Hari ini Adara dan juga Raka berpamitan pulang, tampak terlihat raut wajah Adara yang terlihat sedih meninggalkan ayahnya sendiri.“Sudah jangan cemberut begitu, sekarang Ayah sudah sehat. Nanti jika ada waktu luang Ayah akan sering mampir ke rumahmu, jaga kesehatan dan jangan banyak pikiran, di sini Ayah baik-baik saja!” ucap Handoko.Adara memeluk erat Ayahnya, ia mencoba menahan kesedihan yang begitu mendalam. Putri semata wayang nya kini kembali ke rumah suaminya.“Ayah janji harus janji pada Adara, jika Adara harus jaga kesehatan dan jangan terlalu capek!”Handoko mengangguk dengan senyuman. “Iya, Ayah akan selalu ingat yang kamu katakan, Sayang. Sekarang kamu pulang, kasihan suamimu sudah menunggu!”Adara berpamitan kepada Ayahnya dan masuk ke dalam mobil, meski berat hati meninggalkan Ayahnya Adara harus patuh pada perintah suaminya.Dalam perjalanan nampak Raka yang mulai sibuk dengan ipadnya, minggu depan dia sudah mulai berangkat ke kantor setelah penantian yang teramat lama
Setelah drama menonton film horor akhirnya Raka tidur di kamar Adara, ia mengaku jika dirinya tidak bisa tidur sendirian karena takut, tetapi dengan satu syarat jika dirinya tidak boleh macam-macam kepada Adara.Mau tak mau Raka menyetujui syarat yang diajukan Adara. Bantal guling sebagai pembatas keduanya, tak ada yang boleh melewati batas.“Adara, apa kamu sudah tidur?” taya Raka.Adara yang sudah mengantuk itu pun hanya membalasnya dengan isyarat. “Aku tak bisa tidur, apa kamu mau menemaniku mengobrol?”Adara masih saja membalasnya dengan isyarat. “Ayolah, gara-gara film yang tadi aku merasa gelisah!”“Suruh siapa menonton, kan sudah aku bilang jika kamu takut kamu tak usah sok-sok-an berani jadi gini kan! Sudah cepat tidur, bukankah besok pagi ada jadwal mengunjungi dokter Jaka.”Raka mencoba memejamkan kedua matanya, namun lagi-lagi bayangan sosok mengerikan itu terlintas di pikirannya.“Baca doa dulu, supaya kamu mimpi indah!” jelas Adara.Akhirnya Raka menuruti apa yang Adara k
Raka melihat Adara yang sedang menyimpan kembali tas yang ia pegang. “Apa Kamu menyukai tas itu?” tanya Raka.Adara menggelengkan kepada, ia bukan bermaksud ingin di belikan. Melihat harganya saja ia sangat terkejut.Lahir dari keluarga berada, namun kepribadian Adara tak terlihat seperti orang yang berada, ibunya selalu menyuruhnya untuk hidup sederhana dan membeli apapun harus sesuai dengan fungsinya.“Tidak, aku tidak suka, ayo kita pulang saja!” jelas Adara segera keluar dari toko tersebut.Raka sudah menyiapkan kejutan untuk Adara, kali ini dia pasti sangat menyukainya. Wanita mana yang akan menolak jika dibelikan tas branded.Raka dan juga Lim mengikuti kemana Adara pergi, kali ini memang Raka ingin sekali membahagiakan Adara.“Kamu mau kemana? bagaimana jika kita makan siang dulu, aku sudah lapa,” jelas Raka.Adara terus saja berjalan melewati berbagai macam toko di depannya, sementara Raka dan juga Lim mengejar Adara yang berjalan sangat cepat.“Kenapa sih dia jalannya cepat s
