Share

Penasaran

Author: Rias Ardani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bab22

"Kau sudah pulang?" Nyonya Sabhira menegur Joe yang baru saja memasuki rumah.

"Ya." Joe menyahut datar.

"Kemana istrimu pergi? Dari siang hingga sekarang, dia juga belum kembali."

"Memangnya Case kemana?" Joe meletakkan sepatunya, dan menggantinya dengan sendal rumahan.

"Ibu memintanya untuk membeli bahan dapur siang tadi."

Joe melirik jam tangannya. "Jam sepuluh malam," lirih Joe.

"Apakah dia melarikan diri?" 

"Tidak mungkin, dia bertahan di rumah ini demi pengobatan Ibunya dan juga  pada mendiang kakek. Joe merasa sesuatu sedang tidak beres terjadi," kata lelaki itu, bergegas berniat keluar rumah lagi.

"Joe ...." nyonya Sabhira berteriak. Joe menghentikan langkahnya. "Aku harus mencari Case, Bu."

"Tadi siang, nyonya Alexander datang kemari bersama pengawalnya. Dia mengatakan, bahwa Case anak dari Tuan Alexander."

Mendengar ucapan Ibunya, Joe membalikkan badan.

"Ibu yakin itu nyonya

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Wanita Miskin   Menuduh

    Bab23'Mengapa tuan Wiliam berniat menculik Case? Dan orang-orang tadi siapa? Apa sebenarnya hubungan Case dan orang-orang itu?' Batin Khan Wilson gelisah dan penuh dengan pertanyaan, juga diliputi rasa penasaran yang tinggi.Sesampainya di rumah sakit sebelumnya, Case dan Khan Wilson pun kembali mempertanyakan tentang Ibunya yang hilang."Saya bisa tuntut kalian," ancam Case yang sangat panik dengan kondisi Ibunya yang hilang tanpa jejak. Bahkan pihak rumah sakit, tidak mau mengatakan apapun."Silahkan," jawab pihak penanggung jawab rumah sakit. "Kami tidak memiliki pasien yang bernama Aluna Welas, oke."Khan Wilson pun terkejut mendengar jawaban pihak rumah sakit. Dia semakin penasaran, dengan kejadian yang menimpa Case."Tidak mungkin! Kalian jangan bercanda, ini tentang nyawa Ibuku," teriak Case histeris."Case tenanglah," pinta Khan Wilson."Tuan, bagaimana aku bisa tenang, Ibuku hilang, dan mereka tidak tahu a

  • Bukan Wanita Miskin   Pertama Kali

    Bab24"Alasan tidak masuk akal, kamu dan keluargamu sama saja, jahat."Hati Joe terasa nyeri, mendengar ucapan dan makian Case padanya dan keluarganya."Case ...." Joe berusaha meraih tangan wanita itu. Namun Case menepisnya."Sudahlah, bisakah kalian berdua tidak bertengkar? Ada hal penting yang harus kita selesaikan," ucap Khan Wilson menengahi keduanya.Joe dan Case terdiam. "Case, pulanglah bersama Joe, biar aku yang urus ini semua," kata Khan Wilson."Tuan, apakah anda yakin, bagaimana saya bisa tenang? Ini masalah ibu saya.""Case, kamu bisa percaya padaku, oke.""Case, mengapa hal ini bisa terjadi?" desah Joe dengan suara parau. Lelaki itu pun tadinya bingung ketika ke rumah sakit dan menanyakan kamar Aluna Welas yang kosong."Tanyakan pada dirimu sendiri bodoh. Andai malam itu aku ke rumah sakit, mungkin tidak begini ceritanya," bentak Case. "Kamu senangkan, Ibuku yang kalian anggap benalu itu hilang. Aku tidak a

  • Bukan Wanita Miskin   Perasaan Bersalah

    Bab25Plaakkkk.Tamparan keras untuk Elvina dari Case, hal ini pertama kali dia lakukan pada adik iparnya itu.Joe Wilianus dan nyonya Sabhira sangat terkejut."Case ...." nyonya Sabhira berteriak."Diam!" bentak Case dengan tatapan tajam. "Kurang ajar sekali mulutnya itu," ucap Case menatap tajam pada Elvina yang memegangi pipinya yang panas dan sakit."Ibu ..., sakit," lirih Elvina."Kurang ajar sekali," ucap nyonya Sabhira, dan berniat menampar wajah Case. Namun sebelum tangan nyonya Sabhira mendarat di wajah mulus Case, tangan kekar itu menangkap tangan nyonya Sabhira."Jangan lakukan itu, Bu.""Lepas, durhaka kamu, Joe. Apakah kamu tidak lihat, bagaimana dia begitu kerasnya menampar wajah adikmu," bentak nyonya Sabhira pada Joe."Dia pantas mendapatkannya," jawab Joe. "Seharusnya ibu bisa mengajari Elvina berkata baik, agar tidak ada Case lain yang menampar ucapan kurang ajarnya itu," kata Joe teg

