Beranda / Romansa / Bukan Suami Biasa / Sebuah Tanggungjawab

Share

Sebuah Tanggungjawab

Penulis: Naya Naya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-25 10:15:27

<span;>Hari hampir sore. Abian duduk termenung di tokonya. Entah apa yang dia pikirkan. Inung yang sejak tadi memperhatikan sampai heran melihat tingkah sepupunya itu. Abian memang pendiam. Dia jarang bicara jika tidak perlu benar. Tapi bukan kebiasaannya untuk merenung seperti itu. Bahkan sesungguhnya Abian paling tidak suka dengan orang yang suka merenung.

<span;>"Bi," panggil Inung pelan.

<span;>Abian menoleh.

<span;>"Ada apa?" tanya Inung lagi.

<span;>"Huh?"

<span;>"Ada apa lo ngelamun terus dari tadi?" Inung memperjelas pertanyaannya.

<span;>"Nggak apa-apa, cuma lagi berpikir aja." Abian pun menghela napas panjang.

<span;>"Berpikir tentang apa?" Inung bertanya sambil duduk di dekat Abian. Kemudian dia memasang wajah serius seolah siap mendengarkan cerita sepupunya itu.

<span;>"Gue lagi berpikir bagaimana caranya supaya bisa dapat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Windi Sumarni
kasian abi
goodnovel comment avatar
G Punya Nama
si cew kebanyakan nuntut ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Suami Biasa   Bagai Musuh Dalam Selimut

    <span;>"Apa? Ngojek? Jangan bercanda, Mily!" seru ibunda Emily ketika Emily menceritakan tentang pekerjaan sampingan yang Abian jalani sekarang. <span;>"Ya, ma. Mas Abi menjadi supir ojek sekarang," sahut Emily. <span;>"Tapi yang benar saja, Mily! Supir ojek? Apa tidak ada pekerjaan yang lain?" <span;>"Itu kan pekerjaan yang halal, ma." <span;>"Ya, mama tahu itu. Mama pun tidak mengecilkan pekerjaan itu. Tapi..., ah, Mily.... Mama tidak tahu lagi harus berkata apa!" <span;>Emily duduk diam di hadapan kedua orangtuanya. Dia memperhatikan ekspresi wajah keduanya yang tampak bingung. Ya, Emily mengerti apa yang dirasakan oleh kedua orangtuanya itu. Sebagai seorang pengusaha sukses dan kaya raya, pasti mereka sulit untuk bisa menerima pekerjaan Abian itu. Sebab tekanan dari rekan kerja dan keluarga pasti akan membebani mereka. Semua orang pasti akan bertanya tentang itu. Bagaimana mungkin seo

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-26
  • Bukan Suami Biasa   Cinta Nadya

    <span;>Waktu terus bergulir. Seperti biasa saja, tampaknya. Emily merasa semuanya baik-baik saja. Dia membiarkan Nadya tetap tinggal di rumahnya untuk menjaga Amanda jika dia sedang pergi kursus. Toh, Nadya pun belum memulai kuliahnya karena masalah dengan ibunya belum juga selesai. Untuk kembali ke Jogja pun gadis itu tak mau. Sebab pulang ke Jogja berarti kalah dan mau mengikuti keinginan ibunya untuk melanjutkan bisnis orangtuanya di sana. Ya, tetap di sini mungkin baik juga, pikir Emily. Sebab Nadya bisa membantunya mengurus Amanda dan juga pekerjaan rumah yang lainnya. Emily tak menyadari jika Nadya mulai berperan menggantikannya. Gadis itu rajin mengurusi segala keperluan Abian dan Amanda. <span;>"Mbak Mily pergi kursus hari ini?" tanya Nadya pagi ini. <span;>"Ya, Nad. Kamu tolong jaga Amanda, ya," sahut Emily. <span;>Nadya pun mengangguk dan tersenyum. Dia senang, karena tiapkali Emily pergi kursus, Abian pasti pulan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Bukan Suami Biasa   Godaan Nadya