Hari ini adalah hari yang sudah ditunggu-tunggu oleh Raka dan juga Adara, mereka segera sarapan dan bersiap untuk kembali sibuk. “Hari ini aku akan mengantarkanmu ke kampus,” ucap Raka. Adara mengangguk dengan wajah gembira, ia sangat senang karena di hari pertama ia kembali berkuliah, ia diantar sang suami dan ini yang sedari awal Adara inginkan. Memiliki suami yang baik dan pengertian, serta mendukung apa yang ia kerjakan. Raka sedari tadi menatap tas yang Adara kenakan pagi ini. Tas pemberiannya waktu itu kini Adara pakai. Ia sangat senang jika barang pemberiannya Adara pakai. Setelah sarapan mereka bergegas berangkat, karena hari ini Raka ada rapat bersama para staf di kantornya. “Terimakasih telah mengantarku ke kampus,” ucap Adara yang berdiri di depan Raka. Raka membalasnya dengan senyuman. “Sama-sama, kalau begitu aku berangkat ke kantor ya. Nanti jika ada apa-apa kasih kabar saja, oh iya nanti pulang kamu akan dijemput oleh Lim!” jelas Raka. “Iya, terimakasih banyak. K
“Terimakasih banyak tumpangannya, kamu mau masuk dulu ke rumah?” tanya Adara.“Tidak terimakasih, aku langsung pulang saja. Aku masih kepikiran orang yang tadi di kantin!” jelas Mariana merasa tak nyaman.“Sudah jangan terlalu dipikirkan, mungkin orang itu hanya kebetulan saja melihat kita. Sudah jika kamu mau pulang hati-hati di jalan ya, nanti jika ada apa-apa kabarin. Sudah jangan takut!” ucap Adara meyakinkan.Mariana mengangguk dengan lesu. “Iya, aku pulang dulu ya!”“Hati-hati di jalan, jangan ngelamun apa lagi kebut-kebutan!”Adara keluar dari mobil dan menunggu Mariana pergi dari hadapannya. “Ada-ada saja dia, padahal tadi aku juga mencari tapi tak ada orang yang di maksud mariana!”Adara segera masuk ke kamarnya untuk beristirahat, tampak nya hari pertama Adara masuk kuliah lancar-lancar saja. Ia sangat bersemangat untuk kembali menuntut ilmu.“Aku harus menunjukan kemampuanku, aku bisa menjadi pebisnis yang sangat handal kelak!” ucap Adara menyemangati dirinya.setelah beris
Bu Halimah menceritakan semua tentang Bruno, anak pertama Hartawan itu terkenal sangat angkuh dan dingin.“Bruno kini tinggal di Bali, dia salah satu pebisnis yang sangat maju dalam bidang property dan masih banyak lagi bisnis yang lain,”“Terus kenapa hanya Raka dan kak Silvi yang mengikuti jejak ayah menjadi seorang ceo di kantornya sendiri?” tanya Adara.“Pak Hartawan tak pernah memaksa anaknya mengikuti jejaknya, yang beliau inginkan anak-anaknya sukses tanpa campur tangan dirinya!”“Benar juga, ayah sangat berhasil mendidik anak-anaknya menjadi orang yang sukses dengan kerja kerasnya sendiri,” batinnya.Adara dan bu Hanifah banyak bercerita tentang keluarga Hartawan. Ia paham betul dengan semua anggota keluarga Raka yang sama sekali Adara tak mengetahuinya.“Terimakasih banyak, berkat Ibu aku jadi tahu semua tentang keluarga Raka!” jelas Adara.“Sama-sama, Nyonya. Sudah tugas saya memberi tahu kepada anggota baru di keluarga Hartawan, dan harus anda tahu jika pak Hartawan sangat
