Beranda / Urban / Bukan Pewaris Biasa / Kenapa kalian Di Sini?

Share

Kenapa kalian Di Sini?

Penulis: Mangata
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-23 10:05:56
"Kau…? Kenapa kau ada di sini?" Dannis terkejut akan kemunculan sosok yang sudah lama tidak ia temui. Mantan kekasih ketika ia berada di masa sekolah dulu.

"Hai, lama tidak bertemu, Dannis." Anya muncul di depan mantan kekasihnya sambil membawa sebuah berkas dokumen yang memiliki nama Riana Elizabeth.

Tidak berselang lama, ada satu lagi perempuan yang menampakkan dirinya. Ketika ia muncul, Edwin dan Gilang sontak saja terkejut. Mata mereka masing-masing mendelik keluar, seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Se–sekretaris Nina?! A–apa yang Anda lakukan di sini?" ucapan Gilang tampak terbata-bata.

"Ada apa ini? Kenapa kalian ada di sini? Dan kenapa ada Anya juga? Apa kalian saling kenal?" Dannis merasa bingung.

Kedua perempuan itu saling menoleh satu sama lain. Dengan berat hati, Nina memutuskan untuk mengakhiri sandiwaranya. Ia maju ke depan dan menghampiri Dannis yang tampak tercengang.

"Aku mendapatkan informasi mengenai rumah rahasia ini dari Randy. Malam itu, dia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Pewaris Biasa   Saling Memburu

    "Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang? Aku takut ada yang datang ke sini dan memenggal leher kita," ungkap Edwin."Ambil semua berkas yang ada di lemari besi. Kita akan kumpulkan dalam satu file besar. Dan cari lagi apapun yang bisa kita jadikan bukti yang kuat di pengadilan," perintah Dannis. "Aku akan menelepon pengacara dan kakek sebentar. Kalian lanjutkan saja dulu." Gilang pergi keluar ruangan.Mereka berempat kembali melanjutkan perburuannya. Edwin dan Anya memilih untuk menyisir area lemari kayu dan bufet di kedua sisi ruang rahasia itu. Lalu Dannis dan Luna mengambil seluruh berkas di lemari besi dan dikumpulkan pada satu ransel. "Kita butuh ransel atau koper tambahan," ungkap Dannis. "Lebih baik kita langsung letakkan di mobil saja. Bagaimana?" Luna memberi pilihan. Dannis yang masih kesal dengan perempuan itu tampak menurut saja. Ia mungkin kesal, namun ia tidak bisa marah padanya. Setelah mengetahui kalau Nina adalah Luna, ada sedikit rasa lega yang ia rasakan. Ri

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Bukan Pewaris Biasa   Sampai di Pulau Terpencil

    "Benar sekali. Ada yang bisa saya bantu?" tanya security. "Kami sudah memiliki janji dengan Pak Ibrahim. Mungkin bisa disampaikan ke beliau? Bilang saja, kami diutus oleh Pak Gilang," ungkap Luna. Lalu security segera menghubungi bagian kantor pusat yang berada di dalam. Tampak ia mengangguk setiap kali mengakhiri ucapannya di telepon. Security itu meminta kepada keduanya untuk masuk saja dan langsung menuju ke bagian kantor. Mendengar hal itu, Dannis pun memacu kembali mobilnya dan masuk lebih dalam menuju ke sebuah bangunan tiga lantai yang ada diujung lapangan terbang itu. Tampak ada beberapa mobil SUV dan sedan yang terparkir tepat di depan halaman kantor. Luna pun segera masuk menuju ke meja resepsionis. Ternyata mereka sudah ditunggu. Bagian resepsionis terlihat langsung memandu mereka menuju ke lantai tiga untuk menemui Ibrahim. "Sore, Pak. Mereka sudah tiba," ucap resepsionis itu. Ia membukakan pintu untuk Dannis dan Luna, serta mempersilahkan keduanya untuk masuk. Terlih

