Home / Romansa / Bukan Suami Biasa / Yang Bahagia Dan Yang Kecewa

Share

Yang Bahagia Dan Yang Kecewa

Author: Naya Naya
last update Last Updated: 2021-06-09 05:15:20

Emily terjaga dari tidurnya ketika dirasakannya ada seseorang yang mengecup matanya. Dia pun cepat membuka matanya karena terkejut dan mendapati wajah Abian yang berada begitu dekat dengan wajahnya.

Ah, rupanya Mas Abi yang barusan mengecup mataku, pikir Emily senang. Senyum manis pun segera terurai di bibir indahnya.

"Mas Abi-kah yang tadi mengecup mata saya?" tanyanya dengan suara yang manja.

Abian tak menyahut. Tapi sekali lagi dia mengecup Emily, lalu bangkit berdiri dan membuka gorden jendela kamar yang tadi masih tertutup rapat. Rupanya hari sudah pagi. Emily melihat langit mulai terang terbias cahaya matahari. 

"Sudah pagi, ya?" tanyanya malas.

"Ya," sahut Abian pendek. 

Hm, kenapa cepat sekali pagi datang? Padahal aku masih ingin terbaring dalam dekapan Mas Abi. Masih ingin bermalas-malasan menikmati waktu bersama. Tidakkah waktu bisa berhenti barang sejenak? Biar hadirnya pagi tertunda beberapa saat, demi sekadar memberiku

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Suami Biasa   Harapan Yang Semakin Tipis

    Rasanya seperti ada gumpalan awan hitam yang tiba-tiba berarak datang mendekat. Begitu gelap. Begitu pekat. Datang menghampiri dan menutupi cahaya matahari. Sinta pun merasa dunianya gulita, seiring runtuhnya harapan cintanya pada Abian.Sepertinya Emily telah benar-benar menguasainya. Jika sudah seperti itu, apakah masih ada celah bagiku untuk masuk ke dalam hatinya? Meski hanya sedikit ruang pun tak apa. Tolonglah, Emily..., jangan rebut dia sepenuhnya. Aku juga ingin memiliki dia. Aku juga ingin jadi bagian dari hidupnya.Hati Sinta menangis merasakan Abian yang semakin menjauh. Jika dulu saja dia begitu sulit untuk ku miliki, apa lagi sekarang setelah Emily menguasai hatinya? Gosip yang mengatakan kalau pernikahan mereka cuma main-main saja ternyata salah. Pernikahan mereka bukan main-main. Buktinya sekarang mereka berani menghadap orangtua Emily sebagai bukti keseriusan mereka membangun rumah tangga. Dan aku, akankah aku semakin tersingkir?"Apa yang

    Last Updated : 2021-06-11
  • Bukan Suami Biasa   Seperti Sebuah Ancaman

    Sore itu Emily sedang sibuk di dapur. Dia ingin menggoreng ikan kesukaan Abian, suaminya. Semua dia yang mengerjakan. Tawaran bantuan dari Bik Jum tadi pun dia tolak. Lebih enak mengerjakan sendiri, lebih puas, pikir Emily. Toh, yang dia masak sore ini bukan sesuatu yang susah. Hanya membumbui ikan saja, lalu menggorengnya. Tapi tidak pakai hangus!Emily tersenyum mengingat bagaimana pengalaman pertamanya menggoreng ikan dulu. Selain rasanya asin, ikan itu pun hangus karena Emily tidak berani membaliknya lantaran ikan yang digorengnya itu meledak-ledak menimbulkan cipratan minyak yang menakutkan. Lantas ketika mereka makan malam bersama, Abian pun mengajarkan untuk menutup wajannya saja jika dia takut dengan cipratan minyaknya. Setelah itu kecilkan api kompor dan biarkan minyak dalam wajan tenang. Setelah itu barulah balik ikannya dan goreng lagi dengan api sedang seperti tadi.Malam itu, bertambah rasa kekaguman Emily pada Abian. Abian yang pandai memasak itu benar-be

