Share

Kamu Sakit?

Penulis: Rias Ardani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab138

"Maaf," lirih Desca, 1 tetesan air mata jatuh di pipinya.

Desca berniat berbalik namun Jeremy meraih tangan wanita itu.

"Aku masih perlu waktu," kata Jeremy membuat Desca menarik tangannya dan berlari ke atas ranjangnya.

Desca memasukan dirinya ke dalam selimut. Wanita itu menangis sesegukan, menahan rasa malu karena penolakan Jeremy.

Bukan hanya perasaan malu, tapi juga perasaan kuatir dengan keadaan perutnya kini yang sudah berusia 1 bulan lebih.

Jeremy kembali merasa bersalah. Mau berapa orang wanita lagi, yang akan dia kecewakan.

Desca dan nyonya Jovanka begitu baik kepadanya, akan sangat tidak tahu malu, jika dia malah menyakiti hati Desca.

Lelaki itu pun mendekati Desca, yang masih menangis dalam selimut. "Desca," lirih Jeremy.

Namun wanita itu mengabaikannya, dan masih saja terus menangis. Jeremy menarik pelan selimut itu, hingga terlihat wajah Desca yang memerah dan juga basah air mata.

Jeremy tersenyum dan naik ke atas ranjang.

Dengan perlahan, Jeremy membalikkan tubu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Wanita Miskin   Mengundurkan Diri

    Bab139"Tidak." Rebecca menggeleng."Jadi mengapa wajahmu pucat begini? Dan bolak- balik kamar mandi?"Rebecca menarik napas, sembari menahan perasaan mualnya."Saya mengundurkan diri, nanti berkasnya akan saya serahkan besok," sahut Rebecca pelan."Rebecca! Jangan memancingku. Ada apa sih sama kamu? Mengapa sikapmu masih seperti ini," bentak Jeremy. Rebecca mendongakkan wajah. "Hak saya bukan, untuk mengundurkan diri?" Rebecca berkata dengan suara dan bibir bergetar.Mata wanita itu kini berkaca- kaca. Dia sudah bertekad untuk kembali ke Negaranya. Dari pada di Negeri Fantasy, dia nyaris gila dalam bertahan.Patah hati sukses membuatnya hidup segan mati tak mau."Ya, kamu benar itu hak kamu! Setidaknya berikan saya alasan yang jelas, apa yang membuat kamu ingin mengundurkan diri? Apakah kamu membenci saya?""Saya tidak mungkin membenci, lelaki yang mencuri hati saya.""Lalu mengapa kamu berniat meninggalkan aku?" Jeremy bertanya, sembari menggenggam kedua tangan Rebecca."Lepas, kit

  • Bukan Wanita Miskin   Pergi

    Bab140Jeremy melajukan mobilnya dengan terburu- buru, menuju apartemen Rebecca. Dadanya berdebar- debar, seakan sanga takut tidak bisa bertemu dengan wanita itu lagi.Perasaan kuatir mendominasi hatinya kini. Jeremy kini sangat ketakutan, jika Rebecca pergi dan menghilang dari hidupnya.Bagi Jeremy, Rebecca adalah penyemangatnya selama ini. Bukan hanya penyemangatnya, tapi Rebecca juga berjasa dalam memajukan perusahaannya. Sesampainya di parkiran apartemen, Jeremy keluar dari mobil dengan tergesa, berlari menuju pintu apartemen wanita itu. Jeremy membunyikan bel beberapa kali, sampai pintu terbuka. Sosok Rebecca telah rapi, tidak lagi mengenakan pakaian kantor."Ada apa, Tuan." Jeremy menatap lekat wanita di depannya dan mendorong kasar ke dalam.Jeremy menutup pintu apartemen itu, dan menguncinya. Rebecca terdiam, melihat tingkah Jeremy. Lelaki itu memasuki kamar, dan di sambut dua koper besar telah siap, di sisi tempat tidur Rebecca."Kamu mau kemana? Kenapa kamu seperti ini kep

