Beranda / Romansa / Bukan Sang Pewaris / 70. Kebenaran Yang Pada Akhirnya Terbongkar

Share

70. Kebenaran Yang Pada Akhirnya Terbongkar

Penulis: Luisana Zaffya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-20 08:38:22

‘Ada satu hal yang ingin kau lakukan untuk kakek, Bastian.’ Phyllian menatap lurus sang cucu menantu, yang duduk di seberang meja. Tampak tegang dan pucat setelah ia membeberkan semua rahasia antara Bastian Thobias dan Aleta Ege. ‘Kakek akan melupakan semua kesalahanmu pada Berlian, termasuk program bayi tabung yang kalian lakukan secara diam-diam. Kakek bisa memakluminya, karena kau yang belum bisa melupakan Aleta.’

Bastian tampak menelan ludahnya. Keringat mulai membasahi pelipis. Meski begitu, tak ada sepatah kata pun yang terlepas dari ujung lidahnya untuk membantah.

‘Apa kau masih mencintainya?’ Phyllian mencondongkan tubuhnya ke depan. ‘Apakah hatimu masih dikuasai oleh Aleta?’

Bastian masih bergeming dengan ketakutan yang menggantung di atas kepala. Mamanya sudah memperingatkannya untuk tidak main-main dengan perjodohannya dengan Berlian. Pun ia tak benar-benar mendengarkan peringatan tersebut. Ia memang sudah benar-benar dibutakan ol
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Cahyaningsih Nuri
di tungguin up nya k
goodnovel comment avatar
ann’sbooks
Semangat update lagi Kak Lui
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Sang Pewaris   71. Keputus Asaan Berlian

    Aleta menyentakkan genggaman tangan Leon yang berhasil menyeretnya masuk ke dalam paviliun. “Kau sudah tahu sejak awal, kan?” Kemarahan di wajahnya lebih mendominasi dibandingkan kebingungan wanita itu. Melangkah muncur untuk menciptakan jarak aman di antara mereka. Sekaligus menetralkan kekecewaan dan ketakutan yang teramat besar akan jawaban yang diberikan oleh sang suami.“Apa saja yang dikatakan oleh Bastian?” Bibir Leon menipis keras, meski begitu tetap mempertahankan ketenangan di wajahnya. Aleta tampak begitu emosional. Dan satu-satunya orang yang membuat emosi Aleta terguncang seperti ini tentu saja hanya Bastian. Rupanya Phyllian masih tak menyerah untuk menerobos masuk ke dalam hidup Aleta. Dengan cara apa pun.“Kau tahu apa yang dikatakannya, Leon.” Jawaban Aleta penuh penekanan, tanpa perlu membeberkan dengan jelas pembicaraannya dan Bastian. “Semuanya,” pungkasnya. Kemudian berjalan ke arah kamar mandi dan mengunci pintunya dari dalam. Leon menyusul, hendak berusaha men

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Bukan Sang Pewaris   72. Tes DNA

    Aleta terkesiap kaget. Ancaman yang diucapkan dengan begitu emosional tersebut tentu saja berhasil membuatnya tak berkutik. “A-apa maksudmu, Berlian?” Tubuh Aleta membungkuk. Melepaskan pegangan Berlian yang begitu kuat di bawah wajah basah wanita itu yang tertunduk dalam.“Aku tak memiliki siapa pun dan apa pun. Memangnya untuk apalagi aku hidup, Aleta.”“Kakekmu …” Aleta masih merasa tak terbiasa harus memanggil Phyllian sebagai kakeknya meski perlahan ia mulai mempercayai fakta tersebut. Berkas-berkas yang secara rahasia dikirim oleh pria paruh baya tersebut lewat pelayan di rumah utama, semakin membuatnya yakin bahwa memang Phyllian Mamoralah ayah kandung ibunya. Dan diam-diam pria itu menghubungi nomor ponselnya. Pun tak banyak yang keduanya bicarakan karena kecanggungan Aleta. “Tak mungkin membuangmu, Berlian.”Berlian menggelengkan kepala, dengan isakan yang semakin menjadi. “Aku mendengar pembicaraan kakek dengan Bastian. Juga Bastian dan kedua orang tuanya. Mereka sedang bere

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Bukan Sang Pewaris   73. Jalan Hidup Pilihan Untuk Aleta