    <span;>Siang ini kembali Abian pulang untuk menengok Amanda, karena hari ini jadwal kursus Emily yang berarti Amanda ditinggal di rumah hanya berdua saja dengan Nadya. Berbeda dari biasanya, siang ini Abian membawa sedikit makanan untuk Nadya. Yah, sekadar sedikit perhatian sebagai ucapan terima kasih karena gadis itu telah berbaik hati mau menjaga Amanda selama ini. <span;>Ketika Abian sampai, seperti biasanya Nadya sedang menunggunya di ruang tamu. Dan alangkah bahagianya gadis itu ketika tahu kalau Abian membawakan makanan untuknya. Ini bukan sekadar makanannya. Tapi ini sebuah perhatian yang manis yang Abian berikan untuknya. <span;>"Ini untuk saya?" tanya Nadya senang. <span;>"Ya," sahut Abian pendek. <span;>Hati Nadya melambung. Meski Abian memberikannya dengan ekspresi yang biasa saja, tapi Nadya merasa jika Abian mulai menyayanginya. <span;>Hari ini biarlah hanya sekadar makanan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29
  • Bukan Suami Biasa   Tentang Sebuah Pengkhianatan

    <span;>"Apa maksud dari kata-katamu itu, Nadya?" tanya Abian dengan mata yang tajam menatap ke arah Nadya. <span;>Nadya yang sudah terlanjur diliputi oleh perasaan kecewa dan cemburu itu pun balas menatap Abian. "Mbak Mily selingkuh!" cetusnya marah. <span;>Tubuh Abian seolah kaku mendengar kata-kata Nadya itu. Selingkuh? Emily selingkuh? Tidak mungkin! Ini fitnah! <span;>Abian terus menatap Nadya tanpa kedip. Dia tidak percaya. Tapi setitik keraguan mulai mengisi hatinya. "Jangan bicara sembarangan, Nadya! Jangan menyebar fitnah!" <span;>"Kenapa? Mas Abi tidak percaya? Mungkin memang sulit untuk percaya kalau perempuan sebaik dan semanis Mbak Mily tega mengkhianati suaminya. Tapi itulah yang terjadi. Selama ini diam-diam Mbak Mily menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya. Dan mereka selalu bertemu di luar setiapkali Mbak Mily pergi kursus memasak. Saya yang menyaksikan semuanya. Laki-laki itu selalu men

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Bukan Suami Biasa   Sebuah Tanda Tanya

    <span;>"Mas Abi?!" Emily sedikit terkejut ketika mendapati Abian sedang menimang Amanda di dalam kamar. <span;>Abian menoleh. "Sepertinya Amanda haus, Mily. Sebaiknya kamu susui dia sekarang," kata Abian segera. <span;>"Tapi kenapa Mas Abi belum kembali ke toko? Mana Nadya?" tanya Emily yang masih merasa bingung karena tak biasanya Abian berada di rumah pada jam seperti itu. <span;>"Nadya ke rumah papa. Mungkin mau mengurus kuliahnya," jawab Abian berbohong. <span;>"Ke rumah papa? Kok, mendadak sekali? Dia nggak bicara apa-apa sama saya sebelumnya." Emily semakin bingung. <span;>"Saya juga nggak tau, Mily. Tadi tiba-tiba saja dia bilang mau ke rumah papa. Makanya saya yang menjaga Amanda siang ini." <span;>"Jadi Nadya pergi tanpa memberitahukan pada Mas Abi apa alasannya?" <span;>"Ya. Mungkin dia ada urusan mendadak," kata Abian sambil menimang Amanda y

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • Bukan Suami Biasa   Fitnah Dari Nadya

    <span;>"Saya mau ke rumah mama hari ini. Tapi nggak lama. Sebelum sore juga saya udah pulang," kata Emily pada Abian yang baru saja selesai sarapan. <span;>Abian menoleh menatap pada Emily yang sedang menimang Amanda. "Ke rumah mama?" tanyanya yang langsung paham apa maksud Emily datang ke sana. <span;>"Ya. Saya ingin menemui Nadya. Aneh sekali dia. Seharian kemarin saya mencoba menghubungi dia, tapi nggak bisa.," jawab Emily. <span;>"Nggak bisa?" Kening Abian berkerut. <span;>"Ya, tersambung tapi nggak dijawab. Saya kan jadi khawatir. Saya pikir mungkin ada apa-apa dengan dia di jalan. Akhirnya saya telepon mama untuk menanyakan tentang dia. Ternyata mama bilang, Nadya ada di sana dan dalam keadaan sehat," kata Emily menjelaskan. <span;>"Ya sudah kalau begitu nggak perlu lagi kamu datang ke sana, kan? Toh, kamu sudah tahu dia ada di rumah mama dan dalam keadaan yang sehat." Abian mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • Bukan Suami Biasa   Terguncang