  • Bukan Wanita Miskin   Bukti

    Bab141Jeremy mengusap kasar wajahnya. Menghubungi Rebecca berkali- kali, tapi tidak kunjung bisa. Wanita itu sepertinya mematikan sambungan teleponnya."Shiit, kemana dia pergi," lirih Jeremy. Lelaki itu mencari ke seluruh ruangan, hingga ke kamar mandi. Di depan cermin, di atas wastafel, terlihat sebuah benda kecil pipih terletak.Di sampingnya terletak sebuah kertas putih. Jeremy meraih benda pipih itu, sebuah alat tes kehamilan, yang menampilkan garis dua positif.Kemudian lelaki itu beralih melihat kertas di sampingnya. Kertas resep obat untuk mengatasi mual dan juga vitamin.Di atas kertas itu bertuliskan nama nyonya Rebecca. Wanita itu positif hamil.Dibelakang kertas, tertulis pesan. "Ketika kamu melihat ini, aku telah pergi jauh, membawa kenangan darimu. Berbahagialah, Tuan Jeremy. Anak kita, akan kuurus dengan baik disisiku."Jeremy mengacak- ngacak kertas putih itu dengan frustasi. Mengapa Rebecca pergi? Bahkan wanita itu membawa buah hati mereka."Aku calon Ayah, tapi aku

  • Bukan Wanita Miskin   Tetap Saudara

    Bab142"Hallo, manis," seru nyonya Jovanka, tersenyum manis berjalan dengan anggun ke arah tempat duduk."Nyonya Jovanka," lirih Deslim. "Jeremy ...." wanita itu kemudian berteriak, ketika melihat Jeremy berjalan di belakang nyonya Jovanka.Nyonya Jovanka duduk, ketika para pegawai pengadilan mempersilahkannya. Jose White terdiam di pojokkan tanpa suara, dia duduk bersama seorang perempuan, yang tak lain adalah Mary White.Meskipun wanita itu sudah berkumpul keluarganya, tapi dia tidak sepenuhnya dalam keadaan baik- baik saja.Kadang kalau kumat, dia akan mengamuk layaknya orang gila. Jose White tidak tega, membiarkan Mary selamanya terkurung di rumah sakit jiwa. Sebab itulah, kini Mary berada dalam pengasuhannya."Aku tidak melakukan hal jahat itu," bentak Deslim tidak terima.Nyonya Jovanka tersenyum menyeringai. "Oh ya, apakah bukti itu tidak benar? Bagaimana mungkin?""Ini fitnah, pasti kalian yang mengada- mgada. Apalagi itu ponsel Case, bagaimana mungkin ponselnya ada, sedangka

  • Bukan Wanita Miskin   Diabaikan

    Bab143"Jeremy, aku ...." Belum selesai Desca berkata, Jeremy sudah mengangkat telapak tangannya, memberi kode Desca untuk berhenti bicara."Tidurlah, aku masih banyak pekerjaan." Jeremy berkata tanpa mau menoleh ke arah Desca sama sekali.Desca menarik napas kasar. Pernikahan mereka sudah berjalan 1 bulan lamanya. Tetapi sikap Jeremy masih saja dingin dan selalu beralasan sibuk dan capek.Desca mendekat dan meletakkan sebuah benda ke atas meja kerja Jeremy.Usai kepergian Desca, Jeremy melirik benda, yang tadi wanita itu letakkan di atas meja.Alat test kehamilan lagi yang harus dia lihat. Melihat alat yang menunjukkan positif kehamilan itu, membuat hati Jeremy merasa terluka lagi.Kembali bayangan Rebecca yang pergi membawa benihnya, membuat sesak di hati Jeremy. Bukan kebahagiaan yang Jeremy rasakan, ketika tahu Desca hamil.Tapi, perasaan semakin terluka di penuhi penyesalan, karena teringat sosok Rebecca lagi. Sekuat tenaga Jeremy mengikhlaskan dan melupakan tentang wanita itu.

