Share

Simpanan

Penulis: willia ds
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Elle perlahan membuka mata dan terkejut kala menemukan dirinya terbangun di tempat yang asing baginya.

Terlebih, saat menoleh ke samping dan menemukan Lucas yang sedang tertidur tanpa atasan.

Wanita itu tercekat.

Mendadak, ia ingat betapa panasnya pergulatan mereka. Apalagi, miliknya kini terasa tidak nyaman dan sakit, sudah pasti ia melakukannya dengan Lucas.

"Aku pasti sudah gila!" erang Elle frustasi.

Melihat ke arah jam dan menemukan bahwa kini sudah pukul 4 pagi, Elle memilih segera mengemas barang-barangnya dan pergi sebelum Lucas terbangun.

"Kau benar-benar bodoh, Emanuelle Carl!" desisnya seraya berjalan keluar untuk menyetopkan taksi yang lewat.

Di sisi lain, Lucas terbangun begitu mendengar suara dering ponselnya.

Ia berdecak sebelum mengangkatnya. "Halo?"

"Kau di mana? Ini sudah jam 9 pagi."

"Jam 9?" ulang Lucas terkejut.

"Ya, kau lupa jika hari ini ada rapat mengenai peluncuran produk baru? Mereka semua sudah berkumpul."

"Atur ulang jadwal saja, aku sedang di hotel."

"Astaga, kau ini benar-benar! Gadis mana lagi yang kau tiduri, ha?"

Lucas tersenyum. Adegan panas semalam bersama Elle mampir kembali di otaknya.

Rasanya, ia ingin melakukannya lagi sekarang berhubung masih di dalam hotel.

"Juru masakku."

"Juru masakmu? Elle? Kau yang benar saja, dia sudah ada di sini sejak pagi."

Mendengar itu, Lucas sontak bangkit dan menyadari jika Elle sudah hilang di sampingnya.

Pria itu mematikan panggilan sepihak, tampak geram.

Elle benar-benar melukai harga dirinya. Wanita itu meninggalkan Lucas di pagi hari–seperti dulu.

"Sial, aku sudah memberimu kenikmatan, makanan mahal, tempat yang mewah, tapi kau memperlakukanku seperti ini. Emanuelle Carl, kau berada dalam pengawasanku sekarang," marahnya.

***

Elle masuk ke dapur dengan jalan gontai.

Sarapan Lucas untuk hari ini tidak ada.

Hanya makan siang saja. Jelas, Elle tahu apa alasan pria itu datang terlambat.

Sesekali matanya terpejam, ia sangat mengantuk sekarang. Bahkan, ia belum menemui Ares.

Sebenarnya, menjauhi Lucas adalah sebuah tekad yang sudah sejak lama Elle umumkan. Tapi, melihat pria itu lagi membuat hatinya kembali goyah.

Elle tidak bohong jika setiap kali memikirkan pria itu, Elle terkadang membayangkan sentuhan-sentuhan seduktif yang dulu Lucas berikan padanya.

"Ah, kau bodoh, Elle," lirihnya mengutuk diri sendiri.

Lagipula, apa maksud Lucas yang menjebaknya hingga berakhir di hotel?

Tangan Elle sontak mengepal kala mengingat pria itu sudah bertunangan. Bahkan, Elle melihat jelas panasnya ciuman mereka. Sangat menandakan keduanya saling mencintai!

Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore.

Elle pun kembali bersiap untuk memasak makan malam. Namun, ia tiba-tiba mendapat kabar bahwa tidak ada makan malam.

Wanita itu menghela napas. “Syukurlah, aku juga belum bisa bertemu Lucas lagi”

Elle bahkan menitip makan siang Lucas pada sekretarisnya dengan alasan lain.

Merasa tidak ada kerjaan lagi, Elle memilih berkunjung ke club sahabatnya.

Dia butuh “menenangkan” pikiran dan hatinya yang sedari tadi masih bergulat tidak tenang.

Elle juga belum siap bertemu Ares karena anak itu pasti akan menginterogasinya karena tadi malam tak pulang.

***

Dentuman musik keras terdengar memenuhi isi club ditambah pencahayaan remang-remang dari lampu diskotik.

