“Akhirnya selesai juga...,” hembus napas lega Linara dengan tangan yang berkacak pinggang, lega rasanya setelah membenahi bangku dan meja yang kini telah tertata rapih.
Tidak sengaja Linara melirik Rayhan dan Aathif seperti membicarakan hal penting, membuat Linara ingin mendekatinya dan sedikit membenamkan rasa penasarannya. Perlahan membuka celemek yang Linara pakai dan menggantungnya, mulai mendekati antar Aathif dan Rayhan.
“Sepertinya Rayhan ingin bertahan lebih lama di Kedai ini Paman.” Ucap Rayhan yang membuat Linara mulai paham inti dari percakapan.
“Tapi, sayang sekali dengan gelar mu Rayhan, masih ada pekerjaan yang lebih layak untukmu diluar sana,” balas Aathif.
“Tidak apa-apa, Paman. Lagipula ini bukan sembarang pekerjaan, disini Rayhan menemukan keluarga baru juga yang membuat Rayhan betah,” Ucapan Rayhan yang begitu tulus terdengar, membuat
Linara seperti seorang penagih hutang, derap langkahnya kesal apalagi dengan manusia yang terkenal ngaret. Petunjuk arah yang diberi Aathif menjadi langkah terkuatnya untuk menyusul habitat manusia ngaret itu.Kini tujuan Linara telah sampai pada titik penjemputannya, jaraknya tidak terlalu jauh hanya cukup melewati jembatan sederhana setelah mengikuti arah lurus trotoar jalanan, dan berbelok kanan menuju perumahan kasti melati yang tidak jauh setelah melawati jembatan tersebut, desain jembatannya seperti jembatan Altstadt-Hamburg, sungguh menarik bukan? Apalagi suara air mengalir yang memberi rasa damai.Linara mengecek ulang kembali alamat yang diberi Aathif itu, nomor rumah yang tertera sama jelas dengan secarik kertas yang diberi Aathif. Linara yakin betul ini rumah Rayhan, sederhana dan ada beberapa tanaman hias yang menggantung, apalagi warna rumah yang diberi cat monokrom, sungguh terlihat sederhana.
Apakah rasa ini mulai dalam, hingga menimbul buih cemburu?Rayhan yang masih termenung dalam duduknya, menikmati hujan yang turun dengan deras. Dalam benaknya masih terasa sesak melihat pemandangan yang enggan dia lihat. Avraam yang merangkul bahu Linara dengan jarak mereka yang begitu dekat, berjalan bersama dalam satu payung. Semua masih terngiang dengan jelas.“Harusnya Aku yang disana, huft...,”Rayhan yang masih bergelayut dengan pikirannya yang lekat akan kondisi sesaknya itu, Rayhan menggelengkan kepalanya dan menepuk lembut pipinya. Berusaha mengusir pikiran konyolnya itu. hal kecil seperti itu saja membuat Rayhan cemburu? Yang benar saja, Ayo boy lupakanlah.Teringat akan buku yang masih Rayhan peluk itu, perlahan membuka kemasan buku yang telah dia beli, buku yang menceritakan sebuah perjalanan kisah cinta yang klasik. Dimana Ikhlas adalah sifat yang tertuai disana.Karangan yang berjudul Se
Chapter 19 Percakapan yang cukup singkat antara Linara dan Rayhan, didalam panggilan tersebut. Linara merasakan tentram setelah mendengar Rayhan pulang dengan selamat. Mata nya sudah menagih untuk tertutup, menguap sesekali, meregangkan otot lengannya keatas, dan terakhir menarik selimbut untuk membalut diri dari semilir dinginnya angin. Baru saja Linara hendak memejamkan matanya, seketika ponselnya berdering cukup keras, terpaksa Linara bangun kembali untuk melihat siapa gerangan yang memanggilnya selarut ini? Matanya sedikit menyipit saat cahaya layar ponsel menyilau. “Nomor siapa ini?” Linara mengerutkan alisnya, nomor tidak dikenal memanggilnya. Pemanggil yang sangat mencurigakan, membuat Linara bingung antara menerima atau menolak panggilan tersebut. “Jangan-jangan orang jahil yang ingin meneror?” Pikir Linara sedikit ketakutan, Linara masih memandangi panggilan tersebut dengan seribu asumsi yang dia serap. P
