Mark sedang menyesap cairan kopinya begitu Henry datang. Dalam hati, Mark sudah menduga apa yang akan dibicarakan oleh pria itu. Perusahaan yang sedang goyah memang sangat bergantung pada kinerjanya sebagai General Manager."Meningkatkan iklan? Aku rasa, itu tidak cukup. Pasar sudah menilai jika produk yang kita hasilkan kalah bersaing di pasaran, banyak sekali brand dan juga model lain memproduksi hal yang sama. Bahkan, dari segi harga dan kualitas. Harga perusahaan ini tergolong mahal dibandingkan yang lain. Aku rasa, itu terlalu sulit.""Aku tahu, tapi setidaknya kau harus memiliki strategi lain untuk mempertahankan citra perusahaan.""Tentu saja, jika melalui eksternal tidak bisa, kita bisa memanfaatkan internal. Kau bisa mencari investor lain yang mendukung produk baru. Kita bisa melaunchingkan produk bulan lalu. Mungkin, bisa diberikan beberapa fitur terbaru agar tidak tertinggal jaman.""Mencari investor tidak akan semudah itu. Kita bahkan baru saja kehilangan tiga investor pen
Elle terbangun dari tidurnya dan mendapati sosok perawat yang sedang menyiapkan bubur untuknya. Kepalanya sedikit berdenyut sakit, tubuhnya juga sangat lemas. Mungkin, ini efek karena belum makan sama sekali."Ibu sudah sadar? Sebaiknya, Ibu makan lebih dulu untuk memulihkan tenaga. Aku sudah menyiapkan bubur dan sop hangat."Elle terdiam sebentar hingga ia menyadari kondisi Ares. Wajahnya langsung panik, ia belum menemui anaknya itu lagi."Ares! Dimana Ares? Bagaimana keadaannya sekarang? Aku harus menemui anakku."Perawat itu langsung menahan lengan Elle, mencegah wanita itu kabur dari kasurnya."Tenanglah dulu, Bu. Ares baik-baik saja. Kondisinya perlahan mulai kembali baik. Jangan memaksakan keadaan, Bu. Tolong, istirahat lebih dulu di sini. Ares berada dalam pengawasan perawat juga dokter. Dia akan baik-baik saja. Ibu tenang saja.""Tidak. Aku tetap harus menemui anakku.""Untuk sekarang, tolong pikirkan keadaan Ibu juga. Tadi, Ibu jatuh pingsan akibat kelelahan dan belum mengisi
"Terima kasih telah bekerja sama dengan kami. Kami yakin, perusahaan Anda akan kembali pada masa jayanya setelah ini." Mr. Rodriquez menjabat tangan Emily dengan senyuman di wajahnya. Dibelakangnya, ada Sharon yang juga tersenyum lebar. Tentu saja, ada alasan tersendiri di belakangnya. "Saya juga sangat berterima kasih telahu diberi kesempatan dan kepercayaan untuk bekerjasama ditengah-tengah peliknya urusan perusahaan. Saya juga yakin, ini akan membawa nama baik Emerson Lint Group.""Tentu saja." "Selamat ya, Bu." Kini giliran Sharon yang mengucapkan selamat sekaligus syukur dalam hati. Ia benar-benar tidak sabar ingin menemui Lucas setelah ini dan melihat reaksinya. Tentu saja, sangat menyenangkan."Kau baik sekali, Sharon. Menawarkan kesempatan ini untuk Emerson Lint Group. Aku sampai tidak bisa berkata-kata lagi, Lucas pasti akan menyukaimu. Dia hanya dibutakan dengan masa lalu. Kau wanita cantik dan baik. Tidak bisa disia-siakan, sayang."Sharon yang mendengar itu tersipu mal