Banyak pria kaya raya masuk ke dalam Club Diamonix yang dikelilingi gadis berpakaian terbuka menggoda mereka.

Sementara Elle, ia memilih duduk di belakang pantry sambil meminum whiskey favoritnya.

Sialnya, itu tidak mampu membuat Elle menghilangkan Lucas dalam pikirannya. Yang ada, semakin ia meneguk minumannya, bayangan persetubuhan mereka semakin jelas.

"Sial, kenapa aku tidak bisa melupakannya?" gumam Elle, kembali meneguk minumannya. "Kau sudah gila, Emanuelle Carl."

Terus begitu, hingga tak terasa mata Elle memberat.

Ia bahkan tak sadar jika waktu semakin larut dan club itu semakin ramai.

"Elle, bangunlah! Kau ingin menjadikan club ini sebagai tempat tidurmu, hah?!" bentak Eric–sahabatnya–mendadak.

Elle mengerjapkan mata. Namun, alkohol sudah menguasai dirinya. "Saranmu bagus, Eric! Aku akan tinggal disini! Lagi pula tidak buruk juga!"

Kening pria itu berkerut. "Astaga, ternyata kau lebih buruk jika kau mabuk! Ayolah, pulang sekarang! Kau membawa kendaraan?"

"Kau pikir sejak kapan aku kaya dan bisa memiliki mobil?" tanya Elle balik.

"Aish, tapi kau tidak bisa tidur di sini, Emanuelle Carl! Pulanglah!"

"Hm? Sebentar saja." Elle mengatakan dengan suara yang mulai menurun di akhir. Ia benar-benar tidak bisa menahan matanya untuk tertidur.

Eric memijit keningnya. Perlahan, ia menuntun Elle keluar club dan kembali masuk saat seorang pegawai memanggilnya.

Merasakan angin menerpa wajahnya, kesadaran wanita itu sedikit pulih.

Dikeluarkan ponselnya untuk memesan taksi online.

Meski mahal, tetapi ia sudah tak sanggup bila harus menggunakan transportasi umum.

Hanya saja, ketika Elle sedang menelpon taksi, tiba-tiba ponselnya diambil oleh orang di belakangnya.

“Hei–”

Ucapan Elle terhenti. Ia begitu terkejut begitu menemukan Lucas sedang menatapnya. Tak hanya itu, Lucas tiba-tiba menggendong Elle ke mobilnya dan pergi dari club.

Adrenalin sontak membuat Elle tersadar.

"Bisakah kau mengantarku pulang? Ada yang menungguku," ucapnya.

"Menunggumu?” tanya Lucas balik, “siapa?"

"Kau tidak perlu tahu."

Mendengar penjelasan ambigu itu, rahang Lucas mengeras–menahan kesal.

Namun, ia tetap mengantar Elle sekaligus menduga-duga sosok yang dimaksud wanita itu.

Tak sampai satu jam, mereka sudah tiba di bawah gedung apartemen Elle.

Baru saja pintu terbuka, Elle sudah memuntahkan cairan alkohol. Ia keluar dari mobil dan berjalan masuk setelah mengucapkan terima kasih.

Lucas yang kepalang penasaran terus mengikuti Elle hingga wanita itu tersadar.

"Kenapa kau mengikuti? Pergilah!"

Lucas bergeming. Ia membiarkan Elle jalan lebih dulu, hingga keduanya tiba di sebuah kamar bernomor 397.

Elle mengusap rambutnya kasar saat melihat Lucas ada di belakangnya.

"Kenapa kau masih di sini? Pergilah. Jangan mengikutiku lagi!" bentaknya. Namun, Luca tak peduli sampai atensinya teralihkan kala suara anak laki-laki terdengar bersamaan pintu yang terbuka.

"Ibu?"

Elle panik. Ia pun mendorong Ares segera ke dalam. "Masuk!"

Lucas terkejut. Ia masih terbayang dengan anak laki-laki yang figurnya mirip dengan dirinya.

Ia hendak bertanya pada Elle. Namun, tidak jadi saat dering ponselnya berbunyi.

"Shit!” umpatnya, “Elle, kau utang penjelasan padaku."

Bab terkait

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Lucas Tahu?