    <span;>"Nggak mungkin!" seru Emily pelan. "Nggak mungkin Mas Abi melakukan itu!" <span;>"Saya tahu Mbak Mily tidak akan percaya dengan cerita Saya. Karena itulah saya memilih pergi dan diam," kata Nadya dengan ekspresi wajah yang sangat meyakinkan. <span;>"Oh!" Emily kembali terpekik pelan. Benarkah itu? Benarkah suaminya melakukan perbuatan serendah itu? Rasanya ingin tak percaya, tapi raut wajah Nadya sepertinya tidak main-main. Tampaknya dia tidak sedang bercanda, apa lagi berdusta. <span;>"Maafkan saya, Mbak Mily. Saya tidak tahu kalau selama ini Mas Abi memiliki perasaan yang lain terhadap saya. Andai saja saya tahu, pasti saya tidak akan tinggal di rumah Mbak Mily. Saya pikir, selama ini Mas Abi cuma menganggap saya sebagai adik. Tapi ternyata tidak seperti itu." <span;>"Tapi Mas Abi bukan laki-laki seperti itu, Nadya!" Emily masih mencoba untuk percaya pada kesetiaan suaminya. <span;&

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Bukan Suami Biasa   Menjemput Emily

    <span;>Sore itu Abian bergegas pulang. Dia ingin mendengar cerita Emily tentang pertemuannya dengan Nadya tadi siang. Abian khawatir terjadi keributan antara Emily dan adik sepupunya itu. Meski Abian tahu kalau Nadya tak akan berani membangkitkan rasa cemburu Emily, tapi tetap saja hati Abian tak tenang membayangkan kedua perempuan itu bertemu dan bicara tentang alasan Nadya meninggalkan rumah mereka dengan cara seperti itu. <span;>Motor Abian berhenti di depan pintu pagar rumahnya. Dia melihat ke arah rumahnya yang sepi. Bahkan jendela pun tertutup rapat. Sepertinya Emily belum pulang. Abian pun berpikir sejenak. Apakah sebaiknya dia menunggu Emily di rumah saja, atau kembali ke toko dan pulang ke rumah lagi nanti? Hm, rasanya lebih baik kembali saja ke toko. Nanti sebelum maghrib, barulah pulang menemui Emily. <span;>Abian pun segera memutar motornya dan melajukannya kembali ke toko. Dan ketika dia memasuki halaman parkir di depan tokonya,

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06

Bab terbaru

  • Bukan Suami Biasa   Berakhir Dengan Indah

    <span;>Emily mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Rumah ini masih tetap sama seperti ketika dia tinggalkan dulu. Masih tetap bersih dan terasa sejuk. Sungguh nyaman dan mendamaikan. Dengan perasaan haru Emily pun tersenyum. Tanpa dia sadari, telah banyak kenangan terukir di rumah ini. Rumah ini adalah saksi dari perjalanan cintanya bersama Abian. Juga tentang bagaimana dia berubah dari seorang gadis kaya yang manja, menjadi seorang perempuan sederhana yang pandai mengurus rumah. Ah, Emily merindukan rumah ini. Dan sungguh saat ini dia bahagia bisa kembali kemari. <span;>Ketika itu, Abian yang baru kembali dari kamar untuk menidurkan Amanda di ranjangnya pun tersenyum melihat tingkah Emily yang berdiri di tengah ruangan sambil mengedarkan pandangan. <span;>"Selamat datang, ratuku," katanya sambil menatap Emily dengan romantis. Pagi itu memang mereka baru saja sampai. Dan Abian tahu kalau Emily merindukan rumah ini. <span;>

  • Bukan Suami Biasa   Akhir Sebuah Masalah

    <span;>Pagi itu Abian baru saja terjaga dari tidurnya ketika didengarnya suara ponsel yang berdenting pertanda ada sebuah pesan yang masuk. Abian mengambil ponsel itu dengan malas. Siapa yang menghubunginya pagi buta begini? Dengan mata yang masih mengantuk dia pun berusaha memfokuskan pandangannya pada layar hp. <span;>Emily?! Abian tersentak bagai terkena aliran listrik. Dia pun segera duduk dan membaca pesan itu. 'Mas Abi sayang, nanti malam datang ke sini ya. Ada yang harus kita bicarakan.' <span;>Abian tercekat. Sekali lagi dia membaca pesan itu untuk meyakinkan dirinya kalau isi pesan yang dibacanya memang benar seperti itu. Tapi..., Emily memanggil sayang? Ah, Abian jadi merasa bingung. Bukankah istrinya itu sedang marah padanya? Sedang marah, tapi memanggil sayang? <span;>'Ya, Mily sayang. Saya akan datang nanti malam. Tapi ada apakah?' <span;>'Nggak bisa saya bicarakan di telepon, mas. Pokoknya Ma

