Biru yang bersandar punggung pada dinding lift lantas menggenggam tangan Jingga ketika mereka berada di dalam lift membuat Jingga menoleh menatap sang suami yang sorot matanya tampak sayu.Tidak ada senyum di bibirnya, mungkin Biru kehabisan tenaga setelah mencarinya ke mana-mana setelah itu harus mencari Cinta.Jingga mendekat dengan cara bergeser lantas merebahkan kepala di pundak Biru.Kepala Biru menunduk untuk mengecup kening Jingga.“Aku udah telepon mama, ngabarin kalau kita nginep… mama sama Papa nginep di rumah kita jagain anak-anak.” Jingga memberitahu dan dia mendapat anggukan samar disertai kecupan untuk kedua kalinya di kening.Di samping kiri dan kanan mereka ada beberapa tamu hotel yang mencuri-curi pandang dan mungkin iri karena Jingga memiliki pasangan yang tidak segan menunjukkan rasa cintanya.Sementara di depan Biru dan Jingga ada Davian yang merangkul pundak Cinta dengan tangan Cinta yang mengait di pinggang pria itu.Cinta masih belum mau bicara kepada Biru, seti
Kepala Jingga menengadah bersandar di pundak Biru sehingga sang suami bisa mengecup pipi Jingga dan merajai lehernya hingga ke telinga dengan jilatan lidah.Gerakan Jingga semakin liar, bukan hanya naik turun tapi dia memutar bokongnya.“Bi … ru … eeemmhh ….” Desahan Jingga yang memanggil namanya itu memberitahu Biru kalau sang istri akan sampai.Tanpa mencabut miliknya, Biru beranjak berdiri sembari perlahan membuat tubuh Jingga membungkuk.Refleks kedua tangan Jingga terulur menekan meja rias, cermin di depannya merefleksikan apa yang sedang mereka lakukan.Biru yang berdiri di belakangnya yang kini mendominasi gerakan.Memegang kedua pinggang Jingga selagi dia menghentak dari belakang.Biru menaikkan tempo dan desah Jingga semakin kencang, dia kalang kabut mencari pegangan lain karena gelombang itu sudah dekat siap menggulung Jingga tanpa ampun.Entah hentakan keberapa, mereka berdua mengerang hampir bersamaan.Biru semakin dalam memberi hentakan, ditariknya tangan Jingga membuat
Sekarang Cinta kehilangan muka menghadapi teman-temannya setelah kejadian malam minggu kemarin yang membongkar statusnya sebagai seorang istri dan ibu. Dia terus menundukan kepala menyusuri koridor untuk tiba di ruang kelasnya.Tadi Davian sempat mengantar hingga kampus, mengatakan bersedia mengantar sampai ke kelas tapi Cinta bukan anak TK.Dia harus menghadapi masalahnya sendiri.“Cinta!” Suara pria yang dia kenali membuat langkahnya terhenti seketika.Cinta mengangkat pandangan dan di depan sana berjarak beberapa meter saja matanya menemukan Raja.Pria itu tersenyum seolah tidak pernah terjadi apa-apa di Villa akhir minggu lalu di Puncak.“Raja ….” Cinta bergumam, dia berjalan mendekat.“Udah belajar buat kuis hari ini?” Pria itu bertanya sembari merangkul pundak Cinta yang refleks dihela pelan olehnya.“Udah ….” Cinta menjawab singkat.Mata Cinta memindai seisi ruangan kelas, dia menemukan teman-temannya dan bingung bagaimana harus menghadapi mereka.Apakah Cinta harus menyapa me
“Ya udah.” Davian setuju, dia mengemudikan mobilnya pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, Kiana menyambut langsung berlari tertatih melewati pintu hanya menggunakan popok tanpa celana.“Pa … pa … piiii.” Kiana menyengir memamerkan giginya yang masih jarang.Davian langsung menggendong Kiana.“Nan … kok Kiana enggak pake celana?” Davian bertanya pada Nanny yang mengejar Kiana dari dalam rumah.“Baru mau dimandiin, Pak … tapi keburu lari karena denger suara mobil Bapak.” “Oooh, ya udah … Kiana aku yang mandiin ya, Nan.” Cinta menimpali.“Ayo sayang, kita mandi dulu.” Cinta mengambil alih Kiana dari gendongan Davian.“Dad … daaa … Pap … Piii.” Kiana melambaikan tangan saat sang bunda membawanya ke dalam kamar.Davian balas melambaikan tangan tapi dia ikut masuk ke dalam kamar untuk mencari Bara.Bara sedang menyusu dot, dipangku oleh Nanny.Nanny langsung memberikan Bara kepada Davian, pria itu duduk di kursi goyang melanjutkan tugas Nanny tadi, memberikan susu formula kepada Bara.Bar