“Terima kasih, datang kembali ya...,” itulah sapa akhir pada pelanggan Kedai yang telah membayar, dengan kilau senyum Rayhan yang menjadi daya tarik sendiri.Linara yang baru saja menyelupkan dirinya pada daerah Kedai, yang sedari tadi sudah mengurung diri, berusaha menghindar Avraam. Malah berujung linang air mata, akibat teringat Bunda. Keadaan Kedai sudah mulai menyepi, Linara hanya terduduk dikursi yang tersedia didepan Bar.“Kamu kenapa, Linara?” Selontar tanya yang mencuat saat Rayhan mendapati wajah sembab Linara.“Tidak Kak,” Linara yang menjawab dengan sedikit lemas, membuat Rayhan semakin paham kondisi hatinya yang sedang tidak stabil.Rayhan dengan lembut menepuk pangkal kepala Linara, “Kalau ada masalah ceritain aja, siapa tahu Aku bisa bantu,” ucapnya manis dengan tatapan sehangat mentari pagi.“Aku hanya rindu sama Bunda saja Kak,”&
Chapter 21Akan kah bisa seorang gadis mungil pergi nan jauh, menyebrang negeri demi mencari sang Ibunda? Apakah bisa? Padahal berjalan sendiri pun dia bersusah payah untuk berulang kali membetulkan kaki kayunya itu.‘Semua berawal dari Tekad’***Sebagian kehidupannya rumpang, bahkan hampir terjatuh. Dengan segala tekad yang tersisa, dia tertatih kembali menjadi sosok yang lebih kuat, lebih tegar melebihi karang. Tangan lembutnya masih berkutik pada layar ponsel, menggulir jendela layar, pandangannya masih asik bersamanya.“Kamu sedang apa, Linara?” Tanya Aathif yang terlihat penasaran hal apa yang membuat cucunya itu asik dengan ponselnya sendiri.“Linara sedang mencari Tiket murah, Kek.” Jawabnya santai dengan jemari yang masih menjamah layar ponsel.“Tiket?” Aathif berkerut dahi, dia tidak mengerti apa yang sedang dibahas Linara.
Bayanganmu masih membekas dalam ingatan, rasa memiliki ku masih tergantung dalam angan, tapi sayang api egois ku sulit padam saat tak mampu menerima kurangmu.***Pukul delapan kurang lima belas menit, Linara masih menunggu seseorang dipenghujung pintu kelas, dengan berulang kali melirik Watches Silver yang melingkar indah pada lengannya.“Aduh! Kayu kamu dimana sih? Lima belas menit lagi ujian ini, kemana sih manusia itu?” Gerutu Linara yang masih harap-harap cemas menunggu kedatangan sahabatnya itu.Tiga menit telah berlalu sia-sia, manusia yang dinanti tak kunjung menampakan batang hidungnya, membuat Linara semakin cemas. Berulang kali mencoba menghubungi Kaivan, berusaha mengingatkan bahwa ujian akan berlangsung dalam kurun waktu tak lama lagi.Akhirnya disela detik-detik penyisaan waktu, Kaivan memunculkan jati dirinya, setengah tergopoh menuju kelas. Berharap semua dalam keadaan yang tep