  • Bukan Suami Biasa   Jebakan Tomy

    <span;>Esok sore, di jam yang sama, Sandra mengetuk pintu kamar Nadya yang tertutup rapat. Tak menunggu lama, pintu kamar itu pun terbuka. Wajah Nadya sedikit bingung karena tak biasanya Sandra mengetuk pintu kamarnya seperti ini. <span;>"Ya, Mbak Sandra, ada apa?" tanya Nadya segera. <span;>"Apa kamu sedang sibuk? Saya ingin minta tolong sebentar," jawab Sandra dengan sikap yang sewajarnya. <span;>"Minta tolong apa, mbak?" <span;>"Tomy datang ingin bertemu dengan Rangga. Tapi Rangga baru saja tidur. Sekarang dia sedang menunggu di teras belakang. Mau kamu menemani dia sebentar? Kamu kan tahu kalau saya atau Mily tidak mungkin menemani dia? Hubungan kami belum baik sampai sekarang." <span;>Nadya pun mengangguk hingga membuat Sandra merasa lega. Lalu tanpa curiga Nadya segera berjalan menuruni tangga menuju ke teras belakang dimana Tomy sedang duduk melamun sendirian. <span;

  • Bukan Suami Biasa   Rencana Tomy

    <span;>"Rasanya sulit untuk percaya kalau Abian berbuat seperti itu, Mily," kata Sandra pada Emily di sore itu. <span;>Emily pun menoleh menatap Sandra untuk beberapa saat. "Jadi kakak percaya pada cerita Mas Abi?" tanyanya sedikit terkejut. <span;>"Percaya seratus persen sih tidak. Tapi kakak melihat pribadi Abian selama ini dan Abian yang diceritakan oleh Nadya, kok, sepertinya bertolak belakang sampai seratus delapan puluh derajat. Coba kamu ingat bagaimana bertanggungjawabnya dia selama ini sebagai suamimu. Juga bagaimana dia berkorban demi memenuhi keinginanmu untuk bisa kuliah lagi. Dia sampai mau mengojek sampai malam, Mily. Dan coba kamu ingat lagi bagaimana dulu Abian tetap bertahan untuk tidak menyentuhmu hanya karena menunggu restu dari papa dan mama. Kamu sudah sah menjadi istrinya ketika itu. Kalian pun tinggal bersama dalam satu rumah. Tapi dia bertahan, Mily. Dia tidak menyentuhmu sampai restu itu dia dapatkan. Jadi, aneh rasa

  • Bukan Suami Biasa   Pertemuan Tiga Lelaki

    <span;>"Seorang saksi? Bagaimana mungkin lo bisa menghadirkan seorang saksi, Bi? Siang itu cuma ada lo dan Nadya aja kan di sana?" kata Inung dengan nada bingung. <span;>"Gue juga bingung, Nung. Tapi tanpa kehadiran seorang saksi yang bisa membenarkan cerita gue, Emily akan tetap berpikir kalau gue yang salah. Atau jangan-jangan...." <span;>"Jangan-jangan apa?" <span;>"Atau jangan-jangan dia sengaja berbuat begitu biar dia bisa dekat dengan teman laki-lakinya itu tanpa ada yang menghalangi?" <span;>"Apa iya seperti itu, Bi?" tanya Inung sedikit ragu. <span;>Abian mendesah gelisah. "Gue memang nggak mau nuduh secara langsung sama dia. Tapi bagaimana pun rasa curiga itu tetap ada." <span;>"Semoga rasa curiga lo itu salah, Bi," harap Inung. <span;>"Sore ini gue mau datang lagi ke sana, Nung. Gue kangen banget sama Amanda," kata Abian kemudian. <span;>"Ya, gue ngerti per

