*** “Nay, Raka sudah kasih kabar?” tanya Maharani.“Terakhir dua hari yang lalu, Bu. Tapi cuma pesan teks saja, di sana susah sinyal. Mas Raka ngabarin sebentar lagi pelatihan di sana selesai dan titip salam sama Ibu,” jawab Kanaya.“Syukur kalau dia sehat. Ibu hanya khawatir saja karena dia ditugaskan di tempat terpencil, Ibu ngerasa enggak enak hati saja, takut Raka di sana kenapa-napa,” kata Maharani dengan wajah yang muram.“Mas Raka sehat, Bu. Insya Allah nanti bisa pulang lebih cepat. Ibu jangan khawatir,” ujar Kanaya.“Ibu juga khawatir sama Manda. Dia kan perempuan, malah ditugaskan di daerah yang terpencil dan katanya di sana rawan konflik, ibu khawatir. Beruntung ada Raka, jadi Raka bisa menjaga Manda di sana,” celetuk Maharani, ia tidak memikirkan Kanaya yang saat ini wajahnya berubah muram.“Bu, ngapain juga khawatir sama kak Manda. Dia bukan anak TK yang harus Ibu terus pikirkan. Ibu bicara begitu di depan istri Mas Raka lagi,” tukas Rieke. Kali ini ia membela Kanaya sec
*** “Kamu gagal membuat mereka tidur bersama?” geram Bara, ia tidak habis pikir kenapa rencana yang ia susun dari jauh-jauh hari berakhir dengan gagal.“Maaf, Boss. Kami tidak tahu kalau ternyata lelaki itu tidak tergoda sama sekali dengan wanita cantik itu. Padahal, kami sudah memasukan obat di arak yang kami berikan padanya. Anak buah kami di sana pun tidak pernah menyangka kalau lelaki itu bisa menahan hasratnya,” jawab lelaki yang bertubuh tinggi besar itu.Bara langsung marah saat rencana yang awalnya ia kira akan berjalan sempurnanya, akhirnya gagal. “Cuma photo ini yang kalian dapat?”“Iya, Boss. Hanya photo ini yang bisa anak buah kami dapatkan.”Bara menghela napas, ia langsung memasukan kembali photo-photo itu ke dalam amplop berwarna coklat. “Kirim ke alamat yang aku berikan. Pastikan, Kanaya yang bisa menerimanya!”“Baik, Boss. Saya pastikan photo-photo ini akan diterima olehnya.”“Kamu boleh pergi. Jika aku membutuhkan jasamu, aku akan menghubungimu lagi,” ucap Bara. Le
*** Manda tersentak, kata terakhir yang Raka ucapkan terdengar menyakitkan di hatinya. “Kenapa kamu sampai tega mengatakan hal yang menyakitkan itu padaku?”“Aku ingin kamu berhenti berharap pada sesuatu yang mustahil dan kamu pikir bisa terwujud. Aku hanya ingin sekali lagi menegaskan dan mengingatkanmu bahwa satu-satunya perempuan yang sangat aku cintai dan kupuja begitu hebat hanya istriku, tidak ada hal yang indah di luar sana mampu menggantikannya. Demi dia, bahkan aku rela jika harus mati,” tegas Raka. Ia langsung pergi meninggalkan Manda yang masih mematung.Manda terluka. Baru kali ini ia begitu terhina dan lelaki yang menggoreskan luka itu adalah lelaki yang ia anggap lelaki yang paling lembut dan penuh kasih. Ternyata demi perempuan lain, Raka begitu dingin dan juga angkuh.Entah ke berapa kali hati Manda patah, ia tidak tahu apa hatinya bisa utuh lagi. Raka, lelaki itu membuat kebahagiaannya hancur berkeping-keping.*** Rieke masih merenung, ia masih memikirkan photo-ph
*** ‘Karena Mas tidak ingin menulis luka di tiap lembaran ingatanmu. Mas tidak ingin ingatanmu penuh dengan goresan kecewa dan juga cemburu. Mas hanya ingin menulis kebahagiaanmu sampai halaman terakhir.’Kanaya terus saja tersenyum mengingat Raka mengatakan alasan kenapa suaminya itu pulang sendirian tanpa ditemani Manda. Kanaya selalu dibuat jatuh cinta dengan sikap Raka. Lelaki itu selalu bersikap lembut dan tidak pernah sekali pun marah atau membentaknya. Kanaya bersyukur karena Raka-lah yang ditakdirkan untuk menjadi ayah untuk anak-anaknya dan menjadi pasangannya sampai akhir.Kanaya yang senyum sendirian tidak jelas langsung membuat Lea usil dan mengagetkan sahabatnya itu dengan menggebrak meja. Kanaya terkejut, ia langsung memanyunkan bibirnya dan menatap Lea dengan kesal.