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Bukan Pewaris Biasa   Tim Pembunuh Bayaran Vs Tim Dannis

    "Yah, itu mereka," balas Randy. "Ke mana tujuanmu? Kau ingin pergi dan menghilang?" Dannis bertanya. "Aku akan bersembunyi dulu untuk sementara waktu. Tapi tenang saja, aku lari ke luar negeri hanya untuk bersembunyi dari Andika, bukan untuk lari dari polisi," ungkap Randy. "Lalu kau pergi menggunakan apa?" Luna bertanya. "Ada kapal berukuran sedang di sisi lain pulau. Aku akan pergi menggunakan kapal itu dan menuju ke tengah laut untuk naik ke kapal pesiar. Sayangnya, kapal pesiar baru tiba sekitar jam 9 malam." Randy melihat jam tangannya. Waktu ternyata masih menunjukkan pukul 6 sore. Tampak langit sudah menjadi agak gelap. Cahaya matahari yang memantulkan keindahan senja perlahan-lahan tampak memudar."Kalau begitu kita harus menahan mereka sekitar 3 jam." Dannis mulai menggenggam beberapa senjata dari ranselnya. "Kita harus mencari posisi untuk bersembunyi. Apa kau bisa membantu kami mencarinya?" Luna menoleh ke arah Randy. Lelaki itu akhirnya menunjukkan sebuah tempat yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Bukan Pewaris Biasa   Melarikan Diri Ke Tengah Laut

    "Sial!" Luna tidak bisa menghindari tembakan itu. Dar!Perempuan itu melihat ada tetesan darah yang menetes tepat di depan dirinya. Ia baru sadar kalau tembakan salah satu pembunuh bayaran itu tidak mengenai tubuhnya. "Da–Dannis?!" Luna terkejut. Ternyata tetesan darah itu berasal dari lengan lelaki yang tampak berdiri di depannya. Dannis menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk menyelamatkan Luna. "Kau tidak apa-apa?" Dannis menoleh sebentar, lalu setelahnya, ia menoleh tajam ke para pembunuh bayaran. Dengan mengandalkan pistol yang digenggam oleh kedua tangannya, ia berhasil menembak mata, pelipis, dahi, lengan dan dada mereka. Namun sayangnya, satu pembunuh lagi berhasil bersembunyi dan menembak balik ke arah Dannis. Dar!Tembakan itu tampak mengenai bagian wajah kiri lelaki itu. Untungnya peluru itu hanya menggores pipinya. Dengan cepat, Dannis melepaskan tembakannya kembali. Namun kali ini ia mengkombinasikannya dengan flashbang yang ia lemparkan di dekat persembunyian pemb

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Bukan Pewaris Biasa   Menuju Ke Rapat Saham

    "Aku masihlah Samuel. Aku bukan Randy yang kau kenal dulu," ungkap lelaki itu. Wajahnya tampak menunduk ke bawah. Ada rasa kecewa di dalam dirinya. Ia tidak mengerti dengan takdir yang terus saja mempermainkan dirinya. "Bila kau merasa kalau dirimu bukanlah Randy, maka jadilah Samuel yang kau yakini saat ini. Kami akan mengingatmu sebagai Randy, lalu ingatlah dirimu sebagai dirimu yang sekarang saja." Luna telah selesai dengan peralatan P3K-nya. Perempuan itu memilih untuk ikutan bersandar bersama Randy sambil menatap ke langit malam yang tampak bertaburan bintang dan bulan purnama. Luna merasakan lelah yang teramat luar biasa. "Kau tidak menolong Dannis? Lengannya masih terluka, 'kan?" Randy menoleh. "Oh, benar juga. Aku lupa," sahut Luna dengan wajah konyol. Akhirnya ia pamit sebentar. Luna langsung menghampiri Dannis di ruang kemudi. Tampak terlihat lelaki itu begitu menikmati perannya sebagai nahkoda amatir. Memegang kemudi kapal sambil melihat jauh ke depan hamparan ombak l