    Berlian mengalami pendarahan, tetapi anak dalam kandungan wanita itu berhasil selamat. Aleta bernapas dengan lega setelah mendengarkan kabar tersebut dari sang kakek. Menurunkan ponsel dari telinganya begitu panggilan berakhir. Hanya Bastian dan Phyllian yang ikut ke rumah sakit mengantarkan Berlian. Dan keberadaannya tentu saja tak diharapkan oleh wanita itu dan akan membuat Berlian semakin tertekan. ‘Aku mendengar pembicaraan kakek dengan Bastian. Juga Bastian dan kedua orang tuanya. Mereka sedang berencana menyingkirkanku. Sebelum mereka semua mengakhiri hidupku, akan lebih baik jika aku yang mengakhiri hidupku dan anak kami dengan tanganku sendiri.’ Mengingat kata-kata Berlian, Aleta tak bisa menghentikan pikirannya bahwa kecelakaan ini adalah kesengajaan Berlian untuk mengakhiri janin dan hidup wanita itu sendiri. Apakah Berlian memang akan senekat itu? Aleta menggigit bibirnya. Rasa bersalah mera

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Bukan Sang Pewaris   74. Surat Gugatan Perceraian

    “Kau benar-benar tak punya hati, Bastian. Anak kita nyaris mati dan kau masih saja sibuk memikirkan Aleta?” Mata Berlian digenangi air mata yang meleleh membasahi kedua pipinya. Tersedu oleh isakannya yang semakin menjadi. “Atau kau merasa bersedih karena anak ini tidak jadi mati? Dan menganggapnya sebagai batu sandungan untuk kisah cintamu dan Aleta?”Bastian mendesah gusar. “Berhenti bersandiwara, Berlian. Kau sendirilah yang bermain-main dengan nyawanya. Kau pikir aku tak tahu kau melakukan kenekatan ini untuk menarik simpati Aleta? Sehingga dia harus terpaksa mundur. Jangan pikir aku tak tahu kelicikanmu. Aku tak setolol itu.”Wajah Berlian membeku, meski tak terlalu terkejut dengan tuduhan Bastian yang memang benar adanya. Ya, keduanya tahu akan kelembutan dan kepolosan hati Aleta, yang di matanya malah tampak seperti sebuah ketololan. Ia hanya perlu mengundang simpati dan rasa iba Aleta, untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dari wanita bodo

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Bukan Sang Pewaris   75. Tak Baik-Baik Saja

    Aleta menatap berkas yang tergeletak di sampingnya. Tak ia sentuh sejak kemarin sang mama meletakkannya di sana. Tahu benar apa yang ada di dalam sana, tetapi ia tak memiliki keberanian untuk membukanya.Semua harapan dan keinginannya ada di dalam sana. Terkabulkan hanya dengan membubuhkan tanda tangannya di sana.Namun …Akan tetapi …Kenapa sekarang perasaannya telah berubah? Kenapa keinginan dan harapannya tidak sama?‘Mama tak tahu apakah mama perlu menyampaikannya padamu. Kakekmu dan Bastian menukarkan semua ini dengan perusahaan.’‘Mama dan papa tidak memihak siapa pun selain dirimu, Aleta. Yang kami inginkan hanyalah kebahagiaanmu semata. Jadi … pertimbangkan baik-baik keputusanmu.’Kata-kata sang mama kembali terngiang. Semudah inikah Leon menyerah untuknya? UntukLucien? Ya, tentu saja dirinya tak bisa dibandingkan dengan kursi tertinggi di Thobias Group.Aleta menghela napas pan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Bukan Sang Pewaris   76. Haruskah Merelakan Semuanya?

    “Apakah pria itu berhasil mempengaruhimu sehingga membuatmu seperti ini?” ulang Bastian dengan penekanan di ujung kalimatnya. “Jadi pria itu sudah berhasil mengubah perasaanmu padaku?”Aleta tak langsung menjawab. Menatap binar harapan di kedua mata Bqstian yang perlahan meredup. Sama sekali tak menyangkal pertanyaan tersebut.Bahkan pertanyaan tersebutlah yang membuat Aleta tersadar. Bahwa perasaannya pada Bastian memang sudah berubah. Berubah sepenuhnya tanpa ia sadari.Bastian menggeleng. “Tidak. Ini terlalu cepat, Aleta. Dan semua ini bukan karena Leon.Tetapi karena ancaman Berlian padamu, kan?”Aleta tetap bergeming. Ekspresi wajah Bastian tampak begitu emosional.“Berlian sudah mengatakan padaku. Semua itu hanya kelicikannya, Aleta. Percaya padaku.” Bastian melangkah maju, tetapi tubuh Aleta bergerak mundur. Mempertahankan jarak di antara mereka tetap terbentang.Aleta menggeleng. “Kakekku, kau, dan Berl