  • Bukan Wanita Miskin   Kehilangan

    Bab144"Apa? Jatuh dari tangga?" Jeremy terkejut dan langsung mematikan sambungan teleponnya. Lelaki itu berlari, menuju mobilnya. Dengan kecepatan tinggi, Jeremy memacukan mobil, menuju rumah sakit terbesar di Negeri Fantsay.Di ruang UGD, Desca masih di periksa. Nyonya Jovanka nampak gelisah menunggu hasil."Please, bertahanlah Desca, maafkan aku." Kini perasaan menyesal, menyelimuti hati Jeremy.Teringat akan permintaan- permintaan Desca yang diabaikan, membuatnya kembali dilanda rasa bersalah."Seharusnya aku move on dan fokus kepada Desca, yang sudah jelas sah menjadi istriku. Tapi mengapa dengan bodohnya aku diam- diam menyimpan kecewa dan menyalahkan Desca atas kepergian Rebecca," batin Jeremy berperang, antara perasaan menyesal dan juga perasaan egois.Sesampainya lelaki itu di parkiran rumah sakit, dia berlari tergopoh- gopoh, menuju UGD."Mom," panggil Jeremy. Wanita itu pun menoleh."Bagaimana kejadiannya? Kenapa Desca bisa terjatuh dari tangga."Nyonya Jovanka terisak. "M

  • Bukan Wanita Miskin   Liburan

    Bab145Rumah tangga Jeremy dan Desca semakin dingin. Bahkan, wanita itu tidak pernah sama sekali lagi mau bicara pada Jeremy. Semenjak keguguran 1 bulan yang lalu, Jeremy pun tidak berani mengganggu Desca. Sadar akan kesalahan diri, Jeremy mengalah.Lelaki itu pun enggan memaksa sang istri untuk bicara, hanya sesekali menyapa, meski jarang ada sahutannya.Jeremy selalu berusaha sigap mengurus Desca. Hatinya perih, ketika melihat wanita itu termenung seorang diri.Wajahnya tidak berseri lagi, pucat dan seperti kehilangan gairah hidup."Sayang, bagaimana kalau kita pergi liburan?" tanya Jeremy, mendekati Desca dan memeluk wanita itu dari belakang."Untuk apa liburan? Lagi pula aku sudah tidak memiliki semangat lagi menjalani hidup. Selain gagal menjadi istri, aku juga sudah gagal menjadi Ibu. Rasanya hidup ini sangat percuma, hanya kegagalan yang menimpaku."Suara itu terdengar putus asa.Jeremy mengeratkan pelukannya dan meletakkan wajahnya di pundak Desca."Siapa bilang kamu gagal me

  • Bukan Wanita Miskin   Datang

    Bab146Jose White menyeka air matanya. "Sudah sangat lama kamu pergi, meskipun ragamu di dekat kami, tapi jiwamu lama berkelana. Ayah senang, dan sangat bersukur kamu mau kembali.""Maksud Ayah apa sih? Aku benar- benar tidak paham.""Kamu lama gila, Nak. Tolong jangan lagi seperti itu, Ayah mohon."Mary terhenyak mendengar penuturan ayahnya. Wanita itu terdiam, seakan teringat bayangannya yang mengamuk dan seperti layaknya anak kecil yang tidak dituruti kemauannya. Hanya itu perasaan yang menuntutnya untuk mengamuk."Yah, apakah Joe ada mencariku? Atau membantu mengurusku?" tanya Mary dengan dingin.Jose White menggeleng. "Sudahlah, Nak. Dia bukan lelaki yang baik. Kini seluruh harta kita disita pengadilan, dan akan di kembalikan kepada adik Jeremy.""Apa? Mengapa itu bisa terjadi, Yah?" Mary bertanya dengan nada tinggi.Seketika ada perasaan sesal di dalam hati Jose White. Tidak seharusnya Mary diberitahukan dengan semua ini."Sudahlah, Nak. Ayah akan berusaha lebih baik lagi, untuk