“Kamu itu dari tadi aku panggil malah senyum-senyum sendirian. Kenapa sih? Kayak anak ABG saja yang baru menerima surat cinta,” protes Lea.“Memangnya yang harus senyum-senyum enggak jelas itu harus anak re
*** “Mas jadi kurusan. Di sana makannya gimana?” Kanaya terus saja menatap penuh khawatir suaminya, ia terus meraba wajah Raka yang dipikiran Kanaya kedua pipi Raka sudah mulai tirus.“Makan yah biasa, Nay. Sama-sama makan nasi kok. Memangnya di sana Mas makan beling,” sahut Raka sambil terkekeh, ia langsung menarik lengan Kanaya dan menyuruh istrinya duduk diatas pangkuannya. Raka membelai rambut Kanaya denga ibu jarinya, dikecupnya kening, mata dan terakhir bibir tipis mungil yang sangat ia rindukan itu. “Mas rindu sama kamu, selalu saja ingat kamu,” bisiknya lagi, menatap netra Kanaya lembut.“Iyalah Mas harus ingat aku. Aku kan istrinya Mas Raka, jadi Mas hanya boleh mengingatku saja! Awas saja kalau ingat wanita lain!” balas Kanaya dengan intonasi suara yang aagak ditinggikan.Raka jelas tertawa, ia menggelengkan kepalanya. “Hukum Mas saja, kalau sampai Mas mengingat wanita lain selain kamu. Paling ada sih satu wanita, dia itu juga menyita pikiran Mas,” suara Raka mulai terdeng
***Maharani geram karena Raka membuat Manda sedih dan kecewa. Manda menceritakan semua perlakuan dingin Raka padanya dan membuat ia merasa malu dan juga tak tahu harus bicara apa pada wanita itu. Maharani menghela napas, ia duduk di teras depan menunggu kepulangan Raka yang sedang pergi ke luar bersama Kanaya dan kedua anaknya."Bu, sudah malam kok masih duduk di teras? Ibu enggak pergi tidur?" tanya Rieke, ia langsung duduk di sebelah Maharani."Ibu lagi nungguin Mas-mu, Ibu mau ngobrol sama dia," balas Maharani."Besok kan bisa, Bu. Mas Raka pasti pulang larut. Mas Raka pasti lagi ngajak main Kanaya sama anak-anak, kasihan sudah lama mereka enggak ketemu.""Ibu harus bicara sekarang, kalau besok mana sempat. Pasti Mas-mu sibuk lagi dengan kerjaannya," tukas Maharani."Memangnya Ibu mau bicara apa? Penting banget?" tanya Rieke penasaran."Ibu itu lagi kesal sama Mas-mu! Dia kenapa jadi manusia batu dan dingin, jadi lelaki yang tidak punya perasaan. Ibu tidak pernah mendidiknya untu
*** Maharani memasang wajah ketus saat melihat Raka datang bersama Kanaya dan anak-anaknya. Ia kesal karena Raka tak menggubris pertanyaannya saat ia menelepon Raka, anaknya itu malah mematikan ponsel tanpa persetujuan darinya. “Kamu tunggu di sini, Ibu mau ngobrol penting sama kamu!” ketus Maharani, ia tak menunjukan keramahan sama sekali pada Kanaya yang mencoba tersenyum padanya.Raka langsung mengusap puncak kepala Kanaya lembut. “Sayang… kamu dan anak-anak pergi tidur duluan, nanti Mas nyusul,” ucapnya lembut. Kanaya mengangguk samar dan mengulas senyum, ia melihat sekilas wajah Maharani yang diselimuti kemarahan. Kanaya merasa sedih karena mertuanya tak pernah seratus persen menerima kehadirannya di hidup Raka.Setelah Kanaya dan kedua anaknya pergi tidur, Raka langsung duduk di depan ibunya. “Ibu mau bahas tentang Manda kan? Apa yang buat Ibu sampai kesal sama Raka karena dia?” Maharani langsung menatap anak keduanya dengan tajam. “Kamu kenapa pulang enggak pamit ke Manda? Da
*** “Kamu kurang ajar! Kenapa pulang ke sini tanpa saya pinta, Ha!” geram Sony. Kali ini ia meluapkan amarahnya tanpa ia saring dulu.“Maaf, Pak. Saya pulang bukan karena lalai, tapi saya pulang karena selama saya di sana tidak ada jobdesk dan saya bingung alasan saya ke sana untuk apa. Jadi, daripada saya membuang waktu saya di sana, lebih baik saya kembali ke Jakarta karena masih banyak hal yang harus saya kerjakan,” jawab Raka dengan tenang.