    Esok paginya, Elle sepenuhnya menghindar dari Lucas. Tidak ia pedulikan pria itu yang kerap kali menelpon untuk komplain masakan atau ingin dibawakan sesuatu. Karena itu, hal remeh seperti laporan absensi pegawai–yang seharusnya bukan jobdesc Elle–diprotes pria itu.Jadi, Elle terpaksa menebalkan mukanya kala berhadapan dengan sekretaris yang selalu membuang muka saat dirinya menitipkan makanan. Buk! Setelah menutup pintu, Elle langsung melempar diri ke sofa empuk sambil meluruskan kakinya yang pegal.Wanita itu memijat dahi, berusaha mengurangi rasa sakit kepala yang diderita.Berusaha untuk menghindari atasan sambil tetap mempertahankan performa kerja bukan pekerjaan mudah. Untung saja, di rumah, Ares tidak banyak tanya mengenai kejadian semalam. Meski demikian, Elle tahu jika anaknya itu jelas menaruh curiga padanya. Drrrt!Dering telepon berbunyi memecah lamunan wanita berusia 28 tahun tersebut. Elle langsung berdiri tegak dan berjalan ke arah telepon internal kantor. "Se

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Ares adalah....

    Elle goyah. Tatapan tajam Lucas benar-benar menyiutkan nyalinya. Lagi, mau tak mau harus mengangguk."Baiklah."Namun, Elle segera menyesali keputusannya itu setibanya di ruangan miliknya.Wanita itu terus mondar-mandir di depan komputer yang menyala. Ia sedang memikirkan bagaimana meninggalkan Ares tanpa pengawasan. Terlebih lagi, jika asmanya sedang kambuh. "Apa yang harus kulakukan?"Elle yakin, Lucas tidak mungkin menghabiskan satu hari saja di Bangkok. Hal ini membuat Elle bertambah cemas.Seketika, Elle menyesal telah mengiyakan begitu saja. Ingin menolak lagi, sudah tidak ada waktu."Ah, Eric?!" Apapun masalahnya, Elle tetap bergantung pada Eric, sahabatnya. Toh, tidak ada lagi yang bisa membantunya.Jadi, Elle segera mengeluarkan ponselnya dan men-dial nomor Eric. Memberitahu maksud dan tujuannya."Berapa hari?" tanya pria itu langsung."Aku tidak tahu dengan pasti. Maka dari itu, aku sangat membutuhkan bantuanmu menjaga Ares. Aku tidak mungkin membawanya ikut.""Baiklah. A

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Doakan saja?

    Pukul 15.25 waktu Bangkok, mereka akhirnya tiba di hotel. Mendapatkan kunci kamar, Elle segera berjalan cepat meninggalkan Lucas yang sedang mengobrol dengan sekretarisnya di belakang sana. Sungguh, berlama-lama dengan Lucas sangat tidak baik bagi kesehatan jantungnya.Sampai di kamar, Elle menjatuhkan tubuhnya diatas kasur. Ia benar-benar lelah, kepalanya juga berdenyut sakit akibat jetlag.Namun, baru sepuluh menit ia memejamkan mata, pintu kamarnya terketuk. Elle mendengus sebelum membukakan pintu dan kembali dongkol saat melihat Lucas sudah ada didepannya."Aku akan melangsungkan meeting pada pukul tujuh malam. Aku ingin kau menyiapkan olahan daging Secreto Iberico. Aku ingin membuat kolega bisnisku kali ini terkesan dengan jamuan makan malam.""Secreto Iberico? Tapi, daging itu-""Apa kau ingin aku memotong uang gajimu? Kau selalu membantah ucapanku. Bersikaplah profesional, Ms. Carl."Elle terdiam. Ia tiidak bohong jika aura Lucas saat ini sangat menyeramkan."Ba-baiklah," gu