Sofia terdiam, bagaimana bisa setelah sekian lama mereka berpisah kini Raka mengatakan hal yang selama ini tak pernah ia dengar lagi di telinganya.“Sudah kamu jangan banyak bercanda, aku serius mau menjalin kerjasama dengan perusahaanmu!” jelas Sofia.“Aku pun serius ingin sekali menjalin hubungan denganmu!”Sofia menghela nafasnya lirih, susah sekali berbicara dengan orang yang belum move on dengan masa lalunya.“Ya sudah kalau begitu, lain kali saja aku datang lagi. Maaf jika kedatanganku mengganggu!” jelas Sofia segera pergi dari ruangan Raka sebelum sesuatu terjadi.Ia tak habis pikir dengan Raka yang begitu masih menginginkan Sofia di kehidupannya. “Dasar, penyakit playboy nya belum hilang juga. Kamu yang dulu memilih wanita lain, dan membuat semuanya berakhir.” Lirih Sofia.Raka tak menyangka jika kedatangan Sofia membuat ia mengingat masa-masa indah dengannya. Bahkan dulu sempat Sofia dan Raka akan melangsungkan pernikahan, namun Raka memutuskan memilih wanita lain.“Sofia, ke
Raka begitu panik melihat Adara tak sadarkan diri, Lim dengan tergesa-gesa menghampiri Tuan nya. Ia melihat nyonya Adara tergeletak di lantai.“Iya, Tuan!”“Lim, tolong bantu aku bawa Adara ke kamar!”Mereka segera membawa Adara ke kamarnya. “Cepat panggil dokter Farhan!” pinta Raka.Lim segera mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Ia berusaha menelpon sang dokter namun tak ada jawaban dari dokter Farhan.“Bagaimana, apa dokter Farhan bisa dihubungi?”Lim menggeleng ia tak bisa menghubungi dokter Lim. “Mungkin beliau sedang ada sibuk!” ucap Lim.Tanpa basa basi Raka menggendong Adara untuk dibawa ke rumah sakit. “Cepat Lim, kamu ngebut saja biar cepat sampai rumah sakit!”Perintah pun dilaksanakan, Lim mengebut di atas rata-rata. Ia tak mau sampai telat menuju rumah sakit, dan nyawa majikannya itu tak tertolong.Sesampai di rumah sakit Raka segera berlari untuk meminta pertolongan. “Tolong … siapa saja yang ada di sini, selamatkan istri saya!” jelas Raka masuk ke dalam ruang uni
Akhirnya mau tak mau Adara mengalah dan mengajak Julio untuk menonton bioskop bersama, terlihat raut wajah Julio yang sangat senang mereka ajak. Namun itu semua karena ide brilian Mariana yang ingin sekali dekat dengan Julio.Memang tak dipungkiri paras Julio yang sangat tampan dan juga berkarisma membuat Mariana jatuh hati pada lelaki tinggi maskulin itu. Berbanding terbalik dengan Adara yang sama sekali terlihat biasa saja di depan Julio.Dalam perjalanan menuju mall, Mariana sangat aktif mengajak Julio berbincang ketimbang Adara, ia sangat senang sekali bisa sedekat itu dengan lelaki yang ia sukai.“Jul, kamu sedang tidak kita ajak nonton?” tanya Mariana dengan penuh senyuman.Julio menyunggingkan senyumnya seraya melirik ke arah Adara. “Suka kok, lagi pula kebetulan sekali sudah lama aku ingin nonton, ya cuman aku ngak tau mau ke bioskop sama siapa,”“Ya kali aja ajak pacar kamu untuk nonton bersama gitu!”“Pacar? Aku masih single, lagipula aku sedang fokus kuliah saja!” jelas Jul
Lagi-lagi sofia membalasnya hanya dengan candaan, ia sama sekali sudah menganggap Raka sebagai teman dan partner kerja, namun Raka ingin sekali menganggap lebih dari itu.Raka yang sangat tergoda dengan bibir ranum Sofia langsung melumat dengan buas, Sofia yang terkejut memberontak dan mendorong tubuh kekar Raka, namun lagi-lagi ia tidak bisa terlepas dari kecupan panas itu.Raka yang sangat tergoda melakukan apa saja kepada Sofia hingga ia luluh dan pasrah. “Aku merindukanmu Sofia,”“Lepas, Raka. Apa yang telah kamu lakukan!”