  • Bukan Wanita Miskin   Disiram Air

    Bab26Perasaannya kini sedang tidak tenang. Usai makan, dia menggunakan tenaganya untuk menangis dan memanjatkan doa kepada Tuhan.Case sangat rindu pada Ibunya, dan berharap Tuhan mau memberinya kesempatan, untuk bertemu dengan Ibunya yang menghilang tanpa jejak._______Khan terdiam di depan jendela kamarnya, memandangi gemerlap malam dari ketinggian. Rasa rindu pada Ibunya kadang menyelinap ke sanubari lelaki tampan itu."Apa yang sebenarnya terjadi pada Case dan Ibunya? Mengapa tuan Alexander menculiknya? Apakah Ibu Case berada di tangan mereka?"Berbagai pertanyaan menyerbu pikirannya. Khan sebenarnya sangat lelah untuk berpikir.Bahkan untuk menyelesaikan urusan mengenai Ibunya saja dia belum bisa, di tambah harus mencari tahu keadaan Ibu Case, membuat Khan Wilson semakin merasa pusing.Dengan pikiran yang sesak, dengan rasa yang gelisah, Khan Wilson melakukan panggilan telepon ke nomor Case.Hingga pangg

  • Bukan Wanita Miskin   Menampar

    Bab27"Jangan lama-lama kalau mandi," titah nyonya Sabhira dengan angkuh. "Aku tidak rela, jika melihat anak-anakku mengerjakan kerjaan pembantu," lanjutnya.Usai mandi, Case keluar dan bergegas mengenakan pakaian. Nyonya Sabhira dan Elvina, telah menunggunya di dapur.Melihat kedatangan Case, nyonya Sabhira memasang wajah galak."Dari mana saja kamu kemarin? Saya sudah memberikan kamu sejumlah uang untuk berbelanja. Tapi kamu tidak pulang ke rumah! Kamu mengacaukan acara pertemuan saya, bodoh!" Maki nyonya Sabhira sembari mengomel panjang lebar."Ibu saya menghilang," lirih Case."Hilang?" Nyonya Sabhira menggebrak meja kompor. "Berani sekali perempuan miskin ini membual. Kau pikir, aku akan percaya dan perduli? Jangan bermimpi," tekan nyonya Sabhira dengan tegas."Seharusnya mati saja wanita miskin itu, menyusahkan sekali mengobatinya yang tidak kunjung sembuh," keluh nyonya Sabhira."Ya begitulah orang-orang miskin, selalu m

  • Bukan Wanita Miskin   KELUAR dari Neraka

    Bab28"Jangan ...." kali ini Joe bersuara dan meraih lengan Mary.Perasaan Joe benar-benar dilema."Mengapa aku tidak boleh pergi?""Mari kita rayakan bersama," ucap Joe lagi. Joe melihat ke arah Case."Case, istirahatlah ke dalam, dan kita akan bicara nanti," pinta Joe dengan lembut."Aku akan keluar," kata Case pelan."Kau tidak diizinkan," sahut nyonya Sabhira."Kenapa? Aku harus mencari ibuku, dan anda tidak berhak melarangku," bentak Case dengan tatapan tajam menatap nyonya Sabhira."Kau berani sekali melawanku." Nyonya Sabhira berniat menampar wajah Case, namun wanita itu menahan tangannya."Jangan sentuh saya! Atau kalian semua akan menyesal," bentak Case, sembari menghempaskan tangan nyonya Sabhira dengan kasar."Wow, sepertinya dia sedang kerasukan," kata Mary White, yang terkejut dengan keberanian Case."Case, kendalikan dirimu. Untuk masalah ibumu yang hilang, bukankah aku sudah berjan