Brak!Lucas membuka pintu ruangan Emily dengan kencang, raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan keramahan pada Ibunya. Ia sudah masa bodo, tidak peduli jika ia dicap anak durhaka setelah ini."Begini caramu bertemu dengan ibumu? Dimana anakku yang selalu sopan dan ramah?" Emily berdecih, "Semenjak ada Elle, kau berubah, kau sudah tidak lagi seperti Lucas yang-""Hentikan, Bu. Jangan menyangkuti segala apapun dengan Emy.""Panggilan sialan itu." gumam Emily yang jelas masih didengar Lucas. "Aku ke sini untuk bertanya, apa maksud ibu menandatangani surat perjanjian kerja sama secara sepihak dengan Rodriquez? Ibu bahkan tidak memberitahu aku sebelumnya mengenai ini? Kenapa tiba-tiba sekali? Aku sudah menyiapkan segala rencana untuk membangun perusahaan, tapi Ibu tanpa pikir panjang langsung mengiyakan ajakan kerja sama dari Sharon. Aku tahu, Bu!""Memangnya apa yang salah? Ibu masih memiliki wewenang pada Emerson Lint Group. Jangan bodoh, Ibu dan Ayahmu yang merintis lebih awal peru
Mark yang sedang memainkan game diponselnya terkejut saat Sharon tiba-tiba saja masuk dengan napas yang tak beraturan."Hey, ada apa? Kenapa wajahmu begitu, hm?""Wanita sialan itu sudah berani menantang ucapanku. Aku benar-benar benci melihatnya. Kau tahu? Anak sialannya itu sangat mirip dengan Lucas. Aku sangat muak melihatnya. Aku merasa, jika peluang mereka sangat besar. Aku tidak boleh goyah sama sekali.""Tentu, kau memang tidak boleh menyerah sedikitpun. Anggap saja, ini drama yang kau tonton dan kau adalah peran utama sekaligus sutradara."Sharon menghela napas panjang. "Apa yang harus aku lakukan setelah ini, Mark?""Tenang saja, sayang. Jalanmu mencapai apa yang kau ada di depan mata. Aku yakin, pernikahan kalian akan segera dilakukan. Kau hanya perlu bertopeng bahwa kau yang menjadi korban atas perselingkuhan mereka jika waktunya tiba.""Tapi, bagaimana dengan anak itu? Suatu saat, anak itu pasti akan menjadi pewaris tunggal keluarga Smith. Aku tidak mau. Aku ingin anakku y
Lucas menghela napas sebelum membuka pintu mobilnya. Entah mengapa, hari ini adalah hari yang seperti menjadi penghujung hidupnya. Tak ada yang bisa menukar penat pikirannya saat ini kecuali Elle dan Ares. Namun, sayangnya, ia tidak bisa berlama-lama ada di sana. "Henry." panggil Lucas pada pria yang selalu berada di sampingnya."Yes, Sir?""Tolong pindahkan Ares ke dalam ruangan VVIP dan perintahkan pada pihak rumah sakit untuk berjaga-jaga saat ada tamu yang ingin berkunjung. Selain itu, mereka juga harus meminta persetujuanmu sebelum mempersilahkannya masuk. Aku tidak ingin wanita gila itu kembali menyakiti Elle, apalagi Ares.""Baik, Sir. Saya akan langsung mengabari pihak rumah sakit."Henry dibelakangnya hanya bisa mengernyit bingung. Ini pertama kalinya, Lucas nampak begitu tegas terhadap seorang wanita. Jujur saja, ia juga terkejut begitu menyadari bahwa Lucas selama ini memiliki anak dan tak ada desas-desus berita yang muncul. Ia tahu, ini seperti dalam sebuah permainan yang
Lucas langsung bergegas ke rumah sakit begitu Elle mengabari bahwa Ares sudah sadar. Rasanya, beban yang ia pikul perlahan mulai terangkat. Pintu terbuka dan ia langsung disambut dengan senyuman hangat dari Ares yang nampak sumringah begitu melihatnya. Tak lupa, Lucas juga membawakan makanan kesukaan anak itu. "Wah, terima kasih, Paman!" Ares berucap bahagia. Untung saja, untuk saat ini kondisi Ares sudah perlahan pulih dan kesehatannya membaik. Jadi, ia bisa memakan ayam kesukaannya."Kau sudah makan siang?" Kini, Lucas beralih ke arah Elle. Wanita itu hanya mengangguk dengan wajah yang nampak sulit diartikan. Lucas tentu saja menyadari itu, bersama Elle bukan hanya sekedar satu atau dua tahun saja, mereka sudah berteman sejak kecil."Ada apa? Apa terjadi sesuatu lagi?"Elle menghela napas, "Aku benar-benar memikirkan keselamatan Ares, Lucas."Lucas mengernyit heran, "Apa maksudmu? Bukankah Ares sudah pulih? Dia kembali sehat?""Ya, memang. Ares sudah kembali normal.""Lalu, apa y