    Last Updated : 2021-06-12
  • Bukan Suami Biasa   Niat Buruk Tomy

    Suasana rumah siang ini sedang sepi. Semua penghuni rumah sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Yang laki-laki sibuk bekerja, sedang yang perempuan sibuk menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman mereka diluar rumah. Kecuali Emily. Karena sejak pagi dia cuma bermalas-malasan saja di kamarnya. Mau keluar rumah menemui teman-teman rasanya malas. Entahlah, sekarang Emily lebih senang menghabiskan waktunya di rumah dari pada keluyuran seperti dulu.Dulu, Emily senang sekali keluyuran sepulang dari kuliahnya. Bersama Monik dia pergi kemana saja yang dia inginkan. Keliling di mall berburu berbagai macam barang yang sesungguhnya tidak dia perlukan. Atau nongkrong di cafe bersama teman yang lainnya. Dan banyak lagi kegiatan tidak penting yang sering dia lakukan bersama sahabatnya itu. Dan Monik pasti akan selalu setia menemaninya.Mengingat semua itu, Emily pun jadi merasa rindu pada Monik. Hm, rasanya memang sudah cukup lama juga dia tidak bertemu dengan sahabatnya

    Last Updated : 2021-06-13
  • Bukan Suami Biasa   Berita Untuk Abian

    Emily menangis dalam pelukan Monik. Kedatangan sahabatnya itu benar-benar menyelamatkannya. Jika saja Monik terlambat datang, pasti Tomy berhasil melakukan niat jahatnya. Emily bersyukur tuhan masih melindunginya hingga Tomy tak berhasil mengoyak kehormatannya sebagai seorang perempuan."Mily, apa yang telah Tomy lakukan sama lo? Apa dia...?" Monik bertanya dengan hati-hati.Emily menggeleng. "Untung lo cepat datang, Nik. Kalau nggak, Tomy pasti berhasil menghancurkan hidup gue.""Syukurlah, Mily. Tuhan masih melindungi lo.""Tapi gue takut, Nik.""Nggak usah takut. Lo udah aman sekarang. Gue akan temenin lo sampai lo benar-benar aman." Monik berusaha menenangkan Emily yang masih merasa ketakutan."Papa mama pulang sore. Sedangkan Mas Abi biasanya malam baru pulang.""Ya udah, gue temenin lo sampai mereka pulang. Gue nggak akan tinggalin lo sendirian.""Lo emang sahabat gue yang terbaik, Nik."Monik menatap wajah Emily.

    Last Updated : 2021-06-15
  • Bukan Suami Biasa   Pertengkaran Di Malam Itu

    Abian mengetuk pintu kamar Tomy. Cara mengetuknya masih cukup sopan meski pun laki-laki itu sedang dipenuhi oleh amarah. Abian tak menggedornya, apa lagi berteriak memanggil Tomy. Dia cuma berdiri sambil mengetuk pintu kamar itu beberapakali. Lalu menunggu dengan sabar setelah terdengar suara jawaban dari dalam.Tomy pun membuka pintu kamar dan terkejut mendapati Abian sedang berdiri dengan raut wajah yang dingin di sana. Seketika ada perasaan tidak enak menjalari hatinya. Terlebih ketika dilihatnya ada Emily dan Monik yang berdiri tak jauh dari mereka. Kedua perempuan itu memperhatikan dengan wajah yang tampak sangat cemas. Ah, Tomy bisa langsung menebak untuk urusan apa Abian datang dan mengetuk pintu kamarnya. Jadi Emily mengadu? Tomy pun menelan ludah, berusaha menekan rasa gugup yang mulai menyerangnya."Ya?" Tomy bertanya dengan sikap yang dibuat setenang mungkin.Abian menatap Tomy. Pandangan matanya begitu tajam. Lalu dengan suara yang sangat jelas dia p

    Last Updated : 2021-06-16
  • Bukan Suami Biasa   Kembali Ke Rumah Abian

    Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi, kedua orangtua Emily akhirnya mengizinkan Emily dan Abian kembali ke rumah mereka keesokan paginya. Bukan karena mereka telah berpihak pada Sandra dan Tomy, tapi karena mereka tidak ingin pertengkaran di antara putri-putri dan menantu mereka terus berlanjut. Jika mereka berjauhan, setidaknya bisa meredam emosi mereka, hingga mereka berhenti untuk saling menyerang dan menyakiti.Sebagai orangtua, sesungguhnya hati mereka hancur melihat apa yang terjadi pada putri-putri mereka. Emily dan Sandra yang dulunya begitu dekat dan saling menyayangi, kini jadi seperti musuh yang tak bisa lagi berdekatan. Sesungguhnya mereka tahu siapa yang bersalah di antara keduanya. Tapi tak mungkin berpihak pada salah satu dan menyalahkan yang satunya. Mereka harus berada di tengah-tengah. Mereka ingin mendamaikan.Mendamaikan? Rasanya semua itu tidak akan mudah untuk dilakukan. Sandra telah terlanjur dikuasai rasa cemburu pada Emily. Sedang