  • Bukan Wanita Miskin   Penasaran

    Bab29Case begitu bersemangat. Namun ketika dia membawa tasnya keluar kamar dan bergegas berjalan menuju pintu.Suara keras bariton itu menghentikan langkah Case."Kau mau kemana?" tanya Joe Wilianus. "Letakkan kembali tas itu! Dan masuk ke dalam kamar," titah Joe keras.Case membalikkan badan. "Joe, mari kita bercerai. Dan masalah warisan, silahkan kamu ambil semuanya! Aku tidak butuh, aku cuma mau ibuku," sahut Case dan wanita itu kembali melangkah lebar menuju pintu utama."Berhenti, Case Mowelas! Atau kamu, akan menyesali semuanya," teriak Joe keras. Namun Case tidak memperdulikannya, dia terlalu lelah untuk bertahan di keluarga Wilianus yang kejam itu."Joe, biarkan dia! Hentikan semua ini. Lagi pula, tujuanmu menikahi dia, hanya untuk warisan kakek. Dan sekarang, wanita itu menyerahkan sepenuhnya pada kamu! Ceraikan dia, Joe. Dan kamu, nikahi Mary White, dia pasangan yang pantas untukmu," ucap nyonya Sabhira.Joe terdiam, mata l

  • Bukan Wanita Miskin   Gamang

    Bab30Khan Wilson yakin, tidak ada yang kebetulan, semua pasti ada sebabnya. Hal itu pulalah, yang membuatnya semakin dilanda rasa penasaran yang tinggi.Khan Wilson menunjukkan kamar untuk Case tempati."Kamu yakin ini kamarku?" tanya Case pada Khan. Kamar yang sangat mewah dan luas. Serta di lengkapi dengan perabotan elit di dalamnya."Tentu saja, di apartemen ini, kamar cuma ada dua. Apakah kamu mau sekamar denganku?" tanya Khan dengan tatapan nakal."Haha." Case menanggapinya dengan tawa."Masuk dan beristirahatlah! Aku ke kantor dulu, masih ada pekerjaanku yang belum selesai," kata Khan."Baiklah, sekali lagi terimakasih," jawab Case lembut."Tidak masalah," sahut Khan sembari tersenyum manis.Case merebahkan dirinya di atas kasur empuk. Pandangannya menerawang keseluruh langit-langit kamar yang di desain sangat mewah dan indah.Wanita itu meraih ponselnya dan membuka layar kunci. Begitu banyak panggila

Latest chapter

  • Bukan Wanita Miskin   TAMAT

    Bab156"Semua begitu cepat berubah. Dalam hitungan beberapa hari saja, tingkah kamu menjadi begitu tidak biasa. Ada apa? Apa ini ada hubungannya dengan mereka?" tanya Desca pada Jeremy, ketika mereka masuk ke dalam mobil Jeremy."Itu hanya perasaan kamu saja. Sudahlah, tidak untuk di bahas, semua hanyalah kebetulan.""Oh ya? Bagaimana mungkin ini kebetulan. Sedangkan pagi sekali, kamu pergi meninggalkan rumah tanpa pamit. Ini bukan kamu, Jeremy. Aku ini istri kamu, aku kenal kamu dengan baik."Jeremy menarik napas, dan mulai melajukan mobilnya. Desca terdiam, karena Jeremy tidak menanggapi ucapannya. Hatinya jelas gelisah, sebab di selimuti perasaan curiga."Aku mampu mencari tahunya sendiri, jika kamu tidak berani jujur," ujar Desca lagi, membuat Jeremy menelan ludah."Kamu tentu tahu bagaimana sifat burukku. Jika kamu membuat sesuatu yang salah, dan tidak berani mengakuinya, maka aku pun tidak segan- segan, melakukan sesuatu yang tidak bisa kamu perkirakan dampaknya," lanjut Desca l

  • Bukan Wanita Miskin   155

    Bab 155Sebagai seorang istri, Desca jelas merasakan sekali perubahan sang suami. Jeremy yang emosi, menatap tajam kepada Desca yang matanya kini berkaca- kaca."Aku butuh ketenangan, paham!!" tekan Jeremy. Wanita itu hanya terdiam, meski air mata kini jatuh berhamburan membasahi pipinya. Hal itu membuat Jeremy seketika merasa bersalah dan langsung memeluk Desca."Maaf, maaf jika aku berkata kasar dan melukaimu," lirih Jeremy, sembari memeluk istrinya itu.Desca masih tidak bersuara, dia cukup syok dengan perlakuan Jeremy hari ini. "Aku mau istirahat," ujar Desca pada akhirnya, setelah melepaskan diri dengan perlahan dari pelukan Jeremy.Lelaki itu tahu, bahwa kini Desca terluka, dia pun memilih diam dan membiarkan Desca berjalan menuju kasur."Kamu sudah makan?" tanya Jeremy. Namun Desca tidak menyahut dan langsung menenggelamkan diri di dalam selimut.Jeremy terdiam, dan duduk termenung di depan laptopnya yang masih menyala.Bayangan kedua anak kembar Rebecca, membuat pikiran Jere