“Kamu sudah mulai berani melawan perintah saya?” tanya Sony dengan amarah.“Tidak, Pak. Saya hanya ingin Bapak menjelaskan kenapa saya bisa sampai ikut pelatihan di sana. Sebab yang saya tahu, pelatihan itu bukan hanya dua orang yang dikirim ke sana. Dan menurut informasi yang saya dapatkan di sana, setiap karyawan yang dikirim ke sana adalah karyawan yang bermasalah. Apa saya dan juga Bu Manda bermasalah?” Sony tidak bisa menjawab pertanyaan Raka, ia tidak bisa memberi jawaban yang pas pada keduanya. “Kalian pergilah! Saya ada rapat hari ini
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta
***Raka saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah cafe. Semalam ia tidak bisa tidur saat Kanaya menceritakan dengan detail tentang pertemuannya dengan Daniel. Raka merasa beruntung karena saat ini Kanaya tak menyembunyikan rahasia apapun darinya.Raka sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, lelaki itu tak kunjung datang. Tak lama datanglah orang yang ia tunggu kedatangannya."Maaf agak telat," ucapnya beralasan."Tak masalah, hanya lima belas menit menunggumu," balas Raka. "Mau pesan apa?" tanyanya."Capuccino panas saja," jawabnya. Raka langsung memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya, setelah pelayan pergi, barulah Raka mulai bicara serius. "Maaf menganggu waktumu, pasti kamu bingung kenapa tiba-tiba aku menghubungimu dan meminta untuk bertemu," ucapnya."Iya, ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Bara."Banyak, apalagi ini menyangkut istriku," jawab Raka."Ada apa dengan Kanaya?" tanya Bara, ia merasa cemas jika terjadi sesuatu pada Kanaya."Dia tak kenap
***"Ternyata capek ya ngurus lamaran juga. Apalagi nanti kalau nikah," keluh Rieke."Kalau memang ingin di handle sendiri ya pasti capek, tapi nanti ada kepuasan sendiri setelah semua yang kamu susun itu berhasil dengan sempurna," ujar Kanaya."Iya, Nay. Aku ingin pernikahanku ini benar-benar berkesan. Biar aku ingat terus," timpal Rieke. "Dulu saat kamu dan mas Raka nikah, apa secapek ini?" tanyanya penasaran.Kanaya mengangguk. "Pasti capek, stres karena ngurus sendiri. Ada yang salah dikit, cemasnya luar biasa. Takut saja ada yang kurang," jawabnya tersenyum."Iya, sih. Kita kan enggak pakai jasa WO. Aku sih ditawarin sama teman, tapi aku menolak karena memang ingin mengurusnya sendirian," sahut Rieke."Tapi nanti jangan kecapean ya! Kamu kan calon pengantinnya, harus sehat biar enggak sakit. Jangan kayak aku, pas acara berakhir kan masuk rumah sakit karena kelelahan," ucap Kanaya mengingatkan."Iya, Nay. Nanti kalau seminggu mau mendekati hari H-nya, aku mau istirahat full di rum
***Publik heboh dengan berita rencana pernikahan Daniel dengan Kimberly. Publik tak menyangka bahwa perjalanan si lelaki playboy itu akhirnya berhenti di hati Kimberly. Padahal yang publik ketahui bahwa selama ini Daniel selalu mengatakan bahwa lelaki itu akan melajang dan tak ingin menikah sama sekali.Berita yang menjadi hot topik itu tentu saja membuat siapapun ingin tahu dan membayangkan bahwa pesta pernikahan keduanya pasti akan digelar sangat mewah, tak kalah dari pesta pernikahan Bara dan juga Cherry."Daniel..." Kim memanggil calon suaminya itu dengan lembut."Ada apa, Honey?" tanya Daniel menatap Kim mesra."Apa kamu serius menikah denganku?" tanya Kim menatap ragu.Daniel tersenyum. "Bukankah aku sudah datang menemui kedua orang tuamu di Jerman? Aku menemui mereka tanpa diketahui kamu. Aku serius denganmu, apa kamu masih meragukan ketulusanku?"Kim menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tak yakin saja dengan rencana ini yang tiba-tiba. Apa kamu benar-benar melabuhkan hatimu pa