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Bukan Pewaris Biasa   Penyelamatan Tiga Serangkai

    "Tentu saja. Kau harus menjadi orang yang tidak bisa diprediksi. Jujur saja, aku tidak suka diriku dikalahkan dengan mudah," ungkap Aji Kartanegara. "Tuan, bila Anda melakukan hal ini, Anda tidak akan memiliki hak lagi dengan Kartanegara Grup." Notaris itu tampak ragu untuk memproses permintaan Aji Kartanegara. "Jangan ragu. Akan lebih berbahaya bila aku dibunuh atau mati terlebih dahulu sebelum sempat mewariskan semuanya ke para cucuku," pikir Aji Kartanegara. "Baiklah, kami akan urus semua ini." Pengacara akhirnya setuju. Meski begitu, ia sangat menyayangkannya. "Urus paling lama dua hari. Aku ingin bebas sebelum rapat pemegang saham." Setelah itu, Aji Kartanegara pun pergi meninggalkan keduanya. Didampingi oleh pengawalnya, pria tua itu hendak menuju ke tempat lainnya. Di lain tempat, jam di layar smartphone milik Dannis sudah menunjukkan pukul 00.00. Mereka bertiga masih terombang-ambing di tengah laut dengan keadaan kapal mati. Ditambah lagi, perut mereka tidak bisa mentoler

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26
  • Bukan Pewaris Biasa   Penculikan Oleh Tim KSG

    "Dasar bajingan! Kenapa bisa dirampok?!" Jared yang kala itu sedang menunggu helikopter sewaannya untuk menyusul ke tengah laut malah harus menerima kabar pahit. Kamera tersembunyi yang dikhususkan di kamar rahasia yang sengaja disembunyikan oleh Andika rupanya menangkap rombongan Dannis yang sedang mengacak-acak lemari besi berisikan berkas rahasia. Jared mendapatkan beberapa cuplikan video dari anggotanya yang sudah terlebih dulu sampai di sana. Wajahnya tampak geram ketika melihat wajah-wajah yang tidak asing baginya. Ditambah lagi, ada beberapa wajah baru seperti Anya dan Edwin yang tampak asing baginya. "Bos, helikopternya sudah datang." Salah seorang prajurit melapor. "Suruh pilotnya untuk mengubah lokasi tujuan kita!" Jared yang kesal langsung memerintahkan setengah timnya kembali ke ibukota. Ia meminta untuk mencari tahu siapa saja orang-orang yang tertangkap oleh kamera tersembunyi. Setelah membagi tim, Jared pun naik ke dalam helikopter bersama empat orang saja. Ia pun

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-27
  • Bukan Pewaris Biasa   Rapat Darurat Sebelum Perang

    "Halo?"["Dannis Brata?"]"Iya, ini saya sendiri. Maaf, ini siapa?"["Aku baru tahu kalau perampok di masa sekarang sangatlah sopan. Aku tahu kau baru saja merampok beberapa berkas rahasia dari rumah bosku, Andika. Sebagai balasannya, aku juga menculik dua orang dari geng perampokmu."]"Apa maksudmu?! Siapa kau?!"["Temui aku di lokasi yang sudah aku share ke smartphone-mu. Dan… jangan lupa bawa semua berkas yang kau curi untuk ditukar dengan nyawa satu bocah dan satu karyawan teladan Kartanegara Grup."]"Halo? Halo?!"Panggilan telepon tiba-tiba terputus. Dannis yang saat itu masih berada di kapal dan hendak berlabuh langsung merasa panik dan cemas. Ia menerima beberapa pesan singkat di aplikasi chat miliknya. Ada lokasi bertemu dengan si penjahat, lalu ada dua video berdurasi pendek. "Ada apa?" tanya Juna. "Ada yang menelepon dan bilang kalau dia menculik dua orang. Sebentar, aku lihat dulu videonya." Dannis pun memutar dua video itu secara bergantian. Di sampingnya, Juna ikut men