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Kepemilikan

    Ares melirik ke arah Eric yang sedang tertidur disampingnya. Film How To Train Your Dragon masih terputar di layar laptop, tapi fokus Ares bukan ke sana.Memanfaatkan kesempatan, Ares mengambil alih laptop dengan was-was. Ia ingin melanjutkan hal tadi siang yang sempat tertunda. Tangannya lihai mencari satu persatu artikel yang memuat Lucas Smith hingga menemukan sebuah nomor perusahaan yang ia cari-cari dan langsung mencatatnya. "Akhirnya dapat." Ares kembali meletakkan laptop ke tempat semula dan bertingkah seolah tidak terjadi apapun saat Eric mulai menggeliat dan terbangun dari tidurnya. "Oh, astaga. Paman ketiduran. Sudah jam berapa ini?""Jam 11 malam, Paman.""Baiklah, kita lanjut menontonnya besok saja. Ini sudah larut malam kau harus tidur."Ares mengangguk dan bersiap ke kamarnya."Oh ya, Paman. Aku ingin bertanya sesuatu." Eric menguap, "Ada apa?""Apa Ibu pernah bercerita mengenai Ayahku?"Eric terdiam, menatap Ares yang kini menunggu jawabannya."Tidak, seingat Pama

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Tak Bisa Disembunyikan Lagi

    Lucas keluar dari walk in closet dengan setelan jas hitamnya lalu berjalan menuju ruang tamu. Di sana sudah ada beberapa dokumen yang diberikan asistennya. "Ambilkan aku teh yang Ibuku bawa dari China," perintah Lucas pada Henry. Sembari menunggu teh siap, Lucas mengambil tablet yang memang selalu berada di ruang tamu, gunanya agar ia tidak perlu mencari susah-susah.Di sana ia melihat perkembangan saham yang ia punya. Seperti tidak ada masalah, pria itu menutupnya kembali dan meletakkannya di tempat asal. Ia menghela nafas sebentar dan menatap dokumen di hadapannya."Aku akan mengurusnya nanti." gumam Lucas kecil."Ini teh Anda." Henry meletakkan gelas di hadapan Lucas. Henry itu perlahan pergi dari ruang tamu dan melanjutkan pekerjaan lain. Sebelum Henry pergi semakin jauh, Lucas kembali memanggilnya, ia perlu menanyai sesuatu."Kau masih ingat anak laki-laki yang aku beritahu terakhir kali?"Henry mengangguk. "Ingat. Ada apa?""Aku ingin kau mencari tahu tentangnya.""Tapi, kau

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Apa mungkin?

    Ares menutup panggilan telepon dengan seulas senyum diwajahnya. Menghubungi pria bernama Lucas Smith membuat rasa penasarannya sedikit terjawab."Kau sudah menghubungi Ibumu? Bagaimana kabarnya?"Ares mengangguk, "Baik."Tentu saja, ia harus berbohong. Mengandalkan alasan merindukan Elle membuatnya leluasa meminjam ponsel Eric."Astaga, kenapa kau selalu senyum seperti itu? Sini, kita makan siang. Paman sudah belikan pasta dan pizza." Eric menyiapkan bingkisan yang ia bawa di atas meja makan, Ares mengikuti."Setelah ini, Paman harus kembali ke bar. Tak lama, hanya sekitar satu sampai dua jam. Kau bisa sendiri dulu dirumah?""Tak apa, Paman. Aku bisa.""Baiklah."Mereka lanjut dengan makan siang diselingi obrolan ringan."Oh ya, Paman. Aku ingin menanyakan sesuatu."Eric hanya berdeham dengan mulut penuh makanan."Sebelum ada di New York, apa Ibu pernah tinggal di suatu tempat?""Setahu Paman, Ibumu pernah tinggal di Chicago bersama nenekmu sebelum wafat.""Chicago?""Ya. Dulu, nene

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Beludru Merah

    Esok paginya.Ares sedang sarapan di depan televisi saat Eric baru saja kembali."Paman! Aku ingin menonton film How To Train Your Dragon lagi!"Eric berjalan mendekat."Maaf, Ares. Paman sedang tidak membawa laptop. Tertinggal di bar. Paman lupa membawanya lagi."Pipi Ares mengembung lucu. Memutar otak agar ia bisa menghubungi Lucas. Ada satu pertanyaan lagi yang ingin ia ketahui."Kalau begitu, boleh aku meminjam ponsel Paman saja?"Eric terdiam. Tentu saja, ia mengingat ucapan Elle kemarin. "Ponsel, ya? Sepertinya, tidak bisa, Ares.""Kenapa? Aku hanya ingin melanjutkan film How To Train Your Dragon saja.""Lebih baik kau segera sarapan lalu berangkat ke preschool. Paman akan mengantarmu."Ares tidak bodoh. Ia tentu menyadari keanehan ini. Elle atau Eric pasti telah mengetahui jika ia berbohong."Baiklah, Paman."Setelahnya, Ares memilih pasrah. Jika, tidak ada ponsel Eric, semuanya akan sulit.Sementara di sisi lain, Elle sedang mengemas barang-barangnya. 5 menit yang lalu, ia me

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Masalah tadi?

