Mereka berdua panik karena mendadak ada dua orang yang sedang berkeliling dan mendengar suara aneh yang nyatanya suara desahan Amanda. Senja dan Manda pun saling menutup mulut masing-masing dengan kedua tangan sambil menunggu dua orang itu pergi.Senja melirik Amanda yang ketakutan kalau mereka ketahuan tengah main ena-ena. Pria itu pun mengusap puncak kepala sang gadis.“Setann ….!” teriak orang yang ada di luar.Merasa sudah aman dan dua orang itu telah pergi, Senja melepaskan sesuatu yang mengurung miliknya. Amanda menelan salivanya susah payah saat melihat milik Senja yang begitu besar berurat dan sudah sangat-sangat tegang.Paham dengan perintah Senja. Manda segera merendahkan tubuhnya dan mengecup sekilas ujung milik Senja. Setelah itu barulah Manda memasukkan benda panjang itu ke dalam mulutnya dan menghisap kuat-kuat.Pergerakan Senja semakin tak terkendali karena perlakuan Manda yang sedang memainkan miliknya. Manda bertingkah bahwa apa yang sedang dihisap itu adalah lolipop
“Sekarang badanku ikut pegal-pegal, Senja!” Amanda berseru kesal sembari merenggangkan tubuh bagian atas saat mereka berjalan menuju titik kumpul. Sepertinya akan ada arahan oleh kepala staf sebelum mereka pamit.Senja menoleh, sedikit menampakkan senyuman. “Siapa suruh membantuku? Sekarang kamu menyesal?” tanyanya dengan senyuman yang belum pudar. Ekspresi wajah Senja saat ini terlihat sedang menggoda Amanda. Apalagi, kedua alis pria itu naik turun dengan senyuman lebar yang dipertahankan.Manda tidak langsung menjawab, wanita itu langsung mengerjapkan pandangan sembari memalingkan wajah ke arah lain. Ia butuh kata-kata untuk membela diri!“T-tidak, aku hanya mengeluh dan berharap kamu memberikan sedikit perhatian,” alibinya. Setelah itu, Amanda berdecak, “Kamu pria yang tidak tahu terima kasih, ya?” sambungnya.Nada kesal yang tak bersahabat itu terdengar. Amanda menatap sinis ke arah sang pria dengan kedua tangan bertumpu di depan dada. Pipinya sedikit menggembung dengan bibir yang
"Cepat bangun, jangan bermalas-malasan!" titahnya. Senja berjalan mendekat, mencoba mengamati sang wanita dari jarak dekat. Walau sudah ia beri titah, Amanda sama sekali tidak berniat merubah posisinya. Kedua mata wanita itu juga masih terpejam rapat dengan kipas tangan yang berputar berkecepatan standar."Amanda, bangun. Mandi dulu," titah Senja lagi. Kali ini, suara pria itu jauh lebih lembut dibanding nada bicara sebelumnya. Amanda hampir tersenyum, ia tidak bisa mengendalikan diri saat suara lembut khas pria itu mengudara. Sensasi menggelitik yang menyenangkan itu kembali terasa pada perutnya. Oh ayolah, berapa lama lagi dia harus jatuh ke dalam pesona Senja? Ini tidak adil!"Aku harus menghilangkan keringatnya dulu," balas Amanda singkat. Walau hatinya berbunga-bunga, mulutnya tidak sesuai dengan apa yang tengah ia rasa. Amanda berusaha untuk biasa-biasa saja walau hatinya tak lagi bisa dikondisikan.Embusan napas panjang terdengar, "Jika kamu seperti ini, aku yakin kita akan keh