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Bukan Sang Pewaris   77. Kedatangan Leon

    “Kau masih belum menyentuhnya?” gumam Monica membuka berkas di meja yang tampaknya masih tak tersentuh, bahkan setelah beberapa hari setelah Aleta mencoba menemui Leon di kantor. Kepalanya berputar, menatap sang putri yang berdiri di tengah ruangan, menggendong baby Lucien yang tampaknya mulai tenang.Aleta hanya menatap sang mama, tanpa memberikan jawaban apa pun.“Masih ingin bicara dengan Leon?”Aleta memberikan satu anggukan pelan, menundukkan wajah dan menatap sang putra yang sudah terlelap. Ia pun berjalan mendekati boks bayi, membaringkan baby Lucien dan tetap berdiri di samping boks bayi.“Tadi malam papamu bertemu dengan kakekmu.” Monica mendekati Aleta. Menyentuh pundak wanita itu dengan lembut. “Kakekmu mengatakan akan mengambil alih semua permasalaha ini dan mengatur pengacara terbaik untukmu.”Aleta menoleh ke samping, napasnya semakin tertahan. “K-kakek?”Monica mengangguk. “Mama dan papa sudah menega

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Bukan Sang Pewaris   78. Keputusan Leon

    Phyllian Mamora dan Bastian tentu saja tak menyukai keberadaan Leon di ruang perawatan anak tersebut. Dan sama sekali tak menutupi kebencian keduanya di depan Leon. Aleta yang merasa terjebak dengan kecanggungan tersebut pun tak bisa melakukan apa pun. Terutama dengan sang kakek yang jelas-jelas ingin menyeret Leon keluar dari ruangan tersebut tapi tak mungkin membuat keributan di ruang perawatan baby Lucien yang kini sudah berbaring di ranjang pasien.“Kakek ingin bicara sebentar,” ucap Phyllian. Melirik ke arah Leon yang masih duduk di kursi. Tak melepaskan pandangan dari baby Lucien sedikit pun. Aleta mengangguk pelan, mengikuti sang kakek menuju pintu.“Awasi dia untukku,” pintah Phyllian pada Bastian sebelum mencapai pintu.Aleta tentu saja merasa tak nyaman dengan pintah tersebut. “K-kakek …”“Kakek tidak mempercayainya, Aleta. Siapa yang tahu kalau dia akan membawa lari cicitku.” Jawaban Phyllian yang tidak lirih se

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25

Bab terbaru

  • Bukan Sang Pewaris   78. Keputusan Leon

    Phyllian Mamora dan Bastian tentu saja tak menyukai keberadaan Leon di ruang perawatan anak tersebut. Dan sama sekali tak menutupi kebencian keduanya di depan Leon. Aleta yang merasa terjebak dengan kecanggungan tersebut pun tak bisa melakukan apa pun. Terutama dengan sang kakek yang jelas-jelas ingin menyeret Leon keluar dari ruangan tersebut tapi tak mungkin membuat keributan di ruang perawatan baby Lucien yang kini sudah berbaring di ranjang pasien.“Kakek ingin bicara sebentar,” ucap Phyllian. Melirik ke arah Leon yang masih duduk di kursi. Tak melepaskan pandangan dari baby Lucien sedikit pun. Aleta mengangguk pelan, mengikuti sang kakek menuju pintu.“Awasi dia untukku,” pintah Phyllian pada Bastian sebelum mencapai pintu.Aleta tentu saja merasa tak nyaman dengan pintah tersebut. “K-kakek …”“Kakek tidak mempercayainya, Aleta. Siapa yang tahu kalau dia akan membawa lari cicitku.” Jawaban Phyllian yang tidak lirih se

  • Bukan Sang Pewaris   77. Kedatangan Leon

    “Kau masih belum menyentuhnya?” gumam Monica membuka berkas di meja yang tampaknya masih tak tersentuh, bahkan setelah beberapa hari setelah Aleta mencoba menemui Leon di kantor. Kepalanya berputar, menatap sang putri yang berdiri di tengah ruangan, menggendong baby Lucien yang tampaknya mulai tenang.Aleta hanya menatap sang mama, tanpa memberikan jawaban apa pun.“Masih ingin bicara dengan Leon?”Aleta memberikan satu anggukan pelan, menundukkan wajah dan menatap sang putra yang sudah terlelap. Ia pun berjalan mendekati boks bayi, membaringkan baby Lucien dan tetap berdiri di samping boks bayi.“Tadi malam papamu bertemu dengan kakekmu.” Monica mendekati Aleta. Menyentuh pundak wanita itu dengan lembut. “Kakekmu mengatakan akan mengambil alih semua permasalaha ini dan mengatur pengacara terbaik untukmu.”Aleta menoleh ke samping, napasnya semakin tertahan. “K-kakek?”Monica mengangguk. “Mama dan papa sudah menega

  • Bukan Sang Pewaris   76. Haruskah Merelakan Semuanya?