Bab terbaru

  • Bukan Wanita Miskin   TAMAT

    Bab156"Semua begitu cepat berubah. Dalam hitungan beberapa hari saja, tingkah kamu menjadi begitu tidak biasa. Ada apa? Apa ini ada hubungannya dengan mereka?" tanya Desca pada Jeremy, ketika mereka masuk ke dalam mobil Jeremy."Itu hanya perasaan kamu saja. Sudahlah, tidak untuk di bahas, semua hanyalah kebetulan.""Oh ya? Bagaimana mungkin ini kebetulan. Sedangkan pagi sekali, kamu pergi meninggalkan rumah tanpa pamit. Ini bukan kamu, Jeremy. Aku ini istri kamu, aku kenal kamu dengan baik."Jeremy menarik napas, dan mulai melajukan mobilnya. Desca terdiam, karena Jeremy tidak menanggapi ucapannya. Hatinya jelas gelisah, sebab di selimuti perasaan curiga."Aku mampu mencari tahunya sendiri, jika kamu tidak berani jujur," ujar Desca lagi, membuat Jeremy menelan ludah."Kamu tentu tahu bagaimana sifat burukku. Jika kamu membuat sesuatu yang salah, dan tidak berani mengakuinya, maka aku pun tidak segan- segan, melakukan sesuatu yang tidak bisa kamu perkirakan dampaknya," lanjut Desca l

  • Bukan Wanita Miskin   155

    Bab 155Sebagai seorang istri, Desca jelas merasakan sekali perubahan sang suami. Jeremy yang emosi, menatap tajam kepada Desca yang matanya kini berkaca- kaca."Aku butuh ketenangan, paham!!" tekan Jeremy. Wanita itu hanya terdiam, meski air mata kini jatuh berhamburan membasahi pipinya. Hal itu membuat Jeremy seketika merasa bersalah dan langsung memeluk Desca."Maaf, maaf jika aku berkata kasar dan melukaimu," lirih Jeremy, sembari memeluk istrinya itu.Desca masih tidak bersuara, dia cukup syok dengan perlakuan Jeremy hari ini. "Aku mau istirahat," ujar Desca pada akhirnya, setelah melepaskan diri dengan perlahan dari pelukan Jeremy.Lelaki itu tahu, bahwa kini Desca terluka, dia pun memilih diam dan membiarkan Desca berjalan menuju kasur."Kamu sudah makan?" tanya Jeremy. Namun Desca tidak menyahut dan langsung menenggelamkan diri di dalam selimut.Jeremy terdiam, dan duduk termenung di depan laptopnya yang masih menyala.Bayangan kedua anak kembar Rebecca, membuat pikiran Jere

  • Bukan Wanita Miskin   Kasar

    Bab154"Tidak, aku tidak akan memberitahu mereka," tegas Rebecca. Wanita itu membuang pandangannya dari Jeremy."Oh begitu. Aku yang akan beritahu mereka."Rebecca kembali menatap Jeremy, kemudian tersenyum. "Apakah kamu sudah siap? Jika istrimu mengetahui semuanya?"Jeremy terdiam. Wajahnya nampan gusar, membuat Rebecca tersenyum kecut."Pergilah! Ada baiknya kita, tidak usah saling mengenal lagi. Semua yang pernah terjadi antara kita, anggap saja angin lalu."Jeremy mengernyit. "Angin lalu? Andai tidak ada mereka, tidak masalah bagiku."Mendengar jawaban Jeremy seperti itu, ada perasaan terluka di hati Rebecca. Ingin sekali wanita itu menangis dan mengumpat Jeremy yang berkata selugas itu."Pergilah, aku perlu beristirahat.""Baiklah, tapi ingat, jangan melarangku untuk dekat dan bertemu mereka."Rebecca menatap dalam mata Jeremy. "Akan kupikirkan."Kemudian terdengar bunyi bell. Rebecca beranjak dari duduknya dan menuju pintu. Wanita itu membuka lebar daun pintu dan."Taraaa ...