Mendengar suara Amanda yang terdengar sexy dan menggoda, lebih terdengar seperti sebuah bisikkan, Senja langsung terkekeh. Pria itu kembali menjauhkan tubuh dengan jarak tiga langkah setelah memastikan tali pada celemek yang Amanda kenakan cukup kencang. Lama-lama berdekatan dengan Amanda menyebabkan irama jantungnya menjadi naik berkali-kali lipat.Amanda langsung merasa kehilangan begitu Senja menjauhkan tubuhnya. Tak sadar, ia mengembuskan napas pendek, sedikit merasa tidak rela saat aroma citrus yang menyegarkan itu tak lagi bisa ia hirup dengan jelas. Manda baru sadar jika aroma pria itu sangat menenangkan."Apa yang harus aku bantu?" Amanda bertanya sembari mengangkat kedua alisnya. Wanita itu kembali berdiri menghadap meja, lalu menatap satu persatu bahan dengan binar pada mata yang masih dipertahankan.Senja tersenyum tipis, pria itu berdiri di samping sang wanita. Tatapannya ikut menyapu bahan-bahan yang telah dipersiapkan."Tentu saja sup," balas Senja. Pria itu menyodorkan
"Amanda, kamu tidak berniat mandi?!" Seruan kencang itu menggema. Senja berteriak di ambang pintu kamar, enggan untuk turun barang sebentar untuk menemui Manda yang memilih mendudukan diri di sofa tengah sembari merebahkan diri. Setelah makan siang tiga jam yang lalu, Amanda tidak beranjak dari sana. Terakhir kali Senja melihatnya, wanita itu terlelap dengan posisi kepala berada di bawah sementara kedua kakinya di atas. Jika saja Senja tidak membenarkan posisi tidur wanita itu, mungkin saat bangun nanti Amanda akan merasa pusing dan pegal di satu waktu yang bersamaan."Manda, sudah bangun belum?!" Senja kembali berseru, mengudarakan tanya karena hingga di sepersekian detik dialog sebelumnya, tidak ada balasan yang mengudara., hanya hening yang ia temukan.Namun lagi-lagi, tidak ada sahutan. Senja mengembuskan napas. Dengan handuk kecil yang ia gunakan untuk mengeringkan rambut yang basah setelah mandi sore. Matanya mengedar begitu sampai di sofa ruang tengah, Senja tidak menemukan sia
Senja merasakan pergerakan di samping tubuhnya. Pria dengan kaos putih itu mengerjapkan pandang, mencoba menyadarkan diri dari tidur malamnya. Ia menoleh ke kanan, tepat ke arah Amanda yang masih memejamkan pandangan. Dilihat dari ekspresi polos dan mulut yang sedikit terbuka, Senja langsung tahu jika wanita itu masih sibuk dengan dunia alam bawah sadarnya. Amanda belum bangun.Rupanya, pergerakan abnormal yang berhasil membuatnya tersadar bersumber pada Amanda sendiri. Wanita itu terus bergerak mencari posisi nyaman untuk melanjutkan tidurnya. Seperti yang tengah terjadi sekarang, Senja tersentak saat mendapati Amanda kian merapatkan tubuh pada tubuhnya sendiri. Tangan mungilnya memeluk perut Senja setelah meletakan kepalanya di atas dada milik pria itu. Sejenak, Senja menahan napasnya sendiri. Deru napas teratur milik sang wanita menerpa permulaan kaos putih tipisnya. Dan sebenarnya, ini sedikit tidak nyaman. Meski begitu Senja akhirnya berusaha untuk tidur.Paginya Amanda menolak
"Sudah selesai?" Senja mengudarakan tanya begitu mendapati Amanda keluar dari kamar. Kedua alisnya terangkat, apa yang Amanda benarkan selama berada di dalam kamar? Sama sekali tidak ada perubahan yang bisa Senja lihat dengan mata telanjang.Amanda menyengir lebar begitu mendengar pertanyaan yang lebih terdengar seperti sebuah sindiran. Ia berjalan mendekat ke arah Senja sembari membawa jaket di genggaman tangan."Pakai sepatumu," titah Senja. Nada bicaranya tenang, tetapi tak ingin mendapat bantahan. Amanda langsung mengangguk, memilih untuk terduduk di single sofa dan segera memakai kaos kaki dan sepatu olahraganya.Senja yang sebelumnya duduk langsung berdiri, ia mengambil kuncir rambut milik Amanda yang ia siapkan sebelum keluar dari kamar. Amanda tidak akan sempat menguncir rambutnya sendiri. Hal ini sangat sering terjadi.Senja memposisikan tubuhnya berdiri di belakang sofa yang Amanda duduki. Ia mengambil alih rambut panjang itu, menyisirnya menggunakan jari selama beberapa saa