“Ayolah sayang, aku sangat merindukanmu. Aku ingin kita seperti dulu,”“Astaga, sadar Sofia dia sudah memiliki istri, apa jadinya jika istrinya tahu aku dan Raka berbuat seperti ini!” batinnya.“Sadar Raka, aku datang kesini bukan untuk reunian. Aku kesini untuk membahas bisnis, bagaimana jika istrimu tahu apa yang telah kita lakukan! Tidak, aku tidak mau dicap sebagai perebut suami orang, meski aku hanya mantan kekasihmu, tetapi aku tidak mau di cap jelek oleh
“Bagaimana hari ini di kampus, Nyonya?” tanya Lim yang masih fokus pada jalanan. Kali ini Adara sangat terbantu dengan kedatangan lelaki yang baru saja ia kenal. Jika bukan karena dia, mungkin Adara akan terlambat pulang ke rumah karena masih sibuk dengan tugasnya. “Lumayan menguras pikiranku, belum lagi minggu-minggu ini aku harus mengejar tugas yang tertinggal. Menyebalkan sekali bukan, begitu keluar dari rumah sakit aku harus kerja rodi mengerjakan tugas!” “Kuncinya hanya sabar, Nyonya. Yang terpenting perlahan tapi pasti semua akan selesai tepat waktu.” Kali ini Lim membelokan mobilnya ke sebuah gedung yang menjulang tinggi. Ia langsung masuk ke dalam parkiran menuju atap dari gedung tersebut. “Mau kemana kita, pak Lim? Bukankah ini kantor?” “Iya, Nyonya. Saya di minta tuan untuk mengajak anda ke kantor, karena tuan sedang ada rapat dadakan!” jelas Lim segera keluar dari mobil. Adara menatap bangunan yang menjulang tinggi itu dengan kagum, nampaknya kantor suaminya ini sanga
Adra memandang teduh pada wanita di hadapannya, ia mengusap lengan bu Marisa dengan lembut, bagaimana bisa menolak permintaan wanita sebaik bu Marisa, namun di sisi lain jika melihat Raka dia sama sekali tak mau itu terjadi. Tatapan hangat yang terpancar dari wajah bu Marisa yang sangat membuat dia nyaman. Wanita yang sangat sempurna dan tak pernah ia melihat beliau marah kepada siapapun. “Andai saja mendiang ibuku masih ada, mungkin ini rasanya. Ya Tuhan, maafkan aku jika selama ini aku selalu mengeluh dan selalu membicarakan yang mustahil, istigfar Adara!” Adara meminta izin untuk memeluk bu Marisa, ia merasa rindu kepada mendiang ibunya. Bu Marisa dengan senang hati membuka tangan nya lebar-lebar untuk memeluk Adara. Begitu rindunya Adara hingga ia memejamkan kedua matanya. Rasanya begitu hangat dan terasa nyata, seakan ia memeluk ibunya yang telah tiada. “Aku sangat merindukanmu, Bu. Begitu banyak hal sulit yang aku lalui bu, aku merindukanmu.” Adara berkata seakan ia sedang
Raka menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia baru menyadari jika ia memiliki bidadari yang sangat cantik di kehidupannya.“Ya Tuhan, kemana saja aku selama ini. Aku selalu melewatkan istriku yang cantik ini. Maaf jika aku sudah telat menyadarinya. Mulai sekarang aku akan berusaha menjadi suami yang lebih baik lagi!” Raka menggenggam tangan Adara dan mengecup punggung tangannya.“Ini orang kesambet setan apa coba? kenapa dia berbicara seolah-olah meyakinkan aku dan membuat aku terbang ke awan. Sadar Adara … kamu jangan termakan rayuan dan perkataan Raka, yang sudah-sudah saja kamu selalu di kecewakan sama dia, iya kamu harus waspada!” batinnya.