Tawanya sehangat mentari, senyumnya selembut sutra dan semuanya Aku suka. Ku ingin hatinya tergenggam panah asmaraku. Andai semua semudah memetik bunga. Bisakah kita berdamping? Dua insan yang berbeda sedang mengejar satu cinta yang sama, satu orang yang sama, dan senyum hangat yang sama pula. Yang membedakannya hanya ketulusan mereka, akankah sedia berdamping dengan kurangnya yang dimiliki?Semua masih menjadi dilema diantara segitiga percintaan, biarlah waktu yang menjawab, dan hatinya yang memilih dengan siapa dia siap berdamping.***“Akhirnya kamu sudah pulang, Kakek khawatir sekali.” Aathif segera memberi pelukan kecil kepada cucunya itu.“Tenang saja, Kek. Linara sudah dewasa ini, Kakek jangan khawatirkan Aku,” Balas Linara dengan sedikit melepaskan peluknya.“Tetap saja kau akan menangis kalau ada masalah,” Aathif mencubit gemas hidung Linara, membuat Fara dan Rayhan tertawa melihat sajian drama sederhana
Kini berpacu pada Kaivan dan Fara yang kebetulan keduanya pulang secara bersamaan, menapaki jalan dengan langkah kaki mereka. Kaivan yang sibuk dengan gadget nya sendiri dengan selang seling cekikik tawa. Sungguh memancing Fara untuk bertanya. “Kamu lagi chatan sama siapa sih, Kai?” Sesaat Kaivan menoleh arah Fara, "Biasa Far gebetan baru," jawabnya dengan tawa. "Kamu itu ternyata benar-benar playboy ya," Fara hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir oleh tingkah Kaivan, bisa terbayang berapa banyak wanita yang terbuai oleh rayuannya itu. Tak lama kemudian Kaivan menarik tangan Fara, sempat merasa terkejut saat itu. Fara pikir Kaivan mau melakukan hal senonoh pada dirinya, ternyata Fara diboyong mendekat pada penjual Es krim yang sedang menepi dipinggir jalan. “Nih makan,” Kaivan menyodorkan satu Ice Cream yang telah dia pesan, Ice Cream b
Hallo, Readers!Saya ucapkan Terima kasih banyak yang sudah membaca sampai akhir, semoga ada hikmah yang dapat dipetik di Karya sederhana Saya.Saya selalu Author Bukan Semata Fisik, Mengucapkan Terima kasih banyak!Ringkas cerita:Kini Linara mengalami Amnesia akibat tabrakan saat menyebrang dipersimpangan Jalan menuju tempat kerja. Hingga semua yang dalam ingatannya hilang. Linara seperti terlahir kembali.Dan hal ini juga membuka Ajang kompetisi baru untuk Avraam dan Rayhan menunjukan kasih sayangnya dan membantu Linara mengingat semua kejadian manis diantara mereka berdua.Lantas siapa yang akan Linara pilih ketika ingatnnya sudah kembali? Apa Avraam atau Rayhan? Semua akan terjawab di Season 2, Tapi Season 2 ini entah kapan rillisnya, dan dimana terbitnya ^^ Intinya Linara tetap hidup dan akan selalu bahagia.See You!Salam hangat,Zhia
“Benar kata Fara, Aku harus bijak dalam menentu. Memilih salah satunya atau meninggalkan keduanya.”Sepertinya gejolak hidup kini dirasakan kembali Linara, sepertinya pelangi sudah muncul setelah badai reda, pelangi yang penuh warna membias indah begitu saja dalam batin yang baru saja terkena badai yang berporak poranda.Perayaan Kelulusan mereka telah selesai, langit juga sudah mulai jingga. Hari yang begitu lelah, tapi rasanya semua kalah dengan keseruan hari ini yang penuh dengan warna. Untuk hari ini juga Linara tersenyum dengan bebas dan tertawa dengan lepas. Semua karena Fara yan berhasil mendobrak dilemanya.Hingga detik ini keputusan Linara masih abu-abu, entah dengan siapa Linara akan bersanding dikehidupan nanti, lelaki seperti apa yang Linara terima untuk menjadi pendamping hidupnya kelak. Apa Avraam? Yang tegas, memiliki segalanya bahkan terdengar sangat sempurna, meski status Avraam adalah Duda dengan anak satu?Atau R
