Dengan wajah bersemu, Amanda memilih untuk segera keluar dari tenda. Wajahnya bahkan memanas hanya karena mendengar alasan yang beberapa detik lalu baru saja Senja udarakan. Ia merutuki diri dalam hati, mengapa ia harus melupakan hal sebesar ini? Apalagi Senja yang mengingatkannya, mau Manda letakkan dimana wajahnya?“Aish, benar-benar memalukkan,” rutuk Amnanda. Gadis itu berdiri di sisi tenda, lalu memukul pelan kepala sembari mengumpat pelan. Merutuki dirinya sendiri yang sama sekali tidak peka dengan kondisi. Jika permainan panas mereka terus berlanjut, rasa malunya pasti berlipat-lipat. Sepertinya ia harus bersyukur karena Senja memberitahukan hal ini lebih cepat.Amanda mengipasi wajahnya yang terasa panas, sensasi menggairahkan itu masih bisa dirinya rasakan.Ia mengedarkan pandangan sebentar, lantas memilih untuk berjalan menjauhi kawasan tenda. Kerongkongannya terasa kering, jadi ia memilih meraih gelas satu kali pakai untuk meneguk air dingin yang tersedia pada pos berbentuk
Rupanya, keterdiaman Senja berlangsung hingga malam semakin larut. Amanda tak bisa mengalihkan pandang dari pria itu semenjak api unggun menyala. Bahkan saat ia memiliki kesempatan untuk mengajak pria itu berbicara, Senja memilih untuk menghindarinya. Manda tidak mengerti mengapa segalanya berakhir serumit ini. Apa tingkahnya saat berada di dalam tenda kelewat berlebihan? Mungkinkah itu yang Senja merasa kesal? Untuk kesekian kalinya, embusan napas Manda mengudara. Senja benar-benar membentangkan jarak, sama seperti yang Marsha katakan."Manda, kamu tidak berniat masuk ke dalam tenda?" Marsha mendekati gadis itu, kini Manda masih terduduk di depan api unggun yang mulai padam. Kerumunan manusia sudah sirna, mereka sudah kembali pada kesibukan masing-masing. Para kru dan tim sibuk mempersiapkan agenda besok pagi.Amanda menoleh sebentar, ia menatap Marsha sembari memberikan senyuman simpul."Senja sudah di dalam tenda, dia mendiamiku. Rasanya canggung jika aku ikut masuk," ujar Manda
Sesuai dengan jadwal yang sebelumnya sudah disepakati bersama, agenda pagi pukul enam tepat adalah olahraga bersama. Instruksi Brilian sebagai penanggung jawab terdengar, Amanda yang baru saja keluar dari tenda mendengus tidak senang. Ia bangun terlambat dan tidak menemukan Senja di dalam tenda. Pria itu bangun tanpa berniat membantunya bangun seperti hari-hari sebelumnya.Brilian berseru dengan sebuah speaker dalam genggaman tangan, meminta semua orang segera berkumpul agar kegiatan tidak berakhir terlalu siang.Amanda kembali mengedarkan pandangannya, ia berharap menemukan Senja di antara banyaknya orang yang mulai berbaris rapi. Harapannya terkabul, ia melihat Senja. Keduanya bersitatap sebentar, tetapi Senja dengan cepat memutuskan kontak mata. Suasana hati Amanda sedang tidak baik-baik saja pagi ini, mungkin faktor datang bulan yang tak kunjung usai. Begitu melihat Senja memutuskan kontak mata, ia tertawa sumbang dengan wajah kesal. “Menyebalkan sekali, dia masih berniat mengab
