaan Arana mulai sari soto, bakso, somay bahkan pernah Saga pulang dengan membawa eskrim beserta box frizrer seperti yang ada di toko. Saga juga rutin mengirim pesan ke Arana untuk menanyakan apa Arana sudah makan? Sedang melakukan apa dan banyak hal lain nya yang membuat Arana merasa jengah dengan sikap lebay Saga. Seperti pagi ini baru juga Beberapa menit yang lalu Saga berangkat kerja, tapi sudah mengirim pesan Ke Arana. Sagara☀[Arana. Kamu lagi apa sekarang?]tulis Saga dalam pesan yang di kirimnya ke nomer Arana. Arana memutar matanya jengah setelah membaca isi pesan Saga. "Apa dia lagi masa puber? Kenapa sikapnya seperti remaja yang baru mengenal cinta" gerutu Arana meletakkan kembali ponsel. Arana sama sekali tak berniat untu
Malam ini Arana sedang duduk di ruang tengah sambil menonton televisi ketika ponsel nya bergetar. Sebuah notifikasi pesan dari nomer yang tidak di kenal mengirim sebuah gambar. Setelah melihat isi pesan, Arana menghela nafas panjang. Itu nomer yang sama yang sudah beberapa hari ini mengiriminya foto Saga dengan sekertaris nya. Awalnya foto-foto Saga dan sekertaris nya di kirim melalui pos. Tapi sudah beberapa hari ini dia tidak lagi menerima surat atau paket lagi. Dan sekarang berganti pesan disertai gambar yang di kirim melalui aplikasi pesan begambar gagang telfon berwarna hijau. Juju, Arana tidak bisa memungkiri jika hatinya merasa sakit karena cemburu melihat kedekatan Saga dengan sekertaris nya. Memang tidak aneh sekertaris akan mengikuti kemanapun CEO nya pergi tapi ini sudah tidak wajar bagi Arana. Mana ada seorang sekertaris mengikuti bosnya sampai ke hotel jika tidak ada apa-apa di antara mereka berdua. Itu arana ketahui dari beberapa foto menunjukkannya mereka masuk hotel
Seperti janji Saga kemarin mereka akan pergi ke rumah Jatmiko, Bapaknya Arana. Selesai sholat shubuh Arana sudah menelfon Raka, mengatakan kalau dia akan datang ke rumah. Karena hari ini minggu Raka juga ada di rumah. Raka mengatakan dia akan menjemput kekasihnya agar bisa berkenalan dengan Arana. Saat sarapan Arana tidak melihat Saga. Bibi mengatakan kalau semalam Saga pergi lagi setelah Arana tidur. Ada sedikit rasa kecewa dan kesal di hati Arana karena merasa di bohongi. Tapi saat dia hendak kembali ke kamarnya, sebuah notifikasi pesan masuk di ponselnya berisi pesan dari Saga, agar Arana menunggu sebentar karena Saga masih di perjalanan untuk pulang. Selesai sarapan dengan sabar Arana duduk di kursi teras menunggu Saga pulang. Sembari menunggu Arana memeriksa ponselnya, Lagi-lagi pesan masuk dari nomer yang beberapa hari ini membuatnya tidak tenang. +62********78[Sebuah foto untuk mengawali harimu.]Isi pesan dengan sebuah foto yang menunjukkan Saga keluar dari sebuah kafe den