  • Bukan Wanita Miskin   Kasar

    Bab154"Tidak, aku tidak akan memberitahu mereka," tegas Rebecca. Wanita itu membuang pandangannya dari Jeremy."Oh begitu. Aku yang akan beritahu mereka."Rebecca kembali menatap Jeremy, kemudian tersenyum. "Apakah kamu sudah siap? Jika istrimu mengetahui semuanya?"Jeremy terdiam. Wajahnya nampan gusar, membuat Rebecca tersenyum kecut."Pergilah! Ada baiknya kita, tidak usah saling mengenal lagi. Semua yang pernah terjadi antara kita, anggap saja angin lalu."Jeremy mengernyit. "Angin lalu? Andai tidak ada mereka, tidak masalah bagiku."Mendengar jawaban Jeremy seperti itu, ada perasaan terluka di hati Rebecca. Ingin sekali wanita itu menangis dan mengumpat Jeremy yang berkata selugas itu."Pergilah, aku perlu beristirahat.""Baiklah, tapi ingat, jangan melarangku untuk dekat dan bertemu mereka."Rebecca menatap dalam mata Jeremy. "Akan kupikirkan."Kemudian terdengar bunyi bell. Rebecca beranjak dari duduknya dan menuju pintu. Wanita itu membuka lebar daun pintu dan."Taraaa ...

  • Bukan Wanita Miskin   Ingin Diakui

    Bab153Seakan mengulang masa lalu sang Ayah, Jeremy tidak mengenali Clara, seperti Wiliam dulu tidak mengenali Case.Bedanya Wiliam dan Aluna Welas sempat menikah dan bahagia. Sedangkan Rebecca dan Jeremy? Kandas karena hadirnya sosok Rebecca diantara mereka.Panggilan telepon masuk, ketika Jeremy sedang makan siang bersama keluarganya. Melihat nama orang suruhannya yang menghubungi, Jeremy pun menjawab panggilan itu, dengan menjauh dari meja makan."Tuan ....""Ya, bagaimana?""Dia benar nyonya Rebecca yang anda cari selama ini, dan kedua anak itu adalah anaknya, mereka kembar!" seru lelaki di seberang telepon.Jeremy tertegun, mendengar informasi itu."Kembar!!" "Ya, Tuan. Selama ini, nyonya Rebecca bekerja seorang diri menghidupi kedua anaknya, beliau belum menikah. Hanya saja, ada seorang laki- laki yang memang sangat dekat pada mereka.""Siapa itu?""Zacob Catwalk, Tuan."Hati Jeremy terasa tidak nyaman, mendengar tentang Zacob Catwalk yang dekat dengan Rebecca dan kedua anak k

  • Bukan Wanita Miskin   Orang Asing

    Bab152Panas dingin, kini Rebecca mendadak kaku, dan seakan kesulitan untuk menoleh ke belakang."Siapa nama kamu?" tanya lelaki itu."Ansel, menghindar! Kamu lupa yang Mami katakan? Jangan bicara dengan orang asing," bentak Clara.Gadis berwajah imut itu menarik tangan Ansel, membawanya menjauh dari Jeremy."Aku bukan orang asing," sahut Jeremy. "Mami, Ansel bicara dengan orang asing," kata Clara mendekati Ibunya. Jeremy yang semula berjongkok karena berbicara pada Ansel, pun kini berdiri.Tidak jauh dari mereka berdiri, seorang wanita yang Clara panggil Mami itu seakan mematung."Ayah," seru Samuel, membuat Jeremy menoleh."Suamiku, kamu di sini? Ayo pulang, pendaftaran sudah selesai," seru Desca.Jeremy serba salah, ingin sekali melihat dan menyapa Rebecca lagi. Ah, bukan hanya itu, dia ingin sekali menanyakan tentang kedua anak ini.Hanya Ansel yang ingin dia tanyakan, sedangkan Clara? Jeremy meyakini, bahwa Rebecca telah menikah lagi, dan Clara anak keduanya."Ansel namanya," gu

  • Bukan Wanita Miskin   Masuk TK

    Bab151"Kita naik taksi online lagi? Om Zacob nggak jemput kita?" tanya Clara mengulangi pertanyaannya tadi."Betul sayang! Om Zacob itu sibuk!" sahut Rebecca lembut."Ah, orang dewasa selalu saja sibuk," celetuk Clara tak senang."Nanti kalau kita dewasa, kita tidak usah sesibuk itu untuk pergi bekerja," sahut Ansel menimpali.Mereka duduk di sebuah halte."Kalau kalian tidak sibuk bekerja, pastikan kalian memiliki uang yang tidak akan pernah habis." "Tentu saja, aku calon wanita sukses dan kaya! Mam. Lihat wajahku, aku cocok menjadi artis di masa depan." Clara menyahut dengan pongahnya, juga dengan gaya centilnya, membuat Rebecca terkekeh."Baiklah, Mami coba percaya itu, oke." "Ansel, kamu sendiri bagaimana?" tanya Rebecca, menoleh ke arah Ansel."Aku calon dokter, Mam. Jadi, jika Mami sakit, aku bisa mengobatinya." "Oke baiklah, kita perlu pembuktian dari ucapan kalian berdua, oke." "Oke." Ketiganya memasuki taksi online. Di perjalanan, sebuah mobil terlihat mengejar ke arah