  • Bukan Wanita Miskin   Ingin Diakui

    Bab153Seakan mengulang masa lalu sang Ayah, Jeremy tidak mengenali Clara, seperti Wiliam dulu tidak mengenali Case.Bedanya Wiliam dan Aluna Welas sempat menikah dan bahagia. Sedangkan Rebecca dan Jeremy? Kandas karena hadirnya sosok Rebecca diantara mereka.Panggilan telepon masuk, ketika Jeremy sedang makan siang bersama keluarganya. Melihat nama orang suruhannya yang menghubungi, Jeremy pun menjawab panggilan itu, dengan menjauh dari meja makan."Tuan ....""Ya, bagaimana?""Dia benar nyonya Rebecca yang anda cari selama ini, dan kedua anak itu adalah anaknya, mereka kembar!" seru lelaki di seberang telepon.Jeremy tertegun, mendengar informasi itu."Kembar!!" "Ya, Tuan. Selama ini, nyonya Rebecca bekerja seorang diri menghidupi kedua anaknya, beliau belum menikah. Hanya saja, ada seorang laki- laki yang memang sangat dekat pada mereka.""Siapa itu?""Zacob Catwalk, Tuan."Hati Jeremy terasa tidak nyaman, mendengar tentang Zacob Catwalk yang dekat dengan Rebecca dan kedua anak k

  • Bukan Wanita Miskin   Orang Asing

    Bab152Panas dingin, kini Rebecca mendadak kaku, dan seakan kesulitan untuk menoleh ke belakang."Siapa nama kamu?" tanya lelaki itu."Ansel, menghindar! Kamu lupa yang Mami katakan? Jangan bicara dengan orang asing," bentak Clara.Gadis berwajah imut itu menarik tangan Ansel, membawanya menjauh dari Jeremy."Aku bukan orang asing," sahut Jeremy. "Mami, Ansel bicara dengan orang asing," kata Clara mendekati Ibunya. Jeremy yang semula berjongkok karena berbicara pada Ansel, pun kini berdiri.Tidak jauh dari mereka berdiri, seorang wanita yang Clara panggil Mami itu seakan mematung."Ayah," seru Samuel, membuat Jeremy menoleh."Suamiku, kamu di sini? Ayo pulang, pendaftaran sudah selesai," seru Desca.Jeremy serba salah, ingin sekali melihat dan menyapa Rebecca lagi. Ah, bukan hanya itu, dia ingin sekali menanyakan tentang kedua anak ini.Hanya Ansel yang ingin dia tanyakan, sedangkan Clara? Jeremy meyakini, bahwa Rebecca telah menikah lagi, dan Clara anak keduanya."Ansel namanya," gu

  • Bukan Wanita Miskin   Masuk TK

    Bab151"Kita naik taksi online lagi? Om Zacob nggak jemput kita?" tanya Clara mengulangi pertanyaannya tadi."Betul sayang! Om Zacob itu sibuk!" sahut Rebecca lembut."Ah, orang dewasa selalu saja sibuk," celetuk Clara tak senang."Nanti kalau kita dewasa, kita tidak usah sesibuk itu untuk pergi bekerja," sahut Ansel menimpali.Mereka duduk di sebuah halte."Kalau kalian tidak sibuk bekerja, pastikan kalian memiliki uang yang tidak akan pernah habis." "Tentu saja, aku calon wanita sukses dan kaya! Mam. Lihat wajahku, aku cocok menjadi artis di masa depan." Clara menyahut dengan pongahnya, juga dengan gaya centilnya, membuat Rebecca terkekeh."Baiklah, Mami coba percaya itu, oke." "Ansel, kamu sendiri bagaimana?" tanya Rebecca, menoleh ke arah Ansel."Aku calon dokter, Mam. Jadi, jika Mami sakit, aku bisa mengobatinya." "Oke baiklah, kita perlu pembuktian dari ucapan kalian berdua, oke." "Oke." Ketiganya memasuki taksi online. Di perjalanan, sebuah mobil terlihat mengejar ke arah