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-28

Bab terbaru

  • Bukan Pewaris Biasa   Pertarungan Final! (TAMAT)

    “Mereka terlalu banyak!” Anya begitu kesulitan untuk menembak para Jager selama sniper itu masih ada. “Kau harus bunuh snipernya terlebih dulu!” Anya berteriak dari balkon lantai tiga. “Aku tahu!” Dannis yang masih baru pertama kali menggunakan senjata sniper itu tampak kaku ketika membunuh beberapa Jager yang mendekat. Meski begitu, pelatihan yang ia lakukan dengan Rosella tidaklah gagal. Dannis tahu tentang sniper yang ada di lantai tiga itu. Ia tahu kalau sniper itu yang membunuh Aden di tragedi lautan api. Saat Rosella membidiknya, ia juga ikut melihat perawakan sniper itu. Tapi masalahnya, kemampuan sniper itu jauh diatasnya. Ia butuh strategi jitu untuk menumbangkannya. “Ada helikopter yang akan datang lima belas menit lagi! Bertahanlah sampai bala bantuan tiba!” Saka berteriak dari lantai dua.“Bala bantuan? Siapa yang akan membantu kita?” Anya merasa bingung. “Seorang teman lama kenalan ayahku.” Saka tersenyum. Anak itu mencoba menyusuri belakang rumah. Ia memanjat Dindin

  • Bukan Pewaris Biasa   Tamu Tak Diundang Di Villa (S2) 

    Perjalanan menuju ke villa yang berada di perbatasan antara Thailand dan Laos lumayan jauh dan memakan waktu tidak sebentar. Dua jam perjalanan Menggunakan taksi sudah cukup membuat kepala Dannis pegal. Terlebih lagi, Saka dan Anya yang ketiduran dan bersandar ke kedua pundaknya. Ia berganti posisi dengan Saka yang semula duduk di tengah-tengah. Saat memasuki wilayah sebuah komplek perumahan yang berada di lereng bukit, pemandangan di kedua sisi jalan berubah menjadi area pepohonan pinus. Sepi, tidak ada mobil yang lalu-lalang. Bahkan jarang ada orang yang sekadar lewat. Dannis merasa wilayah ini sangat berbeda dengan wilayah lainnya. “Hei, bangun. Kita sudah mau sampai.” Dannis membangunkan keduanya. Tampak liur Saka dan Anya membekas di kaos oblongnya. “Apa kita sudah di villa?” Anya melihat ke luar jendela. Ia sangat terpukau dengan pemandangannya. “Aneh, kenapa sepi sekali?” Saka merasakan hal yang sama dengan Dannis. Bocah itu masih saja menguap padahal sudah tidur dua jam.

  • Bukan Pewaris Biasa   Warisan Rafael & Surat Perpisahan (S2)

    “Ini luar biasa! Apa kuil itu terbuat dari emas?” Saka terpukau dengan kemegahan kuil yang ia lihat. Kuil-kuil yang ada di Chiang Mai sangat dijaga kelestariannya. Bukan hanya bentuk fisiknya saja yang begitu artistik dan memiliki sejarah yang tak ternilai, tapi fasilitas pendukung untuk para wisatawan juga diprioritaskan. Kenyamanan, keamanan dan kebersihan sangat terlihat di lingkungan kuil-kuil itu. Saka sangat menikmati kunjungan wisata itu. Ia sangat senang karena bisa pergi lagi bersama sepupu yang telah dianggapnya sebagai seorang kakak. Tidak sedikit ia bertanya tentang kuil-kuil itu ke Dannis. Meski lelaki itu telah menjelma sebagai pria dingin dan kaku, Dannis masih memiliki sisi lembut ketika bersama Saka. “Ngomong-ngomong, kau ingin menunjukkan apa padaku? Sebelum kita ke sini, kau bilang ingin menunjukkan sesuatu,” tanya Dannis.“Oh, aku baru ingat. Ini hanyalah cerita dari ayahku. Dulu sekali, dia pernah menyinggung soal organisasi hitam bernama Dewan XII. Kau tahu aya