Amanda tidak langsung membalas balasan yang baru saja Bianca utarakan. Ia terdiam sembari menatap ke arah wanita itu dengan pandangan yang tidak bisa dideskripsikan. Mengapa Amanda merasa ada perubahan signifikan yang baru saja ia sadari? Seolah perkataan Marsha barusan bukanlah hal yang seharusnya dikatakan. Walau sebelumnya Amanda juga sangat senang saat membicarakan Bianca sembari melontarkan hal-hal tak pantas, sepertinya sekarang suasana hatinya menolak untuk melakukannya. Amanda hanya merasa ini tidak seharusnya ia lakukan mengingat Bianca baru saja berbaik hati meminjamkannya jaket. Pun walau ia tidak tahu apa motif Bianca kali ini, Liona merasa dirinya harus berpikir positif kali ini.Keterdiaman Amanda mengundang keheranan Marsha. Wanita yang sebelumnya tengah menatap punggung Bianca yang semakin menjauh itu kini beralih menatap temannya. Amanda masih diam dengan raut wajah yang tidak bisa dideskripsikan. “Manda, kau mendengarkanku berbicara bukan?” tanya Marsha. Akan sangat
Warning, adegan dewasa. Punten yang dibawah umur jangan ke sini!*“Senja geli, ih!” Manda merasa bulu kuduknya jadi berdiri semua dan kegelian saat embusan napas Senja mengenai ke ceruk lehernya. Pria itu mungkin sangat gemas dan sekaligus melepas rasa rindunya, mencumbu ceruk leher Manda berkali-kali tanpa henti.“Aku merindukanmu, sangat-sangat merindukanmu, Manda!” Siapa suruh Manda menggemaskan dan membuat Senja merindukannya, jadilah begini.“Aku juga!” Manda mencangkup wajah Senja dengan kedua tangannya agar pria itu berhenti menciumi ceruk lehernya.Senja malah menciumi pipi Amanda, entah kenapa setelah saling jujur dan mengakui perasaan mereka, Senja mendadak sangat gembira dan tidak mau jauh dari Amanda.“Awas ih, jangan dekat-dekat.” Amanda memperingati. Tidak biasanya Senja seperti ini.“Hmmm …. Aku kan calon suamimu. Kamu didekat-dekati oleh Jeremy tidak risih, giliran olehku malah risih.” Senja mengerutkan bibirnya, dia malah merajuk seperti ini kelihatannya lucu, mengge
“Manda kamu dimana?” tanya Jeremy saat teleponnya diangkat oleh Amanda. Handphone Manda berisik sekali saat dia baru pulang mancing, sengaja tadi ditinggal karena takut jatuh ke kali. Ada puluhan panggilan tidak terjawab dan puluhan pesan yang tidak dia balas. Panggilan tak terjawab tentu dari Jeremy, pesan tak terbalas tentu dari keluarga, Jeremy dan sekretarisnya di kantor. Manda ke sini tidak diketahui oleh siapapun. Ayahnya tentu sangat khawatir karena sang putri tiba-tiba menghilang, takut diculik atau tiba-tiba kabur tanpa sebab. Manda tadi mengangkat telepon dari Gustav dulu, Manda jujur kalau dia sedang ikut glamping bersama Senja. Gustav memakluminya dan memberikan izin.Pria itu sangat percaya pada Senja, pasti akan bisa menjaga putrinya. Dia saja dulu dipatuk ular diselamatkan oleh Senja, masa jagain Manda enggak bisa.Setelah mematikan telepon dari Gustav, dia langsung dapat panggilan dari Jeremy, tanpa dilihat siapa orang yang menghubunginya, Manda langsung mengangkatnya