    Last Updated : 2021-06-17
  • Bukan Suami Biasa   Jangan Cemburu Lagi

    Emily menyelesaikan kegiatan memasaknya dengan cepat. Entah kenapa pikirannya tak bisa lepas dari Sinta. Terbayang di pelupuk matanya siang ini Sinta datang kembali ke toko membawakan makanan untuk Abian. Oh, hati Emily jadi tak tenang. Dia ingin segera menyusul ke toko dan menjumpai suaminya. Emily merasa harus menjaga Abian lebih ketat lagi. Jangan beri kesempatan sedikit pun bagi Sinta untuk masuk dan mendekati suaminya seperti kemarin. Emily harus selalu memantau. Memastikan kalau Abian tak diganggu Sinta. Sebab tak ada yang bisa menjamin kalau hati tak kan berubah. Jika hati terus disentuh, mungkin saja dia kan luluh.Oh, tidak! Emily pun bergidik ngeri membayangkannya. Gelisah jadi makin kuat menyerang hati. Memasak jadi dilakukan terburu-buru. Entah seperti apa rasanya. Emily tak lagi peduli pada rasa masakannya. Yang penting masakan itu matang dan dia bisa segera menyusul Abian ke toko. Jangan sampai Sinta yang tiba lebih dulu. Jangan beri dia kesempatan walau sedetik

    Last Updated : 2021-06-18
  • Bukan Suami Biasa   Satu Ide Dari Sahabat

    Tomy duduk termenung. Dia membiarkan pikirannya melayang tak tentu arah. Sesekali singgah pada kenangannya bersama Emily dulu. Lalu pada cerita pengkhianatannya bersama Sandra. Dan juga teringat pada pertengkarannya dengan Abian malam itu. Semua bercampur aduk dalam kepalanya. Seperti satu film pendek yang diputar secara bergantian hingga dia bisa kembali mengingat semuanya dengan jelas.Ah, Tomy mendesah gelisah. Semua bayang-bayang itu terasa menyiksanya. Terlebih lagi jika dia merasakan hasratnya pada Emily yang tak kunjung padam. Entahlah, Tomy pun tak mengerti dengan perasaannya ini. Mungkin karena sekarang Emily telah jadi milik orang, maka muncul rasa penasaran ingin memiliki di hatinya. Padahal dulu, ketika dia masih menjalin kasih dengan Emily, hasratnya tak menggebu dan menyiksa seperti ini. Tapi sekarang, disaat Emily telah jadi milik orang, entah kenapa dia jadi tak bisa membendung hasratnya pada mantan kekasihnya itu. Sampai-sampai saat dia sedang bersatu dengan

    Last Updated : 2021-06-18

Latest chapter

  • Bukan Suami Biasa   Berakhir Dengan Indah

    <span;>Emily mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Rumah ini masih tetap sama seperti ketika dia tinggalkan dulu. Masih tetap bersih dan terasa sejuk. Sungguh nyaman dan mendamaikan. Dengan perasaan haru Emily pun tersenyum. Tanpa dia sadari, telah banyak kenangan terukir di rumah ini. Rumah ini adalah saksi dari perjalanan cintanya bersama Abian. Juga tentang bagaimana dia berubah dari seorang gadis kaya yang manja, menjadi seorang perempuan sederhana yang pandai mengurus rumah. Ah, Emily merindukan rumah ini. Dan sungguh saat ini dia bahagia bisa kembali kemari. <span;>Ketika itu, Abian yang baru kembali dari kamar untuk menidurkan Amanda di ranjangnya pun tersenyum melihat tingkah Emily yang berdiri di tengah ruangan sambil mengedarkan pandangan. <span;>"Selamat datang, ratuku," katanya sambil menatap Emily dengan romantis. Pagi itu memang mereka baru saja sampai. Dan Abian tahu kalau Emily merindukan rumah ini. <span;>

  • Bukan Suami Biasa   Akhir Sebuah Masalah

    <span;>Pagi itu Abian baru saja terjaga dari tidurnya ketika didengarnya suara ponsel yang berdenting pertanda ada sebuah pesan yang masuk. Abian mengambil ponsel itu dengan malas. Siapa yang menghubunginya pagi buta begini? Dengan mata yang masih mengantuk dia pun berusaha memfokuskan pandangannya pada layar hp. <span;>Emily?! Abian tersentak bagai terkena aliran listrik. Dia pun segera duduk dan membaca pesan itu. 'Mas Abi sayang, nanti malam datang ke sini ya. Ada yang harus kita bicarakan.' <span;>Abian tercekat. Sekali lagi dia membaca pesan itu untuk meyakinkan dirinya kalau isi pesan yang dibacanya memang benar seperti itu. Tapi..., Emily memanggil sayang? Ah, Abian jadi merasa bingung. Bukankah istrinya itu sedang marah padanya? Sedang marah, tapi memanggil sayang? <span;>'Ya, Mily sayang. Saya akan datang nanti malam. Tapi ada apakah?' <span;>'Nggak bisa saya bicarakan di telepon, mas. Pokoknya Ma