Senja menatap gadis di depannya dengan pandangan dalam, terbesit rasa gundah tiada tara yang membuatnya merasa serba salah. Amanda tampak kesal dengan bahu yang naik turun, napasnya juga tidak beraturan. Senja terus menatapnya tanpa berniat mengudarakan suara, sepertinya Amanda belum menyelesaikan ucapannya. Namun tak berselang lama. Laki-laki itu terperangah saat mendapati air mata tergenang pada pelupuk kedua mata milik Amanda. Gadis itu berniat menangis.“Amanda, don’t cry please,” pinta Senja. Pria itu mengudarakan tangan untuk menangkup wajah gadis di depannya, tetapi Amanda sudah lebih dulu menghindar. Gadis itu mundur dua langkah untuk menciptakan jarak, setelahnya menatap balik Senja sembari mengusap kasar kedua matanya. Usapan kasar itu meninggalkan jejak kemerahan pada mata hazel miliknya.“Kamu tidak bisa berlaku seperti ini,” ujar Amanda.Senja mengerutkan dahi, merasa tidak mengerti dengan arah pembicaraan mereka saat ini. “Aku tidak mengerti,” balasnya.Amanda sudah t
Amanda tidak bisa berbuat apapun saat Senja membawanya pergi dari hadapan Dion. Laki-laki itu menggenggam satu tangannya dengan kuat, berjalan dengan tergesa menuju lokasi dimana mereka akan memulai permainan pertama.“Sudah jelas sekali jika pria itu menyukaimu,” ketus Senja memberitahu. Amanda yang sebelumya sibuk mengerucutkan bibir dengan raut wajah masamnya langsung menengadahkan wajah. Ia menatap Senja sembari mengangkat kedua alisnya. Mengapa pria itu membicarakan Dion tiba-tiba.“Pria itu? Siapa?” tanya Amanda pura-pura tidak mengerti. Senja langsung menghentikan kedua langkah kakinya, pria itu menatap manda dengan raut wajah geram, lalu menghembuskan napas panjang saat mendapati raut wajah polos yang kini tengah Amanda perlihatkan. Gadis itu terlihat menggemaskan.“Laki-laki yang tadi menghadang jalanku,” jelas Senja. Rupanya pria itu percaya jika Amanda tidak memahami ucapan sebelumnya. Amanda langsung mengangguk-anggukan kepala sembari mengulum senyum. Mengapa pria itu haru
“Mengapa permainan pertamanya harus berat seperti ini?” Amanda bertanya dengan nada kesal pada Marsha yang berdiri di sampingnya. Merasa diajak berbicara, wanita itu lantas menolehkan pandang sembari terkekeh pelan. Terhitung empat kali ini Manda mengudarakan pertanyaan yang sama dengan arah pandang tertuju pada senja.Kini keduanya, ralat, bersama Bianca juga, sedang berdiri di sisi lokasi permainan.“Jangan terlalu berlebihan, Manda. Ini tidak masuk ke dalam kategori permainan berat,” balas Marsha sebelum menggeleng-gelengkan kepalanya.Manda menoleh ke arah wanita itu sebentar, lalu mengembuskan napas panjang. Sepertinya memang begitu, ia yang terlalu berlebihan. Permainannya hanya memanah dengan buah sebagai bidikkan, tetapi bagi ia yang tidak pernah melakukannya, tetap terasa berat bukan?“Senja!” Gadis itu berteriak tanpa mengindahkan banyak pasang mata yang langsung tertuju ke arahnya. Senyuman merekah pada bingkaian wajah gadis itu begitu pria yang dipanggilnya menolehkan pand
“Tetap saja, jangan melihatnya terlalu lama!” balas Manda dengan nada tidak rela. Jelas gadis itu merasa tidak senang karena pesona tak terbantahkan milik pasangannya menjadi fokus atensinya banyak gadis di area ini.Mendengar nada tidak rela itu, Marsha langsung terkekeh. Ia hanya bercanda saat berkata sebelumnya. Walau Senja memang memiliki pesona luar biasa, bagi Marsha hanya Michel yang berhasil membuatnya jatuh hati.“Oh, meleset?” Manda bertanya saat panah pertama milik Senja tidak mengenai buah apel sama sekali. Sementara sorakkan tepuk tangan terdengar saat Brillian berhasil menancapkan panahnya pada sasaran walau tak berhasil membuatnya terjatuh.Amanda mengangkat kedua alisnya sendiri, sepertinya Senja tidak terlalu menyukai permainan ini. Itu hanya persepsinya, ia tidak tahu pada kenyataanya seperti apa. Namun dilihat dari raut wajah serius pria itu, Manda langsung merasa jika Senja ingin memimpin permainannya.“Senja! Kau harus menjatuhkan apel jika tidak ingin tidur di lu