More information: Cerita ini bakal dicetak menjadi buku, untuk informasi pemesanan bisa wa nomor aku 081-9723-0196 atau hubungi meddsosss aku faceboookk dan insstaggramm @lianaadrawi makasih! *Berhari-hari Manda sibuk, berhari-hari juga dia menghindari Jeremy. Malas rasanya melayani pria yang so so perhatian dan romantis, kemana saja dulu, sekarang baru mengejar Manda. Mana Jeremy seperti biasa, ngatur-ngatur, posesif giliran sendirinya tidak mau diatur.Manda cuek bukan berarti tidak peduli, dia menyewa mata-mata kok untuk mengawasi Jeremy, ternyata pria itu masih saja main perempuan, tidak takut kena HIV atau AIDS gitu? Dasar laki-laki brengsek. Bilang mau setia, nyatanya masih jajan.Yang sekarang membuat Manda kesal bukan Jeremy yang masih selingkuh sih, tapi Senja yang hilang bagaikan ditelan bumi. Kemana pria itu? Manda sedih Senja handphonenya tidak aktif, dikirim pesan satu kali tidak dibalas, tidak datang ke acara ulang tahun Manda juga. “Ngeselin deh si Senja, ngilang ent
Dengan perasaan percaya diri yang amat menggebu Jeremy sangat percaya diri jika lamaran ini diterima oleh gadis yang ia cintai. Bukankah dari dulu Manda sangat ingin menikah dengannya, sekarang keinginan itu bakal terkabul, Manda pasti tidak akan menolaknya.Gustav setia menunggu jawaban dari sang putri, dia ingin tahu apakah Manda menerima lamaran Jeremy atau tidak, semua keputusan Manda bakal dia dukung meski dia sangat ingin Manda menikah dengan Senja.Senja adalah pria yang baik di mata Gustav, pria mandiri itu pertama kali bertemu dengannya saat acara liburan setahun yang lalu. Gustav ikut menginap di tempat vila keluarga Senja, saat sedang memancing bersama Martin– ayahnya Senja, dia dipatuk ular dan Senjalah yang memberikan pertolongan pertama sehingga Gustav masih hidup sampai saat ini berkat Senja. Rasa kagum akan tindakan Senja yang baik dan sikapnya yang dewasa membuat dia ingin menjadikan Senja menantunya.Amanda diam seribu bahasa selama beberapa detik, dia tidak terprovo
Gara-gara Jeremy hampir ngajak Manda nganu waktu di kamarnya, Amanda mendiamkan Jeremy selama beberapa hari. Entah kenapa Manda sama sekali tidak tergoda dengan tubuh Jeremy yang dulu dia dambakan. Sensasi bercinta yang dulu sering menggebu bersama Jeremy kini telah hilang, entah diterjang apa, mungkin diterjang angin puting beliung hingga tidak napsu lagi.Tibalah sekarang hari di mana hari yang Amanda tunggu-tunggu, hari ulang tahunnya yang bakal disiarkan secara langsung di acara My Roommate season Manda B’day.Acara ulang tahun ini diselenggarakan di sebuah hotel mewah di kawasan jakarta pusat. Kru MND TV sudah sibuk wara-wiri kesana kemari untuk mempersiapkan acara, pegawai hotel juga sedang sibuk mempersiapkan jamuan tamu dan EO juga sedang sibuk mempersiapkan acara ulang tahun yang sangat meriah ini.Amanda sudah cantik dirias oleh Bubah Alfian dan sudah anggun mengenakan pakaian gaun dari Diana Putri– desainer asal indonesia yang baru-baru ini viral karena sudah merancang paka
“Kita mau kemana lagi? Ini bukan ke arah rumahku, My!” ujar Amanda saat mobil Jeremy malah tidak mengarah ke rumahnya, dia kira habis beli kue mau ke rumah untuk pulang, ternyata tidak, mau dibawa kemana lagi nih?“Ke rumahku!” Jeremy menjawabnya enteng, berarti anak gadis dibawa ke rumahnya itu sebagai tanda keseriusan. Manda kan belum pernah ke sana dan bertemu keluarga Jeremy.“Hah … rumahmu?” Jujur Manda jelas kaget, dari yang tadinya berharap dikenalkan tapi tak kunjung dikenalkan tiba-tiba sekarang Jeremy ada niatan itu. Kemarin kemana aja Jem, baru sekarang bawa anak gadis orang ke rumahnya. Saat Manda sudah menyerah pada Jeremy pria itu mahal punya niatan serius, saat Manda yang serius malah Jeremy terus main-main. Senang sih, tapi Manda seakan tidak siap untuk melangkah bersama Jeremy ke jenjang yang lebih serius.“Iya. Kamu mau aku kenalin ke keluarga aku.” Dia menjelaskan ulang agar Manda tahu kalau hari ini anggota keluarga Jeremy lengkap. Semua orang bilang tidak akan ke