Raka teringat kembali mimpinya, ia melihat wajah Adara yang sangat sedih dan pergi meninggalkan dirinya. Raka merasa bersalah, dia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan mengakhiri fantasinya bersama Viona, namun lagi-lagi Raka selalu tersesat.Viona terkejut dengan perlakuan Raka terhadapnya, biasanya Raka dengan buas langsung menerkam Viona tanpa ampun.“Kenapa kamu seperti ini? apa yang kamu pikirkan hingga kamu tidak mau menyentuhku?” tanya Viona yang tak beranjak sedikitpun dari tempatnya.Dengan pakaian yang berantakan dan tubuh penuh tanda yang Raka berikan, Viona terus menatap Raka dengan tatapan penuh tanya.“Kenapa kamu tidak melakukannya? Biasanya di manapun kamu mau kamu melakukannya dengan penuh gairah!” jelas Viona kesal dan kecewa.“Cukup! Pakai pakaianmu dan pergi dari sini, aku tak mau melihat wajahmu lagi. Mulai detik ini aku tak akan peduli lagi kamu mau berbuat apa, aku tak mau berurusan lagi denganmu.”Raka keluar membanting pintu mobil dengan keras, ia kesal se
Lim terheran-heran mendengar Tuannya menceritakan mimpinya. Karena memang terkadang arti dari mimpi adalah sebuah pertanda untuk kita, atau bunga tidur yang indah. Namun kembali lagi bagaimana kita menyikapi mimpi itu sendiri.“Itu hanya bunga tidur saja, Tuan. Sudah jangan terlalu dipikirkan, apa Tuan mau kopi? Memang hanya kopi pinggir jalan tetapi ini sangat enak, kopi café yang mahal saja kalah dengan rasa kopi di sini!” jelas Lim.Raka tak lagi mempermasalahkan mimpinya, benar apa yang dikatakan Lim itu hanya bunga tidur yang bila mana di artikan tak akan cukup satu hari membahasnya. “Apa kopi di sini seenak yang kamu katakan?”Lim segera memesankan kopi yang sama persis ia pesan tadi, tak lama pesanan Lim datang dan ia memberikan nya kepada Tuan nya.“Silahkan, Tuan. Meski tampilan nya sederhana tetapi rasanya sangat berkelas,”Ternyata kopi yang Raka minum rasanya sangat berkelas, benar apa yang dikatakan Lim, seperti kopi-kopi di kedai atau café kopi yang sering dikunjungi.“
Saing pun berganti malam, setelah shalat isya bu Marisa kini menyiapkan camilan. Begitu sangat senang sekali ada bu Marisa di sini.Sembari ngemil-ngemil cantik bersama bu Marisa, kami banyak bercerita dan Ibu bercerita tentang masa kecil Raka yang sangat menggemaskan, dan juga banyak sekali kejadian yang selalu membuat Ibu menggelengkan kepala.Bukan itu saja, kadang banyak laporan dari teman-teman nya jika Raka sering berkelahi karena hal yang sepele. Apa lagi anak lelaki itu sering terlihat tengil dari teman sebayanya.Bu Marisa menceritakan semua sedetail itu, hingga hari naas di mana Raka mengalami kecelakaan yang mengakibatkan dia duduk di kursi roda. Pada akhirnya Raka bertemu dengan Adara, dan ia mampu mengurus Raka hingga Raka bisa berjalan kembali.Semua perkembangan dan perubahan Raka membuat bu Marisa sangat senang, lambat laun semua hal buruk yang sering Raka lakukan perlahan ia tinggalkan. Bu Marisa sangat senang karena tidak salah memilih menantu.“Ibu sangat senang kar
Lim tertunduk merasa bersalah karena pergi dari tugasnya. “Maaf, Tuan. Saya tadi ke luar untuk membeli kopi dan camilan, apa Tuan mau?” ucap Lim menawarkan secangkir kopi.Raka melihat Lim membawa secangkir kopi dan kantong plastik yang berisikan camilan. “Belikan saya satu, rasanya tak enak tidur di rumah sakit. Dari tadi aku mencium bau obat membuat kepalaku sakit!” jelas Raka.Lim memberikan secangkir kopi dan camilan yang ia beli tadi. “Ini buat Tuan saja, biar saya beli lagi,”“Terimakasih banyak, Lim. Ini kamu beli lagi!” ucap Raka menyodorkan dua lembar uang ratusan.“Terimakasih banyak, Tuan. Saya permisi dulu!” jelas Lim segera pergi untuk membeli secangkir kopi ke tempat yang sama.Di sana dia masih melihat Viona duduk di kursi yang sama. Ia melihat lelaki yang bersama Viona itu tengah mendekap dan mencium si wanita di depan umum tanpa ragu.Lim memalingkan pandangannya, ia merasa jijik melihat orang yang mengumbar kemesraan di depan umum. Apa lagi sampai berbuat yang tidak-