“Aku sudah tidak datang bulan.” Amanda mengatakannya sembari merekahkan senyuman.Senja menaikan kedua alis begitu mendengar ucapan Amanda. Mengapa gadis itu membeberkan informasi sensitif seperti ini? Dimana urat malunya? Senja benar-benar tidak mengerti.“Untuk apa kamu memberitahukan hal seperti ini?” Senja bertanya dengan nada ketus. Mendengarnya, Liona langsung mengerjapkan kedua mata. Benar juga, mengapa ia harus mengatakannya?Gadis itu langsung tergagap sembari memalingkan wajah ke arah lain, “Oh, maaf. Aku hanya merasa saat aku menstruasi, suasana hatiku selalu berubah-ubah. Sepertinya itu sedikit mengganggumu,” jelas Liona mencoba memberikan alasan yang logis. Namun yang jelas, bukan itu alasan yang sebenarnya. Senja menyembunyikan senyuman dengan cara memalingkan wajah sebentar, ekspresi gadis di hadapannya begitu menggemaskan. Senja memang tidak mengerti apa yang sedang Amanda pikirkan, ia hanya fokus pada ekspresi wajah gadis itu detik ini.“Benar bukan? Marsha dan Michel
Warning, adegan dewasa. Punten yang dibawah umur jangan ke sini!*“Senja geli, ih!” Manda merasa bulu kuduknya jadi berdiri semua dan kegelian saat embusan napas Senja mengenai ke ceruk lehernya. Pria itu mungkin sangat gemas dan sekaligus melepas rasa rindunya, mencumbu ceruk leher Manda berkali-kali tanpa henti.“Aku merindukanmu, sangat-sangat merindukanmu, Manda!” Siapa suruh Manda menggemaskan dan membuat Senja merindukannya, jadilah begini.“Aku juga!” Manda mencangkup wajah Senja dengan kedua tangannya agar pria itu berhenti menciumi ceruk lehernya.Senja malah menciumi pipi Amanda, entah kenapa setelah saling jujur dan mengakui perasaan mereka, Senja mendadak sangat gembira dan tidak mau jauh dari Amanda.“Awas ih, jangan dekat-dekat.” Amanda memperingati. Tidak biasanya Senja seperti ini.“Hmmm …. Aku kan calon suamimu. Kamu didekat-dekati oleh Jeremy tidak risih, giliran olehku malah risih.” Senja mengerutkan bibirnya, dia malah merajuk seperti ini kelihatannya lucu, mengge
“Manda kamu dimana?” tanya Jeremy saat teleponnya diangkat oleh Amanda. Handphone Manda berisik sekali saat dia baru pulang mancing, sengaja tadi ditinggal karena takut jatuh ke kali. Ada puluhan panggilan tidak terjawab dan puluhan pesan yang tidak dia balas. Panggilan tak terjawab tentu dari Jeremy, pesan tak terbalas tentu dari keluarga, Jeremy dan sekretarisnya di kantor. Manda ke sini tidak diketahui oleh siapapun. Ayahnya tentu sangat khawatir karena sang putri tiba-tiba menghilang, takut diculik atau tiba-tiba kabur tanpa sebab. Manda tadi mengangkat telepon dari Gustav dulu, Manda jujur kalau dia sedang ikut glamping bersama Senja. Gustav memakluminya dan memberikan izin.Pria itu sangat percaya pada Senja, pasti akan bisa menjaga putrinya. Dia saja dulu dipatuk ular diselamatkan oleh Senja, masa jagain Manda enggak bisa.Setelah mematikan telepon dari Gustav, dia langsung dapat panggilan dari Jeremy, tanpa dilihat siapa orang yang menghubunginya, Manda langsung mengangkatnya