    “Apakah pria itu berhasil mempengaruhimu sehingga membuatmu seperti ini?” ulang Bastian dengan penekanan di ujung kalimatnya. “Jadi pria itu sudah berhasil mengubah perasaanmu padaku?”Aleta tak langsung menjawab. Menatap binar harapan di kedua mata Bqstian yang perlahan meredup. Sama sekali tak menyangkal pertanyaan tersebut.Bahkan pertanyaan tersebutlah yang membuat Aleta tersadar. Bahwa perasaannya pada Bastian memang sudah berubah. Berubah sepenuhnya tanpa ia sadari.Bastian menggeleng. “Tidak. Ini terlalu cepat, Aleta. Dan semua ini bukan karena Leon.Tetapi karena ancaman Berlian padamu, kan?”Aleta tetap bergeming. Ekspresi wajah Bastian tampak begitu emosional.“Berlian sudah mengatakan padaku. Semua itu hanya kelicikannya, Aleta. Percaya padaku.” Bastian melangkah maju, tetapi tubuh Aleta bergerak mundur. Mempertahankan jarak di antara mereka tetap terbentang.Aleta menggeleng. “Kakekku, kau, dan Berl

  • Bukan Sang Pewaris   75. Tak Baik-Baik Saja

    Aleta menatap berkas yang tergeletak di sampingnya. Tak ia sentuh sejak kemarin sang mama meletakkannya di sana. Tahu benar apa yang ada di dalam sana, tetapi ia tak memiliki keberanian untuk membukanya.Semua harapan dan keinginannya ada di dalam sana. Terkabulkan hanya dengan membubuhkan tanda tangannya di sana.Namun …Akan tetapi …Kenapa sekarang perasaannya telah berubah? Kenapa keinginan dan harapannya tidak sama?‘Mama tak tahu apakah mama perlu menyampaikannya padamu. Kakekmu dan Bastian menukarkan semua ini dengan perusahaan.’‘Mama dan papa tidak memihak siapa pun selain dirimu, Aleta. Yang kami inginkan hanyalah kebahagiaanmu semata. Jadi … pertimbangkan baik-baik keputusanmu.’Kata-kata sang mama kembali terngiang. Semudah inikah Leon menyerah untuknya? UntukLucien? Ya, tentu saja dirinya tak bisa dibandingkan dengan kursi tertinggi di Thobias Group.Aleta menghela napas pan

  • Bukan Sang Pewaris   74. Surat Gugatan Perceraian

    “Kau benar-benar tak punya hati, Bastian. Anak kita nyaris mati dan kau masih saja sibuk memikirkan Aleta?” Mata Berlian digenangi air mata yang meleleh membasahi kedua pipinya. Tersedu oleh isakannya yang semakin menjadi. “Atau kau merasa bersedih karena anak ini tidak jadi mati? Dan menganggapnya sebagai batu sandungan untuk kisah cintamu dan Aleta?”Bastian mendesah gusar. “Berhenti bersandiwara, Berlian. Kau sendirilah yang bermain-main dengan nyawanya. Kau pikir aku tak tahu kau melakukan kenekatan ini untuk menarik simpati Aleta? Sehingga dia harus terpaksa mundur. Jangan pikir aku tak tahu kelicikanmu. Aku tak setolol itu.”Wajah Berlian membeku, meski tak terlalu terkejut dengan tuduhan Bastian yang memang benar adanya. Ya, keduanya tahu akan kelembutan dan kepolosan hati Aleta, yang di matanya malah tampak seperti sebuah ketololan. Ia hanya perlu mengundang simpati dan rasa iba Aleta, untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dari wanita bodo