Chapter 64 Dilema AkhirDilema yang menjadi satu padu saat gelora asmara berpadu saling bertabrak satu sama lain. Yang satu tidak ingin melepaskan, dan satunya tak ingin melukai. Saling menjaga, namun goresannya masih akan tetap ada.Pikirnya yang masih menggelorai perasaan yang tak pasti Dia labuhkan untuk siapa dan dengan siapa hati ini cocok bersanding. Rasanya terlalu rumit untuk menentukan semuanya, keduanya baik. namun, salah satu harus terpilih menjadi yang terbaik, tapi disisi itu luka akan terjadi begitu dalam satu pihak tidak terpilih.“Kenapa semua terjadi padaku? Kenapa mereka memilihku?” Bimbang Linara masih bergelayut dalam pikirnya, ketika hangatnya tubuh Rayhan masih terasa jelas ketika dada bidangnya memeluk hangat belakang punggung Linara. Butiran air mata yang menetes juga masih terasa begitu jelas basahnya saat membanjiri pilu hati.“Kenapa Kamu mengatakan hal itu Ray? Mengapa Kau mengatakan saat hatiku sedang be
Chapter 63 Bergelut Rasa.Senja yang berbalut jingga, begitu tenang memandangnya. Warna yang begitu lembut dengan sorot mentari yang hendak tenggelam. Lautan jingga seakan mengikuti perjalanan yang panjang ini. Linara masih menatap langit jingga dengan matanya yang bulat berbinar.Saat itu pula beberapa pedih merekam kembali pada pikirannya, entah sejak kapan Linara mulai mengingat hal pahit mengenal asmara. Padahal baru saja Linara secara tidak langsung menerima Avraam. Dalam batinnya juga merasa heran, mengapa Linara menerimanya? “Kenapa Aku menerimanya?” Tanya itu selalu menyangkut dalam batinnya yang berdesir. Mungkin jawabannya adalah jantung ini, setiap Linara dekat dengan Avraam rasanya berbeda sekali degupan yang Linara rasakan.Namun, satu sisi juga ada sosok Rayhan yang selalu hadir dalam harinya. Rayhan tak kalah baik dan perhatian. Bahkan tidak bisa terhitung saat mereka bersama, akibat sering bertemu. Namun hal yang b
Chapter 62Entah sejak kapan aku mencintainyaSeperti pagi biasanya, mata membuka dicuaca yang lebih dingin dari biasanya. Membuat tubuh merasa bergetar menahan dingin yang menusuk hingga tulang. “18 Celcius, pantas saja dingin seperti ini.” Ucap Linara saat melihat layar ponsel yang menyajikan informasi cuaca. Tak perlu banyak bicara lagi, Linara segera membangkitkan tubuhnya dari gelaran ranjang yang hangat, sungguh hal tersulit berpisah dengan kehangatannya. Berjalan menuju arah meja belajar, mengamatami foto yang tertancap pada mading sederhana buatannya. “Bukankah ini Taman Kota?” Linara mengerutkan alisnya.“Kenapa Aku pajang ya? Pasti ada kenangan didalamnya. Hah! Kesalnya punya memori rusak ini,” Gerutu Linara yang mengatai dirinya sendiri, lalu setelah itu Linara pergi berlalu menuju kamar mandi. Meskipun tidak ada kelas hari ini, untuk kali ini Linara berniat pe