“Ibu sama Bapak manggil saya?” Lala datang dengan kepala menunduk.“Duduk di kursi itu,” kata Biru menunjuk kursi di depannya.Lala yang sedari tadi tidak berani mengangkat pandangan hanya menganggukan kepala lalu duduk sesuai perintah.Kepalanya masih menunduk setelah dia duduk.“Nanny Lala, mulai hari ini saya kembalikan kamu ke Yayasan … alasannya mungkin kamu sudah tahu yaitu kurang sopan di depan saya dan tidak bisa menempatkan diri sebagai Nanny di rumah ini.” Jleb!Kalimat Biru mampu menikam jantung Lala begitu hebat apalagi Biru mengatakannya di depan Jingga.Lala pikir Biru menyukainya, padahal dia rela bila harus menjadi istri kedua dan mengurus-ngurus anak-anak pria itu yang lahir dari rahim Jingga. “Ini uang gaji dan uang pesangon kamu.” Biru mendorong amplop putih panjang dan gemuk di atas meja.Pria itu terlihat santai sekali tanpa beban.Lala memberanikan diri mengangkat pandangannya menatap Biru dan Jingga bergantian.Biru dan Jingga kompak menunjukkan ekspresi datar
“Pagi, Pak …,” sapa Jingga saat netranya bertemu dengan netra sang bos yang duduk di balik meja kerja.“Pagi … duduk, Bu Jingga.” Pak Kurnia mempersilahkan.Jingga tahu kalau dia akan dicecar habis-habisan karena target timnya masih merah sedangkan lima hari lagi akhir bulan.Jingga duduk, senyumnya tampak kaku tapi dia siap menerima apapun yang akan disampaikan pak Kurnia.“Begini Bu Jingga, mengingat hampir sepanjang tahun target Bu Jingga antara merah kuning belum pernah mencapai hijau … maka kemarin dalam panel saya terus dicecar oleh Bos … saya sudah mencoba mempertahankan Bu Jingga karena saya tahu kinerja Bu Jingga sebelum menikah tapi ternyata mereka tidak mau tahu … dan tetap memutuskan untuk mengganti Bu Jingga ….” Pak Kurnia menjeda mencari tahu ekspresi Jingga namun bawahannya itu memasang ekspresi datar hanya kerjapan mata sebagai respon.“Bu Jingga tidak diberhentikan tapi dipindahkan ke divisi lain, backoffice.” Pak Kurnia melanjutkan.Jingga mengembuskan napas berat,
“Raina itu sekertaris aku … aku akan selalu ngajak dia ke pesta untuk cari tahu tentang klien dari sekertaris mereka … aku sengaja beliin dia gaun biar dia enggak ngoceh di luaran kalau uangnya habis beli gaun untuk nemenin aku ke pesta … hubungan aku sama Raina hanya sebatas pekerjaan.” Reyshaka akhirnya bersuara setelah beberapa lama diam sambil memeluk Namira.Namira tidak menyahut, membiarkan kalimat penjelasan Reyshaka menguap begitu saja.Gemas karena Namira tidak memberikan respon, pria itu lantas menegakan tubuh membawa Namira dalam pelukannya.“Terus … penjelasan kamu apa?” tanya Reyshaka menuntut setelah mengurai pelukan.Mata almond Namira mengerjap, istri cantiknya melongo bingung.“Penjelasan atas apa?” Namira bertanya polos.“Tadi ‘kan aku udah jelasin kenapa aku harus pergi ke pesta dengan Raina dan beliin dia gaun … sekarang aku mau denger penjelasan kamu kenapa bisa makan siang sama Erwan?”Namira tersenyum di dalam hati, suaminya ternyata benar-benar cemburu dan dia
Mengetahui kalau Biru dengan Davian telah berdamai, papi dan mami berinisiatif untuk melakukan foto keluarga bersama anak, cucu, menantunya.Kebahagiaan yang setiap tahun dirasakan mami dan papi dengan kehadiran cucu-cucu patut diabadikan.Studio foto milik photographer ternama yang menjadi pilihan papi dan mami untuk mengabadikan moment kelengkapan keluarga mereka.“Lho … Biru sama Cinta belum sampai?” Papi bicara pada Ridho-sang ajudan begitu tiba di studio foto dan tidak mendapati anak cucu dan menantunya di sana.Ya mana Ridho tahu, ‘kan dia pergi dari rumah bersama papi.“Sepertinya belum, Pak.” Ridho menjawab.“Mungkin mereka kejebak macet. “Mami menimpali.”“Selamat siang Pak Yuna Dewangga.” Sang photographer menyambut.“Selamat siang.” Papi dan pria Photographer saling menjabat tangan, setelah itu pria photographer beralih pada mami.“Anak dan menantu beserta cucu-cucu saya belum datang, bisa kita tunggu sebentar?“ kata papi meminta waktu.“Oh … tidak masalah, bagaimana kalau