  • Bukan Wanita Miskin   Pertemuan

    Bab150Jeremy tertegun, melihat kedua anak itu."Clara, Ansel," teriak seorang wanita, dengan suara yang tidak asing di telinga Jeremy.Jeremy menoleh ke arah wanita itu. Wanita yang mengenakan baju kaos hitam ketat, dengan rok lebar bawahannya.Rambut pendek bergelombang, membuat Jeremy sangat terkejut."Rebecca," gumam lelaki itu. Wanita itu pun sama, terkejut karena bertemu pandang dengan Jeremy."Mami ...." Kedua anak itu berlari senang ke arah wanita tadi. Dengan cepat, wanita itu memeluk kedua anak itu dan membawanya menjauh.Jeremy berniat mengejar. Namun suara panggilan Sam dan Desca mengalihkan perhatiannya."Mami kenapa begitu terlihat panik? Dan kenapa kita pulang secepat ini?" tanya Ansel."Iya, Mami nggak asik, baru juga kita mau berenang," celetuk Clara, kesal."Mami lupa, kalau Mami ada urusan. Kita pulang dulu, oke.""Benar- benar jalan- jalan yang mengesalkan, tidak sesuai dengan harapan," ungkap Clara bernada kecewa."Sudahlah, nanti kalau Mami di pecat, kita semua d

  • Bukan Wanita Miskin   Anak Kecil Itu

    Bab149"Suamiku ...." Desca memeluk suaminya dari belakang.Jeremy tersenyum. "Kamu belum tidur?""Belum! Aku pengen makan pizza." "Pesan sayang." Jeremy mengusap lembut tangan sang istri."Sudah, aku mau disuapin sama kamu," bisik wanita itu di dekat telinga suaminya."Untuk malam ini saja, tolong." Jeremy menghentikan aktivitasnya dan melepaskan pelukan Desca, kemudian lelaki itu berdiri, menghadap istrinya sembari tersenyum."Ayo!" Kata Jeremy tersenyum, membuat Desca sumringah. Keduanya keluar kamar, dengan Jeremy yang merangkul mesra istrinya itu.Hari- hari Desca di penuhi kebahagiaan, apalagi saat dia positif hamil kembali, setelah 2 bulan yang lalu dia keguguran._______"Bos yakin akan ke Negeri Fantasy? Bukankah nyonya Jovanka sudah mewanti Anda, untuk tidak muncul di kehidupan nona Desca lagi.""Aku hanya ingin bertemu dia, cuma sekali saja, memastikan dia bahagia. Aku mendengar kabar beberapa bulan yang lalu, dia keguguran anakku.""Bos, ada baiknya untuk kita menjauhi ny

  • Bukan Wanita Miskin   Berdamai

    Bab148"Dalam sepanjang hidup masa sulitku, kamu adalah saudara yang begitu kejam, tidak pernah mencariku sama sekali. Aku bertahan hidup dengan berbagai cara, sedangkan kamu hidup dengan nyaman di rumah ini tanpa beban. Kamu pasti tidak pernah merasakan takut akan kelaparan, seperti yang sering aku rasakan," lirih Elvina.Joe dan Case terdiam."Aku marah, sangat marah setelah tahu kamu mengurus seluruh tanah peninggalan kakek, tanpa mencariku terlebih dahulu. Bisakah kukatakan kamu serakah?" Joe menarik napas, dan mengeluarkan ponselnya, menghubungi seseorang."Datanglah, dan bawa seluruh berkas yang aku minta," tegas Joe kepada lelaki di telepon. Usai panggilan telepon di matikan, Joe kembali menatap Elvina."Katakanlah, apa maumu sekarang ini. Jika kamu ingin tinggal di tempat ini, maaf tidak bisa. Biar bagaimana pun juga, aku tahu tabiatmu begitu jelek kepada Case.""Suamiku jangan begitu! Biar bagaimana pun juga, Elvina adalah saudara perempuanmu, dia kerabat kita.""Tidak! Aku

DMCA.com Protection Status