    Elle melemparkan dirinya ke atas kursi dan menyandarkan punggung di sana sambil merilekskan diri.Wanita itu merasa kakinya gemetar. Ia mengingat kembali apa yang sudah dilakukan tadi dan merasa sesak. Lagi-lagi, ia berulah di hadapan Lucas, atasannya, dengan menolakpemberian pria itu.Sambil menopang kepala dengankedua tangan di atas meja, Elle memijat keningnya yang terasa pening. Mungkin seharusnya dia menerima saja, anting itu paling sedikit bernilai ratusan dolar, uangnya bisa ia pakai untuk kehidupan sehari-hari.Tidak!Elle menggelengkan kepala. Ia tidak suka tatapan Lucas yang terkesan merendahkannya, merasa yakin bahwa tidak ada wanita yang sanggup menolak pesona CEO tampan itu. Tubuh Mysha meremang. Lucas memang memiliki aura yang membuat siapa pun wanita ingin melemparkan diri dalam pelukan kokohnya, menyerahkan tubuh seutuhnya pada pria itu. Tidak terkecuali dirinya, Elle mengingat dalam hati.Mati-matian dia harus menahan hasratnya agar tidak terlihat lemah dan mudah d

Bab terbaru

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Hangat

    Nyonya besar keluarga kecil Smith duduk manis di kursi yang berada di depan rumah, ia tengah memperhatikan Ares yang bermain dengan Henry. Tangan kanannya sibuk mengusap perutnya sendiri yang masih rata.Ares yang sudah lelah menghentikan aktivitasnya, ia lalu pamit pada Henry dan berlari menghampiri Elle, langsung mendudukkan diri di samping Elle. Ia menatap sang ibu yang menatapnya itu, lalu kedua matanya tertuju pada perut Elle. "Kapan.. perut ibu besar?" tanyanya.Elle tersenyum tipis. "Mungkin, dua bulan lagi.. sudah mulai terlihat." jawab Lucas, tangan kanannya itu mengusap kepala Ares, merapikan rambutnya yang memang berantakan.Anak kecil bermarga Smith itu mengangguk kecil, ia menghela napasnya panjang. "Ares lelah ibu.." ucapnya lagi dengan rengekan kecil. Tangannya dengan lihai memainkan jari jemari Elle yang menganggur."Itu karena Ares banyak bergerak." balas Elle, ia mengusap wajah Ares dan meniupnya secara perlahan. Banyak sekali keringat yang bercucuran.Ares lalu mend

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Pertemuan Terakhir

    Elle yang setengah sadar melajukan mobil ibu Smith dengan cepat untuk kembali ke rumah sakit. Begitu ia mendengar kalimat dari sekretaris Lucas yang mengatakan bahwa Lucas kecelakaan, Elle langsung bergegas pergi bahkan meninggalkan Ares dan ibu Smith.Air matanya sudah jatuh membasahi wajahnya, belum setengah jam ia merasakan kebahagiaan karena mendapatkan kabar gembira dengan kandungan keduanya, malah mendapat berita yang benar-benar membuat Elle seperti orang yang kehilangan nyawanya sendiri.Ia tak memikirkan dirinya yang tengah hamil muda, Elle terus melaju beberapa kali membunyikan klakson mobil, hingga akhirnya ia sampai di rumah sakit yang sama. ELG Hospital.Elle segera turun dari mobilnya dan berlari masuk, ia menuju meja resepsionis. "Lucas.. dimana Lucas?" tanyanya tanpa peduli sopan santun.Penjaga itu mengerjap. "Tuan Smith di lantai empat, di--" kalimatnya terhenti karena Elle bergegas meninggalkannya begitu saja.Elle segera menuju ke lift, ia memencet tombol berkali-k