  • Bukan Pewaris Biasa   Kita Bagi Dua Kelompok (S2)

    “Fraksi IX? Apa kau gila?!” Steven langsung menghentikan ucapan temannya. “Organisasi itu seperti hantu. Tidak ada yang tahu di mana dan siapa amggotanya. Kau pikir kita bisa menemukannya?” ucap Reina. “Aku akan jelaskan dulu. Lalu kalian bisa mengambil kesimpulannya,” ungkap Gan. Anya dan Saka yang belum mengetahui organisasi itu tampak bingung. Dannis yang berada di samping mereka mencoba menjelaskan tentang organisasi Fraksi IX kepada keduanya. Meski harus mengabaikan ucapan Gan, tapi Dannis sangat menikmati menjelaskan hal itu pada Anya dan Saka. “Seorang Verbannen ke-6 mengetahui siapa anggota Fraksi IX. Tapi dia hanya memberikan alamatnya saja. Sayangnya, tempat orang itu sangat jauh dari Verbannen ke-6 yang memberitahukan tentang anggota organisasi itu. Yang aku rencanakan adalah… kita berpencar. Kelompok pertama akan menemui Verbannen di Myanmar. Kita akan mengajaknya untuk bergabung. Lalu kelompok kedua akan pergi menemui orang yang diduga sebagai anggota Fraksi IX di Lao

  • Bukan Pewaris Biasa   Berkumpul di Chiang Mai (S2)

    “Kau sudah bangun?” Gan menyapa temannya yang sedang berdiri di atas balkon penginapan. “Chiang Mai. Apa yang kita lakukan di sini? Kau ingin berwisata kuil?” Dannis menyindir. Hari baru dengan pemandangan langit biru tampak mempesona dirinya. Tapi kejadian yang membuat ia terus mengingat tentang lautan api, membuatnya merasa tidak nyaman. Apalagi kejadian kemarin telah menelan korban, yaitu temannya; Aden. Mereka lari sangat jauh dari lokasi pembakaran dan pembantaian malam lalu. Dengan uang yang tersisa, Gan membawa kedua temannya menuju ke Chiang Mai, tempat di mana salah satu klub malam miliknya yang tersisa.“Kita datang ke sini untuk mengambil simpanan uangku. Para Jager brengsek itu pasti telah menghubungi bank lokal untuk membekukan rekeningku. Aku harus mengambil uang tunai di penyimpananku. Dan… kita juga menunggu Steven, Reina dan satu orang lagi yang matanya ikut dari tanah airmu.” Gan pun pergi setelah mengucapkan hal itu. “Satu orang lagi?” Dannis berpikir siapa yang

  • Bukan Pewaris Biasa   Lautan Api (S2)

    Kepergian Gan membuatnya tampak tenang. Saat ini ia hanya ingin beristirahat di tempatnya hingga ajal menjemput. Sambil memegang remote control di salah satu tangannya, Aden menunggu sampai temannya berkumpul dengan yang lain. Tampak dari layar smartphone miliknya ada sebuah foto lama yang membuatnya teringat momen ketika ia masih menjadi seorang Jager. Aden mencoba untuk bernostalgia dengan foto di galeri smartphone miliknya. Sungguh rindu… ia rindu dengan keadaan dulu. “Gan?” Rosella bertemu dengan Gan yang baru saja melompat dari rumah sebelah. “Kenapa kau di sini?” Dannis merasa bingung ketika bertemu dengan Gan. Ia melihat pria itu menangis. Matanya masih tampak bengkak.“Kita harus pergi! Aden akan menekan remote itu! Cepat!” Gan berupaya membawa mereka berdua menjauh. Tapi Rosella dan Dannis tetap diam di tempat sembari mempertanyakan di mana Aden berada. Mereka menolak pergi sebelum Gan menjelaskan tentang keadaan Ad