More information: Cerita ini bakal dicetak menjadi buku, untuk informasi pemesanan bisa wa nomor aku 081-9723-0196 atau hubungi meddsosss aku faceboookk dan insstaggramm @lianaadrawi makasih! *Berhari-hari Manda sibuk, berhari-hari juga dia menghindari Jeremy. Malas rasanya melayani pria yang so so perhatian dan romantis, kemana saja dulu, sekarang baru mengejar Manda. Mana Jeremy seperti biasa, ngatur-ngatur, posesif giliran sendirinya tidak mau diatur.Manda cuek bukan berarti tidak peduli, dia menyewa mata-mata kok untuk mengawasi Jeremy, ternyata pria itu masih saja main perempuan, tidak takut kena HIV atau AIDS gitu? Dasar laki-laki brengsek. Bilang mau setia, nyatanya masih jajan.Yang sekarang membuat Manda kesal bukan Jeremy yang masih selingkuh sih, tapi Senja yang hilang bagaikan ditelan bumi. Kemana pria itu? Manda sedih Senja handphonenya tidak aktif, dikirim pesan satu kali tidak dibalas, tidak datang ke acara ulang tahun Manda juga. “Ngeselin deh si Senja, ngilang ent
Dengan perasaan percaya diri yang amat menggebu Jeremy sangat percaya diri jika lamaran ini diterima oleh gadis yang ia cintai. Bukankah dari dulu Manda sangat ingin menikah dengannya, sekarang keinginan itu bakal terkabul, Manda pasti tidak akan menolaknya.Gustav setia menunggu jawaban dari sang putri, dia ingin tahu apakah Manda menerima lamaran Jeremy atau tidak, semua keputusan Manda bakal dia dukung meski dia sangat ingin Manda menikah dengan Senja.Senja adalah pria yang baik di mata Gustav, pria mandiri itu pertama kali bertemu dengannya saat acara liburan setahun yang lalu. Gustav ikut menginap di tempat vila keluarga Senja, saat sedang memancing bersama Martin– ayahnya Senja, dia dipatuk ular dan Senjalah yang memberikan pertolongan pertama sehingga Gustav masih hidup sampai saat ini berkat Senja. Rasa kagum akan tindakan Senja yang baik dan sikapnya yang dewasa membuat dia ingin menjadikan Senja menantunya.Amanda diam seribu bahasa selama beberapa detik, dia tidak terprovo
Gara-gara Jeremy hampir ngajak Manda nganu waktu di kamarnya, Amanda mendiamkan Jeremy selama beberapa hari. Entah kenapa Manda sama sekali tidak tergoda dengan tubuh Jeremy yang dulu dia dambakan. Sensasi bercinta yang dulu sering menggebu bersama Jeremy kini telah hilang, entah diterjang apa, mungkin diterjang angin puting beliung hingga tidak napsu lagi.Tibalah sekarang hari di mana hari yang Amanda tunggu-tunggu, hari ulang tahunnya yang bakal disiarkan secara langsung di acara My Roommate season Manda B’day.Acara ulang tahun ini diselenggarakan di sebuah hotel mewah di kawasan jakarta pusat. Kru MND TV sudah sibuk wara-wiri kesana kemari untuk mempersiapkan acara, pegawai hotel juga sedang sibuk mempersiapkan jamuan tamu dan EO juga sedang sibuk mempersiapkan acara ulang tahun yang sangat meriah ini.Amanda sudah cantik dirias oleh Bubah Alfian dan sudah anggun mengenakan pakaian gaun dari Diana Putri– desainer asal indonesia yang baru-baru ini viral karena sudah merancang paka
“Kita mau kemana lagi? Ini bukan ke arah rumahku, My!” ujar Amanda saat mobil Jeremy malah tidak mengarah ke rumahnya, dia kira habis beli kue mau ke rumah untuk pulang, ternyata tidak, mau dibawa kemana lagi nih?“Ke rumahku!” Jeremy menjawabnya enteng, berarti anak gadis dibawa ke rumahnya itu sebagai tanda keseriusan. Manda kan belum pernah ke sana dan bertemu keluarga Jeremy.“Hah … rumahmu?” Jujur Manda jelas kaget, dari yang tadinya berharap dikenalkan tapi tak kunjung dikenalkan tiba-tiba sekarang Jeremy ada niatan itu. Kemarin kemana aja Jem, baru sekarang bawa anak gadis orang ke rumahnya. Saat Manda sudah menyerah pada Jeremy pria itu mahal punya niatan serius, saat Manda yang serius malah Jeremy terus main-main. Senang sih, tapi Manda seakan tidak siap untuk melangkah bersama Jeremy ke jenjang yang lebih serius.“Iya. Kamu mau aku kenalin ke keluarga aku.” Dia menjelaskan ulang agar Manda tahu kalau hari ini anggota keluarga Jeremy lengkap. Semua orang bilang tidak akan ke