  • Bukan Suami Biasa   Jebakan Tomy

    <span;>Esok sore, di jam yang sama, Sandra mengetuk pintu kamar Nadya yang tertutup rapat. Tak menunggu lama, pintu kamar itu pun terbuka. Wajah Nadya sedikit bingung karena tak biasanya Sandra mengetuk pintu kamarnya seperti ini. <span;>"Ya, Mbak Sandra, ada apa?" tanya Nadya segera. <span;>"Apa kamu sedang sibuk? Saya ingin minta tolong sebentar," jawab Sandra dengan sikap yang sewajarnya. <span;>"Minta tolong apa, mbak?" <span;>"Tomy datang ingin bertemu dengan Rangga. Tapi Rangga baru saja tidur. Sekarang dia sedang menunggu di teras belakang. Mau kamu menemani dia sebentar? Kamu kan tahu kalau saya atau Mily tidak mungkin menemani dia? Hubungan kami belum baik sampai sekarang." <span;>Nadya pun mengangguk hingga membuat Sandra merasa lega. Lalu tanpa curiga Nadya segera berjalan menuruni tangga menuju ke teras belakang dimana Tomy sedang duduk melamun sendirian. <span;

  • Bukan Suami Biasa   Rencana Tomy

    <span;>"Rasanya sulit untuk percaya kalau Abian berbuat seperti itu, Mily," kata Sandra pada Emily di sore itu. <span;>Emily pun menoleh menatap Sandra untuk beberapa saat. "Jadi kakak percaya pada cerita Mas Abi?" tanyanya sedikit terkejut. <span;>"Percaya seratus persen sih tidak. Tapi kakak melihat pribadi Abian selama ini dan Abian yang diceritakan oleh Nadya, kok, sepertinya bertolak belakang sampai seratus delapan puluh derajat. Coba kamu ingat bagaimana bertanggungjawabnya dia selama ini sebagai suamimu. Juga bagaimana dia berkorban demi memenuhi keinginanmu untuk bisa kuliah lagi. Dia sampai mau mengojek sampai malam, Mily. Dan coba kamu ingat lagi bagaimana dulu Abian tetap bertahan untuk tidak menyentuhmu hanya karena menunggu restu dari papa dan mama. Kamu sudah sah menjadi istrinya ketika itu. Kalian pun tinggal bersama dalam satu rumah. Tapi dia bertahan, Mily. Dia tidak menyentuhmu sampai restu itu dia dapatkan. Jadi, aneh rasa

  • Bukan Suami Biasa   Pertemuan Tiga Lelaki

    <span;>"Seorang saksi? Bagaimana mungkin lo bisa menghadirkan seorang saksi, Bi? Siang itu cuma ada lo dan Nadya aja kan di sana?" kata Inung dengan nada bingung. <span;>"Gue juga bingung, Nung. Tapi tanpa kehadiran seorang saksi yang bisa membenarkan cerita gue, Emily akan tetap berpikir kalau gue yang salah. Atau jangan-jangan...." <span;>"Jangan-jangan apa?" <span;>"Atau jangan-jangan dia sengaja berbuat begitu biar dia bisa dekat dengan teman laki-lakinya itu tanpa ada yang menghalangi?" <span;>"Apa iya seperti itu, Bi?" tanya Inung sedikit ragu. <span;>Abian mendesah gelisah. "Gue memang nggak mau nuduh secara langsung sama dia. Tapi bagaimana pun rasa curiga itu tetap ada." <span;>"Semoga rasa curiga lo itu salah, Bi," harap Inung. <span;>"Sore ini gue mau datang lagi ke sana, Nung. Gue kangen banget sama Amanda," kata Abian kemudian. <span;>"Ya, gue ngerti per