  • Bukan Pewaris Biasa   Maaf Aku Meninggalkanmu (S2)

    “A, apa dari sana?” Aden menerka datangnya peluru yang menembaknya. Ia melihat gedung tinggi yang lumayan jauh. Tapi apa mungkin?Tepat di dada bagian kanan peluru Diablo menembusnya. Aden berusaha untuk bangun kembali, namun darah yang mengucur dari luka itu begitu deras. Bahkan darah juga keluar dari mulutnya. “G–guys… ada satu sniper lagi ….” [Kenapa bicaramu terbata-bata?]Gan merasa ada yang tidak beres dengan temannya. Ia menghentikan langkahnya dan berusaha mendengarkan Aden. [Aden? Apa kau terluka?] Rosella merasa cemas. Ia berupaya agar tebakannya salah. “A–aku baik-baik saja. Rose, tolong bisik ke arah gedung diujung sana. Sepertinya dia menembak dari sana.” Aden berusaha keluar dari jalur bidik Vladimir dengan bersembunyi kembali di balik dinding. Dengan posisi terduduk, ia berusaha untuk menghentikan pendarahannya menggunakan sapu tangan yang ia bawa. [Kau yakin? Kau seperti orang yang sedang terluka.]Gan mengkonfirmasinya kembali. Ia merasa ada yang tidak beres de

  • Bukan Pewaris Biasa   Awas Sniper! (S2)

    Serangan dari jarak jauh mulai dilancarkan oleh para Jager. Ternyata mereka sudah mengepung rumah itu semenjak gencatan senjata. Mereka terus maju dari lokasi persembunyiannya yang awal. Perlahan tanpa diketahui oleh Gan dan para pengawalnya. Dan inilah hasilnya. Ledakan besar yang baru saja terjadi berasal dari tembakan bazooka yang dilakukan oleh para Jager dari rumah seberang jalan. Meski para kawanan Gan bisa melawan balik, tapi intensitas serangan para Jager jauh lebih mendominasi. Alhasil, para pasukan Gan yang justru mundur ke belakang rumah untuk melindungi diri. Dan dalam waktu beberapa menit saja, sahut-sahutan bazooka membuat pekarangan depan rumah Gan hancur berantakan. Bahkan beberapa ruangan yang ada di rumahnya hancur menjadi puing-puing. “Mereka mendobrak gerbang!” Salah satu pengawal berteriak. “Dasar sial! Cepat bunuh mereka!” teriak Gan. Ia sedang bersama Aden yang bersiap-siap untuk melancarkan serangan kejutan. Aden terlihat sedang mempersiapkan senapan sniper

  • Bukan Pewaris Biasa   Pesta Jager Vs Verbannen Dimulai! (S2)

    Malam bergulir sangat cepat bagi Dannis yang baru saja terbangun dari tidurnya. Ia terlihat kelelahan selama seharian berkutat dalam pelatihan ekstrimnya. Tanpa ia sadari, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Yang ia ingat setelah latihan selesai hanyalah mandi, makan dan tempat tidurnya. Sepertinya karena begitu lelah, ia tertidur hampir dua belas jam lebih. Ia merasakan sekujur tubuhnya terasa sakit, mungkin karena efek dari latihan kemarin. “Kenapa tenang sekali?” Lelaki itu tidak mengira bahwa pagi harinya akan dimulai dengan ketenangan. Biasanya ada langkah kaki yang terdengar lalu-lalang di sepanjang lorong lantai dua. Atau suara dari para pengawal yang mondar-mandir tepat di depan kamarnya. Bahkan ia tidak melihat si gila Rosella yang tiba-tiba masuk dan menggodanya. “Apa yang terjadi? Apa mereka semua mati?” Dannis beranjak dari ranjangnya dan menuju ke arah pintu. Ketika ia membukanya, tidak ada seorang pun yang menjaga di lorong lantai dua. Dan ketika ia melihat ke ba

DMCA.com Protection Status