Brak.Sharon yang sedang mencicipi minumannya terkejut begitu Lucas tiba-tiba meletakkan sebuah paper bag berukuran cukup besar untuknya di atas meja."Kau mengagetkanku saja, sayang. Aku sudah memesankan caramel latte untukmu. Sesuai kesukaanmu."Lucas hanya menatap tidak minat ke arah minuman itu. Namun, lebih baik dipandang jika harus melihat Sharon. "Kau tahu? Rasanya, sudah lama sekali kita tidak bertemu berdua-""Aku sama sekali tidak berminat untuk mengobrol denganmu. Aku hanya ingin memberikan gaun dari Ibuku untukmu, untuk di hari pesta ulang tahunnya."Meski kesal, Sharon tetap bersikap santai, "Terima kasih, Lucas. Tentu saja, Ibumu tidak salah memilih menantu."Lucas berdecih, "Aku terpaksa datang bersamamu karena permintaan Ibu dan rasa terima kasih pada Ayahmu. Jika tidak, aku sama sekali tidak sudi harus menjemput dan datang bersamamu. Seharusnya, Elle lebih pantas."Sharon mulai terpancing emosi, Elle selalu ada di setiap dirinya dan Lucas sedang berbincang. Selau ada
Nyonya besar keluarga kecil Smith duduk manis di kursi yang berada di depan rumah, ia tengah memperhatikan Ares yang bermain dengan Henry. Tangan kanannya sibuk mengusap perutnya sendiri yang masih rata.Ares yang sudah lelah menghentikan aktivitasnya, ia lalu pamit pada Henry dan berlari menghampiri Elle, langsung mendudukkan diri di samping Elle. Ia menatap sang ibu yang menatapnya itu, lalu kedua matanya tertuju pada perut Elle. "Kapan.. perut ibu besar?" tanyanya.Elle tersenyum tipis. "Mungkin, dua bulan lagi.. sudah mulai terlihat." jawab Lucas, tangan kanannya itu mengusap kepala Ares, merapikan rambutnya yang memang berantakan.Anak kecil bermarga Smith itu mengangguk kecil, ia menghela napasnya panjang. "Ares lelah ibu.." ucapnya lagi dengan rengekan kecil. Tangannya dengan lihai memainkan jari jemari Elle yang menganggur."Itu karena Ares banyak bergerak." balas Elle, ia mengusap wajah Ares dan meniupnya secara perlahan. Banyak sekali keringat yang bercucuran.Ares lalu mend
Elle yang setengah sadar melajukan mobil ibu Smith dengan cepat untuk kembali ke rumah sakit. Begitu ia mendengar kalimat dari sekretaris Lucas yang mengatakan bahwa Lucas kecelakaan, Elle langsung bergegas pergi bahkan meninggalkan Ares dan ibu Smith.Air matanya sudah jatuh membasahi wajahnya, belum setengah jam ia merasakan kebahagiaan karena mendapatkan kabar gembira dengan kandungan keduanya, malah mendapat berita yang benar-benar membuat Elle seperti orang yang kehilangan nyawanya sendiri.Ia tak memikirkan dirinya yang tengah hamil muda, Elle terus melaju beberapa kali membunyikan klakson mobil, hingga akhirnya ia sampai di rumah sakit yang sama. ELG Hospital.Elle segera turun dari mobilnya dan berlari masuk, ia menuju meja resepsionis. "Lucas.. dimana Lucas?" tanyanya tanpa peduli sopan santun.Penjaga itu mengerjap. "Tuan Smith di lantai empat, di--" kalimatnya terhenti karena Elle bergegas meninggalkannya begitu saja.Elle segera menuju ke lift, ia memencet tombol berkali-k