“Selamat siang Om dan Tante!” sapa Jeremy sangat sopan pada calon mertuanya. Cie calon mertua!“Siang juga. Anda siapa ya?” sapa Prilly pada Jeremy, sia tidak pernah melihat ada seorang pria muda yang datang ke sini, rata-rata sudah tua dan itu pun bertamu pada suaminya.“Saya kekasihnya Amanda Tante!” Sungguh mengejutkan, dia terang-terangan mengakui sebagai kekasihnya Amanda. Bi Ijah dan Prilly kaget. Jeremy sungguh mengagetkan banyak orang, sejagat raya pokoknya karena ciuman mereka telah masuk ke siaran langsung dalam acara My Roommate. Banyak akun-akun gosip yang ternyata mencari tahu siapa Jeremy, kesehariannya dan media sosialnya yang mana. Banyak akun-akun yang membandingkan Jeremy dan Senja, ada dua kubu, tim pendukung Manda Jeremy dan tim pendukung Senja Manda.Jeremy bikin semua orang jantungan, keviralan Manda jadi bertambah dan siaran tentang gosip semakin merajalela.“Wah Manda gak suka cerita, ternyata pacarnya cakep sekali!” Prilly sampai terpana melihat wajah Jeremy
“Sini aku bantu!” ujar Senja saat Amanda tengah mengeluarkan koper besar. Mereka saat ini akan pulang ke rumah masing-masing. Kenapa mendadak berat sekali kaki Amanda untuk digerakkan, dia enggan pergi dari sini.Bahkan saking lemas dan tak mau pergi, Manda jadi tidak kuat menarik koper ukuran no 20 ini ke luar dari vila. Senja yang melihatnya langsung ingin membantu, padahal dia juga bawa kopernya sendiri. Pria gentle.“Tidak usah, biar aku saja.” Amanda menolaknya, takut merepotkan Senja, dari awal di sini merepotkan kan, masa sampe balik tetep merepotkan.“Aku saja Manda! Kamu lemas begitu.” Senja peka juga tidak usah dikodein.“Sakit?” tanya Senja sambil menempelkan punggung tangannya di kening Amanda. Dia mengecek suhu tubuh gadis ini takut sedang panas.“Enggak panas kok. Laper?” tanya Pria ini lagi.“Hemm …. Tadi kan kenyang makan nasi goreng buatanku.” Jadi lemasnya Manda bukan dari sakit dan lapar.“Lalu kenapa?” tanya pria ini heran, mau pulang bukannya senang. Senja jadi he
“Ada orang yang ingin bicara denganmu, Tuan!” ujar seorang pria sambil tertunduk memberikan hormat pada tuannya. Pria yang duduk di bangku besar yang bisa diputar itu menoleh dan melepaskan rokok yang semula dia hisap. “Siapa?”“Tuan Jeremy, katanya dia kekasih Nona Amanda!” Ternyata orang yang dia tunggu datang juga.“Suruh dia masuk!” ujar Gustav yang menunggu kedatangan Jeremy, si perusak acara My Roommate. Pintu pun dibuka lebar dan pria yang langsung jadi tren topik FYP di aplikasi mana-mana karena mencium Amanda di acara My Roommate itu kini masuk ke ruangan Gustav, ayahnya Amanda.“Halo selamat siang!” sapa Jeremy. Kemarin dia telah membuat kekacauan, hari ini dia sudah ada di ruangan Gustav untuk mengobrolkan tentang Amanda dan tentang acara My Roommate.“Siang juga!” jawab Gustav sambil membalas jabatan tangan Jeremy.“Boleh saya tahu kamu siapa?” tanya Gustav pura-pura tidak tahu, padahal dia sudah menyelidiki siapa pria ini dan memiliki hubungan apa dengan putrinya. “Sa