  • Bukan Suami Biasa   Jalan Buntu

    <span;>Beberapa hari telah berlalu. Abian masih tetap berusaha sabar untuk tidak menemui Emily, meskipun kerinduannya pada Emily dan Amanda terasa begitu menyesakan dada. Abian tak dapat tidur, juga tak enak makan. Hari-harinya diisi dengan gelisah. Tak ada yang lain yang mengisi kepalanya selain istri dan putrinya itu. Tapi jika dia datang sekarang, apakah Emily sudah bisa diajak bicara? <span;>"Gue udah nggak bisa nahan rasa kangen gue, Nung. Gue juga nggak bisa membiarkan masalah ini berlarut-larut seperti ini. Gue harus menemui Emily sekarang," kata Abian pada Inung di pagi ini. <span;>"Rasanya memang udah saatnya kalian selesaikan masalah ini. Lo udah kasih waktu untuk dia selama beberapa hari ini. Sekarang saatnya dia dengarkan penjelasan dari lo, Bi. Emily nggak boleh cuma dengar cerita dari satu pihak aja. Dia juga harus mau dengar cerita dari lo," sahut Inung. <span;>"Gue nggak ngerti kenapa Emily bisa termakan cer

  • Bukan Suami Biasa   Beri Dia Waktu

    <span;>Abian mengulangi pertanyaannya hingga beberapakali. Tapi jawaban dan reaksi Emily tetap sama. Dia tetap berseru meminta Abian untuk pergi dengan wajah yang menyiratkan rasa marah dan kecewa. Abian jadi semakin bingung. Dia tak tahu harus berbuat apa hingga hanya bisa mematung di tempatnya berdiri. Emily seperti tak bisa diajak bicara. Dia terlalu histeris dalam tangis dan kemarahannya. <span;>"Tenang dulu, Mily. Coba jelaskan dulu pada saya ada apa ini sebenarnya? Saya benar-benar nggak ngerti kenapa kamu bersikap seperti ini pada saya?" kata Abian bingung. <span;>"Tanya pada diri Mas Abi sendiri, apa yang sudah Mas Abi lakukan?!" sembur Emily marah. <span;>"Apa yang sudah saya lakukan?" Abian tak mengerti dengan perkataan Emily. "Memangnya apa yang sudah saya lakukan, Mily?" <span;>"Mas yang lebih tahu apa yang sudah Mas lakukan! Dasar laki-laki jahat! Saya benci Mas Abi!" Histeris Emily semakin me

  • Bukan Suami Biasa   Menjemput Emily

    <span;>Sore itu Abian bergegas pulang. Dia ingin mendengar cerita Emily tentang pertemuannya dengan Nadya tadi siang. Abian khawatir terjadi keributan antara Emily dan adik sepupunya itu. Meski Abian tahu kalau Nadya tak akan berani membangkitkan rasa cemburu Emily, tapi tetap saja hati Abian tak tenang membayangkan kedua perempuan itu bertemu dan bicara tentang alasan Nadya meninggalkan rumah mereka dengan cara seperti itu. <span;>Motor Abian berhenti di depan pintu pagar rumahnya. Dia melihat ke arah rumahnya yang sepi. Bahkan jendela pun tertutup rapat. Sepertinya Emily belum pulang. Abian pun berpikir sejenak. Apakah sebaiknya dia menunggu Emily di rumah saja, atau kembali ke toko dan pulang ke rumah lagi nanti? Hm, rasanya lebih baik kembali saja ke toko. Nanti sebelum maghrib, barulah pulang menemui Emily. <span;>Abian pun segera memutar motornya dan melajukannya kembali ke toko. Dan ketika dia memasuki halaman parkir di depan tokonya,

  • Bukan Suami Biasa   Terguncang

    <span;>"Nggak mungkin!" seru Emily pelan. "Nggak mungkin Mas Abi melakukan itu!" <span;>"Saya tahu Mbak Mily tidak akan percaya dengan cerita Saya. Karena itulah saya memilih pergi dan diam," kata Nadya dengan ekspresi wajah yang sangat meyakinkan. <span;>"Oh!" Emily kembali terpekik pelan. Benarkah itu? Benarkah suaminya melakukan perbuatan serendah itu? Rasanya ingin tak percaya, tapi raut wajah Nadya sepertinya tidak main-main. Tampaknya dia tidak sedang bercanda, apa lagi berdusta. <span;>"Maafkan saya, Mbak Mily. Saya tidak tahu kalau selama ini Mas Abi memiliki perasaan yang lain terhadap saya. Andai saja saya tahu, pasti saya tidak akan tinggal di rumah Mbak Mily. Saya pikir, selama ini Mas Abi cuma menganggap saya sebagai adik. Tapi ternyata tidak seperti itu." <span;>"Tapi Mas Abi bukan laki-laki seperti itu, Nadya!" Emily masih mencoba untuk percaya pada kesetiaan suaminya. <span;&

DMCA.com Protection Status