Chapter 61Satu hari bersama RayhanRayhan mulai berkait dengan hari demi hari melihat Linara yang tampak lebih dekat dengan Avraam, apalagi Altan yang selalu saja menempel pada Linara bak Induknya. Tentu saja itu semua membuat Rayhan merasakan pergolakan api dalam hati yang tak mampu terucap, Dia hanya memilih memendam.“Apa Linara dan Avraam telah resmi menjadi sepasang kekasih?” Dalam diamnya selalu berasumsi seperti itu apabila Avraam lebih dekat dengan Linara. dalam batinnya selalu berkecamuk seperti itu.Apalagi akhir-akhir ini juga Avraam sering sekali ke Kedai, tak hanya sebagai pembeli namun sekaligus sebagai penyetor harian pinjaman yang selalu hadir. Ditambah sulitnya berkomunikasi langsung dengan Linara, pasti saja ada halangannya.“Ingin sekali Aku bersama Linara sehari full, meskipun hanya bercerita tentang hal yang tidak berguna itu sangat berguna bagiku. Tapi ... Kapan? Hah! Aku terlalu pengecut!” Batinnya berkata demi
Chapter 60Alasan demi kebaikan“Hari sudah sore, Kita pulang yuk, Altan?” Ajak Linara saat senja mulai menuai Taman Kota, mentari akan berganti dengan rembulan. Jingga menyilau dengan hangat, di Kota yang penuh dengan penghuni.Altan hanya mengangguk ajakan Linara, tangannya menggandeng jemari Linara.“Altan senang banget bisa ketemu dengan Kak Linara,” Ujar Altan ditengah perjalanan menyusuri trotoar.Linara hanya menuai senyum dengan berkata, “Kakak juga senang.”“Semoga Kak Linara cepat pulih dari sakitnya, Altan yakin Kak Linara wanita yang tangguh nan kuat, pasti bisa menghadapi semuanya.” Dalam batin Altan yang takjub dengan Linara.***Avraam yang menunggu disudut meja yang biasa dia tempati, meremas cemas menanti kedatangan Altan juga Linara yang tak kunjung memunculkan dirinya. Hingga kesabaran Avraam sampai pada titik lelahnya. Membuat Avraam segera beranjak dari Zona nyama
Chapter 59Aku harus mengingat AltanHari demi hari berjalan dengan tenang, layaknya kehangatan yang dulu kini kembali dengan lebih hangat. Bunda Adelia yang kini fokus membantu Kakek Aathif berjualan di Kedai kopi tua miliknya. Karena tidak ada lagi yang dikejar selain mempertahankan bisnis klasik yang telah berjalan belasan tahun.Disamping itu juga Linara butuh waktu istirahat 3-4 hari untuk kembali fit kebugaran tubuhnya sebelum merajut kembali kuliahnya. Sepanjang hari didalam sangkar itu sungguh mennyebalkan dan membosankan, hingga membuat Linara memutuskan untuk berkecimpung dunia Kedai kembali. Sekedar mempertajam kembali ingatannya.Kaki palsu yang dipasangnya kini telah kuat untuk berjalan, dengan langkah yang mantap Linara keluar dari ranah pribadinya. Senyum selembut sutra siap tersaji untuk para pelanggan yang berkunjung.“Lho kok Linara disini? Bukannya istirahat?” Ucap Bunda sembari sibuk dengan mengisi ulang bahan pokok.
Chapter 58Penyesalan dan gelisah“APA!” Sahut Kaivan dan Fara bersamaan tak percaya dengan ucapan yang terlontar AathifKata yang penuh dengan nada dadakan itu membuat Fara maupun Kaivan segera membabi buta membersihkan segalanya. Mungkin hanya dalam hitungan menit semua telah bersih dan kembali seperti semula, sungguh kekuatan yang hadir dalam detik akhir.Aathif terduduk sebentar setelah sedikit membantu pembersihan dapurnya yang buruk rupa itu. secangkir teh hangat memberi ketenangannya. Sedangkan Kedua kerdilnya masih membersihkan sisa kotoran yang tersisa.Kini kedua kerdil itu terduduk saling menopang punggungnya satu sama lain, noda dibaju yang tersisa juga masih jelas terlihat menodai Apronnya juga wajahnya, seakan telah perang dadakan melawan kuman.“Gue cape banget...,” Keluh Fara dengan napasnya yang terengah engah seakan telah dikejar pemburu kejam dalam hutan liar.“Lah Gue juga sama Far,” Jaw