  • Bukan Wanita Miskin   Pertemuan

    Bab150Jeremy tertegun, melihat kedua anak itu."Clara, Ansel," teriak seorang wanita, dengan suara yang tidak asing di telinga Jeremy.Jeremy menoleh ke arah wanita itu. Wanita yang mengenakan baju kaos hitam ketat, dengan rok lebar bawahannya.Rambut pendek bergelombang, membuat Jeremy sangat terkejut."Rebecca," gumam lelaki itu. Wanita itu pun sama, terkejut karena bertemu pandang dengan Jeremy."Mami ...." Kedua anak itu berlari senang ke arah wanita tadi. Dengan cepat, wanita itu memeluk kedua anak itu dan membawanya menjauh.Jeremy berniat mengejar. Namun suara panggilan Sam dan Desca mengalihkan perhatiannya."Mami kenapa begitu terlihat panik? Dan kenapa kita pulang secepat ini?" tanya Ansel."Iya, Mami nggak asik, baru juga kita mau berenang," celetuk Clara, kesal."Mami lupa, kalau Mami ada urusan. Kita pulang dulu, oke.""Benar- benar jalan- jalan yang mengesalkan, tidak sesuai dengan harapan," ungkap Clara bernada kecewa."Sudahlah, nanti kalau Mami di pecat, kita semua d

  • Bukan Wanita Miskin   Anak Kecil Itu

    Bab149"Suamiku ...." Desca memeluk suaminya dari belakang.Jeremy tersenyum. "Kamu belum tidur?""Belum! Aku pengen makan pizza." "Pesan sayang." Jeremy mengusap lembut tangan sang istri."Sudah, aku mau disuapin sama kamu," bisik wanita itu di dekat telinga suaminya."Untuk malam ini saja, tolong." Jeremy menghentikan aktivitasnya dan melepaskan pelukan Desca, kemudian lelaki itu berdiri, menghadap istrinya sembari tersenyum."Ayo!" Kata Jeremy tersenyum, membuat Desca sumringah. Keduanya keluar kamar, dengan Jeremy yang merangkul mesra istrinya itu.Hari- hari Desca di penuhi kebahagiaan, apalagi saat dia positif hamil kembali, setelah 2 bulan yang lalu dia keguguran._______"Bos yakin akan ke Negeri Fantasy? Bukankah nyonya Jovanka sudah mewanti Anda, untuk tidak muncul di kehidupan nona Desca lagi.""Aku hanya ingin bertemu dia, cuma sekali saja, memastikan dia bahagia. Aku mendengar kabar beberapa bulan yang lalu, dia keguguran anakku.""Bos, ada baiknya untuk kita menjauhi ny

  • Bukan Wanita Miskin   Berdamai

    Bab148"Dalam sepanjang hidup masa sulitku, kamu adalah saudara yang begitu kejam, tidak pernah mencariku sama sekali. Aku bertahan hidup dengan berbagai cara, sedangkan kamu hidup dengan nyaman di rumah ini tanpa beban. Kamu pasti tidak pernah merasakan takut akan kelaparan, seperti yang sering aku rasakan," lirih Elvina.Joe dan Case terdiam."Aku marah, sangat marah setelah tahu kamu mengurus seluruh tanah peninggalan kakek, tanpa mencariku terlebih dahulu. Bisakah kukatakan kamu serakah?" Joe menarik napas, dan mengeluarkan ponselnya, menghubungi seseorang."Datanglah, dan bawa seluruh berkas yang aku minta," tegas Joe kepada lelaki di telepon. Usai panggilan telepon di matikan, Joe kembali menatap Elvina."Katakanlah, apa maumu sekarang ini. Jika kamu ingin tinggal di tempat ini, maaf tidak bisa. Biar bagaimana pun juga, aku tahu tabiatmu begitu jelek kepada Case.""Suamiku jangan begitu! Biar bagaimana pun juga, Elvina adalah saudara perempuanmu, dia kerabat kita.""Tidak! Aku

DMCA.com Protection Status