“Selamat siang Om dan Tante!” sapa Jeremy sangat sopan pada calon mertuanya. Cie calon mertua!“Siang juga. Anda siapa ya?” sapa Prilly pada Jeremy, sia tidak pernah melihat ada seorang pria muda yang datang ke sini, rata-rata sudah tua dan itu pun bertamu pada suaminya.“Saya kekasihnya Amanda Tante!” Sungguh mengejutkan, dia terang-terangan mengakui sebagai kekasihnya Amanda. Bi Ijah dan Prilly kaget. Jeremy sungguh mengagetkan banyak orang, sejagat raya pokoknya karena ciuman mereka telah masuk ke siaran langsung dalam acara My Roommate. Banyak akun-akun gosip yang ternyata mencari tahu siapa Jeremy, kesehariannya dan media sosialnya yang mana. Banyak akun-akun yang membandingkan Jeremy dan Senja, ada dua kubu, tim pendukung Manda Jeremy dan tim pendukung Senja Manda.Jeremy bikin semua orang jantungan, keviralan Manda jadi bertambah dan siaran tentang gosip semakin merajalela.“Wah Manda gak suka cerita, ternyata pacarnya cakep sekali!” Prilly sampai terpana melihat wajah Jeremy
“Sini aku bantu!” ujar Senja saat Amanda tengah mengeluarkan koper besar. Mereka saat ini akan pulang ke rumah masing-masing. Kenapa mendadak berat sekali kaki Amanda untuk digerakkan, dia enggan pergi dari sini.Bahkan saking lemas dan tak mau pergi, Manda jadi tidak kuat menarik koper ukuran no 20 ini ke luar dari vila. Senja yang melihatnya langsung ingin membantu, padahal dia juga bawa kopernya sendiri. Pria gentle.“Tidak usah, biar aku saja.” Amanda menolaknya, takut merepotkan Senja, dari awal di sini merepotkan kan, masa sampe balik tetep merepotkan.“Aku saja Manda! Kamu lemas begitu.” Senja peka juga tidak usah dikodein.“Sakit?” tanya Senja sambil menempelkan punggung tangannya di kening Amanda. Dia mengecek suhu tubuh gadis ini takut sedang panas.“Enggak panas kok. Laper?” tanya Pria ini lagi.“Hemm …. Tadi kan kenyang makan nasi goreng buatanku.” Jadi lemasnya Manda bukan dari sakit dan lapar.“Lalu kenapa?” tanya pria ini heran, mau pulang bukannya senang. Senja jadi he
“Ada orang yang ingin bicara denganmu, Tuan!” ujar seorang pria sambil tertunduk memberikan hormat pada tuannya. Pria yang duduk di bangku besar yang bisa diputar itu menoleh dan melepaskan rokok yang semula dia hisap. “Siapa?”“Tuan Jeremy, katanya dia kekasih Nona Amanda!” Ternyata orang yang dia tunggu datang juga.“Suruh dia masuk!” ujar Gustav yang menunggu kedatangan Jeremy, si perusak acara My Roommate. Pintu pun dibuka lebar dan pria yang langsung jadi tren topik FYP di aplikasi mana-mana karena mencium Amanda di acara My Roommate itu kini masuk ke ruangan Gustav, ayahnya Amanda.“Halo selamat siang!” sapa Jeremy. Kemarin dia telah membuat kekacauan, hari ini dia sudah ada di ruangan Gustav untuk mengobrolkan tentang Amanda dan tentang acara My Roommate.“Siang juga!” jawab Gustav sambil membalas jabatan tangan Jeremy.“Boleh saya tahu kamu siapa?” tanya Gustav pura-pura tidak tahu, padahal dia sudah menyelidiki siapa pria ini dan memiliki hubungan apa dengan putrinya. “Sa