"unh--akhh Lucas it hurts!" Elle langsung protes begitu merasakan gigitan kuat kedua taring Lucas di perpotongan leher kirinya, air matanya mengalir begitu saja. Ia meremas punggung Lucas dengan kuat, Lucas kembali menandainya setelah sekian lama.Lucas tak menghiraukannya, ia melepas gigitannya dan langsung menjilati bekas gigitannya di leher Elle, menjilat habis darah yang keluar dari sana baru ia berhenti. Mendongak dan menatap Elle yang masih merintih karena kesakitan.Lucas mengecup bibir Elle, lalu mulai mengerakkan pinggulnya. "Ahh fuck!" rahangnya mengeras hingga urat lehernya terlihat begitu jelas.Elle menggigit bibir bawahnya, merasakan hentakan keras yang begitu tiba-tiba di lubang miliknya. Ia menatap Lucas yang berada di atasnya, Lucas sudah keluar-masuk dengan mudah di bawah sana. "ohhh! Lucas aah! aah ! ahh! ahh!" hanya bisa mendesah saat merasakan bagaimana kuatnya sentakan Lucas.Sang suami kembali merendah, ia mengecup bekas gigitan yang ia tinggalkan di perpotongan
Mulut Elle menganga lebar begitu ia keluar dari vila dan melihat sebuah motor Harley terparkir di samping mobil yang ia biasa gunakan dengan Lucas untuk menuju ke kota. Kedua matanya mengerjap kecil, ia menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki Lucas.Melihat sang suami yang memakai celana jeans dengan jaket kulitnya, Elle menutup mulutnya sendiri dengan kedua matanya yang membulat. Menatap sang suami yang mendekat ke arahnya dan memberikan sebuah jaket kulit yang mereka beli kemarin, sebenarnya Lucas yang memaksa untuk membelinya.Ini hari keempat mereka di sana dan Elle tak menyangka bahwa Lucas akan memberikan sebuah kejutan yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi. Ia sudah cukup sebenarnya dengan kemarin, Lucas mengajaknya mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di pulau Hawaii.Ia menerima jaket tersebut. "Kau serius Lucas?" tanyanya dan sang suami mengangguk untuk menanggapi. Elle pernah bercerita pada Lucas bahwa ia dulu saat remaja ingin membeli motor Harley
Elle memakai kembali bajunya saat dokter telah selesai mengecek luka di punggungnya, lalu sang dokter keluar dari ruang inap tersebut. Ia menatap Lucas yang memasangkan kancing baju yang ia gunakan, melihat wajah sendu sang suami. "Lucas, kenapa wajahmu murung seperti itu hm?" tanyanya."Aku sungguh menyesal karena kemarin aku datang terlambat." jawabnya tanpa mendongak, ia terus memasangkan kancing baju Elle hingga selesai dan dirinya baru mendongak. "Maafkan aku sayang.." ucapnya lirih.Elle menggeleng kecil. "Tidak, masih beruntung kau datang sebelum kapal itu berangkat." jawabnya."Tapi karena aku terlambat, kau mendapat luka itu dan--" "Kau juga.." Elle menyela, ia menunjuk lengan Lucas yang diperban karena goresan pisau yang cukup dalam di sana. "Kau juga punya bekas luka tembak di punggungmu, kita sama-sama punya Lucas."Lucas tersenyum tipis, meskipun terkesan sedih. "Maafkan aku hm?" "Tentu Lucas.." ia meraih tubuh Lucas dan memeluknya dengan erat."Aku memaafkanmu dan berh
"Henry." Elle yang duduk di belakang memanggil, ia memangku Ares yang terlelap, karena memang sudah jamnya untuk tidur siang. Henry melirik Elle dari spion tengah tersebut. "Iya, Elle?" tanyanya."Apakah aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Elle dan Henry mengangguk kecil untuk menanggapi."Apa kau tidak akan menikah?" tanyanya kemudian, ia memang sering berbincang dengan Henry, tapi ia terlalu ragu untuk bertanya mengenai kehidupan pribadi Henry.Pria itu tersenyum. "Tentu saja saya ingin menikah Elle, hanya saja belum menemukan pasangan yang pas untuk saya." jawabnya.Dahi Elle mengernyit bingung. "Lalu bagaimana dengan Olive, bukankah kau dekat dengannya?" tanya Elle penasaran.Wajah Henry langsung berubah bingung. "Bagaimana anda tahu?" tanyanya bingung.Wanita cantik itu terkekeh pelan. "Bagaimana mungkin aku tidak tahu, hubungan kalian begitu jelas, kau juga terlihat begitu semangat ketika kita ke rumah sakit untuk memeriksa bulanan Ares." jawab Elle. Sungguh, Henry rasanya begitu
Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan Elle baru saja selesai memakaikan baju untuk Ares yang sudah selesai mandi pagi. Ia kemudian menitipkan Ares pada baby sitter yang sudah menjaga anaknya itu sejak Ares baru lahir. Elle keluar dari kamar tersebut dan berniat akan menemui Lucas untuk meminta maaf pasal kejadian kemarin.Ia berjalan menuju kamar Lucas di lantai tiga tapi saat masuk, suaminya itu tidak ada. Elle kembali turun menuju lantai pertama dan langsung mengarah pada ruang makan. Tak ada Lucas di sana dan ia berjalan keluar dari rumah tersebut. "Henry." panggilnya pada pria yang berdiri di teras rumah.Henry menoleh. "Iya Elle?" ia berjalan mendekati Elle."Dimana Lucas?" tanya Elle sembari menatap ke arah garasi yang tertutup."Tuan Lucas sudah berangkat, sekitar sepuluh menit lalu." jawabnya sembari menyunggingkan senyum tipisnya.Dahi Elle mengernyit, tidak biasanya Lucas berangkat sepagi ini dan tidak berpamitan kepadanya. Ia menghela napasnya panjang, sepertinya Luc
Kedua mata seorang pria itu terus memperhatikan tuannya yang sedari tadi hanya mondar-mandir di ruang tamu sesekali melihat jam dinding di ruangan tersebut. "Tuan Elle, sebaiknya anda tidur." ucapnya kemudian. Elle menoleh ke arah Henry dengan wajah khawatirnya. "Aku tidak bisa tidur tentu saja. Aku mau menunggu Lucas." balasnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tapi sang suami belum pulang dan ponselnya tidak aktif. "Mungkin tuan Lucas sedang ke rumah keluarga Smith atau ada urusan penting. Anda harus istirahat." balas Henry.Elle menghela napasnya panjang. "Tidak." jawabnya, ia lalu mendudukkan diri di sofa ruang tamu dengan kedua matanya yang menatap pintu masuk. "Seharusnya kau ikut Lucas, bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Ini sudah malam Henry."lanjutnya dengan panik. Henry terkekeh pelan dan membuat Elle menatapnya dengan bingung. "Anda lupa bahwa suami anda adalah orang yang ahli bertarung, Elle?" balasnya dengan nada bercanda.''Tetap saja dia manusia
"Show me.. so I can decide to like it or love it."Mendengar ucapan sang suami yang seperti itu, membuat Elle tersenyum senang, ia melepas kemeja Lucas, memperlihatkan otot kekar lengan sang suami. Ia mengusap lengan kiri Lucas dengan gerakan ringan sebelum meremasnya kuat. Ia menatap Lucas dengan intens, menjilat bibir bawahnya sendiri bermaksud menggoda, lalu ia mendekat dan mencium ringan daun telinga kiri Lucas, tapi berkali-kali hingga akhirnya ia mengulumnya.Kedua mata Lucas terpejam, ia menggigit bibir dalamnya untuk menahan diri. Menahan agar tidak seperti beberapa hari lalu yang malah dirinya mengambil alih permainan Elle dan membuat sang istri kesal padanya setelah satu ronde mereka selesai.Elle mengecup leher Lucas. "Bolehkan aku membuat tanda Lucas?" tanya Elle."My body is yours babe." Lucas benar-benar mulai diuji keimanan pria-nya saat Elle terkekeh kecil dan membuat napas hangatnya terasa ke lehernya.Ia menelan ludahnya saat mulai merasakan lidah Elle menyapa lehern