  • Bukan Suami Biasa   Jalan Buntu

    <span;>Beberapa hari telah berlalu. Abian masih tetap berusaha sabar untuk tidak menemui Emily, meskipun kerinduannya pada Emily dan Amanda terasa begitu menyesakan dada. Abian tak dapat tidur, juga tak enak makan. Hari-harinya diisi dengan gelisah. Tak ada yang lain yang mengisi kepalanya selain istri dan putrinya itu. Tapi jika dia datang sekarang, apakah Emily sudah bisa diajak bicara? <span;>"Gue udah nggak bisa nahan rasa kangen gue, Nung. Gue juga nggak bisa membiarkan masalah ini berlarut-larut seperti ini. Gue harus menemui Emily sekarang," kata Abian pada Inung di pagi ini. <span;>"Rasanya memang udah saatnya kalian selesaikan masalah ini. Lo udah kasih waktu untuk dia selama beberapa hari ini. Sekarang saatnya dia dengarkan penjelasan dari lo, Bi. Emily nggak boleh cuma dengar cerita dari satu pihak aja. Dia juga harus mau dengar cerita dari lo," sahut Inung. <span;>"Gue nggak ngerti kenapa Emily bisa termakan cer

  • Bukan Suami Biasa   Beri Dia Waktu

    <span;>Abian mengulangi pertanyaannya hingga beberapakali. Tapi jawaban dan reaksi Emily tetap sama. Dia tetap berseru meminta Abian untuk pergi dengan wajah yang menyiratkan rasa marah dan kecewa. Abian jadi semakin bingung. Dia tak tahu harus berbuat apa hingga hanya bisa mematung di tempatnya berdiri. Emily seperti tak bisa diajak bicara. Dia terlalu histeris dalam tangis dan kemarahannya. <span;>"Tenang dulu, Mily. Coba jelaskan dulu pada saya ada apa ini sebenarnya? Saya benar-benar nggak ngerti kenapa kamu bersikap seperti ini pada saya?" kata Abian bingung. <span;>"Tanya pada diri Mas Abi sendiri, apa yang sudah Mas Abi lakukan?!" sembur Emily marah. <span;>"Apa yang sudah saya lakukan?" Abian tak mengerti dengan perkataan Emily. "Memangnya apa yang sudah saya lakukan, Mily?" <span;>"Mas yang lebih tahu apa yang sudah Mas lakukan! Dasar laki-laki jahat! Saya benci Mas Abi!" Histeris Emily semakin me

  • Bukan Suami Biasa   Menjemput Emily

    <span;>Sore itu Abian bergegas pulang. Dia ingin mendengar cerita Emily tentang pertemuannya dengan Nadya tadi siang. Abian khawatir terjadi keributan antara Emily dan adik sepupunya itu. Meski Abian tahu kalau Nadya tak akan berani membangkitkan rasa cemburu Emily, tapi tetap saja hati Abian tak tenang membayangkan kedua perempuan itu bertemu dan bicara tentang alasan Nadya meninggalkan rumah mereka dengan cara seperti itu. <span;>Motor Abian berhenti di depan pintu pagar rumahnya. Dia melihat ke arah rumahnya yang sepi. Bahkan jendela pun tertutup rapat. Sepertinya Emily belum pulang. Abian pun berpikir sejenak. Apakah sebaiknya dia menunggu Emily di rumah saja, atau kembali ke toko dan pulang ke rumah lagi nanti? Hm, rasanya lebih baik kembali saja ke toko. Nanti sebelum maghrib, barulah pulang menemui Emily. <span;>Abian pun segera memutar motornya dan melajukannya kembali ke toko. Dan ketika dia memasuki halaman parkir di depan tokonya,

  • Bukan Suami Biasa   Terguncang

    <span;>"Nggak mungkin!" seru Emily pelan. "Nggak mungkin Mas Abi melakukan itu!" <span;>"Saya tahu Mbak Mily tidak akan percaya dengan cerita Saya. Karena itulah saya memilih pergi dan diam," kata Nadya dengan ekspresi wajah yang sangat meyakinkan. <span;>"Oh!" Emily kembali terpekik pelan. Benarkah itu? Benarkah suaminya melakukan perbuatan serendah itu? Rasanya ingin tak percaya, tapi raut wajah Nadya sepertinya tidak main-main. Tampaknya dia tidak sedang bercanda, apa lagi berdusta. <span;>"Maafkan saya, Mbak Mily. Saya tidak tahu kalau selama ini Mas Abi memiliki perasaan yang lain terhadap saya. Andai saja saya tahu, pasti saya tidak akan tinggal di rumah Mbak Mily. Saya pikir, selama ini Mas Abi cuma menganggap saya sebagai adik. Tapi ternyata tidak seperti itu." <span;>"Tapi Mas Abi bukan laki-laki seperti itu, Nadya!" Emily masih mencoba untuk percaya pada kesetiaan suaminya. <span;&

DMCA.com Protection Status