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Adik Ares

    "unh--akhh Lucas it hurts!" Elle langsung protes begitu merasakan gigitan kuat kedua taring Lucas di perpotongan leher kirinya, air matanya mengalir begitu saja. Ia meremas punggung Lucas dengan kuat, Lucas kembali menandainya setelah sekian lama.Lucas tak menghiraukannya, ia melepas gigitannya dan langsung menjilati bekas gigitannya di leher Elle, menjilat habis darah yang keluar dari sana baru ia berhenti. Mendongak dan menatap Elle yang masih merintih karena kesakitan.Lucas mengecup bibir Elle, lalu mulai mengerakkan pinggulnya. "Ahh fuck!" rahangnya mengeras hingga urat lehernya terlihat begitu jelas.Elle menggigit bibir bawahnya, merasakan hentakan keras yang begitu tiba-tiba di lubang miliknya. Ia menatap Lucas yang berada di atasnya, Lucas sudah keluar-masuk dengan mudah di bawah sana. "ohhh! Lucas aah! aah ! ahh! ahh!" hanya bisa mendesah saat merasakan bagaimana kuatnya sentakan Lucas.Sang suami kembali merendah, ia mengecup bekas gigitan yang ia tinggalkan di perpotongan

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Liburan

    Mulut Elle menganga lebar begitu ia keluar dari vila dan melihat sebuah motor Harley terparkir di samping mobil yang ia biasa gunakan dengan Lucas untuk menuju ke kota. Kedua matanya mengerjap kecil, ia menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki Lucas.Melihat sang suami yang memakai celana jeans dengan jaket kulitnya, Elle menutup mulutnya sendiri dengan kedua matanya yang membulat. Menatap sang suami yang mendekat ke arahnya dan memberikan sebuah jaket kulit yang mereka beli kemarin, sebenarnya Lucas yang memaksa untuk membelinya.Ini hari keempat mereka di sana dan Elle tak menyangka bahwa Lucas akan memberikan sebuah kejutan yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi. Ia sudah cukup sebenarnya dengan kemarin, Lucas mengajaknya mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di pulau Hawaii.Ia menerima jaket tersebut. "Kau serius Lucas?" tanyanya dan sang suami mengangguk untuk menanggapi. Elle pernah bercerita pada Lucas bahwa ia dulu saat remaja ingin membeli motor Harley

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Surat Terakhir

    Elle memakai kembali bajunya saat dokter telah selesai mengecek luka di punggungnya, lalu sang dokter keluar dari ruang inap tersebut. Ia menatap Lucas yang memasangkan kancing baju yang ia gunakan, melihat wajah sendu sang suami. "Lucas, kenapa wajahmu murung seperti itu hm?" tanyanya."Aku sungguh menyesal karena kemarin aku datang terlambat." jawabnya tanpa mendongak, ia terus memasangkan kancing baju Elle hingga selesai dan dirinya baru mendongak. "Maafkan aku sayang.." ucapnya lirih.Elle menggeleng kecil. "Tidak, masih beruntung kau datang sebelum kapal itu berangkat." jawabnya."Tapi karena aku terlambat, kau mendapat luka itu dan--" "Kau juga.." Elle menyela, ia menunjuk lengan Lucas yang diperban karena goresan pisau yang cukup dalam di sana. "Kau juga punya bekas luka tembak di punggungmu, kita sama-sama punya Lucas."Lucas tersenyum tipis, meskipun terkesan sedih. "Maafkan aku hm?" "Tentu Lucas.." ia meraih tubuh Lucas dan memeluknya dengan erat."Aku memaafkanmu dan berh

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Hampir dipisahkan

    "Henry." Elle yang duduk di belakang memanggil, ia memangku Ares yang terlelap, karena memang sudah jamnya untuk tidur siang. Henry melirik Elle dari spion tengah tersebut. "Iya, Elle?" tanyanya."Apakah aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Elle dan Henry mengangguk kecil untuk menanggapi."Apa kau tidak akan menikah?" tanyanya kemudian, ia memang sering berbincang dengan Henry, tapi ia terlalu ragu untuk bertanya mengenai kehidupan pribadi Henry.Pria itu tersenyum. "Tentu saja saya ingin menikah Elle, hanya saja belum menemukan pasangan yang pas untuk saya." jawabnya.Dahi Elle mengernyit bingung. "Lalu bagaimana dengan Olive, bukankah kau dekat dengannya?" tanya Elle penasaran.Wajah Henry langsung berubah bingung. "Bagaimana anda tahu?" tanyanya bingung.Wanita cantik itu terkekeh pelan. "Bagaimana mungkin aku tidak tahu, hubungan kalian begitu jelas, kau juga terlihat begitu semangat ketika kita ke rumah sakit untuk memeriksa bulanan Ares." jawab Elle. Sungguh, Henry rasanya begitu

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Dijual(?)

    Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan Elle baru saja selesai memakaikan baju untuk Ares yang sudah selesai mandi pagi. Ia kemudian menitipkan Ares pada baby sitter yang sudah menjaga anaknya itu sejak Ares baru lahir. Elle keluar dari kamar tersebut dan berniat akan menemui Lucas untuk meminta maaf pasal kejadian kemarin.Ia berjalan menuju kamar Lucas di lantai tiga tapi saat masuk, suaminya itu tidak ada. Elle kembali turun menuju lantai pertama dan langsung mengarah pada ruang makan. Tak ada Lucas di sana dan ia berjalan keluar dari rumah tersebut. "Henry." panggilnya pada pria yang berdiri di teras rumah.Henry menoleh. "Iya Elle?" ia berjalan mendekati Elle."Dimana Lucas?" tanya Elle sembari menatap ke arah garasi yang tertutup."Tuan Lucas sudah berangkat, sekitar sepuluh menit lalu." jawabnya sembari menyunggingkan senyum tipisnya.Dahi Elle mengernyit, tidak biasanya Lucas berangkat sepagi ini dan tidak berpamitan kepadanya. Ia menghela napasnya panjang, sepertinya Luc

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Kesalahpahaman

    Kedua mata seorang pria itu terus memperhatikan tuannya yang sedari tadi hanya mondar-mandir di ruang tamu sesekali melihat jam dinding di ruangan tersebut. "Tuan Elle, sebaiknya anda tidur." ucapnya kemudian. Elle menoleh ke arah Henry dengan wajah khawatirnya. "Aku tidak bisa tidur tentu saja. Aku mau menunggu Lucas." balasnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tapi sang suami belum pulang dan ponselnya tidak aktif. "Mungkin tuan Lucas sedang ke rumah keluarga Smith atau ada urusan penting. Anda harus istirahat." balas Henry.Elle menghela napasnya panjang. "Tidak." jawabnya, ia lalu mendudukkan diri di sofa ruang tamu dengan kedua matanya yang menatap pintu masuk. "Seharusnya kau ikut Lucas, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Ini sudah malam Henry."lanjutnya dengan panik. Henry terkekeh pelan dan membuat Elle menatapnya dengan bingung. "Anda lupa bahwa suami anda adalah orang yang ahli bertarung, Elle?" balasnya dengan nada bercanda.''Tetap saja dia manusia

  • (Bukan) Wanita Simpanan CEO Arogan   Love, me

    "Show me.. so I can decide to like it or love it."Mendengar ucapan sang suami yang seperti itu, membuat Elle tersenyum senang, ia melepas kemeja Lucas, memperlihatkan otot kekar lengan sang suami. Ia mengusap lengan kiri Lucas dengan gerakan ringan sebelum meremasnya kuat. Ia menatap Lucas dengan intens, menjilat bibir bawahnya sendiri bermaksud menggoda, lalu ia mendekat dan mencium ringan daun telinga kiri Lucas, tapi berkali-kali hingga akhirnya ia mengulumnya.Kedua mata Lucas terpejam, ia menggigit bibir dalamnya untuk menahan diri. Menahan agar tidak seperti beberapa hari lalu yang malah dirinya mengambil alih permainan Elle dan membuat sang istri kesal padanya setelah satu ronde mereka selesai.Elle mengecup leher Lucas. "Bolehkan aku membuat tanda Lucas?" tanya Elle."My body is yours babe." Lucas benar-benar mulai diuji keimanan pria-nya saat Elle terkekeh kecil dan membuat napas hangatnya terasa ke lehernya.Ia menelan ludahnya saat mulai merasakan lidah Elle menyapa lehern

DMCA.com Protection Status