  • Bukan Sang Pewaris   73. Jalan Hidup Pilihan Untuk Aleta

    Berlian mengalami pendarahan, tetapi anak dalam kandungan wanita itu berhasil selamat. Aleta bernapas dengan lega setelah mendengarkan kabar tersebut dari sang kakek. Menurunkan ponsel dari telinganya begitu panggilan berakhir. Hanya Bastian dan Phyllian yang ikut ke rumah sakit mengantarkan Berlian. Dan keberadaannya tentu saja tak diharapkan oleh wanita itu dan akan membuat Berlian semakin tertekan. ‘Aku mendengar pembicaraan kakek dengan Bastian. Juga Bastian dan kedua orang tuanya. Mereka sedang berencana menyingkirkanku. Sebelum mereka semua mengakhiri hidupku, akan lebih baik jika aku yang mengakhiri hidupku dan anak kami dengan tanganku sendiri.’ Mengingat kata-kata Berlian, Aleta tak bisa menghentikan pikirannya bahwa kecelakaan ini adalah kesengajaan Berlian untuk mengakhiri janin dan hidup wanita itu sendiri. Apakah Berlian memang akan senekat itu? Aleta menggigit bibirnya. Rasa bersalah mera

  • Bukan Sang Pewaris   72. Tes DNA

    Aleta terkesiap kaget. Ancaman yang diucapkan dengan begitu emosional tersebut tentu saja berhasil membuatnya tak berkutik. “A-apa maksudmu, Berlian?” Tubuh Aleta membungkuk. Melepaskan pegangan Berlian yang begitu kuat di bawah wajah basah wanita itu yang tertunduk dalam.“Aku tak memiliki siapa pun dan apa pun. Memangnya untuk apalagi aku hidup, Aleta.”“Kakekmu …” Aleta masih merasa tak terbiasa harus memanggil Phyllian sebagai kakeknya meski perlahan ia mulai mempercayai fakta tersebut. Berkas-berkas yang secara rahasia dikirim oleh pria paruh baya tersebut lewat pelayan di rumah utama, semakin membuatnya yakin bahwa memang Phyllian Mamoralah ayah kandung ibunya. Dan diam-diam pria itu menghubungi nomor ponselnya. Pun tak banyak yang keduanya bicarakan karena kecanggungan Aleta. “Tak mungkin membuangmu, Berlian.”Berlian menggelengkan kepala, dengan isakan yang semakin menjadi. “Aku mendengar pembicaraan kakek dengan Bastian. Juga Bastian dan kedua orang tuanya. Mereka sedang bere

  • Bukan Sang Pewaris   71. Keputus Asaan Berlian

    Aleta menyentakkan genggaman tangan Leon yang berhasil menyeretnya masuk ke dalam paviliun. “Kau sudah tahu sejak awal, kan?” Kemarahan di wajahnya lebih mendominasi dibandingkan kebingungan wanita itu. Melangkah muncur untuk menciptakan jarak aman di antara mereka. Sekaligus menetralkan kekecewaan dan ketakutan yang teramat besar akan jawaban yang diberikan oleh sang suami.“Apa saja yang dikatakan oleh Bastian?” Bibir Leon menipis keras, meski begitu tetap mempertahankan ketenangan di wajahnya. Aleta tampak begitu emosional. Dan satu-satunya orang yang membuat emosi Aleta terguncang seperti ini tentu saja hanya Bastian. Rupanya Phyllian masih tak menyerah untuk menerobos masuk ke dalam hidup Aleta. Dengan cara apa pun.“Kau tahu apa yang dikatakannya, Leon.” Jawaban Aleta penuh penekanan, tanpa perlu membeberkan dengan jelas pembicaraannya dan Bastian. “Semuanya,” pungkasnya. Kemudian berjalan ke arah kamar mandi dan mengunci pintunya dari dalam. Leon menyusul, hendak berusaha men

  • Bukan Sang Pewaris   70. Kebenaran Yang Pada Akhirnya Terbongkar

    ‘Ada satu hal yang ingin kau lakukan untuk kakek, Bastian.’ Phyllian menatap lurus sang cucu menantu, yang duduk di seberang meja. Tampak tegang dan pucat setelah ia membeberkan semua rahasia antara Bastian Thobias dan Aleta Ege. ‘Kakek akan melupakan semua kesalahanmu pada Berlian, termasuk program bayi tabung yang kalian lakukan secara diam-diam. Kakek bisa memakluminya, karena kau yang belum bisa melupakan Aleta.’Bastian tampak menelan ludahnya. Keringat mulai membasahi pelipis. Meski begitu, tak ada sepatah kata pun yang terlepas dari ujung lidahnya untuk membantah.‘Apa kau masih mencintainya?’ Phyllian mencondongkan tubuhnya ke depan. ‘Apakah hatimu masih dikuasai oleh Aleta?’Bastian masih bergeming dengan ketakutan yang menggantung di atas kepala. Mamanya sudah memperingatkannya untuk tidak main-main dengan perjodohannya dengan Berlian. Pun ia tak benar-benar mendengarkan peringatan tersebut. Ia memang sudah benar-benar dibutakan ol

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status